Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188199 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohamad Nasir
"ABSTRAK
Perubahan ukuran fisik penduduk terutama kelompok usia muda merupakan indikator upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Tinggi badan yang dicapai pada anak usia masuk sekolah memberikan gambaran keadaan gizi pada usia sebelumnya. Tinggi badan anak usia masuk sekolah yang berada dibawah standar pada tingkat tertentu dapat menggambarkan keadaan gizi klhususnya tingkat pertumbuhan dan kesehatan pada masa lalu.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan antara tingkat endemisitas gondok, tingkat sosial ekonomi dan pola konsumsi makanan pokok dengan tinggi badan anak usia sekolah di Propinsi Jawa Timur. Desain penelitian ini adalah kros-seksional dengan memanfaaatkan data sekunder yang telah dikumpulkan oleh berbagai instansi pemerintah.
Analisa bivariat yang digunakan adalah uji beda rata-rata dengan batas nilai alfa 5 %, dan analisa multivariat dengan menggunakan analisa regresi linier berganda untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan tinggi badan rata-rata anak usia masuk sekolah.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tinggi badan rata-rata anak usia sekolah yang tinggal di daerah tidak endemik lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang tinggal di daerah endemik ringan, endemik sedang rnaupun endemik berat. Perbedaan juga terjdi antara tinggi badan rata-rata anak usia masuk sekolah yang tinggal di daerah endemik ringan dengan yang tinggal di daerah endemik sedang dan berat; demikian jugs terdapat perbedaan antara tnggi badan rata rata anak usia masuk sekolah yang tinggal di daerah endemik sedang dengan yang tinggal di daerah endemik berat.
Anak usia masuk sekolah yang tinggal di desa miskin mempunyai tinggi badan lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tinggal di desa tidak miskin. Rata-rata tinggi badan anak usia masuk sekolah yang mempunyai pola konsumsi makanan pokok yang terdiri dari beras atau beras jagung mempunyai rata rata tinggi badan lebih tinggi dari anak usia masuk sekolah yang mempunyai vita konsumsi makanan pokok terdiri dari beras jagung umbi-umbian.
Dengan membedakan kelompok usia 6 tahun dan 7 tahun, terdapat perbedaan yang bermakna tinggi badan rata-rata anak usia masuk sekolah yang tinggal di berbagai tingkatan endemisitas gondok kecuali pada usia 7 tahun. Pada anak usia 7 tahun tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara tinggi badan rata-rata anak usia masuk sekolah yang tinggal di daerah endemik berat dengan yang tinggal di daerah endemik sedang. Tidalk terdapat perbedaan yang bermakna antara tinggi badan rata-rata anak usia masuk sekolah yang tinggal di daerah endemik ringan dengan yang tinggal di daerah tidak endemic.
Analisis regresi menunjukan bahwa pada kelompok anak usia 6 tahun, anak-anak yang tinggal di daerah tidak endemik dengan pola konsumsi makanan pokok beras atau beras jagung dan berasal dari keluarga mampu mempunyai perbedaan tinggi badan sebesar 2,8 cm dibandingkan dengan mereka yang tinggal di daerah endemik berat, dengan pola konsumsi makanan pokok beras jagung umbi-umbian.
ABSTRACT
The Relationship Of Endemicity Of The Endemic Goitre Regions, Social Economic Strata And Consumption Pattern Of Staple Food With Height Of School Age Children In The Province Of East JavaThe change of the population physical size, especialy the youth in an indicator of the efforts to increase the human resources quality. The height achieved by the school age children provide the nutrition condition of the previous age. The height of the school age children which is under certain standard provide the nutrition condition, especially the growth level and the health in the past.
This research is intended to study the relationship between the goitre endemicity, social economic strata and the consumption pattern of the staple food with height of the school age children in the Province of East Java. The research design is a crossectional by utilizing a secondary data which have been collected by various government agencies. The bivariate analysis use the average difference test with the a limit 5 %; and the multivariate analysis using the multiple tinier regretion analysis to find out the factors which are related with the average height of the school age children.
The results of the research indicate that the average height of the school age children in the non endemic goitre region, low endemic goitre region, medium endemic goitre region and high endemic goitre region, there is also difference between the heihgt of the school age children who live in the medium endemic goitre region with those who live in the high endemic goitre region
The school age children who live in the poor village have a lower height compared with those who live in relatively rich village. The average height of the school age children who have a consumption pattern of the staple food which consist of rice or rice-corn have a taller height than those who have the consumption pattern of the staple form corn rice and rhizobium.
There is significant difference of the average height of the school age children who live in various level of goitre endemicies except the age of seven years, by classifying the age group 6 and 7 years. There is no significant difference between average the school age children height who live in the high endemic goitre region with those who live in the medium endemic region for the 7 years children. There is no significant difference between the school age children who live in the low endemic goitre region with those who live in the non endemic region.
The regression analysis indicates that in the 6 years age group, the children who live in the non endemic goitre region with the staple food of rice or corn and comes from relatively wealthy family have a height difference of 2,8 cm compared with those who live the high endemic goitre region, with consumption pattern of corn rice and rhizobiunt.
"
1996
T 5214
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 1998
612.3 IND t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Uji klinis ini dilakukan di RS Paru Ario Wirawan di Salatiga dengan cara mendeteksi I-131 oleh kelenjar gondok. Fungsi kelenjar gondok dapar diketahui dengan mengukur serapan radiofarmaka dalam kelenjar gondok dengan menempatkan detector di depan leher pasien. Untuk mendapatkan hasil yang diagnosis yang cepat, penanganan dan pengolahan hasil pendeteksian ini digunakan perangkay thyroid uptake dengn UI Devasys USB yang dapat menerima data digital. Data ini diolah ke computer untuk mendapatkan kurva uptake. Hasil ini dibandingkan dengan analisis darah pasien dengan menggunakan perangkat Radioimmunoassay."
PRIMA 7:13 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sheryl Nathania Salim
"Limfatik filariasis atau yang lebih dikenal dengan penyakit kaki gajah adalah salah satu penyakit yang endemik di wilayah Papua. Penyakit ini disebabkan oleh cacing filaria yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening pada manusia dan ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini disebabkan oleh tiga jenis cacing filaria, yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori yang ditularkan oleh nyamuk dengan genus Anopheles, Culex, Aedes, dan Mansonia. Pemerintah telah melakukan banyak upaya dalam menanggulangi penyakit ini, salah satunya adalah melalui pengobatan, yaitu BELKAGA (Bulan ELiminasi Kaki Gajah). Penelitian ini menggunakan model matematika untuk membahas bagaimana penanggulangan penyakit limfatik filariasis dengan mempertimbangkan beberapa intervensi, yaitu penggunaan repellent, proses screening, pengobatan bersaturasi, dan fumigasi. Model dikonstruksi dengan menggunakan pendekatan sistem persamaan diferensial nonlinier berdimensi sembilan dengan dua populasi. Populasi manusia dibagi ke dalam enam kompartemen dan populasi nyamuk dibagi ke dalam tiga kompartemen. Selanjutnya, dilakukan kajian analitik terhadap model yang telah dikonstruksi, yaitu menentukan eksistensi dan menganalisis kestabilan titik kesetimbangan, menentukan bilangan reproduksi dasar (R0), dan menyelidiki eksistensi bifurkasi dari model yang terbentuk. Kemudian, dilakukan simulasi numerik pada model yang diajukan dalam penelitian ini. Hasil-hasil kajian analitik maupun numerik pada akhirnya akan dianalisis agar diperoleh interpretasi yang dapat memberi manfaat dalam pemahaman penanggulangan penyakit limfatik filariasis.

Lymphatic filariasis or better known as elephantiasis, is a disease that is endemic to Papua. This disease is caused by filarial worms that attack the ducts and lymph nodes in humans and are transmitted by mosquitoes. Three types of filarial worms cause this disease, namely Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, and Brugia timori. Mosquitoes that transmit it are from the genus Anopheles, Culex, Aedes, and Mansonia. The government has made various efforts to overcome this disease, one of which is through treatment, namely BELKAGA (Bulan Eliminasi Kaki Gajah). This thesis use a mathematical model to discuss how to treat lymphatic filariasis by considering several interventions, namely repellents, the screening process, saturation treatment, and fumigation. The model will use a nine-dimensional nonlinear differential equation system approach with two populations. The human population will divide into six compartments, and the mosquito population divides into three compartments. Furthermore, an analytical study will be carried out on the model that has been built, namely determining the existence and analyzing the stability of the equilibrium point, determining the basic reproduction number R0, and investigating the existence of the bifurcation of the model. Then a numerical simulation will be carried out on the model proposed in this study. This thesis will analyze the results of analytical and numerical studies to obtain interpretations that can help understand the prevention of lymphatic filariasis."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maula Ismail Mohammad
"ABSTRAK
Anak anak merupakan generasi penerus bangsa. Perubahan pada citra tubuh misal pembengkakan pada leher yang disebabkan goiter dapat menyebabkan persepsi negatif terhadap diri sendiri. Kelainan pada kelenjar tiroid dapat mengakibatkan diantaranya penyakit kardiovaskuler, hipertensi, stunting, dan gangguan kesuburan pada wanita. Dampak lainnya adalah siswa yang terkena goiter memiliki nilai rata-rata lebih rendah rata-rata nilai pelajarannya daripada siswa normal. Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes merupakan daerah dengan kategori parah untuk kejadian goiter. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat sebuah aplikasi berbasis web yang bisa digunakan untuk melakukan skrining untuk kejadian Goiter pada anak-anak yang terpapar pestisida dengan parameter evaluasi yaitu Sensitivitas, Spesifitas, Positive Predictive Value, Negative Predictive Value. Penelitian ini menggunakan data sekunder, data didapatkan dari penelitian Rasipin tahun 2011. Jumlah data yang akan digunakan sebanyak 53 anak yang positif goiter dan 48 anak yang negatif goiter. Metode machine learning akan diimplementasikan dengan aplikasi WEKA. Hasil analisa dengan 10-fold Cross Validation didapatkan bahwa dengan sebelas variabel mampu mengenali siswa normal sebesar 92% dengan nilai Sensitivitas, Spesifitas, Positive Predictive Value, Negative Predictive Value berurutan sebesar 49%, 92%, 87% dan 62%. Prototipe sistem pintar untuk memprediksi kejadian goiter dapat dikembangkan, dan dapat digunakan untuk skrining kejadian goiter pada anak yang terpapar pestisida.

ABSTRACT
Children are the next generation of a nation. Changes in body image such as swelling of the neck caused by goiter can produce negative self perceptions. Abnormalities in the thyroid gland results in cardiovascular disease, hypertension, stunting and fertility disorders in women. Another impact is that students affected by goiter have lower average grades than normal students. Bulakamba Subdistrict(Brebes District) is a region with a severe category of goiter cases. The purpose of this study was to create a web based application which can be used to screen out the Goiter cases in children exposed to pesticides with evaluation parameters namely sensitivity, specificity, positive predictive value and negative predictive value. This study used secondary data which were obtained from Rasipin's research. Determination of goiter cases in the study was done using palpation method. The amount of data used was 53 positive-goiter children and 48 goiter-negative children. Machine learning techniques were then implemented using WEKA version 3.8.2 application. The analysis results with 10-fold Cross Validation showed that with 11 variabel, was able to recognize normal students by 92% with sensitivity, specificity, positive predictive value and negative predictive value of 49%, 92%, 87% and 62%, respectively. Smart sistem for predicting goiter cases can be developed and be used for screening goiter on children exxposed to pesticide."
2019
T54207
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2000
616.442 IND p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fatma Dewi
"ABSTRAK
Prestasi belajar digunakan oleh pendidik sebagai tolok ukur untuk mengetahui
sampai seberapa jauh pengetahuan dan ketrampilan yang diajarkan pendidik telah
diterima seorang siswa. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
seorang siswa, salah satunya adalah motivasi berprestasi. Menurut para ahli motivasi
berprestasi dapat meramalkan berhasil atau tidaknya seseorang dalam mencapai suatu
prestasi. Masa kritis pertumbuhan motivasi berprestasi tinggi pada usia sekolah, dimana
anak membentuk kebiasaan untuk mencapai keberhasilan dalam belajar. Oleh
karenanya, motivasi berprestasi hendaknya dipupuk sejak anak mulai sekolah.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi siswa, diantaranya
adalah lingkungan keluarga yang didalamnya mencakup pola pengasuhan dan
dukungan sosial orang tua. Ada tiga jenis pola pengasuhan yang biasa diterapkan
orang tua pada anak, yaitu: authoritative, authoritarian, dan permissive. Ketiga pola
pengasuhan tersebut di atas akan mempengaruhi perkembangan anak secara berbeda,
yang tentunya akan berpengaruh pada proses penyesuaian diri anak terhadap
Iingkungannya termasuk lingkungan sekolah dimana ia memperoleh pendidikan dan
belajar untuk mencapai prestasinya secara optimal.
Selain pola pengasuhan orang tua, dukungan sosial yang diberikan orang tua
ternyata akan memberikan dampak positif bagi prestasi belajar seorang anak.
Dukungan sosial itu sendiri secara umum mengacu pada bantuan yang diberikan pada
seseorang oleh orang-orang yang berarti baginya seperti keluarga dan teman-teman.
Dukungan sosial yang diberikan orang tua kepada anak secara umum berfungsi untuk
memberikan perasaan diterima, diperhatikan, disayangi, dihargai dan dicintai. Dengan
adanya hal tersebut anak akan merasa bahagia dan tenang karena ia merasa ada orang
lain yang dapat diandalkan bantuannya bila mendapat kesulitan dalam mengikuti
pelajaran di sekolah. Dukungan sosial juga dapat berfungsi sebagai reward dan dapat
mengarahkan serta mendorong seseorang untuk berprestasi.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada hubungan antara pola
pengasuhan orang tua dan dukungan sosial orang tua dengan motivasi berprestasi
anak usia sekolah. Lebih jelasnya, penelitian ini ingin meiihat apakah ada hubungan
yang signifikan antara pola pengasuhan authoritative, authoritarian, dan permissive
dengan motivasi berprestasi anak usia sekolah, dan untuk mengetahui pula apakah ada
hubungan yang signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan motivasi berprestasi
anak usia sekolah.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD (usia 9 - 10 tahun), karena masa
kritis pertumbuhan motivasi berprestasi tinggi pada usia sekolah dan pada usia tersebut,
motivasi berprestasi anak sudah mulai terbentuk dengan baik. Subyek penelitian ini
yang berjumlah 218 siswa diperoleh dari 8 SD yang ada di wilayah Jakarta Pusat.
Pengambilan sampel sekolah akan dilakukan secara accidental dan semua siswa kelas
V dari sekolah tersebut akan dijadikan subyek dalam penelitian ini. Alat yang digunakan
sebagai penjaring data ada tiga macam, yaitu (i) alat untuk mengukur motivasi
berprestasi; (ii) alat untuk mengukur pola pengasuhan orang tua yang dipersepsi anak;
(iii) alat untuk mengukur dukungan sosial orang tua berdasarkan pendapat anak. Ketiga
alat tersebut berupa kuesioner yang berbentuk skala. Pengolahan data penelitian
dilakukan dengan menggunakan teknik statistik deskriptif.
Dari penelitian diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan
antara pola pengasuhan authoritative dengan motivasi berprestasi; terdapat hubungan
negatif yang signifikan antara pola pengasuhan authoritarian dengan motivasi
berprestasi; dan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara pola pengasuhan
permissive dengan motivasi berprestasi. Selain itu diketahui pula terdapat hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan motivasi berprestasi
anak usia sekolah.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan
sumbangan-sumbangan teoritis bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian di
bidang yang sama. Dari segi praktis, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan
informasi, khususnya bagi orang tua, mengenai pola pengasuhan yang paling tepat
agar anak termotivasi unluk menunjukkan prestasinya secara optimal. Sehingga para
orang tua dapat mengurangi perilaku yang menggambarkan pola pengasuhan
autoritharian dan permissive, dan meningkatkan perilaku yang mencerminkan pola
pengasuhan authoritative. Seiain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi
manfaat praktis dalam rangka mengoptimalkan fungsi orang tua sebagai sumber
dukungan sosial utama bagi anaknya yang berusia sekolah, sehingga memiliki motivasi
berprestasi yang baik."
1997
S2452
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Eka Putri
"Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit endemis di sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk juga di wilayah tropis lainnya. Tidak semua yang terinfeksi virus dengue akan menunjukkan manifestasi DBD berat. Status gizi erat hubungannya dengan status imunologi seseorang yang berkaitan dengan imunopatogenesis dari DBD. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan stunting dengan kejadian DBD pada balita di Kabupaten Sumbawa. Desain studi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi analitik dengan rancangan kasus control. Sampel kasus akan di ambil dari keseluruhan kasus, dan untuk sampel kontrol akan diambil dengan menggunakan tekhnik sampel acak (Simple Random Sampling). Sehingga dapat disimpulkan jumlah kasus 97 (total kasus) keluarga yang memiliki balita dengan diagnosa DBD selama tahun 2018 sampai Maret 2020 (dari 5 wilayah kerja puskesmas dengan jumlah DBD pada balita terbanyak) sedangkan kontrol 194 keluarga yang memiliki balita yang merupakan tetangga kasus. Dari hasil bivariat dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian DBD pada balita di Kabupaten Sumbawa (p value = 0.0001) dengan OR = 3.269 (95% CI: 1.757-6.083). Pada analisis multivariate menunjukkan hal yang sama (p value = 0.0001) dengan OR = 3.22 (95% CI: 1.679-6.174). Hal ini menunjukkan bahwa balita dengan status gizi pendek dan sangat pendek meningkatkan risiko 3.22 kali terkena DBD.

Dengue Hemorrhagic Fever is an endemic disease in most parts of Indonesia, including in other tropical regions. Not all infected with dengue virus will show severe DHF manifestations. Nutritional status is closely related to a person's immunological status related to immunopathogenesis of DHF. The purpose of this study was to determine the relationship of stunting with the incidence of DHF in toddlers in Sumbawa Regency. The study design that will be used in this study is an analytic study with a case control design. Case samples will be taken from all cases, and for control samples will be taken by using a random sample technique (Simple Random Sampling). So it can be concluded the number of cases 97 (total cases) of families who have toddlers with DHF diagnoses from 2018 to March 2020 (from 5 working areas of puskesmas with the highest number of DHFs in toddlers) while control of 194 families who have toddlers who are neighboring cases. From the bivariate results it can be concluded that there is a significant relationship between nutritional status and the incidence of DHF in children under five in Sumbawa Regency (p value = 0.0001) with OR = 3,269 (95% CI: 1,757-6,083). In multivariate analysis showed the same thing (p value = 0.0001) with OR = 3.22 (95% CI: 1,679-6,174). This shows that toddlers with short and very short nutritional status increase the risk of 3.22 times getting DHF."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"A total of 2,310 individuals of elasmobranch fishes consisting of 60 species from 13 families were recorded from survey trips in Kalimantan were visited from September 2005 to November 2006....."
MAREIND
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Zuraidah
"Prevalensi anemia gizi pada anak Sekolah Dasar (SD) yang sampai sekarang masih tinggi (sekitar 30 %), merupakan sasaran prioritas ketiga dalam penanggulangan anemia.
Dampak buruk yang diakibatkan oleh anemia gizi, khususnya bagi anak sekolah akan dapat menurunkan konsentrasi dan prestasi belajar, malas, lemah, pasif, apatis dan sering terkena penyakit sehingga akhimya perkembangan dan pertumbuhannya akan terganggu.
Dalam upaya peningkatan dan pengembangan kualitas sumberdaya manusia yang sehat, produktif dan mempunyai inteligensia yang tinggi, maka pemerintah dalam hal ini Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Departemen Kesehatan RI telah melaksanakan program Pemberian Makanan Tambahan bagi anak Sekolah Dasar (PMT-AS) dan tablet besi khususnya pada desa tertinggal di Indonesia.
Dalam penelitian ini, digunakan data sekunder yang dikumpulkan pada pelaksanaan program PMT-AS dan tablet besi terhadap 189 orang anak SD yang berasal dari 5 SD pada 5 Kabupaten di Propinsi Jawa Barat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pemberian Makanan Tambahan dan tablet besi terhadap perubahan status anemi gizi anak sekolah. Untuk itu, desain penelitian yang digunakan adalah Praeksperimental dengan perlakuan ulang, dengan intervensi berupa makanan tambahan yang terdiri dari 200 - 300 kalori dengan 10 - 12 gram protein yang dibenkan selama 4 (empat bulan), serta tablet besi dosis 120 mg sebanyak 90 buah tablet yang diberikan yang diberikan setiap hari selama 3(tiga bulan).
Variabel yang diteliti adalah status anemia gizi setelah intervensi (dependen) dan variabel independen adalah : status anemia gizi sebelum intervensi, status gizi , umur, jenis kelamin, pengetahuan gizi, sikap gizi serta perilaku gizi.
Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan prevalensi anemia gizi dan 87.3 % menjadi 21.2 % setelah diberikan intervensi. Sedangkan dari hasil analisis statistik secara multivariat diketahui bahwa faktor yang sangat berpengaruh terhadap status anemia gizi setelah diberikan intervensi, berturut-turut adalah status anemia gizi awal, status gizi serta perilaku gizi anak.
Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan agar dalam pelaksanaan program penanggulangan anemia pada anak SD khususnya di desa tertinggal Propinsi Jawa Barat agar seluruh anak SD dibenkan tablet besi (blanket program), sedangkan secara individual perlu untuk mempnoritaskan anak yang menderita anemia serta mempunyai status gizi kurang yang kemungkinan besar tidak hanya terdapat di IDT. Disarankan pula agar dalam memberikan intervensi untuk penanggulangan anemia, untuk selalu dapat mengetahui kadar Hb anak dengan tepat sebelum dan sesudah pelaksanaan intervensi.

Effect of Iron Suplementation on Nutritional Anemia Status of Elementary School Children Recieving Suplementary School Feeding Package and Iron Tablets in Less Developed Villages, West Java 1995Up to now, the prevalence of nutritional anemia in school children is still high (± 30 %) and even though the third priority in nutritional anemia program.
Nutritional anemia has negative impact especially to school children. It will cause laziness, fatigue, less active, apathetic, and also decreasing learning capacity due to shortened attention span. So those would lower educational achievement, beside that anemic children are easily get sick which will affect their growth.
Healthy, productive and intelligent people are the goal of human resources development. The government especially Nutrition Development of the Ministry of Health conducts a supplementary school feeding and iron tablets. The target group is elementary school children of less developed villages in Indonesia.
This study used evaluative data on 189 children who received supplementary school feeding and Iron tablets in 5 elementary school in 5 districts in West Java which were collected In 1995. The objectives of the study are to find out the effect of supplementary feeding and iron tablets on the anemia status of children who received the package.
Study design was a pre-experimental designs which supplementary feeding and an iron tablet was given as intervention. The package consists of 200 - 300 calories and 10 - 12 gram protein per day were given for 4 months and 120 mg iron tablets was given daily for 3 months (90 tablets).
Nutrition anemia status alter intervention was the dependent variable while the independent variables were nutritional anemia status before intervention, nutritional status before intervention, age, sex, nutritional knowledge, attitude and practice on nutrition before intervention.
The result showed that after the intervention, the nutritional anemia status pevalence was decreased from 87.3 % to 21.2 %. Multivariate analysis showed that nutritional anemia status, nutritional status, and practices of nutrition before intervention were the variables that influence anemia status after intervention.
At macro level it is suggested that the implementation of similar program should be covered all school children (blanket program) of less developed villages. While at individually level, it is suggested that priority should be given only to children who suffered from anemia and under nutrition not only in the less developed villages area.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>