Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175178 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dede Mulkan
"Studi ini merupakan salah satu upaya eksplorasi terhadap karakteristik "multi-level" dari khalayak sasaran program KIE-KB di Propinsi D.I. Aceh. Tujuan study ini diarahkan pada dua hal, meneliti kemungkinan adanya perbedaan karakteristik individual antara akseptor dan non-akseptor dan melakukan identifikasi karakteristik-karakteristik di luar individu.
Status kesertaan program KB adalah dipraktekkan-tidaknya metode-metode pencegahan kehamilan tertentu sebagaimana yang dianjurkan program KB. Sikap terhadap KB didefinisikan sebagai kecenderungan memberikan reaksi tingkah-laku terhadap hal-hal yang berkaitan dengan nilai-nilai dan praktek KB.
Fokus penelitian adalah pengamatan homogenitas jaringan komunikasi KB dalam dimensi; honmogenitas segi pengetahuan, sikap dan praktek KB. Penelitian ini dilakukan di Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Lokasi desa dipilih secara purposif didasarkan atas kombinasi kriteria; tingkat pencapaian program KB: jauh dekatnya dari wilayah perkotaan, dan tingkat kedekatan desa dengan pusat-pusat pelayanan. Untuk mengurangi kemungkinan pengaruh extraneous variables dan untuk meningkatkan komparabilitas desa-desa yang diteliti digunakan data sekunder.
Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data rnenggunakan tiga metode penelitian, Cross-sectional sampel survey untuk membuat identifikasi perbedaaan karakteristik tingkat individu, Analisis jaringan untuk mengenali kemungkinan perbedaaan karakteristik jaringan komunikasi KB dan Wawancara,mendalam untuk menggali kemungkinan perbedaan karakteristik pada tingkat komuniti. Sampel Survey dilakukan di 16 desa tersebar di 2 Kabupaten, populasi target survey adalah para isteri sudah menikah berusia 15 - 30 tahun.
Penarikan sampel secara random dan proporsional, di tiap desa diambil 25 responden. Jumlah total sampel sebanyak 400 responden dengan komposisi 15 orang akseptor dan 10 non-akseptor.
Untuk menggali karakteristik tingkat kelompok dilakukan survey jaringan, dari kasus jaringan komunikasi akseptor dan non-akseptor berjumlah 8 kasus. Analisis terhadap jaringan komunikasi menggunakan dua teknik pengumpulan data, semi-structured interviews dan snowball sampling. Untuk melihat kekontrasan kasus jaringan komunikasi akseptor dengan non-akseptor, digunakan para key informants untuk menunjukkan kasus-kasus esktrim. Kasus jaringan dibatasi maksimum 20 nodes, wawancara mendalam dengan key informants, dilakukan di desa dan kecamatan. Para key informants terdiri dari tokoh masyarakat, tokoh agama, ulama, dokter, bidan, paramedis, dukun bayi, dll.
Hasil survai menunjukkan tidak ada perbedaan yang signif kan antara kelompok akseptor dengan non-akseptor dalam hat karakteristik sosio-ekonomis dan demografis dan terhadap kepercayaan terhadap berbagai ide positif KB. Data lebih lanjut menunjukkan jumlah responden yang mendukung ide-ide negatif KB proporsinya relatif masih besar.
Perbedaan ditemukan antara kelornpok akseptor dan non-akseptor dalam hal pengetahuan. Analisis jaringan komunikasi, memperlihatkan perbedaan antara karakteristik jaringan komunikasi antar pribadi yang dimiliki akseptor dengan yang dimiliki non-akseptor. Akseptor cenderung berkomunikasi dengan orang-orang yang juga telah menjadi akseptor dan non-akseptor ber/comunikasi dengan orang-orang yang juga sesama non-akseptor. Para responden akseptor cenderung memiliki sikap positif atau mendukung KB, sementara non-akseptor berada dalam lingkungan jaringan yang anggautanya kurang mendukung KB.
Hasil wawancara mendalam memberikan gambaran berbagai kendala yang dihadapi komunitas dalam memasyarakatkan KB. Kendala yang dihadapi umurnnya berkaitan dengan keterbatasan tenaga personil, dana/sarana perlengkapan KIE, cakupan wilayah kerja yang terlalu luas, kurang intensif kegiatan KIE-KB serta kurang tepatnya pendekatan yang dilaksanakan selama Kendala yang disebutkan keys informants berkaitan dengan masalah budaya masyarakat, masih tertanarn nilai tradisi yang kurang sesuai dengan gagasan program KB.
Secara keseluruhan kendala yang berpengaruh terhadap penolakan praktek KB adalah; (1) pada tingkat individu, masih tertanamnya sikap-sikap negatif terhadap ide dan praktek KB, (2) pada tingkat "dyad" kurangnya komunikasi suami isteri, (3) pada tingkat jaringan komunikasi, kurang kondusif lingkungan sikap jaringan komunikasi individual khalayak dan (4) pada tingkat komunitas, masih terbatas sumber-sumber daya penunjang KIE-KB yang diperlukan dan masih kuat pengaruh tradisi/nilai lama di masyarakat.
Pemecahan yang disarankan adalah; Pertama; melaksanakan kampanye KIEKB yang bersifat multi-mix-media dan multi-level target audience yang bertujuan merangsang iklim yang kondusif di berbagai tingkatan masyarakat. Kedua melaksanakan pendekatan jaringan korn.unikasi sebagai teknik dan strategi persuasif dalam penyuluhan program Keluarga Berencana."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Sakhnan
"Upaya pemerintah dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk melalui program KB telah memperlihatkan hasil yang cukup baik, dengan cakupan program KB sebesar 73,6% (BKKBN,1998). Namun kalau dilihat pada wilayah-wilayah terpencil dan tertinggal ternyata pencapaian cakupan program KB masih rendah, seperti halnya pada suku Talang Mamak di desa Seberida Propinsi Riau, baru mencapai 21%. Sehubungan dengan hal tersebut maka permasalahan dalam penelitian ini adalah masih rendahnya pencapaian cakupan program KB serta belum diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan ibu PUS suku Talang Mamak dalam program KB.
Subyek dari penelitian ini dipilih suku Talang Mamak tinggal di desa Seberida yang terdapat di Propinsi Riau. Yang dijadikan responden adalah semua ibu PUS berusia 15 - 49 tahun. Sedangkan yang menjadi kajian penelitian mengenai keikutsertaan ibu PUS dalam program KB, yaitu faktor-faktor: umur, jumlah anak, nilai anak, jarak lokasi, pengetahuan, sikap dan perilaku petugas. Rancangan yang digunakan adalah melalui pendekatan Cross-sectional. Data dianalisis melalui bantuan univariat dan bivariat untuk melihat hubungnan faktor-faktor, selanjutnya melihat faktor yang dominan melalui analisa multivariat.
Berdasarkan hasil analisa univariat dan bivariat diperoleh faktor-faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan ibu PUS dalam program KB pada suku Talang Mamak yaitu faktor: nilai anak, pengetahuan, sikap, perilaku petugas. Sedangkan faktor yang tidak berhubungan dengan keikutsertaan Ibu PUS dalam program KB yaitu faktor: umur, jumlah anak, jarak lokasi.
Hasil analisis multivariat mendapatkan faktor yang signifikan adalah nilai anak, pengetahuan, perilaku petugas. Sedangkan faktor yang paling dominan berhubungan dengan keikutsertaan ibu PUS dalam program KB adalah nilai anak.
Pengupayaan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan cakupan program KB di masa yang akan datang, berdasarkan hasil penelitian ini perlu dilakukan pendekatan secara sosial budaya, yaitu antara lain melalui pemberdayaan masyarakat. Tujuannya agar faktor-faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan dalam program KB yang erat kaitan dengan sosial budaya seperti nilai anak.

Factors Related to Participation of Fertile Couples in Family Planning Program in Sub-Ethnic of Talang Mamak in Seberida Village of Riau Province, year 2001Government efforts in controlling the population growth rate through family planning have shown fairly good results, with family planning program coverage 73.6% (BKKBN, 1998). However, in remote and backward areas the family planning coverage is still low, such as in sub-ethnic of Talang Mamak in Seberida Village, Riau Province, it only achieved 21%. Therefore, the problem in this research is the low coverage of family planning program and unknown factors related to participation of fertile couple of Sub-Ethnic of Talang Mamak in family planning program.
The selected subject of this research in Sub-Ethnic of Talang Mamak that live in Seberida Village in Riau Province. The respondents are all mothers in their fertile age between 15-49 years. While the topic of this research is regarding participation of fertile mothers in family planning program, factors such as: age, number of children, value of children, distance of location, knowledge, attitude and behavior of personnel. The design used in this research is Cross-sectional approach. The data is analyzed by using univariate and bivariate methods to identify the relationship of the factors, and then find oui the dominant factor through multivariate analysis.
Based on the Univariate and Bivariate analysis the factors related to the participation of fertile mothers in the family planning program in Sub-Ethnic of Talang Mamak are the factors such as: the value of children, knowledge, and behavior of the personnel. While the, factors not related to the participation of fertile mothers in the family planning program are: age, number of children and distance of location.
The result of Multivariate analysis found out the significant factors such as value of children, knowledge, and behavior of personnel. While the most dominant factor related to the participation of fertile mother in the family planning program is the value of children.
The efforts that can be done to increase coverage of the family planning program in the future based on results of this research is that such efforts are done with social and cultural approach through empowerment of the people, so the hindrance related to the participation in the family planning program closely related to the social cultural matters can be reduced.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T8295
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kahar
"ABSTRAK
Salah satu tujuan implementasi program kependudukan dan Keluarga Berencana adalah menurunkan tingkat fertilitas sebagai upaya pengendalian laju pertumbuhan penduduk. Selama kurun waktu 20 tahu pelaksanaan program KB, sejak dimulai secara resmi tahun 1970 telah membawa berbagai kebehasilan. Antara lain dapat dilihat dari cakupan pemakaian kontrasepsi hingga tahun 1989/1990 tercatat jumlah peserta KB aktif {68,6 %) dari seluruh Pasangan Usia Subur di tanah air. Demikian pula terjadi penurunan fertilitas sebesar 37,91 % selama 20 tahun terakhir dari TFR 5,61 {1970) menjadi 3,40 (1989). Tingkat penurunan tersebut akhir-akhir ini semakin tajam seiring meningkatnya penggunaan kontrasepsi.
Pada tingkat regional Propinsi Bengkulu keberhasilan pelaksanaan program KB cukup tinggi, terutama dilihat dari cakupan kontrasepsi 'sampai tahun 1989/1990 tercatat (72,9 %) dari seluruh PUS melebihi pencapaian secara nasional. Namun belum diikuti dengan penurunan fertilitas yang sepadan, yakni TFR pada tahun 1989 sebesar (4,200) jauh lebih tinggi dibanding TFR secara nasional. Disamping itu meskipun. perencanaan program diatur dan ditetapkan secara nasional serta ditangani melalui susunan organisasi dalam pola yang sama, namun tingkat keberhasilannya di lapangan (tingkat desa) menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan yang cukup menyolok.
Penelitian ini bertujuan mengkaji herhagai faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan pelaksanaan: program KB di lapangan, baik kesertaan ber KB maupun dampak.program (penggunaan kontrasepsi) terhadap penurunan fertilitas. Faktorfaktor tersebut mencakup (1) faktor program yakni kegiatan motivasi KIE dan pelayanan kontrasepsi, (2) faktor. lingkungan setempat yakni keberadaan tokoh masyarakat, institusi dan kelompok sebaya, dan (3) faktor individu yakni tingkat sosial ekonomi.
Untuk maksud tersebut penelitian ini menggunakan metode survei terhadap responden (PUS) dan wawancara mendalam terhadap informan. Disamping dalam bentuk participant observation, serta dukungan data sekunder. Analisa data betsifat kuantitatif dan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan ketiga faktor (variabel) di atas berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan pelaksanaan program KB di lapangan. Faktor program yakni motivasi KIE dan pelayanan kontrasepsi sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan program KB. Sementara faktor lingkungan setempat, yakni institusi, tokoh masyarakat dan kelompok sebayla sangat menentukan tingkat kesertaan ber KB. Meskipun hubungan tersebut tidak begitu nyata terhadap pilihan untuk ,memakai metode efektif yang digunakan oleh akseptor. Demikian 'pula faktor sosial ekonomi berpengaruh terhadap tingkat kesertaan ber KB dan penurunan fertilitas.
Semetara perbedaan keberhasilan yang cukup menyolok menurut lokasi (desa) lebih banyak ditentukan oleh faktor lingkungan setempat dan faktor sosial ekonomi responden. Baik tingkat kesertaan ber KB (penggunaan kontrasepsi) maupun dampak program terhadap penurunan fertilitas.
Keberhasilan implementasi program KB tidakterlepas dari kemajuan dalam sektor-sektor lain terutama kemajuan tingkat sosial ekonomi yang dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di pedesaan, dapat mempercepat terwujudnya norma keluarga kecil bahagia dan sejahatera."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Anggreni
"Memasuki era tahun 1990, Gerakan KB di Indonesia khususnya dalam bidang KIE menghadapi tiga tantangan yang salah satu diantaranya adalah perlu melakukan orientasi strategi KIE untuk menjawab kebutuhan pelayanan kontrasepsi yang tidak terpenuhi dan melakukan desentralisasi manajemen KIE GKBN.
Untuk menjawab tantangan tersebut, UNFPA memberikan bantuan dana untuk pengembangan program yang diberi judul Pengembangan dan Peningkatan Pelayanan KIE untuk sasaran khusus di Indonesia. Salah satu kegiatan dari program tersebut adalah Pengembangan Strategi dan Intervensi KIE untuk sasaran khusus yang dilaksanakan di lima Propinsi. Penelitian ini adalah suatu studi evaluasi yang diiaksanakan dalam rangka mengevaiuasi kegiatan tersebut di atas.
Studi ini menggunakan metodologi kualitatif dengan melakukan Diskusi Kelompok Terarah dan Wawancara mendalam untuk mengumpulkan informasi tentang masukan, proses dan luaran dan kegiatan tersebut. Untuk mendapatkan gambaran karakteristik responden dilakukan wawancara dengan menggunakan daftar isian. Tipe dari studi evaluasi ini adalah Summative Evaluation.
Temuan hasil penelitian : a) Masukan : Di tiga Propinsi daerah penelitian tidak ada Tenaga pengelola khusus untuk kegiatan ini, kecuali di Jawa Tengah dan KalSel di bentuk tim khusus untuk mengelola kegiatan ini. Mengenai jumlah dana yang diterima, tiga dari lima Propinsi daerah penelitian mengatakan cukup, kecuali di Kalimantan Selatan dan SulTeng yang mengatakan bahwa besar dana kurang memadai, masalah yang dihadapi dalam hal pendanaan umumnya dalam bidang administrasi pendanaan yaitu pembuatan SPJ dan waktu pendropingan dana dari Pusat. Metode pelaksanaan kegiatan umumnya ke lima Propinsi daerah penelitian sudah menerapkan tahapan-tahapan dalam P Process, b). Proses : Kegiatan KIE dilapangan di empat dari lima Propinsi daerah penelitian sudah dilakukan secara rutin, kecuali di KalBar. Metoda komunikasi yang digunakan di lima Propinsi adalah komunikasi kelompok. c). Luaran : Semua responden mengatakan media yang digunakan sudah cukup menarik, hanya masih perlu ada perbaikan dan penyesuaian dengan budaya setempat. Umumnya responden mengatakan penyuluhan yang dilakukan oleh ulama dapat menambah keyakinan mereka tentang KB. Mengenai kesan mereka terhadap PLKB, hampir semua responden mengatakan dapat menambah pengetahuan mereka tentang KB dan dirasakan sangat bermanfaat.
Secara umum kegiatan Pengembangan Strategi dan Intervensi KIE untuk sasaran khusus ini belum dapat dikatakan berhasil, karena masih banyak yang belum mencapai tujuan yang diharapkan. Walaupun demikian kegiatan ini dirasakan sangat bermanfaat.
Secara umum kegiatan Pengembangan Strategi dan Intervensi KIE untuk sasaran khusus ini belum dapat dikatakan berhasil, karena masih banyak yang belum mencapai tujuan yang diharapkan. Walaupun demikian kegiatan ini dirasakan sangat bermanfaat.
Saran-saran : a) Untuk BKKBN Kabupaten : Kerja sama petugas KIE di lapangan di semua Kabupaten di lima Propinsi agar ditingkatkan, waktu penyiaran pesan-pesan KB melalui radio agar disesuaikan dengan waktu luang sasaran (Kab. Banjar dan Kab. HSU), Pengelola program tingkat Kabupaten bekerja sama dengan Ulama bersama-sama menyusun jadwal kegiatan KIE , b). Untuk BKKBN Propinsi: Untuk Propinsi KalSel pesan KB melalui radio agar dibuat lebih menarik, Media cetak yang diproduksi diseluruh propinsi agar ditingkatkan mutunya, untuk mengatasi masalah dalam pembuatan SPJ diseluruh Kabupaten, agar diberi petunjuk cara-cara membuat SPJ yang lebih jelas, Dalam menentukan besar dana untuk Kabupaten agar deperhatikan kondisi daerah masing-masing. c) Untuk BKKBN Pusat : Agar kegiatan seperti ini dapat diteruskan karena dirasakan besar manfaatnya bagi masyarakat, selain itu dalam hal menentukan segmentasi sasaran untuk intervensi selanjutnya motion deperhatikan sasaran bapak-bapak, untuk mengatasi masalah dalam pembuatan SPJ di seluruh Propinsi agar diberi petunjuk cara membuat SPJ yang lebih jelas, Untuk mengatasi bervariasinya penerapan P Process di lima Propinsi, perlu diadakan lokakarya untuk menyamakan persepsi.
Daftar bacaan : 37 (1953 -1994)

Evaluation of Strengthening Strategy and IEC Intervention FP Programme for Specific Target Groups in Five Provinces (Central Java, South Kalimantan, West Kalimantan, Central Sulawesi and North Sulawesi) on 1995Entering 1990 era, the movement of FP in Indonesially especially in the area of IEC facing three challenges, one of them is the need to do orientation strategy of IEC to answer the need of contraceptive services which could not fulfill and do decentralization IEC management.
To answer those challenges UNFPA gave donation to developing programmed called Improving and Strengthening IEC services for specific target Groups in Indonesia one of the activities of that programmed is Strengthening Strategy and IEC intervention for specific target which was done in five provinces.
This research was an evaluation study which was done to evaluate the activities. This study used qualitative methodology by doing Focus Group Discussion and in-depth interview to gather information about input, process and output from those activities. To get the description respondent characteristic we got the information by using questionnaire. The type of evaluation study is Summative Evaluation.
The result are : a). Input : There no specific people to run this activities, except in South Kalimantan and Central Java About the fund all provinces said enought but not enough for Central Sulawesi and South Kalimantan, the main problem for this are the making SPJ and the time the central office drops the fund. In general all activities have used the P Process stages. b). Process : In general IEC activities in the field have done continuously except in West Kalimantan, Communication method which used is Group Communication. c). Output : All respondents said that media which was used was interesting enough but still needed correction and adjustment with the local culture, The respondents said that information given by Moslem leader could convince them about FP, their impression about PLKB, almost all respondents said that it could add their knowledge about FP and they felt it was really useful.
In general Strengthening Strategy an IEC intervention for specific target group has not been successful yet, because there are so many areas have not reached the target, but these activities are really useful.
Sugestion : a). For BKKBN district : improve group work, time adjustment for FP information in radio, manager programmed and moslem leader work together to make schedule. b) BKKBN Proviency : For South Kalimantan make interesting PF programmed in radio, improve the quality of posters and flipchart, give clear points to make SPJ, adjust the fund according to the area. c) Central BKKBN : Keep on doing those activities because they are useful and give attention to the audience man, give clear points to make SPJ, to prevent the various assembling of P Process in five Provinces seminar for generalization needed.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T469
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumantri
"LATAR BELAKANG MASALAH
Penduduk dunia terus bertambah setiap saat, dengan laju pertumbuhan yang terus bertambah cepat. Fenomena ledakan penduduk ini telah muncul pada abad-abad terakhir dan menimbulkan berbagai permasalahan. Permasalahan yang utama tentunya menyangkut sumber daya, misalnya pemenuhan kebutuhan pokok pangan, kesehatan dan pasokan energi. Persoalannya adalah apakah pertambahan penduduk ini dapat diikuti pertambahan yang sepadan di bidang pangan, sedangkan sejak saat sekarang saja jumlah penduduk dunia yang miskin dan lapar sudah cukup besar. Tanpa usaha-usaha untuk membatasi pertumbuhan tersebut, sangat dikhawatirkan bahwa pada suatu saat yang tidak terlalu lama lagi penduduk dunia akan tidak dapat tertampung. Dan kalau saat itu tiba, akan timbul ketegangan-ketegangan internasional yang sangat membahayakan kehidupan manusia secara menyeluruh. Greg Cashman dalam buku "What Causes War 7", menjelaskan bahwa salah satu penyebab dari timbulnya peperangan adalah karena pertumbuhan penduduk. Dalam teori Lebensraum disebutkan bahwa Lebensraum adalah tempat yang dibutuhkan oleh manusia untuk ruang hidup sehingga mereka tumbuh, berinteraksi dan akhirnya coati. Hitler lebih menekankan pada aspek normatif dari Lebensraum, yaitu jika seseorang percaya bahwa tempat dapat menyebabkan peningkatan penduduk"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Ummu Salmah
"KB Mandiri adalah gerakan KB Nasional yang dimaksudkan untuk mendorong perwujudan terciptanya suatu perilaku melalui persiapan mental dan lingkungan dukung dengan kemampuan dan kesadaran sendiri. Penelitian ini merupakan penelitian desktiptif yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap akseptor KB menuju KB mandiri pedesaan di tiga kecamatan tersebut diatas.
Penelitian ini mencoba mengkaji tiga faktor dari peserta KB yang meliputi 13 variabel yaitu 1) Faktor predisposisi (umur, pendidikan, jumlah anak dan pengetahuan responden), 2). Faktor pemungkin (ketersediaan tempat pelayanan KB, jarak tempat pelayanan KB, ketersediaan kelompok gotong royong KB dan pendapatan responden) dan 3). Faktor penguat (pengaruh Kepala Desa, Ibu Ketua PKK Desa, Jupen KB, PPKBD dan Suami responden), yang kesemuanya ini adalah variabel independen (bebas) sedangkan variabel dependen (terikat) adalah sikap membayar pelayanan KB.
Selanjutnya, pengolahan dan analisa data menggunakan program STATPACK. Dalam pada itu, untuk melihat gambaran distribusi responden menurut berbagai karakteristik dilakukan analisis persentasi dan uji Kai Kuadrat digunakan untuk melihat adanya perbedaan bermakna antara variabel bebas dengan variabel terikat, yang juga secara tidak langsung menunjukkan adanya hubungan. Sedangkan keeratan hubungan antara kedua variabel tersebut ditentukan dengan melihat besarnya koefisien dari phi, cramar's V dan contingency coefisien.
Dari hasil uji Kai Kuadrat didapatkan lebih dari separuh variabel peneilitian menunjukkan adanya hubungan dengan sikap membayar pelayanan KB. Secara rinci variabelvariabel tersebut adalah sebagai berikut : 1). Untuk faktor predisposisi adalah variabel pendidikan dan variabel pengetahuan yang meliputi tentang pernah mendengar KB mandiri, tahu arti KB mandiri dan tahu tempat memperoleh pelayanan KB mandiri; 2). Faktor pemungkin adalah variabel jarak tempat pelayanan KB, variabel ketersediaan tempat pelayanan KB mengenai Bidan dan dokter praktek swasta serta Puskesmas/Puskesmas pembantu dan dari variabel tentang ketersediaan kelompok gotong royong adalah kelompok akseptor KB dan kelompok KB dan UPPKA (usaha peningkatan pendapatan keluarga akseptor); sedangkan 3). Dari faktor penguat kelima variabelnya menunjukkan adanya hubungan, yaitu pengaruh kepala desa, Ibu ketua PKK desa, Jupen KB, PPKBD dan pengaruh suami responden. Dengan keeratan hubungan bervariasi antara 0.005 - 0.291.
Berdasarkan sikap masyarakat tentang keinginan membayar pelayanan KB yang cukup memadai(78.6 %) dibarengi dengan peluang yang ada dimasyarakat, maka disarankan untuk melakukan intervensi KB Mandiri pedesaan dilokasi tersebut. Dilain pihak, untuk mengkaji lebih jauh tentang bagaimana gambaran karakteristik dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kemandirian ber-KB dari peserta yang sudah mandiri disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salman Syam
"Penelitian ini dilakukan mengingat belum diketahuinya gambaran "unmet need" Keluarga Berencana serta faktor-faktor yang mempengaruhinya di Kotamadya Bukittinggi Provinsi Sumatera Barat. Secara umum penelitian ini bertuiuan untuk mendapatkan gambaran tentang "unmet need" Keluarga Berencana serta untuk mengetahui hubungan dan pengaruh faktor sosiodemotirafi ibu Pasangan Usia Subur dan pemaparan KB serta pengetahuan, sikap dan kepecayaan tentang KB terhadap "unmet need" Keluarga Berencana.
Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan "Cross Sectional" dengan tehnik analisis data kuantitatif. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara terstruktur yang menggunakan kuesioner. Data yang diperoleh diolah secara statistik dengan menggunakan tehnik analisis : distribusi frekuensi, Uji "Chi Square", Phi, Cramer's V, koefisien kontingensi C serta analisis Regresi Logistik. Unit analisis adalah Ibu Pasangan Usia Subur yang tidak ber-KB saat ini, dengan besar sampel 336, akan tetapi karena adanya "drop out" di lapangan maka besar sampel berkurang menjadi 293 responder, dan penelitian ini dilakukan diseluruh wilayah di Kotamadya Bukittinggi.
Hasil penelitian menyatakan bahwa 71,33 % dari responden merupakan "unmet need" dan 19,80 % adalah bukan "unmet need" serta 8,87 % belum punya anak. Berdasarkan analisis bivariat didapatkan ada hubungan antara jumlah anak hidup dengan "unmet need" KB serta variabel independen lainnya tidak berhubungan dengan "unmet need" KB. Begitu juga dengan hasil analisis regresi logistik, didapatkan jumlah anak hidup berpengaruh terhadap "unmet need" KB. Sedangkan variabel independen lainnya tidak berpengaruh terhadap "unmet need" Keluarga Berencana.
Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan, bahwa faktor yang berpengaruh terhadap "unmet need" KB adalah jumlah anak hidup. Oleh sebab itu disarankan pentingnya peningkatan mutu penyuluhan tentang Norma Keluarga Kecil, yang berorientasi kepada kepuasan para peserta KB dan tidak lagi mempergunakan sistem target sebagai alat ukuran keberhasilan, demi terwujudnya Pembangunan Keluarga Sejahtera dan Keluarga Kecil Mandiri."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Archipas Sumbung La`lang
"Keberhasilan Gerakan KB Nasional dalam mengajak PUS menjadi peserta KB memperlihatkan hasil yang cukup menggembirakan. Akan tetapi, keberhasilan ini masih menghadapi kendala. Salah satunya masih ada PUS yang tidak ingin anak lagi tetapi tidak memakai kontrasepsi modern.
Sejalan dengan hal tersebut, maka peneliti ingin mengetahui faktor apa yang mempengaruhi sehingga timbulnya unmet need akan kontrasepsi di Sulawesi Tengah. Faktor itu dilihat dari segi demografi, sosial ekonomi serta faktor hubungannya dengan program.
Penelitian ini merupakan penelitian secara cross sectional dengan menganalisa data sekunder SDKI 1994.
Pengambilan data yang berasal dari SDKI 1994 dilakukan dengan merujuk pada daftar pertanyaan sesuai dengan kerangka konsep. Dari jumlah sampel sebanyak 725 PUS, dilihat PUS yang tidak pakai kontrasepsi modern, yang sedang hamil tapi tidak diinginkan/tidak disengaja dan yang subur tapi tidak ingin anak lagi atau ingin tapi 2 tahun kemudian. Data tersebut kemudian diolah secara univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat 26,3 % responden dengan unmet need. Variabel yang berhubungan bermakna dengan unmet need adalah aktivitas seksual dan kunjungan petugas KB. Pada analisa ini juga dilakukan interaksi dan hasilnya menunjukkan ada interaksi antara jumlah anak hidup dengan pendidikan dan jumlah anak hidup dengan kunjungan petugas KB.
Dari hasil penelitian tersebut, disarankan untuk dilakukan pendekatan baru dengan menambahkan kegiatan dari program yang selama sudah ada. Hal tersebut penting artinya karena program yang selama ini telah ada belum dapat menurunkan angka unmet need. Disamping itu ketersediaan dana, tenaga, sarana dan metoda juga diperlukan. Perlu ditingkatkan kerjasama dengan instansi terkait khususnya dalam upaya peningkatan pendidikan bagi PUS.
Semakin dimantapkan institusi masyarakat yang selama ini telah ada. Peningkatan kunjungan petugas KB terutama PUS dengan jumlah anak banyak serta yang berpendidikan rendah.
Pembentukan kelompok KB baru lebih ditingkatkan baik kuantitas maupun kualitasnya dalam upaya peningkatan kesejahteraan keluarga dan peserta KB.

Factor that Influence Unmet Need of Family Planning in Central Sulawesi (Secondary Analitical Data SDKI 1994) The success of the National Family Planning Program in persuading fertile couples to participate in Family Planning has proven to be successful. However this success still face same problem among time their are still fertile couples how are going true an a result of not using modern contraception method.
The another in this cases has riset influence the factor of Unmet Need of contraception in central Sulawesi. This factor have been recorded by statically demographi (age, sexual activity, number of children, living condition), Social Economic (education and work status), the relationship with Family Planning Program (knowledge of contraception, National Family Planning employ visit, active participation in the program).
The riset has been conducted using cross sectional analysis with SDKI 1994. Data was taken from questioner survey SDKI 1994. From total of 725 fertile couples survey, the data was categories to does how that not using modern contraception method, does how are carrying un wanted pregnancy and does do not was to have another child or are planning to have another child with in 2 years.
Data in process univariat, bivariat and multivariat. From the riset it has been show there are 26,3 % respondent with unmet need. Variable there is significant relationship between unmet need are sexual activity and national family planning employ visit. Analysis has been conducted with conform their is an interaction between number of children with education level and number of children with national family planning employ visit.
From the riset result it is advisable to try new approached and intensity current program. This is because current event has not lower unmet need. Thus operational fund and power and facilities need to be provide.
The need to be corporation with another sector to increase education of fertile couples. The number outlet of Sub PPKBD, need to be increase to a level of 1 in each RW.
Visit by national family planning employ must be increase ini corelation with the number of children and education level of an area. Formation of additional family planning group need be to increase to improve family welfare and increase number of participation in the program.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eny Haryati
"Dalam rangka usaha mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, Indonesia menerapkan program Keluarga Berencana (KB) mulai tahun 1969, dengan sasaran langsung untuk menurunkan angka kelahiran (Fertilitas). Setelah program KB Dilaksanakan selama empat pelita (tahun 1989), maka program KB mulai menampakkan hasilnya. Total Fertility Rate (TFR) turun dari 5,55 pada tahun 1969 menjadi 3,33 pada tahun 1989. Tetapi program KB ternyata memerlukan sumberdaya (dana, sarana dan prasarana) yang sangat besar yang berupa subsidi Pemerintah.
Menyadari bahwa ketergantungan dana pada (subsidi) seperti ini tidak penguntungkan untuk suatu program jangka panjang; dan menyadari bahwa masyarakat sudah mulai bisa menerima program KB (Norma Keluarga Kecil); serta menyadari bahwa keadaan social ekonomi masyarakat mengalami peningkatan; maka BKKBN sebagai koordinator program lalu mencanangkan adanya Program KB Mandiri, adalah program KB swadana (yang dibiayai oleh masyarakat akseptor sendiri, dan pelayanannya dilakukan oleh pihak institusi swasta).
Penelitian ini berusaha untuk : 1). Mengetahui bagaimana kebijaksanaan Program KB Mandiri. 2). Mengetahui bagaimana pelaksanaan Pengembangan Kelembagaan Program KB Mandiri di Kabupaten Ponorogo. 3) Mengetahui apa faktor-faktor SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats) dari program KB Mandiri di Kabupaten Ponorogo. 4) Mengevaluasi Model Pengembangan Kelembagaan yang saat ini diterapkan. 5) Hencari temuan tentang Model Pengembangan Kelembagaan KB Mandiri yang lebih baik, yakni yang lebih bisa mengefektifkan transisi dari Program KB Biasa Menuju Program KB Mandiri Penuh.
Langkah pertama, dilakukan Studi Literatur terhadap teori-teori yang relevan dengan topik penelitian ini, yakni meliputi : Teori Pembangunan, Teori Kebijaksanaan, dan Teori Pengembangan Kelembagaan. Langkah kedua, dilakukan Studi Kebijaksanaan sekaligus menganalisis kebijaksanaan (Bromley, 1989),yakni terhadap Kebijaksanaan KB Mandiri mulai Kebijaksanaan Umum (Pusat) sampai Kebijaksanaan RB Mandiri di tingkat Kabupaten. Langkah ketiga, mendiskripsikan data sekunder tentang implementasi Pengembangan Kelembagaan KB Mandiri. Data ini diperoleh melalui Studi Dokumentasi (Lexy J Moleong,1991). Langkah keempat, melakukan Analisis SWOT terhadap data mengenai implementasi Pengembangan Kelembagaan KB Mandiri tersebut (John M Bryson, 1991). Langkah kelima, menarik suatu (temuan) atas hasil dari Analisis SWOT tersebut, dan temuan ini kemudian dianalisis dengan menggunakan Analisis Memastikan Temuan /Confirming Finding Analysis (Miles, 1984 ), dengan menggunakan data primer (dari informan) yang diperoleh melalui Wawancara mendalam (Manasse Halo, 1985) dan Triangulasi (Miles, 1984). Dari sini kemudian ditarik suatu Model Pengembangan Kelembagaan KB Mandiri yang ditawarkan, yang menurut peneliti memiliki peluang efektif lebih tinggi.
Hasil dari Confirming Finding Analysis menunjukkan bahwa Program KB Mandiri yang pelayanannya diberikan oleh institusi swasta mempunyai kualitas yang baik. Akan tetapi program KB Mandiri ini hanya menjaring masyarakat kelas tertentu (Keluarga Sejahtera Tahap II, III, dan III+), dan mereka puas dengan pelayanan yang mereka terima. Dan sebaliknya Program KB Biasa yang pelayanannya diberikan oleh Puskesmas dan RSU mempumyai kualitas yang kurang baik. Masyarakat yang menggunakan jasa ini adalah Keluarga Tahap Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera Tahap I. Dan mereka kecewa atas pelayanan yang mereka terima. Bila keadaan terus berlanjut demikian, maka Program KB Mandiri akan sulit untuk mencapai keberhasilan. Selama ini target pencapaian akseptor KB Mandiri hanya mencapai 50,68%).
Temuan yang sekaligus merupakan Model Pengembangan Kelembagaan KB Mandiri yang peneliti tawarkan, yang sekaligus pula merupakan output dari penelitian ini adalah bahwa untuk mencapai keberhasilan program KB Mandiri baik jangka pendek maupun jangka panjang perlu dilakukan pexubahan Kebijaksanaan dengan jalan HAPUSKAN KB BIASA DAN JADIKAN KB MANDIRI SRBAGAI ALTERNATIF TUNGGAL DALAM BER-KB. Dengan catatan Program KB mandiri yang baru tersebut mengengal adanya 2 macam cara pembayaran 1) Pembayaran Seperti Biasa (untuk masyarakat yang mampu, dan 2) Sistem Pembayaran dengan dana JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat) untuk masyarakat yang kurang/tidak mampu.
Untuk mendukung perubahan kebijaksanaan ini memang memerlukan perubahan pada beberapa variabel Pengembangan Kelembagaannya. Dengan demikian masyarakat baik yang mampu maupun yang kurang/tidak mampu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pelayanan KB yang berkualitas, yakni pelayanan KB Mandiri."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1994
T2289
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Mulia
"Studi tentang pola perbedaan dan faktor yang mempengaruhi praktek KB jangka pendek dan jumlah anak dalam rumah tangga dilakukan dalam dua tahap, pertama dengan memakai metode analisa regresi logistik multinomial untuk mengetahui pengaruh faktor sosial ekonomi dan demografi dan jumlah anak terhadap praktek KB, kedua menggunakan analisis regresi linier untuk mengetahui pengaruh faktor sosial ekonomi dan demografi dan praktek KB terhadap jumlah anak.
Studi dilakukan mengingat bahwa upaya program KB untuk menurunkan kelahiran telah menunjukkan keberhasilan dengan penurunan angka kelahiran total (TFR) dari 5,6 anak pada periode 1970-an menjadi 2,6 anak pada periode 2002-2003. Kondisi saat iuti dimana TER di Indonesia telah sampai ke level 'hard rock' dimana untuk menurunkan TFR ke level lebih rendah lebih sulit dari sebelumnya. Untuk analisis ini digunakan Data SDKI 2003-2003 dengan menggunakan program SPSS 11,5.
Dari hasil analisa diperoleh bahwa faktor sosial ekonomi dan demografi serta jumlah anak sangat berpengaruh terhadap praktek KB rumahtangga, dan faktor sosial ekonomi dan demografi serta praktek KB sangat berpengaruh terhadap jumlah anak yang dimiliki. Faktor usia isteri tua berpengaruh terhadap pemilihan metode KB, Semakin tua usia isteri semakin cenderung untuk tidak KB, dan semakin tua isteri semakin banyak jumlah anak dalam rumahtangga. Isteri melahirkan diusia resiko cenderung tidak KB dibanding yang melahirkan diusia aman, dan isteri yang melahirkan anak diusia cenderung mempunyai anak lebih banyak dari yang melahirkan diusia aman.
Beberapa variabel lainnya seperti pendidikan isteri dan suami, diskusi KB dengan suami, dikunjungi PKB 12 bulan terakhir, status kerja isteri, indek kekayaan, frekwensi perkawinan isteri, tempat tinggal dan wilayah propinsi mempunyai pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap praktek KB rumah tangga dan jumlah anak yang dimiliki."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T20079
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>