Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139154 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gemala Birgitta
"Pembersihan gigi tiruan lepas akrilik sangat penting untuk mencegah terjadinya peradangan pada mukosa mulut dibawah basis gigi tiruan akrilik. Peradangan dapat disebabkan oleh plak dan mikroorgauisme yang menempel pada basis gigi tiruan akrilik tersebut.
Urnumnya pasien-pasien pemakai gigi tiruan lepas akrilik membersihkan gigi tiruannya dengan menggunakan sabun atau pasta gigi, tetapi belum ada penelitian mengenai efektivitas kedua bahan tersebut. Selain itu ada pula bahan pembersih yang mengandung peroksida yang terdapat dalam bentuk tablet yang dilarutkan dalam air.
Tulisan ini melaporkan hasil penelitian tentang perbandingan efektivitas sabun, pasta gigi dan hidrogen peroksida 3 % clalam membersihkan gigi tiruan lepas akrilik.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini, nilai derajat kebersihan gigi tiruan lepas akrilik yang paling tinggi adalah bila gigi tiruan dibersihkan dengan sabun, disusul dengan pasta gigi dan hidrogen peroksida 3 %, walaupun secara statistik perbedaan tersebut tidak bermakna."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Doddy S.H. Soemawinata
"Retensi merupakan permasalahan yang sering dijumpai dalam menentukan keberhasilan pembuatan gigi tiruan lengkap. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui teknik pencetakan yang dapat memberi retensi optimal pada gigi tiruan lengkap akrilik rahang atas antara pencetakan yang dilakukan dengan border molding dan tanpa border molding. Selain itu juga untuk mengetahui perbedaan setiap kasus yang dilihat dari segi anatomi rahang. Pada penelitian ini digunakan lima subyek penelitian. Masing-masing subyek dicetak rahangnya dan dibuatkan dua basis gigi tiruan rahang atas, hasil dari border molding dan tanpa border molding yang diberi kaitan kawat di tengah bagian median basis. Setiap basis gigi tiruan lengkap dilakukan uji kecekatannya pada kaitan kawat yang tersedia dengan menggunakan alat Instron tipe 4301. Hasil pengujian kecekatan dihitung secara statistik dengan Student T-Test untuk membedakan antar metode pada masing-masing subyek dan analisis kualitatif untuk menjelaskan perbedaan antar subyek penelitian. Setelah pengujian diperoleh kesimpulan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara basis gigi tiruan lengkap yang dihasilkan dengan dilakukan border molding dan tanpa border molding. Selain itu antara kelima subyek penelitian secara kuantitatif tidak menunjukkan adanya homogenitas. Melihat hasil yang diperoleh maka dapat disarankan kepada para dokter gigi untuk melakukan border molding pada pencetakan rahang pasiennya terutama dengan keadaan tulang alveolar yang telah menyusut. Hal ini dilakukan agar diperoleh retensi yang optimal."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Herniyati
"ABSTRAK
This investigation conducted to evaluate the relationships between the size of teeth and carabelli's cups from 120 students of the Faculty of Dentistry a average of age of 20 years. The data of the size teeth and the carabelli's cups of the first permanent upper molars were obtained from the upper arch printing. In addition, corresponding measure meats were also mode is the mesio-distal and bucco palatal teeth. The scores of the carabelli's cups were based on the Dalberg's classification. The results showed that the number of the teeth which had score I with grooves were high (48; 40%), then followed by score 0 (the average of mesio palatal cups) Which comprised of 44 teeth (20%), score 3 (there were depressions shaped as a small "Y" alphabet) were 19 teeth (15,83%), score 5 (there were small cups), score 6 (three were medium cups), score 2 (there were pits) and score 4 (there were depression shaped as big "Y" alphabet which each comprised of the 12 teeth (10%); 7 teeth (5,83%); 6 teeth (5%) and 4 teeth (3,33%). None of the teeth had carabelli's cup with score 7 (there were cups with big size). The results of the measurements on mesio-distal and bucco palatal teeth were variable. The smallest mesio-distal and bucco-palatal teeth were 0,20 mm and the largest were 12,80 mm. In size showed that there was a significant relationship between the teeth size and carabelli's cups which the size of carabelli's cups was always in line the teeth size."
Journal of Dentistry Indonesia, 2004
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Rahardjo
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
PGB 0583
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Preiskel, H. W.
Jakarta: Erlangga, 1981
617.692 PRE kt (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mia Damiyanti
"ABSTRAK
The objective of this study was to find out the relationship between prior learning and performance of final test on dental material science. A sample of 70 respondents was randomly selected from students in the Faculty of Dentistry, University of Indonesia, Jakarta. The data were taken through objective (for entry learning) and essay tests. The relation among prior learning and final test on dental material science was analysed by partial correlation and multiple regression techniques. The resulting findings are as follows: there was a positive correlation between student's prior learning and performance of final test (r=0.533). This study also revealed that the mean score of students ability on prior learning and final test were higher than their theoretical mean score. It can be concluded that prior learning significantly contributed to learning achievement in dental material science."
Journal of Dentistry Indonesia, 2004
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Wuryan Prayitno
"Sejak zaman dahulu manusia telah diganggu oleh masalah gigi dan mencari berbagai macam cara untuk meringankannya. Penyembuh penyakit gigi pertama adalah seorang dokter, tetapi menjelang abad pertengahan para "barber surgeons" dari daratan Eropa telah melakukan kekhususan untuk perawatan gigi. Para praktisi belajar melalui "trial and error" dan observasi secara intensif, dan menjelang abad ke-15 mereka telah mengembangkan bidang yang baru ini lebih cepat dibandingkan dengan para dokter yang telah lama melakukan praktek ilmu kedokteran pada waktu itu. Kecepatan berkembang ini dua kali lipat pada abad ke-18 ketika Pierre Fauchard (1678-1761) melalui risalah besarnya "Le Chirurgien Dentiste" yang edisi pertamanya diterbitkan pada tahun 1728 dengan tegas menyatakan bahwa bidang kedokteran gigi merupakan profesi yang murni (a true profession). Tidak lagi terperosok dalam takhyul dan tidak merupakan cabang dari ilmu kedokteran, akhirnya sejak zaman itu, bidang kedokteran gigi dikembangkan dengan dasar prinsip-prinsip keilmuan yang rasional sebagai suatu profesi.
Akhir-akhir ini terbetik issue yang mengecilkan fungsi profesi kedokteran gigi. Perkenankanlah sebagai seorang anggota profesi tersebut, secara pribadi saya menghimbau kepada masyarakat luas bahwa keragu-raguan tersebut kalau memang ada, tidaklah perlu, karena profesi ini di Indonesia dengan jatuh bangun telah dirintis oleh para anggota profesinya, semenjak didirikannya Sekolah Kedokteran Gigi pada tahun 1928 (Stovit) di Surabaya. Selama hampir 65 tahun pendidikan kedokteran gigi di Indonesia telah berkembang menjadi 11 Fakultas Kedokteran Gigi pemerintah dan swasta. Ini membuktikan bagaimana kelompok profesi ini ingin berkembang, dan berkembang terus, agar dapat ikut mengembangkan dharma baktinya bagi kepentingan kemanusiaan. Di samping itu sejak tahun 1950 para dokter gigi di seluruh Indonesia telah mendirikan suatu wadah profesi yang disebut PDGI atau Persatuan Dokter Gigi Indonesia. Demikianlah para hadirin sedikit pendahuluan sebelum saya menginjak pada kekhususan mengenai bidang Periodontologi."
Jakarta: UI-Press, 1993
PGB 0445
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Herwati Djoharnas
"ABSTRAK
Penelitian mengenai santri wanita ini dilakukan pada Pondok pesantren Yayasan Ainurrohmah, di desa Ciater, kecamatan Serpong Kabupaten Tanggerang. Pada sejumlah 13 orang santri telah dilakukan pembinaan berupa penambahan pengetahuan dan ketrampilan di bidang kesehatan/kesehatan gigi, selama 1,5 bulan. dari bulan 3uli hingga September 1999.
Tujuan umum yang akan dicapai adalah mencari strategi yang tepat untuk dapat memberdayakan mereka agar dapat menjadi kader kesehatan/kesehatan gigi.
Silabus pendidikan disusun berdasarkan hasil survey tentang keadaan kesehatan gigi para santri serta pengetahuan dan sikap mereka terhadap kesehatan. Metoda pengajaran dilakukan dengan ceramah, diskusi, demonstarsi dan latihan dilapangan pada masyarakat. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan maka alat bantu yang digunakan adalah buku panduan, poster, slides, model gigi, sikat gigi dsb, yang terasa sangat penting dalam mencapai keberhasilan pelaksanaan pendidikan.
Berdasarkan evaluasi pada pengetahuan dan ketrampilan tambahan yang telah diberikan tersebut, dapat dikatakan bahwa hasil yang dicapai cukup baik. Strategi yang perlu diperhatikan dalam pengembangan program serupa adalah waktu pelaksanaan, latar belakang pendidikan para santri, proses perkembangan dari pondok pesantren dan fasiitas yang dimiliki, serta peran dari pesantren sebagai lembaga sosial bagi masyarakat disekelilingnya."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Irawan
"Kebutuhan akan restorasi tuang di bidang kedokteran gigi semakin meningkat seiring dengan keberhasilan pembangunan Indonesia. Logam pilihan untuk membuat restorasi tuang pada umumnya adalah logam paduan emas, dan material yang beredar di Indonesia pada umumnya masih harus diimpor dari luar negeri dan harganya cukup mahal. Dengan meningkatnya harga emas, maka perlu dicari logam alternatif lain untuk restorasi tuang. Indonesia yang merupakan salah satu penghasil tambang nikel dan tembaga, sudah sepatutnya dapat memanfaatkannya untuk berbagai keperluan termasuk di bidang kedokteran gigi.
Dalam penelitian ini digunakan logam paduan nikel-tembaga-mangan untuk keperluan restorasi gigi. Hasil penelitian di tahun pertama telah dibuat 5 komposisi paduan nikel-tembaga-mangan, yaitu . 2ONi-40Cu-40Mn, 30Ni-40Cu-40Mn, 30Ni-40Cu-30Mn, 40Ni-30Cu-30Hn, dan 5ONi-30Cu-20Mn. Kelima paduan tersebut telah dilakukan uji komposisi, kekerasan, kemampuan tuang, dan kekuatan tarik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa paduan nikel-tembaga-mangan mempunyai kekerasan yang lebih besar dari logam paduan emas. Temperatur lebur paduan berkisar dari 960 0C sampai dengan 1160 0C. Kemampuan tuang cukup baik terutama pada paduan dengan temperatur lebur kurang dari 1000 0C. Kekuatan tarik memperlihatkan hasil yang bervariasi dimana mempunyai kombinasi kekuatan tarik dan strain yang cukup besar. Hal tersebut memperlihatkan bahwa paduan nikel-tembaga-mangan dapat digunakan sebagai bahan untuk pembuatan restorasi tuang di bidang kedokteran gigi. Untuk memperbaiki sifat yang dipunyai logam paduan, maka perlu ditambahkan sedikit logam Pd (palladium).
Pada penelitian pada tahun berikutnya perlu dilakukan pengujian sifat kimia, yaitu uji korosi, dan uji sifat biologis, yaitu uji toksisitas dan sensitivitas pada binatang percobaan.

Demand for cast restorations in dentistry is rapidly increasing along with the improvement in economical status as a result of development. Among other metals used in dentistry, gold alloys are usually the metal of choice for cast restorations, because of its superior qualities. The materials available in Indonesia are still imported and they do cost a fortune. As the value of gold increases, it is necessary to use metal for cast restorations. For Indonesia, as one of the nickel and copper producing countries, it is most obvious that we should be able to utilize the metals for various purposes, especially in dentistry.
The study uses nickel-copper-manganese alloys for tooth restoration. In the first year of study, 5 compositions of nickel-copper-manganese alloys combinations have been produced, namely: 2ONi-40Cu-4OHn, 30Ni-40Cu-40Mn, 3ONi-4OCu-30Mn, 4ONi-30Cu-30Mn, and 5ONi-30Cu-2OMn. Each of the five composition have undergone several tests, which are composition test, hardness test, castability, and tensile strength test.
The result of the study shows that nickel-copper-manganese alloys are harder than gold alloys. The melting point of Ni-Cu-Mn alloys are between 960 C and 1160 C. The castability is satisfactory, especially when the melting point is below 1000 ,C. Variety of its tensile strength has been noted, with a relatively high strain. These properties indicates that nickel-copper-manganese alloys can be used as cast restoration in dentistry. To improve the property or quality of the alloy, a small amount of palladium was added.
Studies for the following year is designed to test the alloys chemical properties .(corrosion) and biological properties (toxicity and sensitivity on experimental animals).
"
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1993
LP 1993 67
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>