Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 68250 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elza Ibrahim
"Ruang lingkup dan cara penelitian : Penelitian ini bertujuan mencari derajat ketepatan penentuan golongan darah ABO dari material gigi yang diambil dari 145 subyek. Determinasi golongan darah dilakukan pada bahan email, dentin dan pulpa serta dari darah pasta pencabutan sebagai kontrol. Sampel dibagi menjadi 4 kelompok : 54 gigi non-karies yang dibelah dua, sebagian segera dilakukan penentuan golongan darah, sebagian lagi dibiarkan dalam suhu kamar (29±4°C) selama satu bulan sebelum ditentukan golongan darahnya. Sebagai perbandingan 36 gigi non-karies dikubur dalam tanah selama satu bulan sebelum dilakukan penentuan golongan darah dan 55 gigi karies yang langsung ditentukan golongan darahnya. Penentuan golongan darah dilakukan dengan metode absorpsi elusi.
Hasil dan Kesimpulan : Hasil menunjukkan pada kelompok non-karies, frekuensi ketepatan pada sampel email lebih kecil secara signifikan dibanding dentin, pulpa dan darah (p<0,01), sedangkan antara dentin, pulpa dan darah tidak ada perbedaan yang bermakna. Dan email, hanya 37-59 % yang terdeteksi bertar, diduga disebabkan karena rendahnya fraksi organik gigi dibagian ini. Sampel dentin dan pulpa tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna baik pada paparan tanah maupun suhu kamar selama satu bulan. Secara keseluruhan untuk dentin dan pulpa persentase ketepatan penentuan golongan darah pada gigi non-karies berkisar antara 94-100 %, sedangkan untuk gigi karies 65-87 %. Disini terlihat bahwa frekuensi ketepatan penentuan golongan darah dan dentin dan pulpa pada karies pulpa lebih kecil secara signifikan dibandingkan non-karies (p<0,01). Ketepatan penentuan golongan darah antara gigi karies dentin dan karies pulpa tidak terdapat perbedaan yang bermakna.
Dapat disimpulkan bahwa materi email tidak dianjurkan untuk digunakan dalam penentuan golongan darah dari material gigi. Sedangkan dentin, pulpa dan kemungkinan gigi utuh secara keseluruhan dapat dipercaya untuk penentuan golongan darah waupun proporsi ketepatan agak lebih rendah dibandingkan darah secara langsung, materi dari suatu gigi utuh cukup memenuhi persyaratan dalam penentuan golongan darah. Efek kontaminasi mikro-organisme karies secara signifikan juga terlihat dalam hasil penelitian ini, yang berarti membatasi relabilitas ketepatan penentuan golongan darah dalam identifikasi forensik. Bila dimungkinkan sebaiknya digunakan gigi non-karies dan dalam keadaan terpaksa dipilih seminimal mungkin gigi karies.

Determination of ABO Blood Grouping Using Tooth Material: Supporting Information for Forensic IdentificationScope and methods of research: To study the efficiency and robustness of ABO blood grouping from tooth material, extracted tooth samples from 145 people were ABO blood grouped torn enamel, dentine and pulp, with direct blood grouping at the time of extraction as control. Of the 145 tooth samples, a half of 54 teeth without caries and 55 whole teeth with caries were blood grouped immediately (within few days). The other half of the 54 teeth without caries were stored at room temperature (29±4°C) for one month. For all cases, straightforward absorption elution technique was used br ABO blood grouping from tooth material.
Results and Conclusions: From enamel, the proportion of correctly ABO blood grouped tooth samples without caries was only 37 to 59 % and significantly smaller (p<0,01) than from dentine, pulp or control (blood). In comparison, for dentine and pulp 94 to 100 % of the results were correct for teeth without caries, and there was no significant difference between dentine, pulp and control immediately after extraction. With the exception of relatively unreliable blood grouping from enamel, storing non-caries teeth for one month at room temperature appears to exert no significant influence in comparison with immediate blood grouping after extraction. However, one month underground made it significantly less likely (p<0,01 for dentine and pulp) to achieve correct blood grouping from non-caries tooth material in comparison with immediate blood grouping after extraction or one month storage at room temperature. For dentine and pulp, only 65 to 87 % of blood grouping results were correct for teeth with caries. Particularly caries pulpa appears to make correct blood grouping from tooth material (dentine and pulp) significantly less likely (p<0,01) than torn non-caries teeth. Similar tendency for teeth with caries dentine was weaker, but there was no significant difference in correct blood grouping torn teeth with caries dentine and caries pulpa.
The results confirm that enamel alone is unreliable material for ABO blood grouping. However, dentine, pulp and probably whole teeth without caries can be used hr blood grouping with reasonable confidence. The material torn a single tooth appears sufficient for blood grouping in such cases. The results also imply adverse effects of microbial contamination by caries and soil contact, which can limit the reliability of correct blood grouping from teeth in forensic applications. When the choice is possible, tooth material with as little caries as possible should be used.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Guntur Bumi, Author
"ABSTRAK
Penentuan golongan daran ABU dari tulang manusia telah dilakukan pada mayat di Bagian Kedmkteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di Jakarta dan Bagian Hedokteran Forenaik Fakultas Kedokteran Universitaa Sumatera Utara di Medan. Mayat-mayat ini herasal dari kasus-kasus kecelakaan yang diminta oleh penyidik untuk di autapsi.
Penentuan gnlungan darah AED dilakukan denQan metoda absnrpsi elusi yang menggunakan bahah dari Biofarma Bandung serum anti A dan serum anti E' dengan titer 1 : 125, sedangkan anti H beraaal dari biji ulex europaeua dengan titer 1 : 32.
Hasil penelitian pada 30 kasus menunjukkan banwa golongan darah dari tulang masih dapat ditentukan dalam jangka waktu EO minggu setelan kematian. Perubahan intenitas reaksi aglutinasi dari (+++) menjadi (++) untuk anti A mulai terlinat setelah 4 minggu dan telah lengkap pada seluruh tulang setelah 10 minggu. Sedangkan untuk anti B dan anti H, perubahan intensitas reaksi tersebut mulai terlinat setelah 4 minggu' dan menjadi lengkap pada seluruh tulana setelah B minggu.
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Sasmita
"Skripsi ini dibuat untuk merancang perangkat lunak yang dapat mengidentifikasi golongan darah melalui proses 'image processing' dengan menggunakan 'Hidden Markov Model'. Darah manusia terbagi menjadi 4 golongan menurut sistem penggolongan darah ABO. Pengolongan ini dapat dikenali dengan berbagai metode. Skripsi ini bertujuan sebagai penelitian untuk menganalisa pengenalan golongan darah manusia dalam bentuk 'Image' dengan metode 'Hidden Markov Model' (HMM) yang selanjutnya akan dihasilkan keluaran dalam bentuk probabilitas. Proses pengenalan darah dikhususkan dengan memasukkan 'image' ke dalam pemrogaman perhitungan matematis.
Selanjutnya penelitian dilakukan 2 tahapan, yaitu: pembentukan 'database' dan proses pengenalan. Pada proses pembuatan 'database', gambar akan dibagi-bagi menjadi beberapa 'frame' agar lebih memudahkan proses. Setiap 'frame' diubah ke dalam domain frekuensi menjadi bilangan vektor yang disebut 'sample point'. Kumpulan beberapa 'sample point' terdekat dikuantisasi menjadi sebuah nilai yang disebut 'centroid' dan kumpulan 'centroid' ini menghasilkan sebuah 'codeword', untuk kemudian disimpan dalam sebuah 'database codebook'.
Semua data dalam 'database codebook' diolah sehingga menghasilkan parameter-parameter HMM yang kemudian disimpan dalam sebuah 'database' HMM yang akan menghasilkan nilai-nilai 'log of probability' untuk setiap perbandingan target gambar dengan data pada database HMM. Data dengan nilai 'log of probability' yang paling tinggi disimpulkan sebagai keluaran dari keseluruhan proses. This final project of undergraduate program was created to design the software that could identify ABO blood type with applying Hidden Markov Model.

Human blood consist of 4 categories based on ABO blood type. This categorization can be recognized with some method, such as: Fuzzy Logic, Neural Network, Hidden Markov model. The purpose of this project was identify the human blood using special software with applying Hidden Markov Model with minimal error, so the results still can show what the reality are. We got the results from the highest probability that comes from the output of Hidden Markov Model. For better and easiest programming, we used special mathematical software.
Later on, the examination was conducted in 2 steps. The 1st was to make a database and 2nd to do the identification. In the 1st step, the picture was cropped and standardized to the exact same file extension and same matrix form. We call the results as frames in which we change it over to frequency domain that hence numerical vector in which we call it as sample point. Some collection of sample point were calculated as a value that we call as centered point and the collection of these centered points was called codeword that was stored as a database codebook.
All the codeword was calculated to get HMM parameter that was stored in a HMM database as log of probability value for every comparison with the target picture. Log of probability value would show the conclusion of the target picture which also means what type the blood belongs.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S40577
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nartono Kadri
"ABSTRAK
Penyakit hemolitik neonatal (PHN) adalah suatu penyakit dengan umur sel darah merah janin atau neonatus yang memendek akibat antibodi ibunya. Antibodi ibu yang dapat menyeberang plasenta ialah IgG. Dengan ditemukannya upaya preventif anti Rho (anti-D) terhadap penyakit hemolitik Rhesus, maka pada waktu ini PHN akibat inkompatibilitas golongan darah ABO ibu-janin (PHN-ABO) merupakan penyebab utama terjadinya penyakit hemolitik isoimun pada neonatus.
PHN-ABO lebih sering ditemukan pada bayi golongan darah A atau B dan ibu golongan darah O, dan angka kejadiannya berbeda bermakna dibandingkan dengan kehamilan inkompatibel pada ibu golongan darah A atau B.Hal ini disebabkan karena antibodi anti-A atau anti-B pada ibu golongan darah O umumnya adalah klas IgG (7S) yang dapat menyeberang lintas plasenta, sedangkan pada ibu golongan darah A atau B umumnya adalah klas IgM (19S) yang tidak dapat menyeberang plasenta. Kehamilan inkompatibel ibu golongan darah O dengan janin golongan darah A atau B ditemukan sekitar 15-40% dari seluruh kehamilan.
Dalam masyarakat Indonesia, kelompok golongan darah O merupakan persentase tertinggi dibandingkan kelompok golongan darah lainnya yaitu 40,8%, diikuti golongan A, B kemudian. AB. Di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta (RSUPN CM), 59,2% ibu bergolongan darah O melahirkan bayi golongan darah A atau B.
Sekitar 20%-30% penderita ikterus neonatal dari berbagai ras ternyata berlatar belakang inkompatibilitas ABO. Pada beberapa penelitian terpisah, ditemukan bahwa resiko kejadian PHN-ABO lebih tinggi pada ras kulit berwarna dibandingkan dengan ras kulit putih. Di Afrika Selatan, ditemukan 47% dari penderita ikterus neonatal disebabkan oleh inkompatibilitas ABO. Pemeriksaan laboratorik uji antiglobulin direk positif, pada etnis kulit berwarna berbeda bermakna dibandingkan dengan etnis kulit putih. Tindakan transfusi tukar atas indikasi hiperbilirubinemia berlatar belakang kehamilan dengan inkompatibel ABO mempunyai persentase yang cukup tinggi. Angka kejadian di Afrika Selatan adalah 55% dari seluruh tindakan transfusi tukar, di Jakarta ditemukan sekitar 42,4%, dan di Singapore sebanyak 28%.
Di daerah yang keadaan lingkungan hidupnya belum memadai, kejadian PHN-ABO lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang lingkungan hidupnya lebih baik, hal ini disebabkan adanya paparan substansi dari lingkungan berupa bakteri atau parasit. Beberapa bakteri misalnya E.coli dan parasit cacing Ascaris lumbricoides dan Necator americanus yang banyak ditemukan di daerah lingkungan hidup kurang sehat, ternyata mengandung substansi yang mirip dengan komponen sel darah merah A atau B. Bila paparan oleh substansi demikian terjadi secara berulang dan kontinu, dapat menimbulkan reaksi antigen antibodi sekunder terhadap antibodi alamiah yang telah ada pada ibu, terjadilah pembentukan antibodi lebih cepat dan tinggi. Pada wanita hamil yang mempunyai titer antibodi anti-A atau anti-B tinggi, kemungkinan terjadinya penyakit hemolitik ABO pada bayinya makin tinggi pula."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
D179
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Triana
"ABSTRAK
Dermatoglifi merupakan qambaran sulur kulit pada ujung jari tangan, telapak tangan, ujung jari kaki dan telapak kaki. Pada penelitian ini dilakukan analisis dermatoglifi ujung jari tangan pada mahasiswa FMIPA UI berdasarkan golongan darah sistem ABO dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan dermatoglifi di antara golongan darah 0, A, B, dan AB. Sampel terdiri dari 78 mahasiswa/mahasiswi FMIPA UI yang terdiri dari golongan darah 0 = 25 orang, golongan darah A = 20 orang, golongan darah B = 23 orang, dan golongan darah AB = 10 orang. Metoda yang digunakan adalah mencetak dermatoglifi ujung jari tangan dengan tinta finger print seperti yang dilakukan oleh Cummins dan Midlo. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Urutan frekuensi tipe pola dari yang tertinggi pada mahasiswa FMIPA UI adalah loop, whorl dan arch. Indeks Dankmeijer (ID) pada golongan darah 0 = 0; A = 8,24; B = 0,93; AB = 10,53. Rata-rata Jumlah Semua Triradius (JST) pada golongan darah 0 = 13,76; A = 14,05; B = 14,52; AB = 13,5. Rata-rata Jumlah Semua Sulur (JSS) pada golongan darah 0 = 147,36; A = 129,3; B = 140,09; AB = 122,6. Hasil uji Kruskal- Wallis terhadap tipe pola, JST dan JSS pada keempat golongan darah ABO menunjukkan tidak ada perbedaan pada a = 0,05. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah: tidak terdapat perbedaan dermatoglifi ujung jari tangan dalam hal tipe pala, jumlah semua triradius dan jumlah semua sulur pada mahasiswa FMIPA UI berdasarkan golongan darah sistem ABO."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juli Handono
"Riset ini merupakan pengembangan berupa pengintegrasian perangkat alat uji golongan darah tipe ABO dan Rhesus berbasis kertas menggunakan metode kromatografi dan forward grouping dengan perangkat deteksi aglutinasi secara otomatis. Kertas uji dibuat dari kertas saring Whatman nomor 4 dengan tiga kolom hidrofilik dan diletakkan pada casing berbahan Polylactic Acid hasil cetak 3D. Masing-masing kolom hidrofilik diimobilisasi reagen anti-A, anti-B, dan Anti-D (resus) 3 μl dengan 2 kali iterasi, dan 40 μl jumlah sampel darah yang dibutuhkan dalam pengujian. Perangkat deteksi aglutinasi otomatis mengimplementasikan pengolahan citra metode Absolute Substract Difference (ASD) menggunakan Raspberry Pi dan PiCamera modifikasi. Tingkat akurasi perangkat 92,5% dan waktu proses selama 4 menit, waktu proses tersebut lebih singkat dari metode point of care test golongan darah lainnya.

This research is a development of integration for ABO and Rhesus blood group typing devices based on paper using chromatography and forward grouping method with automatic agglutination detection device. Paper test was made by Whatman No. 4 filter paper with three hydrophilic columns, and it were placed on a Polylactic Acid cases that was printed by a 3D printer. Each hydrophilic column was immobilized 3 μL of anti-A, anti-B, and Anti-D (resus) reagents with 2 fold iteration, and 40 μl of blood samples required in the test. Automatic agglutination detection device implements Absolute Substract Difference (ASD) method as a image processing using Raspberry Pi and PiCamera modification. The accuracy is 92.5% and 4 minute processing time, the processing time is shorter than the other point-of-care test blood typing methods."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T47962
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Pekey
"ABSTRAK
Latar Belakang : Infeksi malaria menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang cukup signifikan pada semua usia terutama kelompok berisiko tinggi. Golongan darah ABO dikatakan dapat mempengaruhi berat ringannya malaria namun pada etnik dan geografis tertentu dapat berbeda. Meskipun beberapa penelitian terakhir mengatakan terdapat hubungan namun terdapat beberapa penelitian yang tidak menemukan hubungan tersebut termasuk di Papua New Guinea yang memiliki karakteristik etnik dan alam yang mirip dengan Papua. Selain itu pada beberapa studi sebelumnya jumlah sampel yang digunakan hanya sedikit, terdapat hasil statistik yang tidak bermakna, melibatkan sampel anak serta beberapa hanya dilakukan berbasis laboratorium Laboratory base . Pada penelitian ini kami menggunakan sampel yang lebih banyak, tidak melibatkan sampel anak dan penelitian dilakukan berbasis rumah sakit Hospital base . Metode : Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang dilakukan di RSUD Dok II Jayapura Indonesia dari September hingga November 2016. Sebanyak 210 subjek malaria yang memenuhi kriteria dikategorikan menjadi golongan darah O dan Non O serta malaria berat dan malaria ringan berdasarkan kriteria WHO. Data yang diperoleh diolah menggunakan SPSS versi 17 dengan melakukan analisis statistik kai-kuadrat dan menghitung rasio prevalensi serta interval kepercayaan. Hasil Penelitian : Dari 210 pasien, golongan darah non-O 80 pasien 38,2 dan golongan darah O 130 pasien 61,9 . Malaria berat pada golongan darah Non O sebanyak 13 kasus 16,3 dan Golongan darah O sebanyak 9 kasus 6,9 . Terdapat perbedaan prevalensi kejadian malaria berat yang bermakna antara kedua golongan darah p = 0,032 dengan Prevalensi rasio PR 2,4 IK95 : 1,06-6,42 . Golongan darah B terbanyak mengalami malaria berat p = 0,038 dan IK95 1,06-6,42 . Prevalensi malaria berat golongan darah non O pada kedua etnik lebih tinggi terutama pada etnik non Papua non Papua, PR 3,8 IK95 0,84-17,9, p=0,143 dibandingkan Papua, PR 1,83 IK 95 0,56-5,9, p=0,356 . Kesimpulan : Terdapat hubungan bermakna golongan darah ABO dengan berat ringanya malaria. Malaria berat lebih banyak terjadi pada Golongan darah Non O terutama golongan darah B.

ABSTRACT
Background Malaria infection has caused a significant morbidity and mortality in all ages, especially in high risk groups. Various factors, including ABO blood type, can influence the severity of malaria to certain ethnic group and location. In terms of ABO blood types, several studies showed their relationship with severity of malaria. Others, such as study on Papua New Guinea which has the same characteristic with Papua Province in Indonesia, showed a contrary result. However, these studies were considered invalid due to the usage of smaller samples, with no statistical differences results, only included children and laboratory based studies. In our study, we included more samples, not involving children and did a hospital based studies. Methods This was a cross sectional study in Dok II Jayapura Hospital, Indonesia, from September to November 2016. 210 subjects were diagnosed with malaria, clinically classified according to WHO criteria and underwent ABO blood type examination. Blood type was categorized into O and Non O groups. Malaria severity was classified into severe and mild malaria. Results Out of 210 patients, 80 38.2 and 130 61.9 were Non O and O blood types respectively. Severe malaria was commonly found in Non O compare to O blood type 16.3 vs 6.9 prevalence ratio PR 2.4 95 CI 1.06 6.42 p 0.032 . Moreover, group B blood type had the highest incidence of severe malaria p 0.038 95 CI 1.06 6.42 . In addition, Non O blood group in both Papuan and Non Papuan races had a greater prevalence of severe malaria Papuan, PR 1.83, 95 CI 0.56 5.9 p 0.356, compared with Non Papuan, PR 3.8, 95 CI 0.84 17.9, p 0.143 .Conclusion There is a significant relationship between ABO blood group and the severity of malaria in Papua. Severe malaria was more common in Non O, especially type B blood group. "
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadine Aurelie
"Prevalensi tinggi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Indonesia merupakan masalah kesehatan yang terkadang dianggap remeh. Presentasi gejala batuk dan pilek mampu menurunkan kualitas kehidupan masyarakat. Namun, pola transmisi ISPA yang multifaktorial mempersulit tindakan pencegahan. Seiring perkembangan teknologi, ditemukan bahwa antigen golongan darah ABO berperan dalam invasi patogen, sehingga dapat meningkatkan maupun menurunkan kerentanan transmisi. Namun, karena belum ada studi yang membahas tentang pengaruh perbandingan golongan darah ABO terhadap kerentanan transmisi ISPA, maka akan dilakukan studi untuk menjawab pertanyaan tersebut. Penelitian ini dilaksanakan dengan melibatkan 175 perwakilan keluarga inti yang berdomisili di daerah Jabodetabek melalui pendekatan potong lintang. Data penelitian diperoleh dari jawaban kuesioner online menggunakan platform Qualtrics. Data yang didapat akan selanjutnya dirapikan dan dianalisis dengan IBM SPSS Statistics for Windows versi 24.0. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan bermakna antara waktu inkubasi ISPA antara anggota keluarga inti dengan golongan darah sama dan berbeda, akan dilakukan analisis komparatif Mann Whitney. Didapatkan proporsi anggota keluarga inti yang terjangkit oleh anggota keluarga inti lain dengan golongan darah sama (kondisi 1) dan berbeda (kondisi 2) berturut-turut 44,7% dan 30,8%. Median dan modus dari waktu inkubasi ISPA kondisi 1 berturut-turut lebih dari 21 hari dan lebih dari 28 hari, sedangkan median dan modus waktu inkubasi ISPA kondisi 2 adalah lebih dari 28 hari. Terdapat perbedaan waktu inkubasi yang signifikan secara statistik antara kondisi 1 dan 2 (p = 0,009). Ditemukan pengaruh signifikan dari perbandingan golongan darah ABO pada anggota keluarga inti terhadap kerentanan transmisi ISPA dengan kecenderungan golongan darah yang sama mempercepat waktu inkubas

High prevalence of acute respiratory infection (ARI) issue in Indonesia is usually underestimated despite its influence on society’s quality of life. However, multifactorial ARI transmission hinders prevention effort. As technology evolves, the role of ABO blood antigen in pathogen invasion that affects transmission vulnerability is discovered. Since no study has been established to analyze the impact of ABO blood group comparison toward ARI transmission vulnerability, this research is held in order to find the missing link. This research was conducted via cross sectional approach by involving 175 representatives of nuclear families who live in Jabodetabek. The acquired data obtained from online questionnaire will then be organized and analyzed with IBM SPSS Statistics for Windows version 24.0. To find out whether there is a significant difference of ARI incubation time between nuclear family members with the same and different ABO blood groups, Mann Whitney comparative analysis will be carried out. The proportion of nuclear family members infected by other family members with the same (condition 1) and different (condition 2) blood group was 44.7% and 30.8% respectively. The median and modus of ARI incubation time from condition 1 consecutively was more than 21 days and more than 28 days, whereas the median and modus of ARI incubation time from condition 2 was more than 28 days. There was a statistically significant difference in incubation time between condition 1 and 2 (p = 0.009). Significant effect was discovered statistically between ABO blood group comparison at nuclear family members toward the susceptibility of ARI transmission where similar ABO blood groups have faster tendency of incubation time."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Nugroho Danang Puruboyo
"Latar belakang. Salah satu komplikasi paling umum dari diabetes mellitus (DM) adalah penyakit arteri perifer (PAD). Diperkirakan PAD mempengaruhi sebanyak 20% orang di atas 65 tahun. Banyak faktor yang berhubungan dengan terjadinya PAD. Golongan darah merupakan faktor risiko yang dikatakan mempengaruhi keparahan PAD namun belum banyak diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hubungan golongan darah ABO dengan derajat keparahan PAD pada pasien DM tipe II.
Metode. Studi cross-sectional dilakukan pada pasien DM tipe II yang didiagnosis dengan PAD dan datang ke Rumah Sakit Nasional Cipto Mangunkusumo, Indonesia selama periode Januari 2022 hingga Juni 2022. Diagnosis PAD didasarkan pada pengukuran indeks pergelangan kaki-brakialis. (ABI). Tingkat keparahan PAD dikelompokkan menjadi PAD ringan (ABI 0,7-0,9) dan PAD sedang-berat (ABI <0,7). Pasien dikategorikan menurut golongan darah ABO menjadi golongan darah O dan golongan darah non-O (A, B, dan AB).
Hasil. Sebanyak 366 subjek dilibatkan dalam penelitian ini (A = 108, B = 52, AB = 12, O = 194). Tidak ada perbedaan kejadian PAD pada pasien PAD golongan darah O dan non golongan darah O (p = 0,780). PAD lebih parah pada golongan darah non-O (p = 0,041). Faktor risiko PAD yang lebih berat adalah periode diabetes yang lebih lama (OR 10,325 (95% CI 5,108-20,871), p < 0,001) dan hipertensi (OR 4,531 (95% CI 1,665-
12,326), p < 0,003).
Kesimpulan. Golongan darah ABO tidak berhubungan dengan terjadinya PAD. Golongan darah non-O dikaitkan dengan PAD yang lebih buruk di antara pasien DM tipe II. Faktor risiko lain untuk PAD yang lebih parah adalah periode diabetes dan hipertensi yang lebih lama.

Introduction. One of the most common complications of diabetes mellitus (DM) is peripheral artery disease (PAD). It is estimated that PAD affects as many as 20% of people over 65 years. Many factors are associated with the occurrence of PAD. Blood type is a risk factor that is said to influence the severity of PAD but has not been widely studied. This study aims to evaluate the relationship between ABO blood group type and the severity of PAD in DM type II patients.
Method. A cross-sectional study was performed on DM type II patients who was diagnosed with PAD and came to Cipto Mangunkusumo National Hospital, Indonesia during the period of January 2022 to June 2022. The diagnosis of PAD was based on the measurement of ankle-brachial index (ABI). The severity of PAD was grouped into mild PAD (ABI 0.7-0.9) and moderate-severe PAD (ABI <0.7). The patients were categorized according to the ABO blood group into O blood type and non-O (A, B, and AB) blood type
Results. A total of 366 subjects were included in the study (A = 108, B = 52, AB = 12, O= 194). There was no difference of PAD occurrence in O blood type and non-O blood type PAD patients (p = 0.780). The PAD was more severe in non-O blood type (p = 0.041). The risk factors of more severe PAD were longer period of diabetes (OR 10.325 (CI95% 5.108-20.871), p < 0.001) and hypertension (OR 4.531 (CI95% 1.665-12.326), p
< 0.003).
Conclusion. The ABO blood type was not associated with the occurrence of PAD. The non-O blood type was associated with worse PAD among DM type II patients. Other risk factors of more severe PAD were longer period of diabetes and hypertension.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Laksmi Winarni
"Determinasi seks. merupakan syarat lautlak dalam program penangkaran burung. . Hal tersebut akan sulit dilakukan pada jenis-jenis yang tidak menampakkan adanya dimorfisme seksual. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk.determinasi seks suatu individu adalah analisis , kromosom seks dengan teknik kultur darah; Pada'penelitian ini, teknik kultur darah whole blood menurut metode Belterman & De Boer yang mengalami modifikasi diterapkan untuk memperoleh sediaan kromosom burung merpati {Columba livia L.) dan burung betet {Psittacula alexandri (L.)). Sampel darah dikultur selama 72 jam untuk mendapatkan sediaan kromoSom metafase. .Sediaan kromosom tidak diperoleh dari kultur darah P. alexandri. Dari.sediaan kromosom C. livia yang diperoleh, kromosom seks dapat diidentifikasi sehingga jenis kelaminnya dapat ditentukan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teknik kultur , darah whole blood modifikasi dapat dipakai dalam determinasi seks suatu individu burung, tetapi teknik tersebut memerlukan penelitian dan pengembangan lebih lanjut untuk menguraikan berbagai interaksi yang mempengaruhi proses pembuatan sediaan kromosom."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>