Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 49656 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sihombing, A. Betsy
"RINGKASAN
Meningkatnya jumlah penduduk serta meningkatnya kualitas hidup merupakan pendorong untuk semakin pesatnya pembangunan. Kegiatan industri merupakan salah satu di antara kegiatan pembangunan yang ada. Namun apabila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif antara lain pencemaran lingkungan serta pengurasan sumberdaya.
Industri minuman ringan PT PLI telah beroperasi cukup lama, namun Instalasi Pengolahan Limbah Cair (IPLC) belum beroperasi sebagaimana mestinya sehingga masih menyumbang sejumlah kandungan bahan organik ke badan air penerima (BAP). Selain itu yang tidak kalah pentingnya bahwa upaya minimisasi bahwa upaya minimisasi limbah belum dilaksanakan sehingga terjadi pemborosan sumber daya air dan gula.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk minimisasi limbah serta mendapatkan teknologi yang sesuai untuk pengolahan limbah cair yang terjadi. Lingkup kajian penelitian adalah Pelaksanaan Audit pemakaian gula dan air sebagai bahan baku utama dan dilanjutkan dengan pengujian teknik pengolahan limbah cair yang terbentuk.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik yang ditunjang dengan penelitian eksperimental.
Hipotesis Kerja :
1. Ada pengaruh upaya minimisasi limbah terhadap jumlah penggunaan bahan baku khususnya air dan gula.
2. Jika pengolahan limbah dilakukan maka kandungan bahan pencemar dalam limbah cair akan turun.
Metode penelitian yang dilakukan meliputi 3 tahap yaitu (1) Penelitian Pendahuluan, (2) Audit Limbah dan (3) Percobaan Pengolahan Limbah
Penelitian pendahuluan menghasilkan gambaran kandungan pH, SS, BCD, COD dan bahan organik dari berbagai discharge point. Diperoleh pula semua informasi yang diperlukan untuk Audit limbah.
Percobaan Pengolahan Limbah dimulai dengan uji pendahuluan untuk menentukan dosis koagulan dan dilanjutkan dengan percobaan koagulasi dan sedimentasi. Analisis Data: dengan uji-t untuk melihat perbedaan kandungan limbah cair.
Dari hasil penelitian ternyata bahwa yang menjadi masalah adalah :
1. Kandungan BOD dan COD limbah yang melebihi Baku Mutu.
2. Pengelolaan yang kurang baik sehingga menimbulkan pemborosan sumberdaya air dan gula pada hampir semua satuan operasi yang keseluruhannya mencapai 402,86 l air dan gula sebanyak 68,24 kg sehari yang bernilai Rp. 2.759.814,50 sebulan. Jika dilakukan upaya penggunaan kembali (reuse) minuman yang biasanya dibuang, menjadi bahan yang dapat diproses ulang maka akan menghemat sebanyak 249,04 l. air dan 18,16 kg gula setiap hari atau senilai Rp. 745.078,00 sebulan.
Daur ulang air limbah juga dapat dilakukan, untuk memanfaatkan kembali limbah sebanyak 353,63 M3 setiap hari sebagai masukan bagi proses pencucian botol dalam washer.
Pengolahan limbah yang dipilih berdasarkan karakteristik limbah dan BOD / COD < 0,4 adalah dengan cara Fisik-Kimia dengan koagulasi flokulasi dan sedimentasi. Hal ini terjadi karena kandungan bahan organik yang mudah diurai secara biologis (biodegradable) ternyata rendah.
Untuk tujuan ini dosis yang paling sesuai adalah penggunaan koagulan Ca(OH)2 10% dan FeSO4 10% masing-masing 10 ml untuk setiap 1 limbah cair pada pH = 7
Pendimensian IPLC berdasarkan debit limbah :
1. Bak penampungan : panjang = 5 M, lebar 5 M dan tinggi (kedalaman) = 2,5 M
2. Tangki koagulasi : panjang = 0,33 M, Iebar = 0,33 M dan tinggi = 0,6 M
3. Tangki sedimentasi : panjang = 4 M, lebar = 4 M dan tinggi = 1,5M
Tenaga listrik yang dibutuhkan dalam Instalasi Pengolahan Limbah Cair (IPLC) adalah :
1. Pengadukan di Tangki Koagulasi = 1,548 KWH
2. Pengadukan di Tangki Flokulasi = 3,816 KWH
Dengan kondisi limbah seperti ini diperlukan biaya mengoperasikan Instalasi Pengolahan Limbah Cair (IPLC) sebesar Rp. 7.786.844,50 yang meliputi biaya tenaga listrik, pengadaan bahan kimia (koagulan), tenaga kerja serta biaya analisis sampel secara berkala.
Jika upaya minimisasi limbah dilaksanakan, maka biaya pengolahan limbah tidak perlu dikeluarkan karena limbah yang terjadi jumlahnya (volume) kecil dan kandungan bahan organiknya tidak melebihi Baku Mutu.
Kepustakaan : 33 buku (1981-1995)

Management of Wastewater in Soft Drink Industry (Case study PT PLI Tangerang)This research aims to investigate methods to minimize waste generation in soft drink industry and to investigate suitable technology to treat its wastewater. The scope of this research includes environmental audit on sugar and water consumption and evaluation on the wastewater treatment method.
Steps taken in completing these aims consists of (1) Preliminary Investigation, (ii) Waste Audit, (iii) Experiment on Wastewater Treatment. Preliminary Investigation aims to obtain wastewater quality and quantity from several discharge points. Moreover, other necessary Information to enable waste auditing are also obtained in this step. Experiment on Wastewater Treatment includes jar-testing and investigation on settling characteristics of the flock obtained during jar-testing.
T-test is employed in analysing the data on wastewater quality. The test indicates the following problems :
1. BDD dan COD level In the effluent exceed limit level
2. Improper practices result in the wastage of sugar and water in almost every operation. All of these amount to 402.86 1. of water and 68.24 kg of sugar everyday. This is equal to Rp. 2,759,814.50 in one month.
Reusing the soft drink that would end up as wastes will save 249.041. of water and 18.16 kg of sugar everyday. This is equal to Rp. 745,078 in one month. Moreover, reusing the effluent will save 353.63 m3 of water everyday. Bottle washer can be the suitable operation for effluent reuse.
On the basis of BOD/COD ratio that is less than 0.4, coagulation, flocculation, and sedimentation are chosen as the method to treat the wastewater. Chemical required in these process are 10 ml Ca(OH)2 10% and 10 m1 Fe8O4 10% for every liter of wastewater at pH = 7.
Wastewater treatment unit dimensions :
1. Collecting tank, length = 5 m ; width = 5 m; and depth = 2.5 m
2. Coagulation tank, length = 0.33 m ; width = 0.33 m ; and depth = 0.6 m
3. Sedimentation tank, length = 4 m; widht = 4 m; and depth = 1.5 m
Power requirement :
1. Mixing in coagulation process requires 1,548 KWH
2. Mixing in flocculation process requires 3,816 KWH
Treatment cost is calculated as Rp. 7,786,844.50 in one month.
This cost includes energy cost, chemicals as coagulant, worker cost, and regular laboratory testing cost.
If waste minimization is implemented, the cost required to treat wastewater can be eliminated. This is because the wastewater produced are much less in terms of its quantity. After all, wastewater quality can be expected to have met the limit level due to the minimization program.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aji Digdoyo
"ABSTRAK
Setiap pembangunan industri minuman bir mempunyai pengaruh terhadap lingkungan, karena industri minuman bir menghasilkan limbah dan apabila limbah tersebut dibiarkan, limbah tersebut akan berpotensi untuk mencemari 1ingkungan. Untuk mencegah pencemaran lingkungan, bakumutu yang dihasilkan dari proses instalasi pengolahan limbah industri minuman bir harus berada di bawah baku mutu yang ditetapkan dari Surat Keputusan Kotamadya Dati 11 Tangerang No 660.1/SK1395JLH-94 tanggal 19 September 1994.
Penggunaan unit reaktor Upflow Anaerob Sludge Blanket (UASB) di dalam instalasi pengolahan limbah cair industri minuman bir mempunyai beberapa kelebihan, karena seiain berfungsi menurunkan parameter-parameter kadar limbah cair minuman bir, juga dapat menghasilkan gas metana, dan dapat dikonversi menjadi energi listrik. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi kinerja dari reaktor UASB guna memperoleh informasi yang sesuai mengenai pemanfaatan reaktor UASB sebagai :
1. Unit pengolah limbah cair
2. Reaktor UASB sebagai sumber energi gas metana
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahul tingkat efisiensi reaktor UASB dan produksi gas metana yang dihasilkan, dengan memperhatikan beban pencemaran, kesesuain desain dan standar pengoperasian. Efisiensi reaktor UASB dapat diamati melalui besarnya removal capacity yang dihasilkan setelah kadar limbah cair melalui reaktor UASB, sedangkan volume gas metana yang dihasilkan diamati melaiul penurunan COD dan besarnya Volatile Fatty Acid.
Dalam penelitian ini kondisi khusus yang diberlakukan pada kadar limbah cair sebelum menuju unit reaktor UASB adalah pH 7 - 7,5, temperatur adalah 30 - 37°Celcius, volume UASB = 380 m3 dan Hydraulic Retention Time = HRT = 11 jam pada kapasitas :
- aliran umpan rata-rata = 36,79 m3/jam dengan Organic Loading Rate (OLR)= 6,06 kg COD/hari
- aliran umpan rata-rata = 36,72 m3/jam dengan Organic Loading Rate (OLR) = 5,87 kg COD/hari
Dari hasil percobaan didapat hal-hal berikut:
1. Adanya sifat hubungan yang sangat kuat antara parameter limbah cair sebelum melalui reaktor UASB dan sesudah melalui reaktor UASB, baik dari aliran umpan rata-rata = 36,79 m3/jam dan OLR =6,06 kg COD/hari maupun pada aliran umpan rata-rata = 36,72 m3/jam dan OLR =5,87 COD/hari. Adapun nilai r (hubungan) pada aliran umpan rata-rata = 36,79 m3/jam dan OLR =6,06 kg CQD/hari adalah CODt=0,05, CODs=(0,33), pH=0,75, SS=(0,18), sedangkan nilai r (hubungan) pada aliran umpan rata-rata = 36,72 m3/jam dan OLR =5,87 COD/hari adalah CODt=0,52, CODs=0,33, pH=0,43, SS=0,37. Di samping itu berdasarkan uji statistik dan basil pengukuran terbukti bahwa reaktor UASB mampu menurunkan kadar limbah cair hingga 82,41%.
2. Efisiensi reaktor UASB yang diperoieti pada aliran umpan 36,79 m3/jam dengan OLR= 6,06 kg COD/had mempunyal efisiensi UASB= 82,38% dan VFA= 81,36% sedangkan aliran umpan 36,72m3/jam dengan OLR=5,87kg COD/had mencapai etisiensi UASB= 82,41%. dan VFA=66,36%, berdasarkan data ini terlihat bahwa Efisiensi reaktor UASB akan meningkat dengan turunnya OLR.
3. Gas metana yang tertinggi diperoleh dari aliran umpan 36,79 m3/jam dengan OLR=6,06 kgCOD/hari pada VFA= 81,36%, menghasilkan gas metana 255,85 m3/hari, sedangkan aliran umpan 36,72 m3ljam OLR=5,87 kg COD/had pada VFA= 66,36%, menghasilkan gas metana 88,72 m3/hari dari data ini terlihat bahwa gas metana akan meningkat dengan mentngkatnya VFA.
4. Kapasitas gas metana 255,85 m3lhari bila dikonversi sebagai energi listrik menjadi 207,24 kilo watt perjam, sedangkan kapasitas gas metana 88,72 m3/hari bila dikonversi sebagai energi listrik menjadi 71,86 kilo watt perjam, ini menunjukkan bahwa daya listrik yang dihasilkan sebanding dengan konversi gas metana.
Sebagai kesimpulan dapat dikemukakan bahwa reaktor UASB merupakan salah satu unit pengolahan limbah cair yang dapat menurunkan kadar limbah cair dan menghasilkan gas metana dan energi gas metana dapat dikonversi menjadi energi listrik.

ABSTRACT
Every development in beer industry may influence its environment, because the industry produces wastes. If the wastes are negleted, it can be a potensial pollutant to environment In order to keep the enviroment away from enviromental pollution, quality of waste treatment outcome must be lower than the stipulated quality standard regulation of Kotamadya Dati Ii Tangerang No. 660.11SK13951LH - 1994 dated 19 err September, 1994.
Using Upflow Anaerob Sludge Blanket (UASB) reactor utilization to waste water has some advantages, such as reducing level of waste water concentration, producing methane gas that can be converted into electrical energy. Therefore, performance of UASB needs to be evaluated to gain information regarding its benefit as a waste water treatment unit and a source of methane gas energy.
Generally, the research objectives to are detect efficiency level of UASB and production of methane gas by observation on pollution load, suitability on design and standardization in operation. Efficiency level of UASB reactor can be observed by removal capacity, meanwhile the capacity of methane gas production is observed by COD reduction and Volatile Fatty Acids.
Certain conditions are applied to waste water before it is processed in USAB reactor unit; they are as follows : pH 7.7.5; the temperature 30°C -37°C ; USAB volume = 380m3; and hydraulic retention time = 11 hours in capacity :
- A feed flow average of 37.79 m3/hour with Organic Loading Rate (OLR) = 6.4 kg COD/day
- A feed flow average of 36.72 m3/hour with Organic Loading Rate(OLR) = 5.87 kg COD/day
The research can be stated in followings :
1. There is a solid connection on waste water concentration before and after passing through the USAB in both capacities feed flow average of 36.79 m3/hour with Organic Loading Rate (OLR) = 6.06 kg COD/day and a feed flow average of 3712 m3lhour with Organic Loading Rate (OLR) = 5.87 kg COD/day. The result feed flow average of 36.79 m3lhour with Organic Loading Rate (OLR) = 6.06 kg COD/day is CODt =0.05, CODs =(0.33), pH =0.75, SS =(0.18) and a feed flow average of 37.72 m3lhour with Organic Loading Rate (OLR) = 5.87 kg COD/day is CODt =0.52, CODs =0.33, pH =0.43, 55 =0.37. Based on statical test and result measurement, it can be proved that UASB reactor can reduce waste water concentration up to 82,41%.
2. Efficiency of UASB reactor on feed flow average of 36.79 m3/hour with Organic Loading Rate (OLR) = 6.06 kg COD/day is 82.38% and VFA = 8t36%. Meanwhile, UASB reactor of feed flow average of 36.72 m3/hour with Organic Loading Rate (OLR) = 5.87 kg COD/day can reach USAB efficiency = 82.41% and VFA = 66.36%. From the above data, it can be concluded that efficiency UASB reactor is increased with the reduction of OLR.
3. The highest capacity 255.85 m3/day of methane gas can be reached on feed flow average of 36.79 m3/hour with Organic Loading Rate (OLR) = 6.06 kg COD/day and VFA =81.36%. Whilst, the feed flow average of 36.72 m3lhour with Organic Loading Rate (OLR) = 5.87kg COD/day, VFA =66.36% can produce 88.72 m3/day methane gas capacity. It can viewed that methane gas capacity is increased with the growth of VFA.
4. In capacity of 255,85m31day methane gas can be converted into 207.24 kwh electrical energy and capacity of 88.72 m3/day methane gas can be converted into 71.86 kwh. The condition is shown that production of electrical energy is equivalent to methane gas conversion.
It can be concluded that UASB reactor is one of waste water treatment installation which can reduce waste water concentration and produce methane gas as energy; methane gas can be convertion into electrical energy.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andini Wisdhanorita
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26505
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Yanuarina Putri
"Dinas Kebersihan DKI Jakarta mencatat jumlah timbulan sampah pada tahun 2011 telah mencapai sekitar 6.595 ton/hari. Komposisi sampah gedung perkantoran dengan timbulan kertas dan plastik yang cukup tinggi memiliki potensi yang cukup besar untuk dapat dikelola dengan baik sehingga dapat mereduksi sampah yang akan diangkut menuju TPA. Gedung Pusri belum menerapkan sistem pengelolaan sampahnya secara terpadu. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu sistem pengelolaan sampah yang dapat memaksimalkan potensi daur ulang dari sampah-sampah kertas dan plastik yang dihasilkan gedung tersebut. Hasil sampling menunjukkan bahwa rata-rata timbulan sebesar 0,21 kg/orang/hari dengan komposisi sampah kertas sebesar 24–36% dan sampah plastik sebesar 9-10%. Analisa hasil sampling menunjukkan bahwa pengelolaan sampah yang dihasilkan di gedung sebagai sumber timbulan sampah dapat lebih memaksimalkan potensi daur ulang jika dibandingkan dengan melakukan pengelolaan terhadap sampah yang telah berada di TPS. Rata-rata jumlah sampah kertas yang dihasilkan di gedung tercatat 5,51 kg/hari lebih banyak, nilai ekonomi yang diperoleh terhitung Rp. 12.378/hari lebih tinggi, dan kadar air yang terukur 4,45 % lebih kering jika dibandingkan dengan sampah yang berada di TPS. Analisis benefit cost yang dilakukan menghasilkan nilai NPV > 0, B/C rasio > 1, serta periode pengembalian selama 4,6 tahun.

Cleansing Office DKI Jakarta recorded the amount of waste in 2011 has reached approximately 6,595 tons/day. Paper and plastic waste generated from office building indicates high potential to be well-managed and therefore reducing the waste transported to landfill. Pusri building has not implemented an integrated waste management system. Therefore, it is necessary to have a waste management system that maximizes the recycling potential of paper and plastic waste produced. Sampling results indicate that the average generation of 0.21 kg/person/day with a composition of 24-36% paper waste and plastic waste by 9-10%. Analysis of sampling results indicate that the management of the waste produced in the building as the waste generator can further maximize the recycling potential when compared to managing the waste that is in transfer station. The average amount of paper waste generated in the building recorded 5.51 kg/day more, the economic value gained Rp. 12,378/day higher, and the water content measured 4.45% drier compared the waste that was in transfer station. Benefit cost analysis resulting NPV > 0, B/C ratio > 1, and payback period of 4.6 years."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46825
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mia Amalia
"Pencemaran lingkungan dapat terjadi apabila suatu kegiatan usaha tidak memperhitungkan biaya pencemaran lingkungan dalam proses produksinya. Gejala seperti ini disebut eksternalitas yang menciptakan ketergantungan antara dua atau lebih kelompok orang yang tidak dapat dinilai dengan uang, Pencemaran lingkungan, terutama sungai oleh limbah cair pabrik banyak terjadi dan biasanya dinilai merugikan masyarakat sekitar yang menggunakan sungai sebagai sumber air. Kerugian yang ditanggung masyarakat dapat digolongkan ke dalam biaya sosial yang harus ditanggung oleh segolongan orang yang diakibatkan oleh kegiatan orang lain.
Agar hal tersebut tidak terjadi, dibutuhkan suatu kerangka berpikir baru, yang menempatkan lingkungan sebagai sumberdaya terbatas sehingga dapat diberlakukan sistem harga bagi siapapun yang menggunakannya. Metode yang dapat digunakan untuk menghitung kerugian yang disebabkan oleh suatu kegiatan industri adalah metode valuasi lingkungan. Dengan kata lain, lingkungan tidak boleh dimasukkan ke dalam komponen eksternalitas ekonomi.
Tujuan penelitian adalah: (1) menentukan efisiensi pengolahan limbah yang tidak merugikan semua pihak yaitu industri, masyarakat, dan alam yang diwakili oleh badan air; dan (2) mengoptimalkan biaya pengendalian pencemaran dan biaya sosial yang ditanggung oleh petani.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode ekspos fakto. Metode ini dipilih dengan mempertimbangkan kecukupan data dari penelitian sebelumnya dan untuk memenuhi persyaratan waktu penelitian yang terbatas. Pada dasarnya penelitian ini dilakukan untuk mengkuantifikasi efisiensi penyisihan bahan pencemar, kerugian masyarakat, dan daya beli masyarakat ke dalam harga dengan menggunakan data sekunder dari hasil penelitian sebelumnya.
Penyisihan bahan pencemar yang optimum adalah antara 52,605% sampai dengan 60,290%. Dalam rentang tersebut, pendapatan petani berkisar antara Rp. 26.321.653 sampai dengan Rp. 34.527.171 per hektar per tahun, sedangkan biaya pengelolaan berkisar antara Rp. 26.321.409 sarnpai dengan Rp. 30.380.888 per hektar per tahun.
Dengan keadaan tersebut maka:
1. Pendapatan petani yang selama ini menggunakan sumber air yang tercemar, akan meningkat, dengan jumlah peningkatan yang berlainan tergantung dari karakteristik sumber air yang digunakannya. Peningkatan pendapatan petani sangat besar, bahkan untuk petani yang menggunakan limbah pabrik gula sebagai sumber airnya, pertambahan keuntungan petani per hektar mencapai 379% pada efisiensi pengolahan 52,605%, dan 5,232% pada efisiensi pengolahan 60,290%. Hal ini kemungkinan besar akan sangat berpengaruh pada perubahan taraf kehidupan petani.
2. Dengan menggunakan harga gula di pasaran saat ini (Rp. 4.000 per kg), maka harga gula akan bertambah antara 0,914% sampai dengan 1,356% per kg. Dengan demikian maka harga gula tidak akan bertambah banyak. Hal ini menunjukan bahwa pengolahan limbah cair akan menambah biaya produksi gula paling tinggi sampai dengan Rp. 55/kg.
Setiap pertambahan jumlah bahan pencemar yang disisihkan, akan menambah biaya pengolahan limbah dan pendapatan petani padi, tetapi dengan membandingkan gradien kedua grafik tersebut terlihat bahwa pertambahan pendapatan petani padi akan jauh lebih besar dibandingkan dengan biaya pengolahan limbah.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. Efisiensi pengolahan limbah yang tidak terlalu merugikan semua pihak yaitu industri, masyarakat, dan bad an air berkisar antara 52,605% sampai dengan 60,290%
2. Biaya pengendalian pencemaran yang optimum adalah sebesar Rp. 1.645.088.040 sampai dengan Rp. 1.898.805.504 per tahun
3. Biaya sosial yang diderita oleh petani akan menurun sejalan dengan pertambahan keuntungan petani yang kenaikannya berkisar antara 379% sampai dengan 5.232%.
4. Badan air akan lebih mudah menguraikan bahan pencemar karena toksisitas bahan pencemar sudah berkurang.
Dengan demikian maka hipotesis telah teruji: internalisasi biaya lingkungan dengan persentase penyisihan bahan pencemar yang optimum antara 52,605% sampai dengan 60,290%, akan menghasilkan penambahan biaya produk sisebesar 0,914% sampai dengan 1,356% per kg yang lebih rendah dibandingkan dengan biaya sosial yang harus ditanggung petani apabila limbah tersebut tidak diolah yang pendapatannya akan menurun sebesar 379% sampai dengan 5.232%.

Wastewater Treatment Effect On Paddy Farmer's Income (A Case Study at Madukismo Sugar and Rubbing Alcohol Factory, and Paddy Farmers Around the Factory)Environmental pollution could happen if a production activity does not consider its pollution cost. This symptom is called externality that create interdependency between two or more persons group, which cannot be valued by money. Environmental pollution happening on rivers that caused by industrial wastewater usually creates additional social cost. This cost is categorized, as a cost created by a group of person that is has to be overcome by other.
In order to avoid this to happen again, it needs a new paradigm that put environment as a limited resource so we could make a price system on its utilization. The method used to calculate this loss (by industrial activity) is called valuation. In another words, environment could not be considered as an economic externality component.
The objectives of this research are: (1) to determine the level of wastewater treatment efficiency which make no significant harm to stake-holders: industry, society, and environment (receiving water); (2) to optimize the pollution management cost suffered by industry and social cost suffered by farmers.
Research methodology used is expose facto method, This method was chosen with considerations on data availability from previous research and to fulfill the limited research time Basically, this research is conducted to quantify pollutants treatment efficiency, society loss, and public buying capacity into the price using the secondary data of the previous research.
The optimum level of pollutants removal is 52,605% - 60.290%. In this range, the profit that could be obtained by fanner is between Rp, 26,321,653 - Rp. 34,527,171 per hectare per year, and the pollution management cost is between Rp. 26,321,409 - Rp. 30,380,888 per hectare per year.
Base on the above condition:
1. The profit of the farmers who use polluted water will increase, and the amount depends on the characteristics water used. The increase of farmer's profit per hectare could reach 379% on treatment efficiency level of 52.605%, and 5.232% on treatment efficiency level of 60.290%. The profit will greatly affect the farmer's living standard.
2. Using the recent sugar price (Rp. 4,000 per kg), it will raise up to 0.914% to 1.356% per kg. Consequently, the price of sugar will not increase significantly. The wastewater management will add the sugar price only by Rp. 55/kg.
On item added of pollutant removed, it will increase the wastewater management cost and the farmer's profit. But by comparing the gradients of both graphs, the profit is still much bigger than the wastewater management cost.
The conclusions of this research are:
1. The optimum wastewater treatment efficiency for all stakeholders is around 52.605% - 60.290%.
2. The optimum wastewater management cost is between Rp. 1,645,088,040 to Rp. 1,898,805,504 per year.
3. The social cost suffered by farmers will decrease along with the increase of their profit that could reach 379% to 5,232%.
4. The receiving water will degrade the pollutants easily because the toxicity of the pollutants has significantly reduced.
Therefore, the hypothesis stated on section 1.5 has been proved that the internalization of the environmental cost into the optimum pollutants removal (between 52.605% to 60.290%), will increase the product's price to 0.914%to 1.356% per kg which is lower than the social cost suffered by farmers if the wastewater is not treated (between 379% to 5,232%).
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T14634
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pranda Mulya Putra Garniwa
"Permasalahan sampah di perkotaan merupakan permasalahan yang kerap terjadi karena ketersediaan tempat pembuangan sampah selalu bertautan dengan ketersediaan lahan, penggunaan tanah, dan biaya operasional-non operasional yang harus dikeluarkan. Kota Tangerang Selatan merupakan kota yang baru memisahkan diri dari kota pusat, yaitu Kota Tangerang. Sebagai kota yang baru, Tangerang Selatan belum siap menghadapi masalah pengelolaan sampah. Ada 3 sumber penghasil sampah utama di Tangerang Selatan, yaitu permukiman, kawasan komersial, dan industri. Industri merupakan sumber penghasil sampah yang memiliki jenis sampah yang lebih bervariasi dibanding kedua sumber yang lain.
Penelitian ini ingin mengkaji bagaimana pengelolaan sampah padat industri di Kota Tangerang Selatan ditinjau dari aspek spasial dengan menggunakan variabel lokasi industri, jenis industri, produksi sampah, sebaran tempat pembuangan sampah, dan tipe pengelolaan sampah. Dengan menggunakan analisis spatial maka variabel tersebut dapat dikategorikan berdasarkan jalur pembuangan, arah, dan tahap pengelolaan sampahnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa industri Kota Tangerang Selatan memiliki dua tipe pengelolaan yaitu Pola Langsung Buang (sumber à Tempat Pembuangan) Akhir dan Pola Reuse (sumber à Agen Penerima Sampah (reuser)à Tempat Pembuangan Akhir). Industri makanan hanya memiliki pola Langsung Buang , industri garmen dan industri furnitur kayu memiliki 2 pola yaitu Langsung Buang dan Pola Reuse. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa jarak TPA dengan industri tidak mempengaruhi pengelolaan sampah padat. Jenis sampah sangat mempengaruhi pola pengelolaan sampah padat industri Kota Tangerang Selatan.

Waste problems have always been a problem because of the availability of the disposal sites is always linked with the availability of land, land use, and operating-non operating costs incurred. South Tangerang city is a new separating city from the main city, Kota Tangerang. As a new city, Tangerang Selatan is not ready yet to face waste management problem. There are 3 main waste producers, they are settlements, commercial areas, and industry. Industri is main waste producer whose more varied types of waste than other two sources.
The purpose of this research is to review how industrial solid waste management in Tangerang Selatan City in terms of spatial aspects using variables such as location of the industries, types of industri, waste production, distribution of disposal site, and types of waste management. By using spatial analysist, Those variables can be categorized based on route, direction and waste management steps.
The research result shows that there are only two types of waste management in South Tangerang city, they are type Direct Disposing (Source à Final Disposal Sites) and Type Reuse (Source à Waste Receiver Agent/reuser à Final Disposal Sites). Food industry only has one type of waste management, Direct Disposing. Garment Industry and Wood Furniture Industry have 2 types of waste management, they are Direct Disposing type and Reuse type. The research result also shows that distance between Final Disposal Sites and Industry don't effect solid waste management, but the types of waste do effect to industrial solid waste management in South Tangerang City.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43619
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sebayang, Juli Edi
"ABSTRAK
Pengolahan bahan olah karat rakyat menjadi produk ekspor SIR 20 (Crumb Rubber), menghasilkan limbah cair yang dapat mengakibatkan terganggunya kehidupan organisme perairan dan peruntukan badan air penerima.
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 20 Tabun 1990 tentang pengendalian pencemaran air, mengupayakan agar sungai dengan berbagai fungsi perlu mendapat perhatian secara bijaksana, sehingga keseimbangan lingkungan dan upaya pengamanan sungai terhadap kerusakan yang disebabkan oleh tindakan manusia dapat dihindarkan.
Dalam rangka melaksanakan Peraturan Pemerintah tersebut PT. Lingga Djaja membuat sistem pengolahan air limbah bahan olah karet rakyat dengan metode sirkulasi bertahap, diharapkan mampu memperbaiki mutu air limbah sesuai dengan baku mutu limbah yang diizinkan pemerintah.
Penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui kemampuan metode sirkulasi bertahap dalam menurunkan kadar pencemar dan mempelajari pengaruhnya terhadap badan air penerima limbah.
Lokasi penelitian terletak di tepi Sungai Enim, termasuk wilayah Kecamatan Tanjung Agung, lebih kurang 5 Km dari ibu kota Kabupaten Muara Enin, Provinsi Sumatera Selatan.
Untuk memperoleh data yang representatif, dilakukan pengambilan contoh air pada 5 lokasi pengukuran di daerah instalasi pengolahan limbah dan 3 lokasi pengukuran pada Sungai Enim, masing-masing sebanyak 2 kali sehari selama 3 hari berturut-turut.
Selanjutnya dilakukan analisis contoh air di laboratorium untuk parameter BOD 5, COD, NH3-N, TSS, kekeruhan, DO, M03-N, TDS dan P04-P, sedangkan suhu dan pH diukur langsung di lapang (in situ).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode sirkulasi bertahap berdasarkan nilai NSF-WTI hanya mampu menaikkan mutu air limbah sebesar 27,34% dengan nilai BOD 5 (+43,9 mg/I) dan NH3-N (+39,1) masih berada di atas baku mutu limbah cair untuk industri karat yang diizinkan. Sedangkan hasil uji t terhadap rata-rata kadar parameter yang diukur sebelum dan setelah pengolahan menunjukkan adanya perbedaan nilai BOD 5, NH3-N, COD, TSS, sedangkan pH tidak berbeda sebelum dan setelah air limbah mendapat perlakuan sirkulasi bertahap.
Kualitas air Sungai Enim sampai dengan jarak 25 meter dari Effluent tergolong buruk (nilai NSF-WQI 41,66). Pada jarak 100 meter dari Effluent, setelah mendapat pengenceran air sungai sebesar 3510 kali, air sungai tergolong baik (nilai NSF-WQI 67,47), mendekati mutu air baku produksi yang digunakan (nilai NSF-WQI 75,03).
Hasil uji t terhadap rata-rata parameter yang digunakan, terdapat perbedaan BOD 5, COD, dan NH3-N pada jarak 25 meter dari lokasi pembuangan limbah dibandingkan dengan konsentrasi sebelum terjadinya pencemaran, sedangkan pH dan TSS tidak menunjukkan adanya perbedaan. Pada jarak 100 meter dari lokasi pembuangan limbah, parameter BOD 5, COD dan T55 menunjukkan adanya perbedaan dibandingkan dengan konsentrasi sebelum terjadinya pencemaran, sedangkan pH dan NH3-N tidak menunjukkan adanya perbedaan.;

ABSTRACT
The small holder's rubber raw material processing to become crumb rubber (SIR 20) produces liquid waste in which if not properly treated, prior to discharge, may cause disturbance on aquatic living organisms in the receiving water bodies.
The Government Regulation (No. 20, 1990) concerning water pollution control has stated that attention on the multi usage of rivers should be wisely made in order to protect the environment from destruction caused by human activities and keep the nature in balance.
In the implementation of the government policy concerning the environment, PT. Lingga Djaja has treated its effluent using several steps circulation method. It is expected that the treated wastewater of this mill can comply the government's permissible limit for rubber industry.
The research aims to assess the capabilities of' the existing wastewater treatment plant of PT. Lingga Djaja to reduce its pollutants' concentration and the impact to the rivers. The mill located at the river Enim in Tanjung Agung sub-district, 5 km from Muara Enim, South Sumatera Province.
To obtain a representative data, samples were taken from 5 samples within the mill's wastewater treatment units and 3 samples at the river Enim, the samples were taken two times a day in three respective day. From each sample 10 physico-chemical parameters were measured. The BOD 5, COD, NH3-N, TSS, turbidity, dissolved oxigent, N03-N, TDS and P04-P were measured in the laboratory, while pH and water temperature were measured directly in the field (in situ).
The study revealsthat the several steps circulation method can only improve the quality of waste water of about 27,34% wit BOD 5 and HH3-N concentration were still above the government's permissible limit for rubber industry. However, the statistical t test shows that the BOD 5, COD, NH3-N and TSS concentrations, both before and after treatments, were significantly different, but not for pH.
The river water quality until 25 meter from the mill discharge point shows a bad quality (NSF-WQU value is 41,66). But, after 100 meter from discharge point, where 3510 times of dilution caused by the river Enin exists, the quality of water improved (NSF-WQI value is 67,47). This value approaches the upstream river water quality (NSF-WQI value is 75,03).
Statistical t-test on average value of BOD 5, COD, NH3-N 25 meter from the mill discharge point, shows significant difference to concentration before discharge point except for pH and TSS. After 100 meter from the discharge point, the BOD 5, COD, TSS shows a significant difference to the concentration before discharge point except the pH and NH3-N.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rohil
"ABSTRAK
Permasalahan yang dihadapi oleh pabrik karet remah di Kotamadya Palembang sekarang ini ialah kadar beberapa parameter limbah cair seperti HOD dan COD masih melampaui baku mutu limbah cair. Limbah yang melampaui ambang batas ini dikhawatirkan akan menambah tingkat pencemaran sungai Musi. Untuk mengurangi tingkat pencemaran ini, perlu dilakukan pengendalian terlebih dahulu sebelum limbah tersebut dibuang ke badan air.
Penelitian ini bertujuan menguji bagaimana pengaruh pengendalian limbah cair terhadap kualitas limbah dan biaya produksi karet remah. Penelitian yang dilakukan secara keseluruhan merupakan penelitian deskriptif yang ditunjang oleh penelitian eksperimental. Lokasi penelitian adalah salah satu pabrik karet remah di Kotamadya Palembang. Percobaan dilakukan dengan tiga perlakuan yaitu perlakuan aerasi tanpa penambahan zat kimia dan perlakuan aerasi dengan penambahan zat kimia serta perlakuan kontrol. Hasil percobaan diukur setelah waktu 24 jam, 48 jam dan 72 jam.
Hasil penelitian dan uji statistik dengan analisa variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa kadar limbah cair karet remah ( BOD, COD dan SS) dapat diturunkan dibawah baku mutu limbah cair. Faktor perlakuan, waktu dan interaksi antara perlakuan dengan waktu, berpengaruh terhadap kadar limbah cair karet remah.
Berdasarkan hasil percobaan, diperkirakan biaya pengendalian tanpa zat kimia sebesar Rp. 73,5 juta dan pengendalian dengan penambahan zat kimia sebesar Rp.124 juta. biaya pengendalian ini akan menambah beban biaya produksi sebesar Rp.4,1 per kg karet (tampa zat kimia) dan Rp.6,9 per kg karet (dengan zat kimia), sehingga laba perusahaan akan berkurang sebesar 29,7 % (tanpa zat kimia) dan 49,9 % (dengan zat kimia).
Daf tar Kepustakaan 34 (1953 - 1990)

ABSTRACT
The problem that is faced by all of crumb rubber factory in Palembang today is the content of .some parameter of liquid waste like BOD and COD are still exceed the standard of effluent. The effluent that exceed the limit is concerned because it will increase the rate of pollution in Musi's river. To reduce the rate of pollution, the waste must be controlled before they are disposed to the river.
The goal of this research is to examine the influence of controlling to the quality of waste and production cost. The whole research is a descriptive research that has been supported by experimental research. The research took place at a crumb rubber factory in Palembang. The experiment was done with 3 kind of treatments. First, aeration treatment without chemical substances adding second, aeration treatment with chemical substances adding and third, controlling treatment. The results were measured after 24 hours, 48 hours and 72 hours.
The results and statistical test with analysis of variance (ANOVA), howed that liquid waste of crumb rubber content could become lower than the standard of effluent. The treatment factor} time and its interaction influenced to content of liquid waste of crumb rubber.
The controlling cost was estimated based on these result of experiment , which is for controlling without chemical substances needed 73,5 -million rupiahs and with chemical substances needed 124 million rupiahs. This controlling cost would raise the production cost Rp.4,1 /kg rubber (without chemical substances) and Rp. 6,9 /kg rubber (with chemical substances), therefore the company's profit would be reduced 29,7 % (without chemical substance) and 49,9 % (with chemical substances).
References 34 (1953 - 1990)
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Santosa
"Limbah konstruksi dihasilkan dalam setiap proyek konstruksi baik yang merupakan proyek pembangunan maupun yang merupakan proyek pembongkaran. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dalam beberapa penelitian, kontribusi industri konstruksi terhadap timbulan sampah semakin meningkat. Di Jakarta, upaya pengelolaan yang umum dilakukan terhadap limbah ini adalah dengan cara membuang dan menggunakannya kembali.
Penggunaan kembali utamanya bertujuan untuk mengurangi biaya konstruksi. Namun banyak faktor yang berpengaruh untuk mencapai hal yang dimaksud, oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian ini untuk mengidentifikasikan faktor-faktor berpengaruh yang menyebabkan terjadinya material limbah konstruksi di Jakarta. Pendekatan yang dilakukan adalah secara kualitatif melalui wawancara dan survey questioner.
Penelitian ini diharapkan akan meningkatkan pemahaman akan upaya pengelolaan limbah konstruksi, karakteristik segmen industri konstruksi yang menggunakannya, dan bahan bangunan terdaur ulang (recycled material) dalam konsep sustainable construction."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14801
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Willy Ekariyono
"Kegiatan perusahaan eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi memberikan dampak positif dan dampak negatif terhadap lingkungan. Dampak posititnya antara lain berupa penyediaan sumber energi, penghasil devisa negara, transfer teknologi dan penyerapan tenaga kerja. Sedangkan dampak negatifnya menghasilkan limbah yang dapat mencemari lingkungan.
Untuk meminimalkan dampak negatif, diperiukan tindakan-tindakan pengelolaan limbah yang dimulai sejak tahap perencanaan, sehingga dapat dipersiapkan langkab-langkah untuk menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positifnya. Selain itu limbah-limbah tertentu merupakan bahan yang masih mempunyai nilai dan tidak seharusnya diperlakukan sebagai barang yang menjijiikan, melainkan harus dimanfaatkan. sebagai bahan mentah atau sebagai bahan yang berguna lainnya.
Saat ini pemanfaatan limbah agar mempunyai nilai ekonomi belum mendapat perhatian, misalnya limbah dapat didaur ulang, digunakan kembali atau dirubah menjadi bentuk lainnya. Pemanfaatan ini juga dapat melibatkan masyarakat, pemerintah daerah atau pihak swasta yang diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Perusahaan migas tempat penelitian ini telah mempunyai Sistem Kebijakan Pengelolaan Limbah, namun kenyataan di lapangan dalam pelaksanaannya masih belum berjalan sesuai dengan kebijakan tersebut. Masih sering dijumpai bercampur aduknya limbah, penumpukan-penumpukan, dan ceceran-ceceran limbah sering terjadi. Selain itu mahalnya sewa kapal dan jadwal pengangkutan limbah dari anjungan lepas pantai ke TPA di base camp yang sering berubah-ubah dan sexing dikalahkan oleh kepentingan produksi, keadaan cuaca yang tidak dapat diramalkan, hal tersebut menjadikan terjadinya penumpukan limbah pada lokasi kegiatan. Pengelolaan limbah yang terjadi masih merupakan tugas tambahan dan bukan merupakan tugas utama. Banyak limbah non-B3 yang masih dapat dimanfaatkan untuk didaur ulang atau digunakan kembali namun masih belum dimanfaatkan.
Kegiatan migas lepas pantai ini menghasilkan timbah cair, gas dan padat. Dalam penelitian ini dibatasi pada pengelolaan limbah padat, sehingga skenario yang diusulkan dalam penelitian ini membutuhkan usaha penanganan limbah mulai dari awal hingga akhir produksi. Pendekatan ini juga memerlukan penetapan instrumen lingkungan, ekonomi dan sosial melalui peningkatan kapabilitas kelembagaan yang mengelola limbah.
Untuk mengoptimasi sistem kebijakan pengelolaan limbah pada perusahaan tersebut, diperlukan analisis kebijakan yang dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengelolaan limbah di perusahaan migas lepas pantai, dan mencari alternative pengelolaan limbah di perusahaan migas lepas pantai melalui pendekatan pelaku pengelolaan.
Analisis kebijakan dilakukan dengan menggunakan pendekatan Proses Hirarki Analitik (PHA) dengan menggunakan alat bantu Expert Choice 9.0, untuk mengetahui secara pasti faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengelolaan limbah oleh perusahaan migas lepas pantai tersebut dengan pendekatan yang memperhatikan pada aspek-aspek lingkungan, ekonomi dan sosial.
Dalam penelitian ini ada 3 (tiga) skenario yang diajukan sebagai dasar untuk manual altematif pelaku pengelolaan limbah pada perusahaan tersebut, yaitu:
a. Skenario I Menggunakan Sistem kebijakan pengelolaan limbah yang sudah ada di perusahaan yang bersangkutan,
b. Skenario II Masyarakat setempat sebagai pengelola limbah,
c. Skenario III Pihak Swasta profesional sebagai pengelola limbah.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengelolaan limbah di perusahaan migas lepas pantai tersebut, adalah Faktor Perlindungan Lingkungan (0,400) dan Faktor Sosial (0,400). Kemudian alternatif pelaku untuk pengelolaan limbah pada perusahaan migas tersebut adalah mengkombinasikan Skenario 1 (Menggunakan Sistem kebijakan pengelolaan limbah yang sudah ada di perusahaan yang bersangkutan = 0,431) dengan Skenario 2 (Swadaya Masyarakat setempat sebagai pengelola limbah = 0,415).

Optimalization of the Waste Management Policy System in the Oil and Gas Industry: a Case Study One of the Oil and Gas Companies which operates in the Natuna Sea, Riau Province Operations of oil and gas exploration and production companies create positive and negative environmental impacts. The positive impacts, among others, are the production of energy sources, state foreign exchange, technology transfer, and the labor recruitment, whereas the negative impact is the production of wastes which pollute the environment.
To minimize the negative impacts, waste management actions must be implemented since the planning stage. More over, wastes may contain materials which may be of some value and can be used as raw materials for other processes.
Presently no attention to utilize wastes for obtaining economic values by recycling, reusing or transferring to other forms. This utilization may involve the communities, local government or private sectors for the improvement of the society life quality.
The oil & gas company, where the present research was done, has had a Waste Management Policy System. The implementation, however, was not done according the policy system. Mixing of waste with non-waste, piling up of wastes, and waste spillages were found frequently. The high price of transport vessel rent, the frequent changes of waste transport schedule, unpredictable weather, the prioritizing of production over environment, had piled up wastes at production sites. Waste management was still an additional task, not a main task. Many usable non-hazardous wastes were not utilized.
Although the oil and gas operations in this study produced liquid, gas and solid wastes, the present study focused only in the solid waste management. Therefore the scenarios proposed in the study were from the beginning to end of production processes. The approach also required environment, economic and social instruments by improving the capability of waste-management institutions.
To optimize the waste management policy system at the company, policy analyses would be needed as considerations in implementation.
The present study aims to identify factors in waste management of an offshore oil and gas company, and to find alternatives of waste management of an offshore oil company by understanding the management actors.
Policy analyses was done by implementing the Analytical Hierarchical Process (Al-IP) using Expert Choice 9.0 to identify waste management factors in the oil and gas company with the approach considering the environmental, economic and social aspects.
In the present research, 3 (three) scenarios were used the base in finding the alternative actors in waste management at the company, namely:
a. Scenario I using the existing waste management policy system at the company;
b. Scenario II, the local community as the waste management implementer, and
c. Scenario Ill, professional private company as the waste management implementer.
The study resulted in the following factors in the waste management at the oil and gas company, the Environmental Protection Factor (0.400) and Social Factor (0.400). The alternative implementers in the waste management were the combination of Scenario I (Waste management by the oil and gas company = 0.1431) and Scenario II (focal community as the waste management implementer = 0.415)
Number of References: 35 (1977 - 2003)"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11007
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>