Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 114248 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sudjito
"Di dalam merancang bangun konstruksi mesin, selalu diperlukan sifat bahan tertentu dengan tujuan agar komponen yang dirancang dapat bekerja dengan baik, memenuhi persyaratan fungsi konstruksi maupun kekuatannya dalam menerima beban.
Sifat bahan yang dikenal dengan kekuatan tarik (tensile strength), tekan (compression), dan kekerasan (hardness) diperlukan untuk menentukan ukuran penampang bahan terhadap beban tarik atau tekan dan memperkirakan tingkat keausannya terhadap pemakaian konstruksi yang mengandalkan kekerasan bahan untuk menanggulangi gesekan yang terjadi.
Sifat yang dikenal dengan sifat kelelahan (fatigue) bahan, khususnya bahan produksi dalam negeri Indonesia, perlu diteliti atau dikumpulkan datanya karena penting untuk menentukan umur kontruksi berdasarkan kelelahan (fatigue).
Dalam penelitian ini telah dilakukan pengujian kelelahan (fatigue) terhadap aluminium paduan type 2024-T351 dan 7075--T7351 yang diuji terhadap berbagai tingkat tegangan. Dimana paduan aluminium tersebut banyak digunakan pada pesawat terbang. Guna menunjang hasil penelitian kelelahan ini maka dilakukan pula pengujian seperti : uji tarik (tensile stress) uji kekerasan (hardness), metallografi, fractografi, pengukuran kekasaran permukaan (surface roughness).
Pada penelitian ini analisa statistik data lelah yang dilakukan menggunakan standart ASTM E739-91. Kurva S - N dibuat berdasarkan data pengujian rotating bending yang dilakukan pada tiger tingkat tegangan yaitu : 66,2 %; 55,4 %; 42,6 % pada type 2024-T351 dan 65,6 %; 52,4 %; 39,4 % pada type 7075-T7351 dari kekuatan tarik maksimum (ultimate strength) dan pada setiap tingkat tegangan diuji 5 buah benda uji.
Dari diagram Wohler ( kurva S - N ) yang dihasilkan dari pengujian ditunjukkan bahwa siklus yang dicapai sebelum terjadi perpatahan pada tegangan tertentu akan meningkat pada paduan aluminium type 2024-T351. Adapun besarnya peningkatan tersebut pada probabilitas 50 % adalah sebesar 14,28 %.
Hasil foto makro patahan menunjukkan adanya perbedaan prosentase luas permukaan daerah halus dan kasar.
Luas daerah perpatahan halus dan kasar tergantung pada tingkat pembebanan, makin besar beban yang diberikan terhadap benda uji makin kecil luas daerah perpatahan halusnya."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parapat, Thomas M.
"Paduan 333.0 as-cast (standar AA) atau AC4B (standar JIS) merupakan paduan aluminium (Al-Si-Cu) yang secara komersial banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan komponen otomotif. Kegagalan yang dominan terjadi pada pembuatan komponen otomotif hasil pengecoran adalah misrun yang disebabkan oleh rendahnya mampu alir suatu logam cair, sehingga tidak dapat mengisi seluruh rongga cetakan yang rumit. Nilai mampu alir logam cair dapat ditingkatkan dengan menaikkan temperatur penuangan logam cair atau dengan menambahkan unsur modifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh kadar 0 wt.% Sr dan 0.015 wt.% Sr terhadap karakteristik paduan AC4B dengan variabel temperatur tuang 680_C, 700_C dan 720_C. Pengujian K-mould dilakukan untuk menganalisa kualitas ingot yang digunakan, pengujian vacuum untuk mengetahui porositas yang ada, pengujian tarik dan kekerasan dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan Sr terhadap sifat mekanis dan pengujian fluiditas untuk mengetahui mampu alir dari paduan tersebut. Pengamatan struktur mikro dilakukan dengan menggunakan mikroskop optik. Scanning Electron Microscope (SEM) yang dilengkapi dengan Energy Dispersive Spectroscopy (EDS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan 0.015 wt.% Sr menghasilkan peningkatan nilai fluiditas dari paduan AC4B yang diakibatkan oleh turunnya tegangan permukaan, peningkatan nilai UTS akibat perubahan struktur silikon yang semulajarum kasar menjadi fibrous dan penurunan nilai kekerasan karena dispersi porositas ke bagian yang lebih tipis. Pada pengamatan struktur mikro menunjukkan bahwa variabel temperatur tuang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur mikro dan diperoleh adanya perubahan morfologi fasa intermetalik ?-Al(Fe,Mn)Si berbentuk Chinese script menjadi ?-Al(Fe,Mn)Si berbentuk jorum kasar dan fasa intermetalik Al2Cu berbentuk kantung (pocket) menjadi Al2Cu berbentuk besar (massive)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41733
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imron Rosyadi
"ABSTRAK,
Suatu studi tentang pembuatan dengan proses roll-welding dilakukan dengan menggunakan paduan aluminium 5052 dan 6063. Mula-mula dilakukan pengerolan dalam kondisi dingin (terperatur kamar), namun tidak berhasil mendapatkan sambungan karena keterbatasan mesin rol dengan kemampuan reduksi maksimum hanya sebesar 40%. Kemudian dilakukan pengerolan panas, dengan variasi temperatur pengerolan pada level 200 °C, 300 °C, dan 400 °C dan prosen reduksi pada level 40%, 50%, dan 60%. Semua pengerolan bisa menghasilkan sambungan, kecuali untuk kondisi pengerolan 200 °C - 40% dan 200 °C - 50%. Dengan naiknya temperatur pengerolan danlatau prosen reduksi, dari pengamatan dengan SEM, pengujian geser (lap-shear), dan pengamatan SEM fraktografi, masing-masing diketahui bahwa kondisi sambungan semakin rapat, kekuatan ikatan semakin meningkat, dan titik-titik sambungan yang terbentuk semakin banyak sehingga kualitas sambungan makin baik."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S39581
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sibarani, Richard Moreland
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S41046
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S41415
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Paduan 333.0 merupakan paduan aluminium standar Aluminium Assocciation yang setara dengan paduan aluminium AC4B dalam standar JIS (Jepang). Paduan ini merupakan paduan aluminium seri 3.xxx dengan unsur penyusun utamanya Al-Si-Cu. Paduan ini merupakan bahan dasar utama yang dipakai dalam proses pengecoran komponen sepeda motor yaitu cylinder head. Permasalahan yang dihadapai adalah tingginya tingkat kegagalan produk yang dihasilkan karena ting/cat porositas yang tinggi dan rendahnya sifat mampu alir paduan AC4B. Porositas menyebabkan turunnya sifat mekanik dari paduan, sedangkan sifat mampu alir yang rendah menyebabkan cacat misrun mudah terjadi pada produk yang dihasilkan. Penambahan unsur strontium sebagai modifier dapat meningkatka'n sifat mampu alir paduan dan sifat mekaniknya. Namun permasalahan dari penambahan strontium adalah jumlah porositas yang meningkat. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan penelitian pengaruh penambahan 0.0015 % Sr dan temperatur injek terhadap sifat fisik dan mekanik dari produk yang dihasilkan. Produk yang dihasilkan dikarakterisasi dengan pengujian sifat mekanik dan pengamatan struktur mikro. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dengan penambahan 0.0015 % Sr terjadi peningkatan pada sifat mampu alir dan kekuatan tarik dari paduan AC4B yang disebabkan oleh penurunan temperatur awal pembekuan dan persebaran fasa-fasa intermetalik yang terbentuk (ukuran DAS menurun). Namun tingginya porositas yang terjadi menyebabkan kekerasan mengalami penurunan, sehingga diperlukan adanya proses degassing yang tepat. Peningkatan temperatur injek meningkatkan sifat mampu alir namun menurunkan jumlah silikon yang termodifikasi."
[Depok, Depok]: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41655
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Susanti
"Paduan AA 319 adalah paduan aluminium yang paling populer digunakan untuk komponen otomotif. Permasalahan yang kerap kali muncul dalam proses produksi komponen otomotif ini adalah berfluktuasinya kadar unsur seperti besi dan seng. Penelitian tentang pengaruh besi di dalam aluminium telah banyak dilakukan sedangkan pengaruh seng belum banyak dilakukan. Berfluktuasinya kadar seng terjadi pada salah satu perusahaan otomotif di Jakarta, hingga mencapai puncaknya yaitu saat salah satu cylinder head pecah dengan sendirinya. Dan setelah diinvestigasi diketahui bahwa part tersebut mengandung 12 wt.% seng. Tujuan pemilihan 1 wt.% seng dilakukan untuk mengetahui pengaruh seng pada batas maksimal kadar seng pada paduan AA 319. Pada skripsi ini dilakukan karakterisasi mikro dan nano paduan aluminium AA 319 dengan penambahan 1 wt.% seng pada kondisi as-cast dan setelah ageing. Proses perlakuan panas yang dilakukan adalah solution treatment pada temperatur 525_C selama 1 jam lalu quenching dengan media air dan selanjutnya dilakukan proses ageing pada temperatur 200_C (artificial ageing) dan temperatur ruang (natural ageing). Karakterisasi mikro dilakukan dengan menguji kadar porosifas, k-mould, kekuatan tarik dan kekerasan paduan serta mengamati struktur mikro dengan menggunakan mikroskop optik dan Scanning Electron Microscope (SEM). Sedangkan karakterisasi nano dilakukan dengan mengamati struktur nano dengan menggunakan Transmission Electron Microscope (TEM). Proses persiapan spesimen TEM juga dibahaspada tugas akhir ini. Pada kondisi as-cast, penambahan 1 wt.% pada paduan AA 319 menyebabkan porositas yang ada pada paduan AA 319 menurun dari tingkat 6 ke tingkat 4. Penambahan 1 wt.% seng juga menyebabkan meningkatnya kekuatan tarik dan menurunnya keuletan namun pengujian kekerasan tidak menunjukan hasil yang serupa karena pengaruh adanya porositas pada sampel. Mekanisme penguatan yang terjadi akibat penambahan I wt. % seng ke dalam paduan AA 319 as-cast adalah solid solution strengthening. Fasa interdendritik yang ada pada kondisi as-cast adalah Al2Cu, AlFeMnSi, dan kristal silikon. Penambahan 1 wt.% seng memungkinkan bertransformasinya fasa a-AlFeMnSi menjadi _-AlFeMnSi karena peningkatan tegangan permukaan yang mungkin terjadi. Dari pengamatan dengan SEM diketahui bahwa pada kondisi as-cast seng tersegregasi disekitar paduan Al2Cu yang mengindikasikan adanya interaksi kimia antara seng dan tembaga. Penambahan 1 wt, % seng juga telah membuat jarak fasa interdendritik menjadi lebih rapat, hal ini menunjukan pendinginan yang lebih cepat telah terjadi. Proses persiapan spesimen TEM untuk paduan AA 319 tidak dapat dilakukan dengan electropolishing karena paduan ini memiliki banyak fasa dan strukturnya kasar. Namun spesimen TEM yang baik dari paduan AA 319 dapat dihasilkan melalui proses ion milling dengan menggunakan mesin yang memiliki sistem pendinginan agar tidak terjadi efek pemanasan. Penambahan 1 wt.% seng ke dalam paduan AA 319 tidak menyebabkan peningkatan kekerasan yang signifikan setelah proses pengendapan. Pada artificial ageing, kekerasan puncak kedua paduan dicapai setelah 6 jam dan perbedaan nilai kekerasannya 0,35 %. Penelitian ini berhasil mengkonfimasi bahwa kekerasan puncak paduan AA 319 dengan penambahan 1 wt.% seng dicapai melalui pembentukan presipitat O' berukuran nano yang terdispersi secara merata di dalam matrik aluminium."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41700
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Iskandar
"Paduan AIMg9 dan AIMg5 dilebur dalam dapur krusibel lift out kapasitas 80 kg dengan variabel Fe 0,5 %, 1 % 1,5 %. Pengujian sifat mekanis kecuali pada kondisi as-cast, juga dilakukan setelah hasil solution treatment 430 ºC selama 12 jam yang diquench di dalam air. Proses penuaan buatan dilakukan pada 150 ºC dan 175 ºC selama 2 dan 4 jam. Bertambahnya kadar Fe pada AIMg5 menunjukkan tidak ada kenaikan sifat mekanis yang berarti, sedangkan untuk paduan AIMg9 dengan bertambahnya kadar Fe menunjukkan kenaikan sifat mekanis, walaupun pada beberapa kondisi kenaikan sifat mekanis tidak begitu menyolok yaitu berkisar antara 76,5 - 79 HB.
Dari hasil penelitian ternyata pengaruh penambahan Mg dan Fe meningkatkan sifat mekanis paduan Al-Mg-Fe. Kemudian juga didapatkan komposisi ideal untuk paduan Al-Mg-Fe yaitu dengan AIMg9 dengan proses perlakuan panas pelarutan 430 ºC diikuti proses penuaan buatan pada temperatur aging 175 derajat C dengan waktu aging 4 jam. Setelah dilakukan proses perlakuan pelarutan pada temperatur 430 ºC dilanjuti dengan proses penuaan buatan (artificial aging) pada temperatur 150 ºC dan 175 ºC didapatkan nilai kekerasan maksimum pada kondisi Quench dan pada kondisi temperatur aging 175 ºC waktu 4 jam untuk komposisi 9 % Mg, dan 1,5 % Fe yaitu sebesar 105,5 HB dan 107 HB. Dari data ini berarti untuk komposisi 9 % Mg, dan 1,5 % Fe termasuk paduan dapat dilaku panaskan (Heat treatable)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Suharno
"Die soldering merupakan salah satu cacat proses pengecoran logam dimana cairan logam melekat pada permukaan baja cetakan. Proses ini merupakan hasil reaksi antar muka antara aluminium cair dengan permukaan cetakan. Aluminium dengan kandungan silikon 7 dan 11% serta baja cetakan SDK 61 merupakan hal yang umum digunakan sebagai cairan logam dan material cetakan pada proses pengecoran tekan (die casting) paduan aluminium. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari morfologi dan karakteristik lapisan intermetalik AlxFeySiz yang terbentuk selama proses reaksi antar muka pada saat pencelupan. Sampel uji yang digunakan yaitu baja perkakas jenis SKD 61 hasil annealing, yang dicelup pada Al-7%Si dengan temperatur tahan 680°C dan dicelup pada Al-11%Si dengan temperatur tahan 710°C pada waktu kontak yang berbeda-beda, yaitu 10 menit; 30 menit dan 50 menit.
Hasil penelitian menunjukkan dua lapisan intermetalik terbentuk pada permukaan baja perkakas SKD 61 yakni compact intermetallic layer dengan fasa intermetalik AlxFey dan broken intermetallic layer dengan fasa intermetalik AlxFeySiz. Peningkatan waktu kontak pada proses pencelupan baja perkakas SKD 61 baik pada paduan Al-7%Si maupun Al-11%Si akan meningkatkan ketebalan lapisan intermetalik yang terbentuk sampai titik optimum kemudian menurun kembali. Sedangkan nilai kekerasan mikro dalam setiap lapisan intermetalik AlxFeySiz tergantung dari kadar Fe di dalamnya. Semakin meningkat kadar Fe maka kekerasan intermetallik akan semakin meningkat. Hal ini terjadi karena peningkatan kadar Fe akan berakibat pembentukan partikel fasa intermetalik AlxFeySiz mejadi lebih cepat.

Effect of Contact Time on Interface Reaction between Aluminum Silicon (7% and 11%) Alloy and Steel Dies SKD 61. Die soldering (die sticking) is a defect of metal casting in which molten metal "welds" to the metallic die mold surface during casting process. Die soldering is the result of an interface reaction between the molten aluminum and the die material. Aluminum alloy with 7 and 11% silicon and SKD 61 die steel are the most common melt and die material used in aluminum die casting. This research is done to study the morphology and the characteristics of the formed AlxFeySiz intermetallic layer during interface reaction at dipping test. The samples of as-anneal SKD 61 tool steel was dipped into the molten of Al-7%Si held at temperature 680°C and into molten Al-11%Si held at temperature 710°C with the different contact time of 10 minutes; 30 minutes; and 50 minutes.
The research results showed that the interface reaction can form a compact intermetallic layer with AlxFey phase and a broken intermetallic layer with AlxFeySiz phase on the surface of SKD 61 tool steel. The increasing of the contact time by the immersion of material SKD 61 tool steel in both of molten Al-7%Si and Al-11%Si will increase the thickness of the AlxFeySiz intermetallic layer until an optimum point and then decreasing. The micro hardness of the AlxFeySiz intermetallic layer depends on the content of the iron. Increasing of the iron content in intermetallic layer will increase the micro hardness of the AlxFeySiz. This condition happened because the increasing of Fe content will cause forming of intermetallic AlxFeySiz phase becomes quicker.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>