Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139503 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maria Rosaline Nindita Radyati
"ABSTRAK
Pada saat ini perekonomian dunia mengarah kepada perekonomian global sehingga muncul global financial market. Dengan demikian transaksi antar pelaku ekonomi negara-negara dengan mata uang, tingkat inflasi dan kebijakan moneter yang berbeda-beda perlu mengadakan penyesuaian-penyesuaian tertentu agar terjadi kondisi yang saling menguntungkan (win and win condition).
Perusahaan multinasional dalam melakukan perdagangannya selalu menggunakan mata uang asing. Perusahaan tersebut juga memiliki aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya yang nilainya sangat sensitif terhadap perubahan nilai tukar, tingkat bunga dan harga barang dan jasa. Dengan demikian jika nilai tukar berubah ke arah yang berlawanan dengan yang diharapkan, maka perusahaan dapat mengalami kerugian, jadi perusahaan menanggung resiko atas perubahan nilai tukar (currency exposure).
Banyak perusahaan-perusahaan mengatasi currency exposure dengan cara hedging. Tindakan hedging tujuannya adalah melindungi perusahaan dari penurunan nilai aktiva maupun pasiva dari kerugian akibat perubahan nilai tukar dengan cara memindahkan resiko dari satu individu atau perusahaan kepada individu atau perusahaan lain. Salah satu tindakan hedging yang paling umum dilakukan oleh perusahaan-perusahaan multinasional adalah dengan cara transaksi swap, khususnya currency swaps. Transaksi swap merupakan tindakan pembelian dan penjualan valuta asing pada waktu yang bersamaan, tetapi tanggal penyerahan yang berbeda. Sedangkan currency swap adalah persetujuan antara perusahaan dengan swap dealer atau bank untuk menukar dua jenis mata uang pada periode tertentu.
Transaksi swap sangat penting dalam interbank market dan transaksi ini makin berkembang dari tahun ke tahun. Menurut survey Bank of International Settlements, Switzerland, pada tahun 1992 transaksi swap mewakili 39% dari seluruh transaksi antar bank. Dalam melakukan transaksi swap, "harga' yang perlu diperhatikan adalah swap rate, yang merupakan selisih antara forward rate dan spot rate (forward rate - spot rate). Swap rate dapat berubah-ubah jika tingkat bunga berubah. Jika tingkat bunga suatu negara berubah menjadi lebih tinggi atau lebih rendah relatif terhadap tingkat bunga negara lain, maka swap rate juga dapat berubah. Karena dengan adanya perubahan tingkat bunga, maka selisih antara forward dan spot rate juga dapat berubah.
Pada kondisi keseimbangan pasar menurut teori Interest Rate Parity, perbedaan tingkat bunga pada dua negara besarnya sama dengan persentase perbedaan antara forward dan spot rate, yang disebut dengan forward premium/discount. Jika forward rate lebih tinggi nilainya dari spot rate, maka mata uang dalam kondisi forward premium, sedangkan jika lebih rendah disebut forward discount.
Jika tidak terjadi keseimbangan pasar, maka dapat dilakukan covered interest arbitrage, yakni tindakan para pelaku pasar valuta asing untuk mengambil keuntungan dari perbedaan antara interest differential dengan forward premium/discount. Contoh tindakan covered interest arbitrage jika terjadi kondisi perbedaan tingkat bunga antara dua negara lebih tinggi dari forward discount, adalah : para trader dapat meminjam uang pada negara dengan tingkat bunga lebih rendah dan menginvestasikannya pada negara dengan tingkat bunga lebih tinggi, kemudian mengkompensasi di pasar valuta asing melalui transaksi forward. Maka pendapatan yang diperoleh dari selisih tingkat bunga akan lebih besar dari discount mata uang tersebut.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Timbul Jaya
"Shares swap merupakan salah satu teknik pembiayaan merger dan akuisisi. Beberapa penelitian empiris telah menunjukkan bahwa transaksi shares swap dalam rangka merger dan akuisisi memberikan insentif bagi manajemen perusahaan untuk melakukan manajemen laba (earnings management) dalam laporan keuangan perusahaan pengakuisisi pada periode sebelum pelaksanaan merger dan akuisisi. Manajemen laba tersebut dilakukan dengan tujuan agar perusahaan dapat menekan biaya pembelian perusahaan target. Manajemen laba tersebut mengakibatkan rasio pertukaran saham (share exchange ratio) dalam shares swap menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai riilnya. Perbedaan nilai tersebut berpotensi menimbulkan kerugian bagi pemegang saham khususnya pemegang saham publik ataupun investor. Perbedaan nilai tersebut terjadi karena adanya diskresi dalam pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajemen perusaahan dalam laporan keuangan perusahaan. Jika manajemen laba tersebut dilakukan oleh Perseroan Publik maka aktivitas tersebut bertentangan dengan prinsip keterbukaan informasi yang diwajibkan oleh Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Lebih lanjut manajemen laba tersebut berpotensi menjadi salah satu bentuk kejahatan dalam pasar modal yaitu memberikan informasi yang menyesatkan (misleading information).
Di dalam penelitian ini akan dijelaskan mengenai aspek hukum shares swap, merger dan akuisisi, serta aspek hukum manajemen laba yang ditinjau dari mekanisme Good Corporate Governance dan prinsip keterbukaan informasi. Selain itu dalam penelitian ini juga dianalisis apakah manajemen laba dalam rangka merger dan akuisisi dengan transaksi shares swap di laporan keuangan emiten atau perusahaan publik tersebut memenuhi unsur-unsur dalam kejahatan misleading information atau tidak. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa, shares swap adalah satu-satunya metode pembiayaan merger yang diakui oleh Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT). Sedangkan dalam akuisisi, shares swap adalah salah satu dari sekian

Shares swap is one of mergers and acquisitions financing methods. Several empirical studies have shown that mergers and acquisitions with shares swap transaction provide incentives for the management to perform earnings management in the acquirer's financial statements in the period prior to mergers and acquisitions date. The purpose of earnings management is to reduce the purchasing cost of the target company. Earnings management in shares swap deal lead share exchange ratio becomes smaller or larger than their real value. Those discrepant values potentially harm shareholders or investor especially public shareholders. It happens in the financial statements due to management discretion to select accounting policies. If earnings management is carried out by the public company, that activity against the principles of public disclosure required by the Act No. 8 of 1995 on Capital Market. Furthermore, the earnings management however could be one form of capital market crimes as misleading information.
In this study will be explained about the legal aspects of the shares swap in mergers and acquisitions, as well as the legal aspects of earnings management in terms of the mechanisms of good corporate governance and public disclosure. In addition, this study also analyzed whether earnings management prior to shares swap mergers and acquisitions in the acquirer’s financial statements meets the elements of the misleading information crime or not. From this study concluded that, shares swap is the only recognized financing method in merger by the Act No. 40 of 2007 on Company Law. Whereas in the acquisition, shares swap is one of the recognized financing methods by the Company Law. Meanwhile in relation to earnings management the study also showed that not all earnings management can be categorized as misleading information crime because not all of it causes a material change in financial statements.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
S47182
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1996
S23000
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Setiono
"Penerbitan obligasi subordinasi merupakan alternatif bagi bank untuk memperkuat modal sehingga dapat meningkatkan penyaluran kreditnya kepada nasabah. Ketika bank menerbitkan subordinasi dengan bunga tetap, maka bank akan terpapar risiko suku bunga. Sebagai bentuk manajemen risiko, bank melakukan lindung nilai (hedging) dengan menggunakan instrumen derivatif Interest Rate Swap. Agar pendapatan dari aktivitas hedging dapat dibukukan sebagai penyeimbang dari perubahan fair value obligasi subordinasi, bank dapat melakukan hedge accounting. Untuk memenuhi kualifikasi pembukuan dengan hedge accounting, bank harus dapat memastikan bahwa tingkat efektivitas hedging tetap tinggi. Tingkat efektivitas hedging dapat diuji dengan menggunakan metode dollar offset dan regresi linear. Dari hasil pengujian terlihat metode regresi linear merupakan metode yang paling tepat untuk mengukur efektivitas hedging obligasi dengan menggunakan Interest Rate Swap.

The issuance of subordinated bonds is an alternative for banks to strengthen capital and increase their lending to customers. When bank issuing fixed rate subordinated bonds, banks will be exposed to interest rate risk. As a form of risk management, bank hedge those bonds with derivatives instrument, Interest Rate Swap. The earnings from hedging activies can be recorded as an offset from changes in fair value of subordinated bonds if bank perform hedge accounting. To qualify for hedge accounting, bank must be able to ensure that the level of hedging effectiveness remain high. The level of hedging effectiveness can be tested using the dollar offset method and linear regression. Test result shown that linear regression is the most appropriate method to measure the effectiveness of hedging the bonds with Interest Rate Swap."
Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Coyle, Brian
Canterbury: Financial World Publishing, 2001
658.155 COY i (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Nugroho
"ABSTRAK
Produk keuangan derivatif adalah produk yang didasarkan pada produk keuangan lain yang
sifatnya Iebih elementer, seperti bond, stock, atau valuta asing. Nilai produk derivatif tersebut
tergantung pada, atau diturunkan dan, produk keuangan yang mendasarinya.
Karya akhir ini membahas produk derivatif yang didasarkan pada valuta asing dan suku
bunga, yaitu forward exchange contract, currency option, dan interest rate serta currency swaps.
Meningkatnya volatilitas nilai tukar dan suku bunga sejak dekade 1970-an mengakibatkan
kebutuhan akan produk-produk keuangan yang dapat digunakan untuk pengelolaan resiko
terhadap meningkatnya volatilitas tersebut semakin besar. Produk-produk keuangan derivatif
diatas dirancang untuk dapat mernenuhi kebutuhan pengelolaan resiko tersebut. Selain digunakan
sebagai instruinen pengelolaan resiko, produk derivatif ini juga dapat digunanakan untuk tujuan
tujuan spekulasi dan perdagangan.
Bagi lembaga-lembaga keuangan seperti bank, produk derivatif memberikan peluang
untuk dapat meningkatkan pendapatan diluar aktivitas tradisional perhankan dalam menghirnpun
dan menyalurkan dana masyarakat. Dengan kelebihan yang dimiliki dalam akses ke pasar
keuangan dan keahlian dalam pengelolaan resiko, bank menawarkan produk-produk derivatif
nasabah yang memerlukan pengelolaan resiko keuangannya. Dalam transaksi derivati I tersehut.
bank mengambil aIih resiko keuangan nasahahnya untuk memperoeh keuntungtn. Selain itu,
bank juga menggunakari produk derivatif ini untuk pengelolaan resiko sendiri dan resiko yang
timbul dan transaksi dengan nasabahnya tersebut.
Bank ?X? adalah salah satu bank devisa swasta nasional di Jakarta yang dikenal cukup aktif
dalam melakukan transaksi derivatif. Karya akhr ini memberikan gambaran mengeriai
bagaimana bank ?X? melakukan pengelolaan transaksi derivatif yang dilakukan dengan
nasabahnya dalam usaha untuk nieningkatkan pendapatan. Beberapa data transaksi derivatif yang
dilakukan Bank ?X? disusun dalam beberapa kasus kecil yang digunakan sebagai bahan
pembahasan.
Forward exchange contract adalah kontrak antara dua pihak untuk membeli atau menjual
sejumlah tertentu mata uang asing dengan nilai tukar (forward rate) yang telah ditentukan pada
saat awal kontrak, tetapi dengan pembayaran dan penyerahan pada suatu waktu tertentu di masa
yang akan datang, yang telah disepakati kedua belah pihak. Forward exchange contract
diperdagangkan di over-the-counter market dimana bank merupakan partisipan utamanya.
Forward rate tidak ditetapkan secara spekulatif, tetapi ditetapkan dengan memberikan
premium atau discount pada nilai tukar yang berlaku pada saat awal kontrak (spot rate). Rate
tersebut dihitung berdasarkan perbedaan tingkat suku bunga yang berlaku untuk masing-masing
mata uang yang dipertukarkan dan lamanya waktu maturity.
Currency option contract memberikan hak, tanpa kewajiban, kepada pembelinya untuk
menjual atau membeli suatu mata uang (underlying currency) dalam jumlah dan harga (strike
price) tertentu pada suatu waktu tertentu di masa yang akan datang atau pada suatu waktu dalam
periode tertentu di masa yang akan datang. Option untuk membeli underlying currency disebut
call option, sedangkan untuk menjual disebut put option hanya dapat di exercise pada saat maturity, sedangkan american option dapat di-exercise setiap saat sampai saat maturity.
Berbeda dengan forward exchange contract, untuk memperoleh hak dalam transaksi
option, pembeli option pertu membayar premium kepada penjual. Dengan kontrak option ini,
pembeli dapat membatasi resiko akibat peruhahan nilai tukar sebatas premium yang dibayarkan
sekaligus tetap dapat memiliki kcmungkinan untuk memperoleh unlimited profit dengan meng
exercise option jika pergerakan harga underlying currency menguntungkan. Penjual option
memberikan hak kepada pembeli, dan dengan menanggung unlimied risk tersebut, penjual option
menerima premium.
Currency option diperdagangkan balk di organized exchange maupun di OTC. Di
organized exchange?, option yang diperdagangkan dikenal dengan nama traded option, yang dapat
dijual kembali scbelum maturity. Currency option yang dijual disini umumnya merupakan
kontrak standar, baik strike price, size, maturity, maupun underlying currency-nya. Currency
option yang diperdagangkan di organized exchange terbatas hanya pada beberapa mata uang kuat
dunia.
Currency option di OTC diperdagangkan melalui bank yang dalam hal ini bertindak
sebagai penjual. Option di OTC ini tidak tradable, Walaupun demikian kontrak option di OTC
ini dapat dibuat sesuai kebutuhan, balk .strike, price, maturity, maupun underlying currency.
interest rate dan currency swaps dapat dikatakan tebih bersifat sebagai suatu teknik
daripada suatu produk. Swaps ¡ni banyak digunakan perusahaan sebagai alat liability management
untuk mengurangi biaya pinjaman.Transaksi swap dapat terjadi jika masing-masing pihak dapat
memiliki akses ke pasar keuangan tertentu (baik dalam interest basis maupun currency) dengan
terms yang secara komparatif lebih baik dibandingkan pìhak yang lain. Masing-masing pihak
akan melakukan pinjaman dimana mereka masing-masing memiliki keungguan komparatif dan
setuju untuk sating menukar (swap) cash flows pinjamannya sehingga dapat memperoleh terms
yang lebih baik di pasar yang lebih mereka sukai dibandingkan jika masing-masing pihak
melakukan pinjamannya sendiri secara lansung. Umumnya transaksi swap dilakukan melalui
bank yang bertindak sebagai intermediary.
Bank dapat meningkatkan pendapatannya dengan bertindak sebagai intermediary dalam
transaksi swap tersebut. Selain itu, bank juga menggunakan transaksi swap untuk kebutuhannya
sendiri dalam mengelola liability-nya.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustian Zen
"Peter F. Drucker dalam tulisan The Changed World Economy menyatakan bahwa telah menjadi kecendrungan bagi para pelaku ekonomi untuk melakukan investasi dalam bentuk valuta, dan hal ini merupakan ciri dari perekonomian dunia pada dekade terahir ini, dimana nilai perputaran uang dunia dalam bentuk berbagai valuta asing telah mencapai US$ 150.000 juta. per hari, atau sekitar 12 kali nilai transaksi barang dan jasa dunia perhari. Sehingga pendapat dari Drucker, bahwa perubahan fundamental telah terjadi dalam perekonomian dunia, dimana symbol economy (perputaran uang dan modal Y menjadi lebih dominan daripada real economy (transaksi barang dan jasa) dan pendapatnya telah terbukti.
Banyak jenis fasilitas maupun jenis transaksi yang dapat dilakukan dalam pasar uang ini, antara lain transaksi swap dan arbitrage yang merupakan bentuk transaksi va1uta asing yang paling populer didalam dealing room, dimana trader meyerahkan sejumlah deposito atau kewajiban kepada bank/lembaga keuangan lainnya, sehingga trader/dealer dapat melakukan transaksi jual beli valuta asing untuk suatu nilai nominal yang lazim diperdagangkan. Biasanya margin berkisar antara 5 % sampai 10% dari jumlah nominal tersebut.
Dari segi keuangan, tingkat leverage yang tinggi ini menarik karena dapat memberikan return on investment yang tinggi, jauh lebih tinggi daripada transaksi uang dalam bentuk tunai. Sebaliknya, segi resiko juga harus diperhitungkan mengingat tingkat leverage yang tinggi itu. Oleh karena itu, pengambilan keputusan menjadi sangat penting, terutama menyangkut waktu untuk menjua1 maupun membe1i . Secara idea1 yang pa1ing menguntungkan ka1au trader dapat membe1i pada kurs yang rendah dan menjualnya pada kurs yang tinggi (buy 1ow sell high), namun akibat gejo1ak kurs yang cepat dan tak terduga sering yang terjadi adalah seba1iknya (sell low buy high) sebagaimana terjadi pada kasus Bank Duta. Dalam transaksi va1uta asing ini tingkat spekulasi yang dikandung adalah tinggi. Namun justru hal inilah yang menarik, dan semakin banyak orang terjun ke bursa valuta asing,fluktuasi kurs ini makin menambah peluang bagi trader untuk meraih laba akibat selisih kurs.
Masalahnya adalah bagaimana memanfaatkan situasi ini dengan sebaik mungkin. Keahlian untuk menangani transaksi valuta asing kian diperlukan, apa1agi sejak dike1uarkannya Paket 27 Oktober 1988, dimana syarat untuk menjadi bank devisa diperingan, dan cabang-cabang bank devisa otomatis berfungsi sebagai bank devisa. Dalam kurun waktu kurang dari sebulan sejak paket tersebut dikeluarkan, sudah ada dua bank yang naik statusnya menjadi bank devisa. Ini tentunya menyebabkan peningkatan permintaan terhadap kuantitas maupun kualitas tenaga profesional dalam bidang manajemen valuta asing.
Untuk melakukan transaksi perdagangan valuta asing, peranan prakiraan tingkat pertukaran antar valuta sangat penting, termasuk mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhinya. Disamping itu, dalam perdagangan valuta asing, fasilitas swap dapat membantu meringankan beban perusahaan dalam menghadapi gejolak tingkat pertukaran yang tidak menentu baik pembayaran bunganya maupun dalam pembayaran kembali kewajiban pokoknya sedangkan fasilitas arbitrage dapat memberikan tambahan keuntungan dari suatu investasi dalam valuta asing serta keuntungan dari selisih spread tingkat pertukaran valuta tersebut. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1990
T10443
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Perawati
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1984
S17021
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herlina Dwi Rahmawati
"ABSTRAK
The research is conducted to examine the effect of market concentration and asset growth on thefinancial performance of Islamic banking in Indonesia. Data used in this study is obtained from thefinancial statement of Bank Indonesia publications and report of islamic banking publicationthrough the website of each bank. The method used in this study is an explanatory method.The method used to explain the effect of the variables studies and the relationship between onevariabel with other variables. There are 6 syariah bank used as the samples in this research. Thedata is analyze with linier regresion analysis where previously data tasted by testing classicalassumptiuon including data normality, heteroscedasticity, multicollinearity and autocorrelation.During the observation period, the study shows that data is normally distributed. The result ofthe research indicate that the variables of market concentration is positive but has not significanteffect on ROA. Variable asset growth is positive and has significant effect on ROA.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, 2018
330 AJSFI 2:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Karissa
"Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi dewan komisaris yang diwakili oleh independensi dewan komisaris, proporsi wanita dalam dewan komisaris, dan ukuran dewan komisaris, kualitas audit, transaksi dengan pihak hubungan istimewa, dan financial distressed terhadap probabilita laporan keuangan yang bermasalah. Perusahaan dengan laporan keuangan bermasalah dinilai berdasarkan informasi yang didapatkan dari Bapepam-LK.
Pengujian hipotesis dengan model regresi logistik yang menggunakan sampel sebanyak 120 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama dari tahun 2007-2011. Hasilnya penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi wanita dalam dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, dan transaksi dengan pihak berelasi tidak berpengaruh terhadap probabilita laporan keuangan bermasalah. Independensi dewan komisaris dan kualitas audit terbukti berpengaruh signifikan negatif terhadap probabilita laporan keuangan bermasalah. Sedangkan, financial distress mempengaruhi positif dan signifikan terhadap probabilita laporan keuangan bermasalah.

This study aims to determine board of commissioners composition which is represented by board of commissioners independence, female proportion on board of commissioners, and board of commissioners size , audit quality, related party transaction, financial distressed can effect probability of troubled financial statement. Companies with troubled financial statement assessed based on information obtained from Bapepam-LK.
Hypothesis testing with logistic regression model using a sample of 120 companies listed on Bursa Efek Indonesia during 2007-2011 The result of the this study showed that female proportion on board of commissioners, and board of commissioners size, and related party transaction does not affect the probability of troubled financial statement. Board of commissioners independence and audit quality is proven significant negative influence on probability of troubled financial statement. Thus, financial distress has positive and significant influence on probability of troubled financial statement.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>