Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177405 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Itje Aisah Ranida
"ABSTRAK
Titik berat pembangunan dalam Pembangunan Jangka Panjang Tahap ke-II (PJP II) ini adalah ekonomi disertai dengan penbangunan sunberdaya manusia. Sejalan dengan hal itu, para pakar dalan bidang gizi dan kesehatan telah mencetuskan tinggi badan potensial sebagai indikator nyata yang digunakan untuk ukuran fisik manusia. Indikator ini diharapkan dapat menberikan indikasi terhadap upaya yang telah dilakukan.
Tinggi badan yang dicapai anak pada umur masuk sekolah dasar dapat memberikan gambaran tentang gangguan pertunbuhan yang diderita pada umur-umur sebelumnya, selain itu dapat nenunjukkan gambaran pertumbuhan anak sebagai gambaran taraf kesehatan dan gizi penduduk di wilayah yang bersangkutan.
Propinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah yang mempunyai prevalensi tinggi pada penyakit gangguan pertumbuhan (dalan hal ini penyakit gondok), juga daerah yang telah lebih dahulu (1988) melakukan pengukuran Tinggi Badan terhadap Anak Baru Masuk Sekolah oleh para peneliti dari Puslitbang Gizi Bogor, yang kemudian tahun 1994 Direktorat Bina Gizi Masyarakat melakukannya di seluruh Indonesia.
Jenis penelitian ini adalah panel studi yang bertujuan ingin melihat/mempelajari hubungan antara daerah yang mempunyai kondisi endenik gondok di desa miskin dan tidak miskin dengan rata-rata tinggi badan anak baru masuk sekolah.
Hasil penelitian nenunjukkan bahwa selain variabel gondok ternyata variabel miskin (dalan hal ini status sosek) lebih mempunyai hubungan yang secara statistik cukup bermakna terhadap rata-rata tinggi badan. Hal ini terbukti dari hasil tenuan yang mengatakan bahwa, perubahan rata-rata TBABS tahun 1988 dan 1994 untuk anak kelompok umur 7 dan 8 tahun di desa tidak gondok tidak miskin lebih tinggi dari perubahan rata-rata desa gondok lainnya dengan kisaran 0.3 - 1.6 cm pada 95% CI dengan p = 0.016.
Pada penelitian ini dapat disimpulkan adanya variable-variabel (gondok, miskin) yang berhubungan terhadap rata-rata tinggi badan dapat menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan, yang akhirnya dapat digunakan sebagai alat perbandingan antar daerah pada waktu yang sama atau membandingkan keadaan daerah yang sama antar waktu yang berbeda.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat sedikit dijadikan bahan pertimbangan dalam peningkatan program kesehatan yaitu pada penentuan lokasi-lokasi sasaran, satu diantaranya adalah faktor rendahnya tingkat sosial ekonomi dan tingkat endemisitas.

ABSTRACT
The focus of The Long Term Development II is economic and human resource development. The result of the latter can be identified, among other things, by measuring children's potential height as a real indicator of physical measurement of human body.
The height of children entering elementary school gives a powerful indicator to depict growth retardation or forlir in the past. It globally explain health and nutritional status in the population the children residing.
Central Java is one of province with a high prevalence of goitre. Height measurement for children entering elementary school has been conducted by Nutrition Center for Research and Development Bogor in the province in 1988. The measurement has been expanded and conducted to all provinces in Indonesia.
This study is aimed to learn relationship between goitre endemicity with certain poverty level in villages and average height of children entering elementary school taking two cross-sectional ones, 1988 and 1994, the study attempts to see the height differences and changes with and between these years.
The results of the study shows poverty variable is more potent then goitre to give statistically significant relationship between the independent variables and the average height. Difference of average height of children entering elementary school for 7 and 8 aged groups in villages with No-goitre endemic and not poor in the years of 1988, 1994 is bigger than other combination of villages. The range is 0.3 - 1.6 cm with 95% CI, p = 0.016
Through this finding it is conducted that alleviating both goitre endemic and poverty will give the best achievement of potential average height.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Basuki Budiman
"Kualitas manusia sebagai salah satu modal dasar pembangunan lebih mendapat perhatian pada Pelita V dalam rangka mempertinggi derajat kesejahteraan masyarakat. Hal ini ditetspkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Tersirat bahwa agar tercapai tingkat kualitas manusia yang dicita-citakan tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan member! prioritas yang tinggi pada upaya peningkatan kesehatan masyarakat dalam keluarga termasuk peningkatan status gizi masyarakat di samp ing upaya-upaya prevent if, kuratif dan rehablitatif.
Kualitas manusia terdiri dari aspek ragawi dan aspek mental; yang termasuk aspek ragawi yaitu kebugaran dan pertumbuhan; sedangkan yang termasuk aspek mental yaitu kecerdasan dan keterampilan. Gangguan gizi yang erat kaitannya dengan pertumbuhan ragawi dan mental adalah kurang energi protein (KEP) dan kurang iodium.
Di Indonesia, KEP dan gangguan akibat kurang iodium (GAKI) merupakan dua dari empat masalah gizi utama. Prevalensi gizikurang pada anak usia di bawah lima tahun (balita) yang diukur atas dasar berat badan pada umur tertentu (kurang dari 70 % median acuan) menurun dari 29.1 persen (1983) menjadi 10.8 persen (1987)1. Laporan lain2 menyebutkan bahwa prevalensi menurun dari 14.4 persen (1978) menjadi 12.8 (1986) dengan penurunan yang besar terjadi didaerah perkotaan yaitu 4.2 persen di bandingkan daerah pedesaan sebesar 0.9 persen.
Besar dan luasnya masalah pertumbuhan ragawi di samping dinyatakan dengan prevalensi gizikurang pada anak balita, dapat pula dinyatakan dengan besarnya prevalensi gizikurang pada anak usia tujuh tahun yang diukur pencapaian tinggi badannya. Hal ini sekaligus dikaitkan dengan keadaan ekonouii suatu wilayah3'4,'.
Di Indonesia, prevalensi gizi kurang anak usia tujuh tahun secara nasional belum ads. Prevalensi gizikurang atas dasar indeks tinggi badan menurut umur (<=90% median acuan Indonesia hasil modifikasi acuan WHO-NCHS) anak baru masuk sekolah (6-8 tahun) di tiga provinsi yaitu Sumatera Barat, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat pada tahun 1988 berturut-turut adalah 9.8; 14.6 dan 16.4 persen. Oleh karena tinggi badan merupakan produk dari interaksi berbagai faktor dan kesempatan mengoreksi tinggi badan sebelum mencapai tinggi bada usia dewasa terjadi pada masa usia sekolah, maka pertumbuhan ragawi pada usia tersebut perlu mendapat perhatian secara khusus.
Di pinak lain, penderita GAKI di Indonesia pada tahun 1986 di perkirakan 30 juta penduduk mempunyai resiko tinggi mengalami defisiensi iodium dan bermukim di daerah endemis. Tiap tahun dari sejumlah itu terjadi 9200 bayi lahir mati. Di samping itu lebih dari 750 000 orang menderita kretin.Diperkirakan pula 3.5 jut a di antaranya dijumpai mengalami gangguan mental, gangguan motorik termasuk pertumbuhan ragawi, dan gangguan kordinasi. Pembesaran kelenjar gondok (goiter) da lam berbagai tingkat kurang lebih 8 juta orang.
Di satu pihak KEP dan GAKI mempunyai efek terhadap pertumbuhan; di lain pihak pertumbuhan tersebut merupakan hasil interaksi yang sangat komplek berbagai faktor. Berbeda dengan sebaran masalah KEP yang dapat terjadi dengan tidak mengenal kekhususan ketinggian tempat, sebaran masalah GAKI terutama terjadi di daerah pegunungan dan daerah aliran sungai yang deficit unsur iodium serta daerah yang sukar dijangkau dengan kendaraan umum. Daerah-daerah tersebut uraumnya secara sosial-ekonomis jug a kurang maju.
Oleh karena itu, pertumbuhan anak di daerah ysng endemik GAKI, kemungkinan bukan disebabkan oleh defisiensi iodium saja tetapi peranan sosial ekonomi perlu dipertimbangkan. Hubangan antara defisiensi iodium dan tinggi badan anak sekolah dasar kelas satu menjadi objek penelitian ini."
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Togap P.
"Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh jawaban terhadap pertanyaan,'apakah minat siswa SMA terhadap matematika mempunyai hubungan yang signifikan dengan prestasi matematikanya, apakah minat siswa laki-laki berbeda dengan minat siswa perempuan terhadap matematika, apakah prestasi matematika siswa laki-laki berbeda dengan prestasi matematika siswa perempuan.
Banyak faktor yang dianggap mempengaruhi prestasi belajar. Salah satu dari faktor itu adalah minat. Faktor minat dinggap menjadi kekuatan motivasi yang mempengaruhi besarnya kesadaran seseorang melakukan suatu aktivitas. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan tumbuh dan berkembang karena interaksi dengan lingkungan. Oleh karena itu arah dan kualitas minat menjadi sangat beragam.
Dibanding dengan mata pelajaran lain matematika sering dipandang sebagai mata pelajaran yang paling abstrak dan memerlukan kemampuan berfikir yang lebih tinggi. Siswa dengan tingkat inteligensi di atas rata-rata diasumsikan mampu mengikuti pelajaran matematika dengan prestasi baik. Namun orang yang tingkat inteligensinya di atas rata-rata tidak dengan sendirinya berprestasi dalam matematika, karena masih tergantung faktor lain misalnya minat.
Sejak lama mata pelajaran matematika dianggap milik lakilaki. Indikasi kecilnya persentase perempuan memasuki perguruan tinggi bidang eksakta sering dipakai sebagai pembenarannya. Oleh karena itu perlu dijawab apakah laki-laki lebih berminat terhadap matematika daripada perempuan? Jika perbedaan minat tidak ada apakah prestasi siswa laki-laki dan perempuan berbeda dalam matematika?
Sesuai permasalahan di atas penelitian ini bertujuan untuk menemukan hubungan antara minat dengan prestasi matematika pada siswa laki-laki dan perempuan yang memiliki inteligensi di atas rata-rata, menemukan perbedaan minat siswa laki-laki dan perempuan terhadap matematika, dan untuk menemukan perbedaan prestasi matematika siswa laki-laki dan perempuan..
Penelitian ini dilakukan di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada lima SMA Negeri, melibatkan 200 orang siswa, masing-masing 100 orang siswa laki-laki dan 100 orang siswa perempuan.
Metode penelitian adalah metode survai yang bersifat korelasional. Ada tiga instrumen yang digunakan untuk menjaring data. Instrumen yang pertama adalah tes inteligensi yaitu CFIT Skala 3, yang digunakan untuk menjaring siswa yang memiliki inteligensi di atas rata-rata. Instrumen yang kedua adalah
skala minat, yang disusun peneliti dengan 25 butir soal untuk menjaring data tentang minat siswa. Instrumen yang ketiga adalah tes prestasi matematika. Tes ini disusun guru-guru matematika dari ke lima lokasi penelitian dan dikonsultasikan dengan pakar matematika dari FMIPA-IKIP Jakarta. Tes ini terdiri dari 50 butir soal dalam bentuk pilihan ganda.
Penelitian menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan (r=4.4063) antara minat dan prestasi matematika siswa. Koefisien determinasi sebesar 0,1650, berarti bahwa prestasi matematika dapat dijelaskan oleh skor minat sebesar 16,50 persen. untuk siswa laki-laki tingkat hubungan itu adalah 0,4120, dengan koefisien determinasi 0,1697. Sedangkan untuk siswa perempuan tingkat hubungan itu adalah 0,3844, dengan koefisien determinasi adalah 0,1478.
Walaupun rata-rata minat siswa laki-laki lebih tinggi sebesar 2,48 poin tetapi dari peluang uji beda dua rata-rata, nilai peluangnya hanya sebesar 0,0533, hal ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan minat laki-laki dan minat perempuan terhadap matematika pada tingkat signifikan (a) 5%. Demikian juga dengan prestasi matematika siswa. Walaupun prestasi matematika siswa laki-laki lebih tinggi sebesar 3,46 poin, tetapi dari peluang uji beda dua rata-rata, nilai peluangnya hanya sebesar 0,0792, hal ini berarti tidak terdapat perbedaan prestasi dalam matematika antara laki-laki dan perempuan pada tingkat signifikan 5%.
Usaha peningkatan prestasi matematika perlu mendapat bimbingan sedemikian rupa, sehingga siswa dapat meningkatkan sikap positif terhadap matematika, mengurangi kekhawatiran akan pelajaran matematika dan meningkatkan rasa tanggung jawab atas kegiatan belajar serta hasil yang diperoleh. Usaha ini akan dapat berhasil dengan baik, jika guru lebih mengenal kekuatan dan kelemahan siswa yang diajarnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maury Wijaya
"Latar belakang : Tindakan diversi fekal sclama kurun waktu tertentu dapat menyebabkan hilangnya kekuatan dan kontraktilitas otot polos usus scrta atrofi villi mukosa usus segmen distal, yang secara makroskopis tampak scbagai perbedaan diameter
antara puntung proksimal dengan puntung distal.
Akhirnya, stoma tidak dapat dianastomosis langsung namun memerlukan prosedur Santulli terlebih dahulu, kemudian
penutupan stoma. Untuk mencegah morbiditas ini, anastomosis stoma harus sudah dilakukan sebelum puntung distal mengecil.
Tujuan : Untuk mengetahui rentang waktu rata-rata antara diversi fekal dan anastomosis secara langsung, antara diversi fekal dan prosedur Santulli, scrta antara prosedur Santulli dan penutupan Santulli.
Subyek & Cara Kerja : Subyek dari studi Kohort retrospektif ini adalah scmua pasien atresia ani dengan data rekam medis yang lengkap, yang telah dilakukan diversi fekal pada usia < 13 tahun dan sudah menjalani operasi PSARP, yang dirawat untuk dilakukan
operasi penutupan stoma di RSUPN-CM, antara bulan Juni 2006 dan bulan Pebruari 2010.
Hasil : Didapatkan 50 pasien, terdiri dari 25 laki-laki (8 anastomosis langsung; 17
Santulli) dan 25 perempuan (21 anastomosis langsung, 4 Santulli). Jenis atresia ani
dengan : fistel rektovestibuler (36%); fistel rektouretra (24%); tanpa fistel (18%); fistel
rektoperineal (10%); fistel rektovesika dan anus anterior (masing-masing 4%); scrta fistel
rektovagina dan kloaka (masing-masing 2%). Rentang waktu antara diversi fekal -
anastomosis langsung : rata-rata 427 (SD 213) hari, median 358 hari; antara diversi fekal
- prosedur Santulli: median 1267 (minimum 335, maksimum 6848) hari. Hasil uji
statistik non parametrik '2-independent samples' dengan Mann Whitney nilai p < 0.05.
Rentang waktu antara prosedur Santulli - penutupan Santulli: rata-rata 245 (SD 112)
hari.
Kesimpulan : Rentang waktu rata-rata antara diversi fekal - anastomosis langsung
dengan diversi fekal - proscdur Santulli berbeda Sebaiknya operasi penutupan stoma telah dilakukan sebelum waktu minimum perbedaan diameter puntung terjadi"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T59001
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengaji signifkansi peningkatan nilai rata-rata hasil ujian nasional (UN) SMP di kabupaten Garut dari tahun 2004sampai 2006 Data sekunder yang di gunakan dalam penelitian ini berasal dari Pusat Penilaian Pendidikan
."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2000
S33795
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
cover
M. Taufik Mubarak
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1983
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>