Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145643 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rukaesih Achmad
"ABSTRACT
As a metropolitan city and the center of the country's administration, Jakarta has a high intensity of people and material mobilization. This is due to the increasing activities in various fields. Consequently, this requires massive transportation, involving a large number of vehicles to support the activities, which are increasing continuously. The increasing number of vehicles causes the increasing use of fuel.
Petrol, used as fuel for motor vehicle, contains organic lead (Pb) in the form of tetra ethyl lead (TEL), which is used as an additive to prevent engine knocking. The main source of lead pollution is the burning of fuel containing TEL. Results of a research by Kardell and Kaltman in Sweden (1986) shows that there is a significant decrease of Pb concentration in soil as the result of reducing Pb in fuel. Lead (Pb) is recognized as a toxic element to human health. The hazard of Pb pollution from engine combustion on life and physical environment has been studied intensively. Result shows that the effect of Pb pollutant on health is serious. In relation to this problem a research on the influence of Pb pollution on several vegetables planted in a heavy traffic area (close to road) has been conducted this year.
The hypotheses to be tested in this research are:
(1) There is a significant difference in the content of Pb between polluted and non-polluted vegetables (exposed vs non-exposed).
(2) There is a significant difference in the content of Pb between washed and non-washed vegetables.
(3) There are some effects of vegetative plant parts, variety of the plants, and the distance of the location of planting to the emission source, on the content of Pb in plants. Experiment was conducted in factorial design of 2 x 3 x 3 and performed in randomized block layout. The three independent variables chosen are:
- The vegetative part of the plant, i.e. leaf and stem.
- The types of vegetables, i.e. kangkung (Ipomoea reptans), spinach (Amaranthus tricolor), and caisim (Brassica chinensis)
- The distance from the plants to the source of emission, i.e. 5-10 m, 10-15 m, and 15-20 m. The experiment was carried out for three months in a vegetable garden at Pulomas, East Jakarta, from July to August 1993. Atomic Absorbtion Spectroscopy (AAS) at BATAN laboratory, Pasar Jumat South Jakarta, analyzed the contents of Pb in the experimental vegetables.
The research concludes:
(1) There are significant differences between the Pb content in the exposed vegetables (planted at the location of experiment) and the non-exposed vegetables of the same variety (planted in a green house), and between the Pb-content in the plants of 5-10 m, of 10 - 15m,and the15-20mdistance (p < 0,01).
(2) The content of Pb in kangkung, spinach and caisim at the location of experiment is higher than over the threshold level allowed by WHO, although still below the "Tolerable Weekly Intake", provided each plant is not consumed more than once a week.
(3) There is significant difference of the Pb content between washed plants and no washed ones.
(4) The Content of Pb in the leaves of kangkung, spinach and caisim have been found to be highly significantly different ( p 0,01 ) from the contents of the stems; showing that the content of Pb depends on the vegetative parts,
(5) The difference in Pb content between three kinds of vegetable are highly significant from each other ( p 0,01 ); showing that the content of Pb depends on the species,
(6) The differences of the Pb contents of the vegetables in different location were found to be highly significant; showing that the content of Pb depends on the distance of location of planting from the source of emission.

ABSTRAK
Jakarta sebagai kota metropolitan dan pusat administrasi negara mempunyai penduduk dengan mobilitas yang cukup tinggi akibat tingginya aktivitas di berbagai bidang. Hal ini tentu saja melibatkan sarana angkutan (kendaraan bermotor) cukup banyak untuk mendukung aktivitas tersebut dan jumlah ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor ini akan menyebabkan peningkatan penggunaan bahan bakar.
Bensin sebagai bahan bakar kendaraan bermotor mengandung senyawa timbal (Pb) organik dalam bentuk Tetra Ethyl Lead (TEL) yang digunakan sebagai zat aditif yang berfungsi untuk mencegah terjadinya letupan - letupan pada mesin (engine knocking). Sumber utama pencemaran Pb di lingkungan berasal dari pembakaran TEL yang terdapal dalam bensin. Hal ini sesuai dengan basil penelitian yang dilakukan oleh Kardell dan Kallman di dua wilayah hutan di Swedia ( 1986 ) bahwa terjadi penurunan konsentrasi Pb dalam tanah secara nyata (significant) dengan dilakukannya reduksi Pb dalam bahan bakar bensin.
Timah hitam (Pb) termasuk salah satu logam berat yang telah diketahui sangat berbahaya bagi manusia karena dapat menimbulkan efek pada kesehatan. Penelitian tentang dampak pencemaran Pb, yang berasal dari kendaraan bermotor, pada lingkungan fisik dan hayati telah banyak diteliti, dan hasil penelitian memperlihatkan bahwa dampak pencemaran Iingkungan oleh logam berat Pb sudah mulai mengkhawatirkan. Sehubungan dengan hal tersebut dilakukan penelitian untuk mendapatkan informasi tentang adanya penyerapan bahan pencemar Pb yang berasal dari kendaraan bermotor oleh berbagai jenis tanaman sayuran yang ditanam di lokasi padat lalu lintas ( tepi jalan raya ).
Hipotesis yang ingin dibuktikan dalam penelitian ini adalah : Terdapat perbedaan kandungan Pb yang nyata (significant) dalam tanaman sayuran antara yang terkena pemaparan dan yang tidak (expose vs non expose).
Terdapat perbedaan kandungan Pb yang nyata dalam tanaman sayuran antara yang dicuci dan yang tidak dicuci. Besarnya kandungan Pb dalam tanaman bergantung pada bagian vegetatif tanaman, jenis tanaman, dan jarak tanaman dari sumber emisi
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode percobaan faktorial 2 x 3 x 3, dan rancangan percobaan Rancangan Acak Kelompok (Randomized Block Design). Tiga faktor yang menjadi variabel bebas adalah : (1) faktor bagian vegetatif tanaman yaitu daun dan batang, (2) faktor jenis tanaman yaitu kangkung (Ipomoea reptans), bayam (Amaranthus tricolor), dan caisim (Brassica chinensis), (3) faktor jarak tanaman dari sumber emisi yaitu jarak (5 - 10 m), (10 - 15 m) dan jarak (15 - 20 m). Sebagai variabel terikat adalah besarnya kandungan Pb dalam tanaman. Penelitian di lakukan di kebun sayuran di Pulomas Jakarta Timur dan Rumah Kaca Laboratorium Biologi FMIPA IKIP Jakarta selama + 3 bulan, mulai bulan Juli sampai dengan Agustus 1993. Analisis kandungan Pb pada tanaman hasiI percobaan dilakukan di Laboratorium Kimia BATAN Pasar Jumat Jakarta Selatan menggunakan alat Spektrokopi Serapan Atom (AAS).
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa :
(1) Ada perbedaan kandungan Pb dalam tanaman kangkung, bayam, dan caisim antara yang mengalami pemaparan emisi kendaraan bermotor (expose) dan yang tidak, yaitu tanaman sejenis yang ditanam dalam rumah kaca (non expose). Kandungan Pb dalam tanaman yang tumbuh pada jarak 5 - 10 ni dan 10 - 15 m dart tepi jalan memperlihatkan adanya perbedaan yang sangat nyata (p <0,01 ), juga tanaman yang tumbuh pada jarak 15 - 20 m masih memperlihatkan perbedaan yang sangat nyata (p < 0,01 ).
(2) Kandungan Pb dalam tanaman kangkung, bayam, dan caisim di lokasi penelitian sudah di atas nilai ambang batas yang ditentukan World Health Organization. (WHO), tapi masih dibawah nilai "Tolerable Weakly Intake" jika seseorang mengkonsumsi makanan yang terbuat dari bahan kangkung, bayam dan caisim tersebut masing-masing maksimal 1 kali dalam seminggu.
(3) Ada perbedaan kandungan Pb yang sangat nyata ( p < 0,01 ) dalam tanaman kangkung dan perbedaan yang nyata (p < 0,05 ) dalam tanaman bayam dan caisim antara tanaman yang dicuci dengan yang tidak.
(4) Kandungan Pb dalam daun kangkung, daun bayam, dan daun caisim sangat berbeda nyata (p <0,01) dengan kandungan Pb pada batang kangkung, batang bayam dan batang caisim, dan kandungan Pb dalam bagian daun dijumpai lebih besar daripada dalam batang; berarti besarnya kandungan Pb dalam sayuran bergantung pada bagian vegetatif tanaman.
(5) Terdapat perbedaan yang sangat nyata ( p < 0,01 ) antara kandungan Pb dalam tanaman kangkung, tanaman bayam, dan tanaman caisim; berarti kandungan Pb dalam tanaman bergantung pada jenis tanaman (Species).
(6) Kandungan Pb dalam sayuran yang ditanam pada jarak yang dekat (5 - 10 m ), jarak sedang ( 10 - 15 m ), dan jarak jauh (15 - 20 m) memperlihatkan adanya perbedaan yang sangat nyata ( p < 0,01 ); berarti kandungan Pb dalam tanaman sayuran bergantung pada jarak dari sumber emisi.;Jakarta sebagai kota metropolitan dan pusat administrasi negara mempunyai penduduk dengan mobilitas yang cukup tinggi akibat tingginya aktivitas di berbagai bidang. Hal ini tentu saja melibatkan sarana angkutan (kendaraan bermotor) cukup banyak untuk mendukung aktivitas tersebut dan jumlah ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor ini akan menyebabkan peningkatan penggunaan bahan bakar.
Bensin sebagai bahan bakar kendaraan bermotor mengandung senyawa timbal (Pb) organik dalam bentuk Tetra Ethyl Lead (TEL) yang digunakan sebagai zat aditif yang berfungsi untuk mencegah terjadinya letupan - letupan pada mesin (engine knocking). Sumber utama pencemaran Pb di lingkungan berasal dari pembakaran TEL yang terdapal dalam bensin. Hal ini sesuai dengan basil penelitian yang dilakukan oleh Kardell dan Kallman di dua wilayah hutan di Swedia ( 1986 ) bahwa terjadi penurunan konsentrasi Pb dalam tanah secara nyata (significant) dengan dilakukannya reduksi Pb dalam bahan bakar bensin.
Timah hitam (Pb) termasuk salah satu logam berat yang telah diketahui sangat berbahaya bagi manusia karena dapat menimbulkan efek pada kesehatan. Penelitian tentang dampak pencemaran Pb, yang berasal dari kendaraan bermotor, pada lingkungan fisik dan hayati telah banyak diteliti, dan hasil penelitian memperlihatkan bahwa dampak pencemaran Iingkungan oleh logam berat Pb sudah mulai mengkhawatirkan. Sehubungan dengan hal tersebut dilakukan penelitian untuk mendapatkan informasi tentang adanya penyerapan bahan pencemar Pb yang berasal dari kendaraan bermotor oleh berbagai jenis tanaman sayuran yang ditanam di lokasi padat lalu lintas ( tepi jalan raya ).
Hipotesis yang ingin dibuktikan dalam penelitian ini adalah : Terdapat perbedaan kandungan Pb yang nyata (significant) dalam tanaman sayuran antara yang terkena pemaparan dan yang tidak (expose vs non expose).
Terdapat perbedaan kandungan Pb yang nyata dalam tanaman sayuran antara yang dicuci dan yang tidak dicuci. Besarnya kandungan Pb dalam tanaman bergantung pada bagian vegetatif tanaman, jenis tanaman, dan jarak tanaman dari sumber emisi
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode percobaan faktorial 2 x 3 x 3, dan rancangan percobaan Rancangan Acak Kelompok (Randomized Block Design). Tiga faktor yang menjadi variabel bebas adalah : (1) faktor bagian vegetatif tanaman yaitu daun dan batang, (2) faktor jenis tanaman yaitu kangkung (Ipomoea reptans), bayam (Amaranthus tricolor), dan caisim (Brassica chinensis), (3) faktor jarak tanaman dari sumber emisi yaitu jarak (5 - 10 m), (10 - 15 m) dan jarak (15 - 20 m). Sebagai variabel terikat adalah besarnya kandungan Pb dalam tanaman. Penelitian di lakukan di kebun sayuran di Pulomas Jakarta Timur dan Rumah Kaca Laboratorium Biologi FMIPA IKIP Jakarta selama + 3 bulan, mulai bulan Juli sampai dengan Agustus 1993. Analisis kandungan Pb pada tanaman hasiI percobaan dilakukan di Laboratorium Kimia BATAN Pasar Jumat Jakarta Selatan menggunakan alat Spektrokopi Serapan Atom (AAS).
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa :
(1) Ada perbedaan kandungan Pb dalam tanaman kangkung, bayam, dan caisim antara yang mengalami pemaparan emisi kendaraan bermotor (expose) dan yang tidak, yaitu tanaman sejenis yang ditanam dalam rumah kaca (non expose). Kandungan Pb dalam tanaman yang tumbuh pada jarak 5 - 10 ni dan 10 - 15 m dart tepi jalan memperlihatkan adanya perbedaan yang sangat nyata (p <0,01 ), juga tanaman yang tumbuh pada jarak 15 - 20 m masih memperlihatkan perbedaan yang sangat nyata (p < 0,01 ).
(2) Kandungan Pb dalam tanaman kangkung, bayam, dan caisim di lokasi penelitian sudah di atas nilai ambang batas yang ditentukan World Health Organization. (WHO), tapi masih dibawah nilai "Tolerable Weakly Intake" jika seseorang mengkonsumsi makanan yang terbuat dari bahan kangkung, bayam dan caisim tersebut masing-masing maksimal 1 kali dalam seminggu.
(3) Ada perbedaan kandungan Pb yang sangat nyata ( p < 0,01 ) dalam tanaman kangkung dan perbedaan yang nyata (p < 0,05 ) dalam tanaman bayam dan caisim antara tanaman yang dicuci dengan yang tidak.
(4) Kandungan Pb dalam daun kangkung, daun bayam, dan daun caisim sangat berbeda nyata (p <0,01) dengan kandungan Pb pada batang kangkung, batang bayam dan batang caisim, dan kandungan Pb dalam bagian daun dijumpai lebih besar daripada dalam batang; berarti besarnya kandungan Pb dalam sayuran bergantung pada bagian vegetatif tanaman.
(5) Terdapat perbedaan yang sangat nyata ( p < 0,01 ) antara kandungan Pb dalam tanaman kangkung, tanaman bayam, dan tanaman caisim; berarti kandungan Pb dalam tanaman bergantung pada jenis tanaman (Species).
(6) Kandungan Pb dalam sayuran yang ditanam pada jarak yang dekat (5 - 10 m ), jarak sedang ( 10 - 15 m ), dan jarak jauh (15 - 20 m) memperlihatkan adanya perbedaan yang sangat nyata ( p < 0,01 ); berarti kandungan Pb dalam tanaman sayuran bergantung pada jarak dari sumber emisi.;Jakarta sebagai kota metropolitan dan pusat administrasi negara mempunyai penduduk dengan mobilitas yang cukup tinggi akibat tingginya aktivitas di berbagai bidang. Hal ini tentu saja melibatkan sarana angkutan (kendaraan bermotor) cukup banyak untuk mendukung aktivitas tersebut dan jumlah ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor ini akan menyebabkan peningkatan penggunaan bahan bakar.
Bensin sebagai bahan bakar kendaraan bermotor mengandung senyawa timbal (Pb) organik dalam bentuk Tetra Ethyl Lead (TEL) yang digunakan sebagai zat aditif yang berfungsi untuk mencegah terjadinya letupan - letupan pada mesin (engine knocking). Sumber utama pencemaran Pb di lingkungan berasal dari pembakaran TEL yang terdapal dalam bensin. Hal ini sesuai dengan basil penelitian yang dilakukan oleh Kardell dan Kallman di dua wilayah hutan di Swedia ( 1986 ) bahwa terjadi penurunan konsentrasi Pb dalam tanah secara nyata (significant) dengan dilakukannya reduksi Pb dalam bahan bakar bensin.
Timah hitam (Pb) termasuk salah satu logam berat yang telah diketahui sangat berbahaya bagi manusia karena dapat menimbulkan efek pada kesehatan. Penelitian tentang dampak pencemaran Pb, yang berasal dari kendaraan bermotor, pada lingkungan fisik dan hayati telah banyak diteliti, dan hasil penelitian memperlihatkan bahwa dampak pencemaran Iingkungan oleh logam berat Pb sudah mulai mengkhawatirkan. Sehubungan dengan hal tersebut dilakukan penelitian untuk mendapatkan informasi tentang adanya penyerapan bahan pencemar Pb yang berasal dari kendaraan bermotor oleh berbagai jenis tanaman sayuran yang ditanam di lokasi padat lalu lintas ( tepi jalan raya ).
Hipotesis yang ingin dibuktikan dalam penelitian ini adalah : Terdapat perbedaan kandungan Pb yang nyata (significant) dalam tanaman sayuran antara yang terkena pemaparan dan yang tidak (expose vs non expose).
Terdapat perbedaan kandungan Pb yang nyata dalam tanaman sayuran antara yang dicuci dan yang tidak dicuci. Besarnya kandungan Pb dalam tanaman bergantung pada bagian vegetatif tanaman, jenis tanaman, dan jarak tanaman dari sumber emisi
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode percobaan faktorial 2 x 3 x 3, dan rancangan percobaan Rancangan Acak Kelompok (Randomized Block Design). Tiga faktor yang menjadi variabel bebas adalah : (1) faktor bagian vegetatif tanaman yaitu daun dan batang, (2) faktor jenis tanaman yaitu kangkung (Ipomoea reptans), bayam (Amaranthus tricolor), dan caisim (Brassica chinensis), (3) faktor jarak tanaman dari sumber emisi yaitu jarak (5 - 10 m), (10 - 15 m) dan jarak (15 - 20 m). Sebagai variabel terikat adalah besarnya kandungan Pb dalam tanaman. Penelitian di lakukan di kebun sayuran di Pulomas Jakarta Timur dan Rumah Kaca Laboratorium Biologi FMIPA IKIP Jakarta selama + 3 bulan, mulai bulan Juli sampai dengan Agustus 1993. Analisis kandungan Pb pada tanaman hasiI percobaan dilakukan di Laboratorium Kimia BATAN Pasar Jumat Jakarta Selatan menggunakan alat Spektrokopi Serapan Atom (AAS).
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa :
(1) Ada perbedaan kandungan Pb dalam tanaman kangkung, bayam, dan caisim antara yang mengalami pemaparan emisi kendaraan bermotor (expose) dan yang tidak, yaitu tanaman sejenis yang ditanam dalam rumah kaca (non expose). Kandungan Pb dalam tanaman yang tumbuh pada jarak 5 - 10 ni dan 10 - 15 m dart tepi jalan memperlihatkan adanya perbedaan yang sangat nyata (p <0,01 ), juga tanaman yang tumbuh pada jarak 15 - 20 m masih memperlihatkan perbedaan yang sangat nyata (p < 0,01 ).
(2) Kandungan Pb dalam tanaman kangkung, bayam, dan caisim di lokasi penelitian sudah di atas nilai ambang batas yang ditentukan World Health Organization. (WHO), tapi masih dibawah nilai "Tolerable Weakly Intake" jika seseorang mengkonsumsi makanan yang terbuat dari bahan kangkung, bayam dan caisim tersebut masing-masing maksimal 1 kali dalam seminggu.
(3) Ada perbedaan kandungan Pb yang sangat nyata ( p < 0,01 ) dalam tanaman kangkung dan perbedaan yang nyata (p < 0,05 ) dalam tanaman bayam dan caisim antara tanaman yang dicuci dengan yang tidak.
(4) Kandungan Pb dalam daun kangkung, daun bayam, dan daun caisim sangat berbeda nyata (p <0,01) dengan kandungan Pb pada batang kangkung, batang bayam dan batang caisim, dan kandungan Pb dalam bagian daun dijumpai lebih besar daripada dalam batang; berarti besarnya kandungan Pb dalam sayuran bergantung pada bagian vegetatif tanaman.
(5) Terdapat perbedaan yang sangat nyata ( p < 0,01 ) antara kandungan Pb dalam tanaman kangkung, tanaman bayam, dan tanaman caisim; berarti kandungan Pb dalam tanaman bergantung pada jenis tanaman (Species).
(6) Kandungan Pb dalam sayuran yang ditanam pada jarak yang dekat (5 - 10 m ), jarak sedang ( 10 - 15 m ), dan jarak jauh (15 - 20 m) memperlihatkan adanya perbedaan yang sangat nyata ( p < 0,01 ); berarti kandungan Pb dalam tanaman sayuran bergantung pada jarak dari sumber emisi."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Budi Haryanto
"Pencemaran udara yang terpenting di daerah perkotaan adalah dari sarana transportasi, dan timah hitam hasil pembakaran dari bahan bakar kendaraan bermotor merupakan kontributor utama konsentrasi pencemar timah hitam di udara, utamanya pada daerah yang lalu lintasnya padat. Masih terdapat kontroversi pada beberapa penelitian tentang kontribusi rokok terhadap peningkatan kadar timah hitam (Pb) dalam darah. Penelitian mengenai timah hitam (Pb) dalam darah akibat pencemaran udara masih sedikit dilakukan di Indonesia, dan obyeknya masih terbatas kepada sopir, polisi lalu lintas, pengemudi bajaj, dan penduduk di pemukiman padat lalu lintas. Waktu kontak obyek-obyek penelitian tersebut oleh pencemar timah hitam (Pb) udara di lokasi penelitian relatif tidak lama dan tidak intensif. Selain itu, beberapa penelitian tersebut dilakukan di kota-kota besar di tepi pantai, yang mempunyai kecepatan angin cukup tinggi, sehingga proses pengenceran udara yang tercemar polusi relatif cepat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi kadar Pb darah para perokok yang bekerja di lokasi padat lalu lintas minimal 8 jam seharinya. Dipilih lokasi padat lalu lintas di kota Bandung, yang secara geografis letaknya berada di daerah lembah dan dikelilingi pegunungan yang kecepatan anginnya relatif rendah, adalah untuk melihat besarnya masalah. Sehingga hasil penelitian ini dan penelitian-penelitian lain yang sejenis diharapkan dapat menjadi masukan dan dasar pertimbangan pemerintah untuk menetapkan upaya-upaya dalam mengatasi pencemaran udara, khususnya dari kendaraan bermotor di kota-kota besar di Indonesia.
Dengan menggunakan desain survei dan pendekatan krosseksional, penelitian ini menjaring data melalui wawancara, pemeriksaan sampel darah dan pengukuran kadar Pb udara di 4 lokasi padat lalu lintas di Kotamadya Bandung. Dari 75 responden perokok, separuhnya (50 %) mempunyai kadar Pb darah di atas normal (> 40 ug/dl). Lama kerja dan jumlah rokok yang dihisap rata-rata perhari mempunyai hubungan yang secara statistik bermakna (p < 0,05) dengan kadar Pb darah. Tetapi kadar Pb darah perokok dan non perokok secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (p > 0,05). Semakin tinggi konsentrasi Pb udara di lokasi penelitian ternyata diikuti oleh semakin tingginya kadar Pb darah perokok di lokasi yang sama. Rata-rata konsentrasi Pb udara di seluruh lokasi penelitian ternyata melebihi batas normal yang diizinkan, yaitu 0,24 mg/m3 (Baku mutu KLH 1988 = 0,06 mg/m3 dan ACGIH 1991 = 0,15 mg/m3). Ditemukan pula bahwa risiko mempunyai kadar Pb darah di atas normal bagi responden yang mempunyai masa kerja lebih dari 3 tahun di lokasi penelitian adalah sebesar 7,5 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang mempunyai masa kerja di lokasi penelitian di bawah 3 tahun. Model regresi logistik yang paling sederhana dan 'fit' terhadap kadar Pb darah adalah yang melibatkan variabel lama kerja, jarak rumah ke jalan raya, jumlah rokok dihisap sehari, umur pertama merokok, dan interaksi antara variabel jarak rumah ke jalan raya dan umur pertama merokok.
Sudah pada saatnya pemerintah mengupayakan bahan bakar kendaraan bermotor yang bebas dari bahan timah hitam, atau sedikit demi sedikit mulai beralih ke bahan bakar gas, mengingat cadangan bahan bakar minyak, mulai menyusut tetapi sumber bahan bakar gas sudah banyak ditemukan di Indonesia dan di perkirakan dalam jumlah yang bisa dikonsumsi sampai dengan 100 tahun. Saling dengan upaya tersebut, akan semakin baik (bila Para pedagang kaki lima di pinggir-pinggir jalan diberikan lokasi yang lebih terkumpul dan relatif lebih tertutup dari pencemaran udara kendaraan bermotor, di samping pemasangan alat-alat monitor pencemaran udara di lokasi-lokasi padat lalu Iintas yang terintegrasi dengan sistem pengaturan arus lalu lintas jalan raya. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1993
T 2583
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Lalu lintas harian rata-rata (LHR) yang keluar masuk dari gerbang tol sekitar Tol Purwakarta-Bandung-Cileunyi (Purbaleunyi) pada Tahun 2012 mencapai sekitar 5000 s/d 20.000. sementara total volume lalu lintas yang keluar-masuk gerbang tol sekitar Tol Purbaleunyi antara 1,5 juta kendaraan sampai dengan Tahun 10,5 juta kendaraan. Jumlah kendaraan yang melalui tol dan sangat tinggi ini tentu saja akan berpengaruh terhadap kualitas udara disekitar gerbang tol akibat dari emisi yang dikeluarkan oleh kendaraan. Salah satu parameter yang dihasilkan oleh emisi kendaraan yang bersifat toksin adalah senyawa timbal (Pb). Polutan ini dapat diserap oleh manusia salah satunya melalui pernapasan. Dalam rangka monitoring dan kegiatan pengelolaan lingkungan kualitas udara sekitar jalan tol, maka perlu dilakukan evaluasi kandungan Pb dalam darah pegawai gerbang tol dan melakukan survei terhadap kesehatan para pegawai dipinta gerbang tol. Evaluasi pengukuran kandungan Pb dilakukan terhadap kandungan darah dari pegawai tol Padaleunyi, terhadap 115 orang pegawai tol dan 4 orang bukan pegawai tol (blanko). Pengambilan darah dilakukan secara langsung terhadap pegawai tol sebanyak 10 cc, yang kemudian dianalisa kandungan Pb dari darah dengan menggunakan metode analisa Flame Atomic Absorbent Spektrofotometer dan NIOSH Analisis. Hasil pengukuran kandungan Pb dalam darah responden di sekitar Gerbang Tol Padalarang-Cileunyi (Padaleunyi) menunjukkan bahwa rata -rata kandungan Pb adalah 14,50 pg/lOOml dengan kisaran antara 7,49 dan 28,93 pg/100ml. Responden yang mempunyai kadar Pb darah kategori sedang (10 -25 pg/100ml) 88%, kadar Pb rendah (<10 pg/100ml) 11% dan kadar Pb tinggi (> 25 /100ml) 1%, hasil ini menunjukkan bahwa kadar Pb dalam darah masih dibawah nilai Biological Exposure Indeces (BEIs) yang diperkenankan yaitu 30ugf/100ml."
620 JTJ 1:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Indrajati Kohar
"Untuk meneliti kandungan Pb dalam tanaman kangkung telah dilakukan penelitian menggunakan kangkung darat (Ipomoea reptans) yang ditanam pada media hidroponik, dan disiram dengan Multigrow Complete Plant Food (2000 mg/L) larutan Pb (2 mg/L) dua kali sehari. Sampel kangkung diambil berdasarkan umur tanaman (3 dan 6 minggu), dan bagian tanaman (akar dan seluruh bagian tanaman tanpa akar). Digunakan Inductively Coupled Plasma Spectrometer (ICPS) Fison 3410+ untuk mengukur kandungan Pb dalam sampel. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa dalam tanaman akumulasi Pb terutama terdapat di akar.Pada tanaman kangkung yang berumur 6 minggu Pb terdapat dalam akar sebanyak 3.36 mg/kg sampel dan di bagian lain dari tanaman terdapat kandungan Pb sebesar 2.09 mg/kg sampel, dimana jumlah ini melampaui jumlah maksimum yang diperolehkan untuk dikonsumsi yang ditetapkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (maximum dietary allowance) yaitu 2 mg/kg; sedangkan pada tanaman yang berumur 3 minggu kandungan Pb nya dalam akar adalah 1.86 mg/kg sampel dalam bagian lain dari tanaman sebesar 1.13 mg/kg dan tidak melampaui batas yang ditetapkan oleh BPOM. Karena itu dianjurkan untuk memanen kangkung pada umur tidak lebih dari 3 minggu.

Study on Pb Content in 3 Week and 6 Week Old Kangkung (Ipomoea reptans Poir) Planted in Pb containing Media. A study on the content of Pb in kangkung has been conducted. Land kangkung (Ipomoea reptans) was used as the sample, and was planted in hydrophonic media, and watered with Multigrow Complete Plant Food (2000 mg/L) and Pb solution (2 mg/L) twice a day. Samples were taken based on the age (3 and 6 week old), and part of the plant (root and all parts without root). Inductively Coupled Plasma Spectrometer (ICPS) Fison 3410+ was used to measure the Pb content. It was shown that in the plant the accumulation was mostly happened in the root. The 6 week-old plant contained Pb not just in the root (3.36 mg/kg sample) but also in the other part of the plant (2.09 mg/kg sample) and those were exceeded the maximum dietary allowance (2 mg/kg sample) regulated by the Indonesian FDA; while in the 3 week-old plant the Pb content in the root was 1.86 mg/kg sample and in the other part of the plan was 1.13 mg/kg, which is not exceeded the dietary allowance. So it is advisable to harvest the kangkung vegetable at the most of 3 week-old."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2005
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dharma Fajar Utama
"Penelitian mengenai struktur komunitas dan kandungan logam berat timbal pada Polychaeta di Teluk Jakarta telah dilakukan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas dan kandungan logam berat timbal pada Polychaeta pada bulan Februari 2010. Sampel diambil menggunakan Petersen grab bersamaan dengan pengukuran faktor fisika dan kimia lingkungan. Sampel diidentifikasi, serta dihitung indeks keanekaragaman, kemerataan, dominasi dan dianalisis kandungan logam timbalnya menggunakan AAS dan ICP-AES.
Polychaeta yang ditemukan sebanyak 29 genus, 16 diantaranya merupakan Polychaeta subkelas Errantia dan 13 diantaranya merupakan Polychaeta subkelas Sedentaria. Keanekaragaman Polychaeta di lokasi pengambilan sampel termasuk kategori rendah hingga sedang. Kandungan rata-rata logam timbal pada Polychaeta di muara tempat pengambilan berkisar antara 0,058 ppm hingga 29,8995 ppm dan masih tergolong dalam kisaran yang cukup rendah, kecuali pada genus tertentu menunjukkan kandungan logam timbal yang berbeda signifikan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S31646
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferrita Melissa
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S31579
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Z.
"Pengamatan kandungan logam berat Pb, Cd, Cu, Zn dan Ni di perairan muara Sungai Membramo Papua telah dilakukan pada bulan Agustus 2003. Hasilnya menunjukkan kandungan Pb, Cd, Cu, Zn, dan Ni masih sesuai dengan Nilai Ambang Batas yang ditetapkan oleh Kementerian KLH 1988 untuk kepentingan perikanan. Secara keseluruhan dalam air laut kadar Zn lebih tinggi dibandingkan dengan logam yang lain, sedangkan dalam sedimen kadar Ni lebih tinggi. Data ini menunjukkan bahwa pada saat pengamatan perairan muara Sungai Membramo lebih banyak menerima masukan limbah yang mengandung Zn dan Ni.

Heavy Metals Content Pb, Cd, Cu, Zn And Ni In Sea Water And Sediment In Membramo Estuary And Its Relationship With Fishery Cultivation. Obervation on heavy metals Pb, Cd, Cu, Zn and Ni content in Jakarta Bay were carried out in August 2003. The results showed that the Pb, Cd, Cu, Zn, and Ni content still in line with threshold value stated by for fisheries. By the all, in sea water Zn content is higher compared to the others, while in sediment Ni is higher. This data showed the result show that on waters of Membramo River Zn and Ni waste than others elements."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2003
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>