Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 82072 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nono Dritanto
"ABSTRACT
This thesis discusses about temperature rise in mass concrete structure due to heat hydration during hardening process to analyze its temperature rise, finite element method can be used.
Mass concrete temperature at each elevation to be stated in finite element liner model one dimension which have taken into account from expression potential energy that be influenced by, thermal conductivity, valor density, mass density, ambient temperature, heat hydration and another environment influences.
Because of heat hydration in time dependent, so we can take limier function approach to obtain heat hydration equation in exponential function such as Q(t) Q ~ ±b(1/t)P
Some factor which influence of heat hydration are number hydration in 3, 7 and 28 days and slope all of that heat hydration points.
This thesis compares and evaluates heat hydration temperature between finite element method analysis and field measurement.
From that evaluation, we can get clear picture of mass concrete's temperature rise and get the advantages of them to deep investigation of heat hydration behavior in mass concrete structure.

ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang kenaikan temperatur pada struktur beton massa akibat panas hidrasi yang timbul setelah pengecoran. Untuk menganalisa kenaikan temperatur tersebut, digunakan metode elemen hingga.
Temperatur beton massa disetiap elevasi dinyatakan dalam elemen hingga model linier satu dimensi, yang didapat dari ekspresi energi potensial yang dipengaruhi oleh faktor-faktor konduktivitas thermal (k), kalor jenis (c), rapat massa (p), temperatur udara luar dan panas hidrasi (Q).
Karena panas hidrasi (Q) merupakan fungsi dari waktu, maka diambil pendekatan fungsi limier dengan membentuk persamaan panas hidrasi dalam fungsi pangkat, yaitu : Q(t)=Qco ±b(1/t)p
Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah panas hidrasi yang timbul pada umur 3 hari, 7 hari, 28 hari, jumlah waktu hidrasi dan kemiringan (slope) yang terjadi dari hubungan ketiga panas hidrasi tersebut.
Dalam tesis ini dilakukan perbandingan dan evaluasi temperatur panas hidrasi yang terjadi antara hasil pengukuran dilapangan dengan hasil perhitungan metode elemen hingga.
Diharapkan dari evaluasi tersebut dapat diambil manfaatnya apabila akan dilakukan penelitian lebih jauh tentang perilaku panas hidrasi pada struktur beton massa."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
T1502
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Madsuri
"ABSTRAK
Pesatnya pembangunan gedung -gedung tinggi dengan menggunakan material beton sebagai bahan utama di dalam suatu kegiatan konstruksi struktur, terutama pada pekerjaan lantai basement yang mana dalam hal ini volume baton yang dicor relalif sangat besar dengan pemakaian beton dalam jumlah yang besar pengecoran dilakukan secara terus-menerus atau (kontinue), misalnya untuk pekerjaan pondasi pelat basement yang tebalnya mencapai 2 sampai 3 meter.
Masalah beton yang paling utama dalam pengecoran beton massa (Mass Concrete) adalah pemakaian volume belon dalam jumlah yang sangat besar dan masif, maka temperatur yang terjadi pada waklu pengecoran dan pengerasan baton akan sangat tinggi. Seperti yang kita ketahui tingginya temperatur ini terjadi akibat dari panas hidrasi semen dalam volume besar dan tertahannya kehilangan temperatur (Temperature Loss). Temperatur yang tinggi dalam beton massa ini akan menimbulkan perubahan volume pada beton massa dan akibat dari
pcrubahan volume ini akan menimbulkan tegangan tarik dalam beton. Apabila tegangan tarik tersebut melebihi tegangan tarik yang diijinkan, maka akan terjadi retak pada beton. Selain itu cuaca yang panaspun turut mendukung meningkatnya suhu beton sebelum berlahan-lahan turun, dimana suhu beton yang tinggi pada
awal umur beton ini dapat mempengaruhi kwalitas dari beton yang telah dicor.
Dalam karya tulis ini, penulis bermaksud akan melakukan penelitian dari data-data dilapangan mengenai pengaruh perubahan temperatur terhadap pengecoran mass concrete rail foundation dengan cara evaluasi, monitoring dan
analisa perubahan temperatur
Daiam hal ini penulis juga dapat menentukan tebal leyer (lapisan) dan interval waktu pengecoran mass concrete raft foudation serta suhu yang disyaratkan oleh ACl-Code sehingga pengontrolan terjadinya retak-retak pada
beron dapat dihindari, Selain itu perawatan diatas permukaan beton setelah selesai pengecoran harus direncanakan karena beton langsung menerima cahaya matahari, sehingga pada saat memonitoring suhu yang tcrjadi dalam beton dapat diatasi dengan cara pemakaian thermocouple dan suhu beron dapa! diiihat dan
berangsur-angsur turun dalam periode waktu yang lama.
Usaha yang biasa dilakukan dalam mengurangi naiknya temperature beton selama curing dengan mengunakan air dingin atau memasang pipa pendingin didalam pelat beron. Cara lain adalah mengunakan insulator untuk mengurangi beda temperature didalam beron. Temperature yang terjadi di dalam beton juga dimonitor dengan memasang thermocouple di lokasi-lokasi yang diperlukan.
Akan tetapi, usaha diatas belum cukup untuk memastikan apakah terjadinya retak di dalam beton atau tidak. Kondisi beton biasanya di perkirakan dari hubungan-hubungan empiris antara beda temperature dengan terjadinya retak.
Cara pengujian temperature dan regangan (strain) pada kondisi didalam massa beton yang besar secara terpadu di ukur langsung dan dimonitor selama waktu di perlukan dengan menggunakan Thermistor dan Vibrating Wire Strain
Gage (VW Strain Gage) yang dipasang pada lokasi-iokasi krisis sebeium pelat dicor.
Sehubungan dengan pengecoran mass concrete Raft Foundation dalam hai ini memiliki ketebalan yang bervariasi yaitu 1.5 m - 1.8 rn dan 2.0 m - 2.5 m dengan volume beton kurang lebih 3621 m3.
Apabila semuanya ini dapai dilaksanakan dengan perencanaan yang teliti dan akurat, maka pekerjaan struktur bawah ini dapat dipertanggungjawabkan dan pekerjaan struktur atas bisa dilaksanakan."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Madsuri
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Krisman
"Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui persebaran temperatur pada beton massa yang ditinjau secara horizontal pada raft foundation Rasuna Tower. Parameter yang ditinjau dalam makalah ini adalah initial temperatur, temperatur maksimum, perbedaan temperatur dan tegangan yang terjadi pada beton massa secara horizontal. Batasan temperatur maksimum dan perbedaan temperatur yang diizinkan pada umumnya adalah 70°C dan perbedaan temperatur ≥ 20 °C. perbedaan temperatur yang terjadi tergantung dari pengendalian temperatur yang dilakukan. Temperatur puncak yang terjadi ± 80 °C. Temperatur puncak yang terjadi tergantung dari initial temperature dan mix design. Tegangan yang terjadi dipengaruhi oleh perubahan temperatur pada nodal. Semakin jauh jaraknya dari tepi maka semakin tinggi temperatur yang terjadi karena pelepasan panas yang semakin lama. Namun pada penyebaran tegangan, nilainya tidak dipengaruhi oleh jarak ke tepi beton. Tapi sangat dipengaruhi oleh lapisan insulasi dan terdekat dengan titik yang ditinjau.

This final report aims to determine the temperature distribution in mass concrete terms horizontally on a raft foundation Rasuna Tower. The parameters of interest in this paper is the initial temperature, maximum temperature, temperature difference and stress happened on mass concrete horizontally. The maximum temperature and the temperature difference that allowed in general is 70°C and not exceed 20°C. Temperature difference that occur depends on the temperature control is performed. Peak temperature occurred ± 80°C. Peak temperature is dependent on the initial temperature and mix design. Stress that occurs is influenced by changes in the nodal temperature. Increasing distance from the edge makes higher temperatures due to the longer heat release. The deployment stress is not influenced by the distance to the edge of the concrete but is strongly influenced by the insulation layer and the closest to the point of being reviewed."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S54383
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfadhli
"
ABSTRAK
Beton, sebagai salah satu bahan dalam pembangunan sarana dan prasarana semakin dirasakan manfaatnya, seiring dengan laju perkembangan dan pertumbuhan yang semakin pesat. Bahan pembentuknya berupa semen, air, agregat kasar dan halus dapat bersatu menjadi massa yang kompak dan kuat. Kebutuhan beton yang banyak menyebabkan konsumsi semen melonjak naik sehingga harga semen pun beranjak naik. Gejala ini dapat menghambat pertumbuhan perumahan-perumahan sederhana dan sangat sederhana yang dikembangkan oleh pengembang yang diwajibkan oleh pemerintah dewasa ini. Saat ini P.T. Indocement Tunggal Perkasa sebagai salah satu produsen mengeluarkan jenis semen baru yaitu Semen Cap Rumah yang diperuntukkan bagi pembangunan perumahan sederhana dan sangat sederhana bagi penduduk yang relatif lebih murah dibandingkan dengan semen Portland lainnya.
Penelitian tentang Semen Cap Rumah dengan agregat kasar Pumice mengenai kekuatan dan sifat-sifat mekanisnya telah dilakukan pada penelitian sebelumnya oleh Puslitbang Pemukiman Departemen PU Bandung dan peneliti mahasiswa lainnya. Penelitian ini berupa kelanjutan dari penelitian sebelumnya yang menitikberatkan pada pengaruh kenaikan temperatur terhadap sifat-sifat mekanis beton ringan Pumice yang menggunakan Semen Cap Rumah.
Penelitian ini terdiri dari pengujian terhadap kuat tekan, kuat tank belah, kuat tank lentur, modulus elastisitas dan angka perbandingan Poisson pada beton yang dibakar maupun yang tidak dibakar. Pembakaran dilakukan pada variasi temperatur 200ºC, 300ºC, 500ºC dan 800ºC.
Penelitian ini akhirnya bertujuan untuk mengetahui pengaruh sifat-sifat beton ringan Pumice dengan Semen Cap Rumah ini akibat kenaikan suhu pada struktur, apakah masih kuat dalam menerima beban setelah mengalami pembakaran. Hasil tes yang didapatkan dari benda uji yang telah dibakar selanjutnya akan dibandingkan dengan hasil tes benda uji yang tidak mengalami pembakaran.
"
1997
S34648
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
TA2331
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Simon Moedak
"Pada beton normal yang sudah mengeras, terdapat lmsur kalsiurn-hidroksida Ca(OH)2 yang dihasilkan dari proses hidrasi semen, dan yang mempakan bagian lemah beton. Dengan penggunaan Pozzofume, yang mengandung silikon-dioksida SiO2, kandungan Ca(OH)2 yang ada dapat direduksi setelah bereaksi dengan SiO; yang menghasilkan kalsium-silikat-hidrat yang merupakan sumber kekuatan beton. Dengan demikian beton dengan bahan Campur Ponofume akan mempunyai kekuatan maupun kepadatan yang lebih tinggi dibanding beton tanpa bahan campur Poaofume sehingga secara ekonomis. juga akan menguntungkan.
Disamping kekuatan dan keawetannya, tuntutan lain yang juga diperlukan oleh bahan struktur bangunan adalah ketahanannya terhadap temperatur tinggi akH)at kebakaran. Hal ini karena kemungkinan teljadinya kebakaran terhadap seluruh stmktur bangunan selalu ada, tetapi bila setiap struktur bangunan di perhitungkan untuk setiap kcbakaran besar, rnerupakan hal yang berlebi han.
Beton mempakan material struktur bangunan yang mempunyai ketahanan yang baik terhadap tempcranu' tinggi akibat kebakaran. Salah satu faktor yang menumnkan kekuatan beton akibat kenaikan temperatur- tinggi adalah kandungan Ca(OH)z yang ada pada beton. Beton Mutu Tinggi yang mengalami kenaikan temperatur tinggi, pada temperatur 400°C akan mengalami penguraian Ca(OH)2 dimana hal ini akan mengurangi kekuatan beton. Pada masa pendinginannya setelah mengalami pemanasan / kebakaran, akan teljadi rehidrasi
Ca(OH)2 , dimana kalsium oksida CaO yang telah terurai akan bereaksi dengan udara (moisture content) dan membentuk Ca(OH)2 yang juga diikuti dengan pengembangan volume sehingga menimbulkan retak-retak atau rnemperbesar microcrack yang ada sehingga semakin menurunkan kekuatan beton.
Seperti telah disebutkan, pcnggunaan Ponofume pada campuran beton dapat mereduksi jumlah Ca(OH)2 yang ada sehingga selain meningkatkan kekuatan beton, juga akan mengurangi ganguan-ganguan pada beton yang mengaiami kenaikan temperatur tinggi sehingga diharapkan beton dengan bahan campur Pozzoiixme juga mempunyai ketahanan yang lebih baik terhadap tcmperatur tinggi dibanding beton tampa bahan campur Pozzofume.
Penelitian ini meneliti bagaimana pengamh temperatur tinggi akibat kcbakaran terhadap perilaku mekanik beton mutu tinggi yang menggunakan bahan campur Pozzoflune sehingga dapat diperkirakan bagaimana perilakunya apabila teljadi kebakaran.
Metoda penelitian adalah percobaan laboratozium dengan mcngamati dua tipe beton yang dibedakan atas kandungan bahan campur Pozzofume-nya, yaitu :
I. Type I, Beton tampa bahan campur Pozzoiilme (kadar Pozzofmne 0%)
2. Type II, Beton dengan bahan campur Pozzofume 10% (kadar Pozzofume 10%)"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S34645
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudolfus Rivaldo Raharja
"Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan akan bekisting untuk pekerjaan struktur beton mengalami peningkatan yang signifikan, memicu pengembangan berbagai sistem dan metode bekisting dengan menggunakan berbagai jenis material, termasuk kayu, logam, dan polimer HDPE. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati dan mengevaluasi kinerja bekisting berbahan dasar polimer HDPE pada elemen struktur beton vertikal dalam proyek konstruksi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan melalui observasi lapangan dan dokumentasi proyek, serta data sekunder dari studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa papan bekisting Polimer HDPE mampu memberikan hasil pengecoran yang baik. Kapasitas produksi menggunakan papan bekisting Polimer HDPE mendekati atau sesuai dengan standar kapasitas pekerja bekisting metode semi sistem dinding, menunjukkan efektivitas dalam mempertahankan efisiensi kerja. Analisis biaya menunjukkan bahwa meskipun Polimer HDPE memiliki biaya awal yang lebih tinggi dibandingkan multipleks dan polyfilm, biaya jangka panjangnya lebih ekonomis karena ketahanannya yang tinggi dan biaya pemakaian yang konsisten. Secara keseluruhan, bekisting berbahan dasar Polimer HDPE adalah pilihan yang efektif dan efisien untuk pekerjaan bekisting dalam proyek konstruksi yang memerlukan material tahan lama dan ekonomis dalam jangka panjang.

In recent years, the demand for formwork for concrete structures has significantly increased, prompting the development of various formwork systems and methods using different materials, including wood, metal, and HDPE polymer. This research aims to observe and evaluate the performance of HDPE polymer-based formwork in vertical concrete structural elements in construction projects in Indonesia. The research utilizes primary data collected through field observations and project documentation, as well as secondary data from literature studies. The results show that HDPE polymer formwork panels can provide good casting results. The production capacity using HDPE polymer formwork panels is close to or in line with the standard capacity of workers using the semi-system wall formwork method, demonstrating effectiveness in maintaining work efficiency. Cost analysis indicates that although HDPE polymer has a higher initial cost compared to multiplex and polyfilm, its long-term cost is more economical due to its high durability and consistent usage costs. Overall, HDPE polymer-based formwork is an effective and efficient choice for formwork work in construction projects that require durable and long-term economical materials."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifda Muthia Alviana
"Material high chrome austenitic stainless steel grade 253MA merupakan material yang banyak digunakan untuk aplikasi pada temperatur tinggi. Hal ini dikarenakan material ini memiliki sifat mekanis dan ketahanan creep yang sangat baik. Ketahanan creep yang cukup baik ini salah satunya disebabkan oleh kandungan karbon dan nitrogen yang tinggi. Pemakaian dalam jangka panjang dapat membuat perubahan pada struktur mikro yang berakibat pada ketahanannya akan creep (umur material menjadi lebih pendek). Oleh karenanya, penulis melakukan studi mengenai struktur mikro hasil uji creep material high chrome austenitic stainless steel grade 253MA. Pengujian creep pada temperatur 700 °C dengan pembebanan 150 MPa dilakukan setelah baja dilakukan pretreatment berupa anil dengan variasi temperatur. Ukuran butir setelah dilakukan proses heat treatment diukur untuk melihat pengaruh temperatur anil terhadap ukuran butir baja austenitic 253MA. Ukuran butir dan morfologi dari fasa setelah uji creep diamati dengan scanning electron microscope dan mikroskop optik. Hasil dari pengukuran butir menunjukkan semakin tinggi temperatur anil maka semakin besar ukuran butir. Ukuran butir terbesar yaitu ±41,51µm didapat dari baja yang dilakukan anil pada suhu 1100°C. Hasil uji creep menunjukkan resistansi creep terbaik ditunjukkan oleh material yang memiliki ukuran butir paling besar dengan waktu patah selama 282jam.

High chrome austenitic stainless-steel grade 253MA is a material that widely used for high temperature. This is due the fact this material has excellent mechanical properties and creep resistance. However, changes in microstructure can occur in long-term use, which will affect the creep resistance (shortened service life of the material). The microstructure of High Chrome Austenitic Stainless-Steel 253MA creep test specimens was investigated. Creep testing at a temperature of 700 °C with a loading of 150 MPa was carried out. The cold rolling process with 53% reduction in thickness was applied followed by annealing at 900, 1000, and 1100°C for 3600s to obtain different grain size. Grain size after annealing and after creep test was measured to see the effect of annealing temperature on the grain size of tested steel and to see its effect on creep resistance based on the creep test conducted. Grain size and morphology of the phase after creep test were observed by scanning electron microscope and optical microscope. The results of the grain measurements show that the higher the annealing temperature, the larger the grain size. The largest grain size of ±41.51µm was obtained from steel which was annealed at 1100°C. The creep test results showed that the best creep resistance was shown by the material with the largest grain size with a fracture time of 282 hours."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S40286
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>