Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138979 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bondan Tiara Sofyan
"Perunggu (Cu - Sn) yang diproses melalui metalurgi serbuk merupakan material yang banyak digunakan sebagai bantalan swa-lumas (sellubricating bearings). Karakteristik dan kinerja bantalan sangat dipengaruhi oleh struktur mikro, khususnya porositas terbuka. Sedangkan struktur mikro sangat ditentukan oleh kandungan Sn dan variabel proses yang dipakai. Pada penelitian ini dievaluasi pengaruh kandungan Sn (5, 10 dan 15 %), tekanan kompaksi (200, 300 dan 400 MPa) serta temperatur sinter (800, 850 dan 900°C) terhadap karakteristik Cu-Sn produk metalurgi serbuk.
Penambahan tekanan kompaksi menaikkan densitas dan kekuatan bakalan, sementara penambahan kandungan Sn cenderung menurunkan kekuatan bakalan_ Secara umum, peningkatan temperatur sinter menyebabkan penurunan densitas produk sinter yang diikuti dengan pembesaran (swelling). Di samping itu, peningkatan temperatur sinter juga menyebabkan penurunan kekerasan makro, kekuatan tekan dan laju keausan produk sinter. Laju keausan sangat dipengaruhi oleh penambahan beban yang diluncurkan (sliding force), sementara bentuk kerusakan aus ditentukan oleh fraksi porositas terbuka yang dimiliki oleh produk sinter. Porositas dan fasa kedua, 5, yang terbentuk pada produk sinter bertambah banyak dengan penambahan kandungan Sn, yang disertai pula dengan peningkatan besar butir."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
T8939
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afrizal
Depok: Universitas Indonesia, 1992
S40820
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rhidiyan Waroko
"Material Fe-M n-C telah banyak dikembangkan sebagai material mampu luruh untuk aplikasi penyangga pembuluh dalam satu dekade belakangan ini. Penggunaan biomaterial Fe-M n-C mampu menghindari tindakan pembedahan kembali setelah pembuluh jantung kembali normal setelah mengalami penyempitan, yaitu sekitar 6-12 bulan. Pengujian material Fe-M n-C dilakukan untuk mencari kelayakan kandidat biomaterial ini digunakan sebagai penyangga pembuluh yang mampu luruh. Material tersebut dibuat dengan cara pemaduan mekanik kemudian metalurgi serbuk. Hasil pengujian EDAX pada material akhir menunjukkan komposisi material yaitu Fe-24Mn-0.4C dan Fe-33Mn-0.3C. Hasil pengujian atomic absorption spectroscopy pada ektrak larutan kedua larutan menunjukkan kandungan logam pada ekstrak material Fe-24M n-0.4C lebih tinggi dari ekstrak material Fe-33M n-0.3C. Pada permukaan kedua material juga menunjukkan adanya pembentukan lapisan kalsium fosfor yang dapat memberikan tahanan antarmuka seperti data pada pengujian electrochemical impedance spectroscopy. Secara umum, hasil pengujian biokompatibilitas dengan metode sitotoksisitas pada kedua material menunjukkan nilai viabilitas sel yang lebih baik dari material SS 316 L. Secara keseluruhan, material Fe-24M n-0.4C dan material Fe-33M n-0.3C layak digunakan sebagai kandidat biomaterial.

Fe-M n-C materials has been developed as biodegradable material for coronary stent application in recent decades. The use of Fe-Mn-C biomaterials is able to avoid surgery after heart vessels returned to normal condition after a constriction, which is about 6-12 months. Material testing of Fe-M n-C alloy is performed to proving of feasibility that biomaterials candidate for biodegredable coronary stent. Fe-Mn-C biomaterials produce by mechanical alloying and powder metallurgy. EDAX test result shows that both material composition is Fe-24M n-0.4C and Fe-33Mn-0.3C. Atomic absorption spectroscopy (AAS) test result of solution extract of both materials shows that metal composition at solution extract of Fe-24M n-0.4C material higher than solution extract of Fe-33M n-0.4C material. On the surface of both materials shows that there is a Calsium/Phospor layer. Electrochemical impedance sp ectroscopy (EIS) test result shows that there is interface barrier on the surface, that cause by Calsium/Phospor layer. Generally, biocompatibility test result shows that the cell viability of both materials is higher than SS 316 L material. For all test result shows that both material, Fe-24M n-0.4C and Fe-33Mn-0.3C material can be used for biodegradable material candidate."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T43305
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mario Windi Jatmiko
"Penggunaan bearing dengan bahan dasar tembaga banyak dibutuhkan karena sifatnya yang memiliki kelahanan aus dan kekuatan yang relatif lebih baik dibandingkan dengan bahan dasar lainnya. Saiah satu proses pembuatannya adalah melalui proses metalurgi serbuk Keunggulan dari metode metalurgi serbuk adalah dapat diiakukannyo pengontrolan jumlah pori dan kontrol dimensi yang baik. Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan material bantalan perunggu Cu-Sn-Zn-C grqjit (bronze bearing) dengan metode metalurgi serbuk mulai dari tahapan karakterisasi serbuk, pencampuran serbuk, kompaksi, sampai sintering (pemanasan) Tujuan khusus peneiitian ini adalah unfuk melihat pengaruh penambahan fraksi berat grafit terhadap sifat mekanis dan struktur milafo. Dari hasii penelitian diperoleh bahwa poda penambahan aktif berat grafit antara 1-1,5% diperoleh Studi mekanis bronze bearing yang bail; Hal ini berkaitan dengan peran grafit sebagai penguai dan pelumas, yang rerbasahi dengan baik oleh Sn dan Zn. Pado penambahan fraksi berat grafit diatas 1,5% menjadi 2%, Sn dan Zn yang kadornya temp tidal: mompu uniuk membasahi Cu dan Grajit dengan sempurna sehingga sifat mekanis bronze bearing menurun. Pada penambahan fraksi berat grafit 1% , densilas, kekerasan, kuat Ie/can mencapai nilai opiimal, berturur-turu! sebesar 6,67 g/cmj, 55 BHM dan 538 MPa sedangkan porosiias dan kyu aus mencapai niioi minimal, berlurut-turui sebesar 233% dim 1.38 x 10? mm/mms."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41789
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natalia Wirahadisaputra
"Perkembangan metalurgi serbuk besi untuk pembuatan komponen otomotif telah mendorong diciptakannya metode kompaksi hangat untuk mendapatkan bakalan dengan densitas yang tinggi. Penelitian ini hendak membandingkan beberapa karakteristik bakalan dan produk sintar hasil kornpaksf temperatur ruang, F50°C dan 25O°C dengan campuran serbuk yang relatif sederhana dan murah, yaitu_FeO hasil millscale, dan 0,5% grafit.
Serbuk FeO, graffr, Zn stearate, dan glyserin dicampur dan diaduk; kemudian dikompaksi pada tiga variabel temperatur tersebut di atas pada tekanan 600 MPa, dengan waktu rahan 5 menit. Seluruh sampel disinter dalam atmosfir endogas pada temperatur H20”C selama 30 menit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa makin tingginya temperatur kompaksi diikuti dengan peningkatan densitas dan kekuatan tekan bakalan; Serta peningkatan densitas, kekuatan tekan dan kekerasan prodak sinter. Porositas sinter ditemukan sernakin sedikit. Kompaksi hangar menyebabkan daerah kontak antar partfkef bakalan semakin Iuas, yang dibuktikan melalui pengujian fuas permukaan bakalan. Perubanan dimensi tidak menunjukkan kecenderungan tertentu meskipun perabahan total menunjukkan sampel mengalami pengembangan (sweiling).
Dari perbandingan dua temperatur kampaksi 150°C dan 250°C, temperatur I50"C dinilai Iebih efisien karena selain lebih hemat biaya dan wakta pemanasan; beberapa karakteristik bakaian dan produk sinter dari kedua temperatur tersebat tidak berbeda jaun. Sedangkan antara kompaksi temperatur ruang dan ?50°C menunjukkan perbedaan yang berarti."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41998
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chandrika Nastiti Hendrawan
"Selongsong peluru adalah salah satu komponen yang terpenting dalam peluru karena merupakan tempat mesiu, proyektil, dan primer. Material yang digunakan untuk membuat selongsong peluru adalah paduan cartridge brass (Cu-Zn) dengan kandungan seng dalam rentang 28 ? 32 wt.%. Selongsong peluru difabrikasi dengan melewati beberapa tahap yaitu pengecoran, canai dingin, deep drawing, dan anil. Persen deformasi yang diberikan saat proses fabrikasi mencapai lebih dari 70 %, maka dari itu agar dapat melalui seluruh proses fabrikasi diatas dibutuhkan paduan kuningan yang memiliki keuletan tinggi dan perilaku rekristalisasi yang dapat dikontrol. Penambahan unsur Mn diharapkan dapat meningkatkan keuletan dari paduan cartridge brass tanpa mengorbankan kekuatan dari paduan tersebut.
Pada penelitian ini, paduan Cu-31Zn dengan penambahan 9 wt.% Mn difabrikasi dengan pengecoran gravitasi. Untuk memperoleh paduan dengan komposisi kimia yang homogen maka dilakukan perlakuan panas homogenisasi pada temperatur 800 oC selama 2 jam. Kemudian paduan dilakukan canai dingin dengan deformasi 20, 40, dan 70 %. Selanjutnya paduan dengan deformasi 70 % dilakukan perlakuan panas anil dengan variasi temperatur 300, 400, dan 600 oC selama 30 menit. Karakterisasi material yang dilakukan pada penelitian ini meliputi analisis struktur mikro dengan mikroskop optik dan Scanning Electron Microscope (SEM) ? Energy Dispersive Spectroscopy (EDS), dan pengujian kekerasan microvickers.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan derajat deformasi sebesar 20, 40, dan 70 % menyebabkan pemipihan fasa kedua dengan L/T ratio masing-masing sebesar 4, 11,6, dan 18. Selain itu juga terjadi peningkatan kekerasan paduan yaitu sebesar 68, 147, 171, dan 205 HV. Sementara proses anil dengan variasi temperatur 300, 400, dan 600 oC menyebabkan terjadinya fenomena recovery, rekristalisasi (dgrain ~ 5 μm), dan grain growth (dgrain ~ 40 μm) yang ditandai dengan penurunan kekerasan spesimen yaitu sebesar 201, 128, dan 171 HV. Penambahan Mn menyebabkan pertumbuhan fasa kedua mengandung sedikit Zn dan Mn akibat kecenderungan ordering Cu dan Mn yang meningkatkan nilai kekerasan dan memperlambat laju rekristalisasi, sehingga dibutuhkan temperatur anil dan/atau waktu yang lebih tinggi untuk mencapai rekristalisasi sempurna pada paduan cartridge brass dengan penambahan Mn.

Cartridge shell is one of the most important components in a bullet because it contains gunpowder, projectiles, and primer. The material used to make cartridge shells are cartridge brass alloys (Cu-Zn) with the zinc content in the range of 28 ? 32 wt.%. Bullet casings are manufactured by passing through several stages fabrication, which are casting, cold rolling, deep drawing, and annealing. The degree of deformation during the fabrication process reaches 70 % or more. Therefore in order to be able to go through the whole process of fabrication it is required to use brass alloys that have high ductility and recrystallization behavior that can be controlled. The addition of Mn is expected to improve the ductility of the cartridge brass alloy without sacrificing its strength.
In this study, the characteristics of Cu-31Zn alloy with the addition of 9 wt.% Mn fabricated by gravity casting was observed. To obtain alloys with homogeneous chemical composition, homogenizing heat treatment was carried out with the temperature of 800 °C for 2 hours. Then the alloys were cold rolled with degree of deformation of 20, 40, and 70 %. Furthermore, the specimens with 70 % degree of deformation were annealed with temperature variation of 300, 400, and 600 °C for 30 minutes. Characterization of material carried out in this study included the analysis of the microstructure by optical microscopy and Scanning Electron Microscope (SEM) - Energy Dispersive Spectroscopy (EDS), and microhardness testing.
The results showed that the addition of Mn up to 9 wt.% to cartridge brass alloy led to the formation of second phase particles that are less rich in Zn and Mn content due to ordering tendency of Cu and Mn. The increase in the degree of deformation of 20, 40, and 70 % led to the decrease of second phase L/T ratio, each for 4, 11.6, and 18. There were also increase in the alloy hardness with the values of 68, 147, 171, and 205 HV respectively. The annealing process with temperature variation of 300, 400, and 600 °C led to the phenomena of recovery, recrystallization (dgrain ~ 5 μm), and grain growth (dgrain ~ 40 μm) that resulted in the decrease of hardness with the values of 201, 128, and 171 HV respectively. The effect of Mn addition in the cartridge brass alloy is to increase the hardness by solid solution and dispersion strengthening mechanisms and to decrease the rate of recrystallization, so it required higher annealing temperature and / or longer annealing time to reach full recrystallization.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S66566
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Hendro Sucahyo
"Dalam penelitian ini, komposisi tuangan dihasilkan oleh dapur krusibel tipe ciciuk, sedangkan cetakan yang digunakan adalah cetakan logam dengan standar JIS Z 2201 yang mana hasilnya berupa sampel tarik.
Paduan tuang Al-Mg-Fe, dengan kadar Mg sebesar 5% dan kadar Fe divariasikan, ternyata menunjukkan peningkatan kekerasan dengan bertambahnya unsur Fe. Tetapi untuk kekuatan tarik menunjukkan hal sebaliknya dikarenakan cacat-cacat tuangan yang ditemui pada patahan hasil uji tarik. Sedangkan untuk regangan, menunjukkan penurunan bila kadar Fe bertambah dan spesifikasi sifat regangan terbaik dimiliki oleh komposisi dengan kadar Fe sebesar 0,5%.
Sedangkan perlakuan panas yang dilakukan yaitu laku panas pelarutan 430ºC selama 12 jam serta laku panas penuaan 175ºC dengan waktu tahan divariasikan, ternyata tidak menunjukkan pengaruh yang begitu jelas pada panduan ini bila dibandingkan dengan variabel variasi unsur Fe. Untuk setiap komposisi kekerasan tertinggi umumnya dihasilkan oleh waktu tahan 4 jam untuk komposisi berkadar Fe 0,5 % dan 1,0% dengan mengalami kenaikan yang relatif kecil dari kondisi As cast yaitu 2,4% dan 4,2%. Sedangkan untuk komposisi berkadar Fe 1,5 % kekerasan tertinggi dihasilkan oleh waktu tahan 3 jam, juga dengan kenaikan yang relatif kecil dari kondisi as castnya yaitu sebesar 2,5&. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa paduan ini bersifat non-heat treatable alloy."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41225
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiskan Husein
"Menjawab kebutuhan akan material dimasa mendatang, ilmu pengetahuan dalam hal ini komponen penelitiannya didorong untuk menemukan material baru dengan keunggulan karakteristik lebih baik dan tentu saja ekonomis. Metal Matrix Composite (MMCs) merupakan salah satu alternatif material yang mampu menjawab kebutuhan tersebut Pemakaian MMCs telah meluas, misal dalam industri otomotif digunakan sebagai bahan pembuat piston, engine, serta dalam bidang penerbangan dipakai sebagai bahan pembuat baling - baling dan sebagai badan pesawat luar angkasa.
Penelitian yang dilakukan, dikonsentrasikan pada tahapan proses pembuatan Al-SiC MMCs dengan metode metalurgi serbuk, khususnya melihat pengaruh dari ukuran partikel serbuk SiC yang bertindak sebagai penguat dan melihat pengaruh besar tekanan kompaksi. Variasi ukuran partikel yang dipakai dalam penelitian adalah 70 -80 mesh digolongkan partikel kasar dan I40 - 170 mesh yang digolongkan sebagai partikel halus, kemudian variasi besar nilai tekanan kompaksi yang dipakai adalah 159, 191, 223, 255, dan 286 MPa. Penelitian mencoba melihat pengaruh dari kedua variabel diatas terhadap silat porositas, densilas, kuat tekan, dan kekerasaan. Penelitian memperoleh hasil yang, bisa dipertanggungjawabkan dan tentu saja ?debatable? atau bisa didiskusikan bersama Kenaikan lekanan kompaksi dapat meningkatkan sifat mekanik kekerasan dan kuat tekan, dan kenaikan tekanan koinpaksi dapat menurunkan porositas dan meningkatkan densitas. Untuk pengaruh ukuran partikel penguat SiC diperoleh kesimpulan untuk ukuran partikel yang lebih halus akan memberikan sifat yang Iebih baik dengan perbedaan yang tidak terlalu signifikan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S41453
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Anis
Jakarta: UI-Press, 2013
PGB 0317
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Endra Prabawa
"ABSTRAK
Pengujian fatik siklus rendah dengan beban tarik pada kondisi kontrol regangan dilakukan pada baja cor 4320. Pengujian dengan metode ini dilakukan karena memerlukan waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan metode fatik siklus tinggi, sementara data yang didapat sangat berguna untuk menganalisa perilaku fatik. Karakterisasi material uji dilakukan dengan pengujian; struktur makro, kekerasan makro, struktur mikro, dan uji tarik. Konsentrasi unsur paduan pada spesimen dianalisa pemetaan dengan micro probe analyzer yang ada pada Scanning Electron Microscopy. Dua macam amplirudo regangan yaitu regangan maksimum 2% dan regangan maksimum 4%, dengan jumlah siklus pembebanan masing-masing 10, 100, 1000, 2000 dan pembebanan sampai spesimen patah, diterapkan pada uji fatik. Pengaruh jumlah siklus terhadap perubahan kekerasan ultra micro diteliti dengan menggunakan alat uji Ultra Micro Indentation System. Pengaruh kansenlrasi unsur paduan dibandingkan dengan kekerasan ultra mikro, pada specimen yang belum dan sudah menerima beban fatik. Fatik siklus rendah dikaraklerisasi dengan respon siklus regangan regangan dan sudut pandang metalurgi.
Dari pengujian dan analisa yang dilakukan didapatkan hasil berikut: untuk karakterisasi material terlihat adanya segregasi dendrite pada struktur makro, pada struktur mikro terlihat martensit, porositas dan juga inklusi zireania. Grafik fatik transien menampakkan terjadi fatik pelunakan pada baja cor 4320. Hasil pemetaan menunjukkan kekerasan ultra mikro dipengaruhi oleh konsentrasi unsur krom, nikel dan mangan pada specimen yang belum menerima beban. Kenaikan jumlah siklus pembebanan diikuti oleh naiknya angka kekerasan ultra mikro. Angka kekerasan untuk spesimen yang dibebani dengan jumlah siklus 10, 100, 1000, 2000 dan 5029 (siklus sampai patah) pada beban regangan maksimum 2% secara berurutan adalah 4,03, 5,15, 4,87, 5,07, 5.14, dan 5,25 GPa. Sedangkan angka kekerasan untuk spesimen yang dibebani dengan jumlah siklus 10, 100, 1000, 2000 dan 3059 (siklus sampai patah) pada beban regangan maksimum 4% secara berurutan adalah 4, 03, 4.56, 4, 73, 5, 07, 5,27, dan 5,36 GPa.

ABSTARCT
Low cycle fatigue tests with tension-tension load in strain-controlled loading condition have been done to 4320-cast steel. This method has been done due to the short in time compare with high cycle fatigue test, meanwhile the low cycle fatigue. data test is very useful for analyze fatigue behavior. Several test macro structure, macro hardness, micro- structure, and tension lest have been done for characterization of material. Micro probe analyzer that installed in the Scanning Electron Microscopy has analyzed mapping concentrations of-alloys in the surface of specimen. Two types of strain amplitude that are 2% maximum tensile strain and 4% maximum tensile strain, with various numbers of cycles have been applied for fatigue lest. Influence of number of cycle to the ultra micro hardness examined by UMTS Influences of alloy concentration to the ultra micro hardness have been done for the fatigued specimen and un fatigued specimen. Low cycle fatigue was characterizes by response of cyclic stress-strain and metallurgy point of view.
From experiment and analysis have been done, the result were obtain as follow; from material characteristic have been found segregation of dendrite in the macro-structure, in the micro structure was seen inartensite, porosity and inclusion of zirconia. Graph of fatigue transient shows fatigue softening in the 4320 cast steel. Mapping of alloy concentration of un-cyclic specimen show that the ultra micro hardness was influenced by concentration of chromium, nickel and manganese. Increasing number of cycle have been followed by increasing ultra micro hardness. The hardness of the specimen that cyclic 10, 100, 1000, 2000, and 5029 (cycle to failure) with 2% tensile strain maximum are 4.03, 5.15, 4.87, 5.07, 5.14, and 5.25 GPa respectively. Whereas the hardness of the specimen that cyclic 10, 100, 1000, 2000, and 3059 (cycle to failure) with 4% tensile strain maximum are 4.03, 4.56, 4.73, 5.07, 5.27, and 5.36 GPa respectively.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>