Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 125997 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ibrahim D.P.
"Imunisasi campak merupakan suatu cara pemberian kekebalan terhadap penyakit campak kepada bayi umur 9-11 bulan. Kegiatan ini diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian karena campak. Sampai saat ini distribusi cakupan campak belum mencapai hasil yang diharapkan. Masih banyak bayi yang belum terimunisasi campak, hal ini belum dapat memberi perlindungan terhadap penyakit campak. Timbul pertanyaan karakteristik apa dari ibu yang berhubungan dengan status imunisasi campak anak umur 9-36 bulan. Jenis penelitian adalah 'cross sectional', untuk melihat hubungan antara karakteristik ibu dengan status imunisasi campak anak umur 9-36 bulan. Lokasi penelitian di Propinsi Sulawesi Selatan. Analisis statistik dilakukan dengan uji Regresi Logistik baik cara sederhana maupun cara ganda, untuk melihat kemaknaan suatu kecenderungan dan estimasi probabilitas suatu karakteristik ibu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik ibu yang erat hubungannya dengan status imunisasi campak anak umur 9-36 bulan adalah: 1) penolong persalinan yailtu persalinan yang ditolong oleh dokter/bidan/tenaga kesehatan terlatih, 2) tempat pengobatan yaitu tempat pencarian pengobatan ibu dan keluarganya bila mereka sakit, 3) status/pengalaman KB yaitu ibu yang pernah ikut program KB, 4) umur ibu yaitu umur ibu yang dihitung sejak lahir sampai saat penelitian, 5) pendidikan suami yaitu lama/tingkat pendidikan suami dan 6) pemilikan KMS yaitu adanya KMS yang dimiliki anak umur 9-36 bulan sampai saat penelitian.
Estimasi kesempatan anak umur 9-36 bulan terimunisasi campak tertinggi sebesar 99% bila dengan kondisi karakteristik keikutsertaan ibu adalah; persalinannya ditolong oleh dokter/bidan/tenaga kesehatan terlatih, berobat ke sarana pelayanan kesehatan pemerintah/swasta (Modern), pernah ikut program KB, umur ibu <26 tahun, suami berpendidikan dan anak tersebut memiliki KMS. Estimasi kesempatan anak umur 9-36 bulan terimunisasi campak terendah sebesar 25% bila dengan kondisi karakteristik keikutsertaan ibu adalah; persalinannya ditolong oleh dukun/tetangga/keluarga, berobat bukan ke sarana pelayanan kesehatan pemerintah/swasta (modern) tetapi mengobati sendiri/ke dukun /tabib/ke pengobatan tradisional, tidak pernah ikut program KB, umur ibu >29 tahun tahun, suami tidak berpendidikan dan anak tersebut tidak memiliki KMS. Agar status imunisasi campak anak dapat ditingkatkan, maka perlu ada prioritas intervensi pada ke-6 karakteristik ibu seperti tersebut di atas.

Characteristics of Mother In Relation to Immunization Status Against Measles of Children Aged 9-36 month in South Sulawesi, 1991The practice of immunization against Measles is one of the procedures that can protect baby aged 9-11 month against measles. This program cans greatly reduce the-morbidity and mortality of measles. Until nowadays there are a great number of children had not been immunized. As to identifying the reasons for inadequate coverage, the question are that characteristic of mother related to immunization status against measles of children aged 9-36 month. The study was cross sectional and was carried out in the Province of South Sulawesi. The objective of the study is to determine characteristics of mother related to measles. To decide which characteristic of mother are predictive of status of immunization the analysis were done with simple and multiple logistic regression.
The result indicated that the characteristics of mother related to measles immunization status in children aged 9-36 month are: 1) maternity care (doctors, midwives, trained health workers); 2) health seeking care; 3) prior experiences in family planning program; 4) age of mother; 5) education of the head of the family; 6) monitoring health recorder status (road to health card).
The highest estimated probability is 99% with the condition of mothers are: maternity care are doctors /midwives /trained health workers; seeking care to modern health services; being with family planning program; age of mother <20 years; educated husband; and having monitoring health recorder (road to health card). The least estimated probability is 25% are found in mothers with maternity care by member of family/ neighbors/ traditional birth attendants; non professional seeking care (self medication, traditional practitioners); never been with family planning program; aged >29 years; uneducated husband; and with no (KMS (road to health card). As to increase the immunization status against measles it should be made an intervention priority in the six characteristics that had been mentioned above.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regina
"Penyakit campak adalah salah satu penyakit yang menyebabkan kematian anak-anak di dunia termasuk di Indonesia. Setiap negara diajak secara bertahap mereduksi dan mengeliminasi penyakit campak dengan memberikan imunisasi rutin kepada bayi dan dilakukan imunisasi campak tambahan untuk menjangkau anakanak yang belum pernah divaksinasi atau belum pernah menderita penyakit campak, serta kesempatan kedua untuk kasus kegagalan vaksinasi campak. Di Indonesia, Departemen Kesehatan memberikan imunisasi campak tambahan melalui kegiatan ?Kampanye Imunisasi Campak? yang dilakukan dalam lima tahap dari bulan Januari 2005 sampai dengan 10 September 2007 tetapi hingga saat ini belum ada informasi tentang dampaknya.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran epidemiologi penyakit campak dan imunisasi campak, serta korelasi cakupan imunisasi kampanye campak dengan insiden penyakit campak di Indonesia tahun 2004 - 2008. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder surveilans penyakit campak dari Sub Direktorat Surveilans dan data cakupan imunisasi dari Sub Direktorat Imunisasi Direktorat Jendral P2PL Departemen Kesehatan RI. Data dianalisis secara univariat untuk melihat distribusi frekuensi kasus campak berdasarkan umur, provinsi, tahun, dan bulan, serta secara bivariat untuk melihat hubungan antara cakupan imunisasi kampanye campak dengan insiden campak yang menggunakan uji Korelasi dan Regresi Linier Sederhana.
Hasil penelitian menunjukkan insiden kasus campak tertinggi terjadi pada kelompok umur 0-4 tahun dan tertinggi kedua pada kelompok umur 5-9 tahun, terjadi pada provinsi yang padat penduduknya yaitu DKI Jakarta pada tahun 2004 dan 2005, dan pada provinsi yang tidak padat penduduknya yaitu Sulawesi Selatan pada tahun 2006 dan Kalimantan Timur pada tahun 2007. Insiden kasus campak terendah terjadi pada provinsi Bengkulu, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Maluku dimana kelengkapan data surveilans campak yang tidak lengkap, dan di provinsi DI Yogyakarta oleh karena tingginya cakupan imunisasi campak (100,19%) pada tahun 2007. Terjadi peningkatan insiden campak pada tahun 2005 sebesar 7,40 per 10.000 penduduk dari tahun 2004. Terjadi peningkatan insiden campak pada tahun 2006 sebesar 8,35 per 10.000 penduduk dari tahun 2005. Terjadi penurunan insiden campak pada tahun 2007 sebesar 6,12 per 10.000 penduduk dari tahun 2006.
Kecendrungan peningkatan insiden campak di Indonesia terjadi pada bulan September dari tahun 2004 ? 2008. Cakupan imunisasi kampanye campak tertinggi terjadi di provinsi Kalimantan Tengah. Cakupan imunisasi kampanye campak terendah terjadi pada provinsi Sumatera Barat. Dan Peningkatan cakupan imunisasi kampanye campak meningkatkan insiden campak satu tahun sesudah kampanye campak.
Berdasarkan penelitian ini, disarankan agar program pencegahan penyakit campak lebih difokuskan pencegahan pada kelompok umur 0-4 tahun dan 5-9 tahun setiap tahunnya, tidak hanya pada provinsi dengan padat penduduknya tetapi juga pada populasi yang tidak padat penduduknya, dan pada bulan September. Agar penguatan surveilans campak terus ditingkatkan khususnya di provinsi yang pelaksanaan surveilans campaknya kurang baik. Agar dilakukan kegiatan peningkatan cakupan imunisasi pada provinsi-provinsi yang cakupan imunisasi campak belum diatas 90%. Agar dilakukan penelitian lanjutan untuk membuktikan adanya hubungan di tingkat individu untuk hubungan antara cakupan imunisasi kampanye campak dengan insiden campak khususnya untuk melihat dampak dari kampanye campak di Indonesia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Fitri Rahmadainawati
"Penyakit campak masih menjadi permasalahan global sebagai penyebab seperempat kematian pada anak-anak, dan tesis ini bertujuan menganalisis pembentukan PMK No.42 Tahun 2013 dengan mempertimbangkan kebijakan internasional dan aspek lainnya, menggunakan segitiga analisis kebijakan. Pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam dan telaah dokumen dilakukan di Kementerian Kesehatan, mitra, dan pelaksana program. Pembentukan kebijakan nasional imunisasi campak dipengaruhi oleh faktor diantaranya para pembuat kebijakan, lingkungan kebijakan, strategi penyelenggaraan imunisasi dan proses pembuatan keputusan. Lingkungan kebijakan merupakan faktor yang paling mempengaruhi, terutama aspek politikekonomi. Persepsi, peran dan komitmen dari para pembuat kebijakan mempengaruhi proses pembuatan keputusan kebijakan nasional imunisasi campak terhadap strategi penyelenggaraan imunisasi yang dipilih.

Measles remains a global problem as the cause of a quarter of deaths in children, and this thesis aims to analyze the formation of PMK 42 in 2013 to consider international policies and other aspects, using policy analysis triangle. Qualitative approach with in-depth interviews and document review conducted at the Ministry of Health, partners, and implementing programs. The formation of a national measles immunization policy is influenced by factors such as policy makers, environmental policy, strategy and implementation of immunization decision-making process. Environmental policy is a factor that most affects, especially the political and economic aspects. Perception, the role and commitment of policy makers influencing national policy decision-making process of immunization against measles immunization implementation strategy chosen."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42518
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Restya Sri Sugiarti
"Campak adalah penyakit infeksi yang sangat menular dan sebagian besar diderita oleh anak-anak di seluruh dunia. Pada tahun 2013 terdapat 11.521 kasus campak di Indonesia, dimana Provinsi Jawa Barat menduduki peringkat kedua jumlah kasus terbanyak. Jumlah kasus campak klinis di Kota Depok dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan fluktuatif. Kasus campak klinis di Puskesmas Sukmajaya menepati peringkat pertama jumlah kasus campak klinis tertinggi di Kota Depok meskipun cakupan imunisasi campak tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian campak klinis di wilayah kerja Puskesmas Sukmajaya Kota Depok tahun 2014-2015. Desain penelitian ini adalah kasus kontrol. Sumber data peneitian berasal dari data sekunder laporan C-1 campak klinis dan laporan imunisasi. Jumlah sampel dan kontrol masing-masing 69. Variabel yang diteliti yaitu umur, jenis kelamin, tempat, dan waktu. Analisis data menggunakan uji statistic chi square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya variabel umur yang menunjukkan adanya hubungan bermakna dengan kejadian campak klinis (OR=0,017; 95% CI= 0,004- 0,073). Disarankan melakukan upaya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melakukan imunisasi campak pada anak usia sekolah, melakukan promosi kesehatan dan pelatihan kader untuk menurukan kasus campak klinis di Kelurahan Mekarjaya, dan meningkatkan kualitas pencatatan dan pelaporan surveilans campak C-1.

Measles is a highly contagious infectious disease and mostly suffered by children worldwide. In 2013 there were 11.521 cases of measles in Indonesia, where West Java Province ranked the second highest number of cases. Clinical measles trends in Depok from year to year has a tendency to fluctuate. Where Sukmajaya health centre have highest number of clinical measles in Depok although measles immunization coverage is high.
This study aims to determine the factors associated with the occurrence of clinical measles in Sukmajaya health centre working area Depok City year 2014-2015. This study was a case control studies. Source of research data derived from secondary data from C-1 clinical measles report and immunization report. Number of samples 69 cases and 69 controls. The variables studied were age, sex, place, and time. Analysis of data using statistical chi square test.
The results showed that only age variable that showed significant associated with the incidence of clinical measles (OR=0,017; 95% CI= 0,004-0,073). It is suggested to increase public awareness for immunization against measles in school age children, health promotion and training of cadres to derive clinical measles cases in the Village Mekarjaya, and improve quality of recording and reporting C-1 measles surveillance.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S59091
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mashoedojo Pranotodihardjo
"Imunisasi merupakan salah satu upaya kesehatan yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian bayi, diantaranya adalah imunisasi campak. OCI minimal 30% sampai akhir Desember 1990 untuk imunisasi campak merupakan tantangan yang harus dicapai, dipertahankan, ditingkatkan dan juga diratakan sampai kepada daerah tingkat administrasi yang paling rendah.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai faktor-faktor yang berpengaruh pada ibu dalam melaksanakan imunisasi campak di wilayah Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Pada penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah ibu dari anak berusia 9-11 pada Januari-Desember 1990 yang seharusnya melaksanakan imunisasi campak pada wilayah kerja Puskesmas Duri Kepa, Jakarta Barat.
Jenis penelitian ini adalah Cross Sectional Study dan analisa data digunakan adalah distribusi frekuensi, analisa presentase, tabulasi silang dan uji Chi-square.
Dari enam faktor yang berpengaruh pada ibu ternyata hanya dua faktor yang terbukti mempunyai hubungan yang bermakna dengan pelaksanaan imunisasi campak, yaitu faktor pengetahuan dan faktor pendorong pada ibu. Dan didapatkan kenyataan bahwa media TV/radio menduduki urutan terbesar sebagai sumber informasi imunisasi campak dan menyusul peranan petugas dan kader kesehatan.
Disarankan dari segi pengelolaan program ini perlunya mengembangkan peta wilayah kerja menjadi peta data sasaran. Dan perlunya peningkatan penyuluhan dan materi penjelasan pada saat pelayanan imunisasi campak dilaksanakan. Serta sebagaimana dikemukakan didepan bahwa subyek penelitian ini adalah ibu-ibu, maka diharapka akan dilakukan penelitian juga terhadap petugas kesehatan maupun kader kesehatan beserta sarana/prasarana pendukungnya dihadapkan dengan pelaksanaan imunisasi campak."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktavianus CH Salim
"Imunisasi BCG adalah salah satu cara pemberian kekebalan terhadap penyakit tuberkulosa yang diberikan pada bayi berumur 0 - 11 bulan. Dengan imunisasi ini diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian karena penyakit Tuberkulosa. Pada masa ini distribusi cakupan imunisasi BCG belum merata, ada daerah dengan cakupan yang tinggi tetapi ada juga yang cakupannya masih rendah.
Dari status imunisasi BCG yang tidak merata ini, dengan program pemerintah yang pada dasarnya sama diseluruh Indonesia, timbul pertanyaan karakteristik-karakteristik apa dari ibu yang menentukan status imunisasi BCG anak berumur 0-36 bulan di lokasi penelitian DKI Jakarta dan Nusa Tenggara Timur.
Dengan analisis bivariat didapati bahwa di DKI Jakarta ada pengaruh frekuensi pemeriksaan kehamilan (ANC), pemilikan KMS, pendidikan ibu, pendidikan suami, penolong persalinan, pencarian pengabatan dan kontak dengan sumber informasi dan di NTT ada pengaruh frekuesi pemeriksaan kehamilan {ANC), pemilikan KMS dan status Keluarga Berencana terhadap status imunisasi BCG. Tetapi pada analisis selanjutnya (multivariat) ternyata yang berpengaruh terhadap imunisasi BCG di DKI Jakarta adalah kontak dengan sumber informasi, pemilikan KMS, pencarian pengobatan dan pendidikan suami yang dapat memprediksikan status imunisasi BCG sebesar 66.78 persen. Di NTT yang berpengaruh terhadap status imunisasi BCG adalah kontak dengan sumber informasi dan pemilikan KMS yang dapat memprediksi status imunisasi BCG sebesar 74.89 persen.
Supaya kita dapat meningkatkan status imunisasi BCG tentunya kita harus memperhatikan karakteristik-karakteristik tersebut diatas dan diberikan prioritas untuk diintervensi.

BCG Immunization Status of Child 0 - 34 Month Old in Accordance to Mother Characteristics in DKI Jakarta and NTT, in the year of 1991BCG immunization is one of many methods of providing immunity against Tuberculosis that can be given to the children 0 - 11 month old. By the immunization, it is expected that tuberculosis morbidity and mortality rate will decrease. At present, the distribution of BCG immunization coverage is still unequal; there are some areas with high coverage and others with low coverage.
With the government?s program which is almost equal throughout Indonesia, the inequality coverage of BCG immunization status, rises a question: Which of the mother characteristics that determine the BCG immunization status of children between 0 - 36 month old in DKI Jakarta and. NTT as the location of investigation.
From bivariat analysis it was found that in DKI Jakarta there were frequency of antenatal care, assistance in baby delivery, seek for treatment, ownership of Vaccination card and contact with source of information: and in NTT there were frequency of antenatal care, ownership of vaccination card and use of contraception, influenced the BCG immunization status.
But further analysis (multivariate) showed that in DKI Jakarta, contact with source of information, ownership of vaccination card, seek for treatment and husband's education influenced the BCG Immunization status. These can predict the BCG immunization status as much as 66.78 percent. In NTT only contact with source of information and ownership of vaccination card that influenced the BOG immunization status, which can predict the BC6 immunization status as much as 74.99 percent.
In order to increase the BCG immunization status, we? have to pay more attention to mother characteristics mentioned above and have to put priority for intervention.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Djohari
"Kematian bayi dan anak di Indonesia masih tinggi. Sekitar 25% dari bayi yang lahir meninggal sebelum mencapai ulang tahunnya yang kelima. Angka ini di negara-negara yang sudah maju hanya sekitar 4% (Mosley, 1984). Hasil Survei Kesehatan Rumah tangga tahun 1980 yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan R.I. menunjukkan bahwa 45% dari seluruh kematian merupakan kematian bayi dan balita; dari kematian balita, 61% merupkan kematian bayi (Budiarso, 1983).
Salah satu penyebab kematian yang terpenting pada balita adalah tetanus neonatoruin (20,2%), yang dapat dicegah dengan immunisasi. Di samping itu ada penyakit-penyakit menular lain yang dapat dicegah dengan immunisasi yaitu campak, difteridan pertusis yang dapat mengakibatkan penyakit infeksi saluran pernafasan akut termasuk radang paru-paru,yang menyebabkan22,1% kematian balita. Dengan demikian jelas bahwa keberhasilan pelaksanaan immunisasi dalam masyarakat berkontribusi cukup penting dalam penurunan mortalitas bayi dan anak.
Immunisasi yang terorganisasi telah dilakukan sejak sebelum Perang Dunia II, yaitu immunisasi terhadap pencegahan ca-car. Pada tahun 1952 telah dicoba vaksinasi gabungan cacar/PCG. Pada tahun 1976 mulai dikembangkan immunisasi DPT untuk mencegah penyakit difteria, pertusis dan tetanus. Pada tahun 1977 dan 1978 mulai dipersiapkan pelaksanaan Pengembangan Program Immunisasi (PPI). Pada tahun 1980 mulai dikembangkan pemberian antigen campak dan polio secara terbatas.
Penilaian baik secara rutin ataupun dengan penelitian khusus terhadap pelaksanaan immunisasi telah dilakukan. Hasilnya adalah bahwa cakupan immunisasi masih rendah dan ketidak sinambungannya masih tinggi. Hal ini mungkin disebabkan antara?"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1985
LP 1985 3
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmadewi
"Imunisasi dasar adalah suatu tindakan untuk memberikan kekebalan khusus terhadap penyakit tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, poliomielitis dan campak kepada anak umur 0-12 bulan. Kegiatan tersebut merupakan salah satu Intervensi kesehatan yang berdaya ungkit besar terhadap penurunan angka kesakitan dan angka kematian bayi dan anak. Cakupan imunisasi menurut SDKI (Survei Demografi Kesehatan Indonesia) tahun 1991, 27,9 persen anak terimunisasi lengkap dan 36,6 persen tidak mendapat imunisasi.
Salah satu penyebab masih rendahnya status kelengkapan imunisasi dasar anak, karena perilaku kesehatan ibu. Dilakukan analisis data SDKI tahun 1991. Untuk mempelajari besar hubungan antara beberapa faktor perilaku kesehatan ibu dengan status kelengkapan imunisasi dasar anak umur 12-24 bulan. Analisis statistik dilakukan dengan uji Regresi Logistik, secara sederhana dan ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa faktor perilaku kesehatan ibu, meliputi pemeriksaan kehamilan (ANC), penolong persalinan oleh dokter/bidan, pemberian Air Susu lbu (ASI), kesertaan Keluarga Berencana (KB) dan pencarian pengobatan pada sarana pelayanan kesehatan sangat erat hubungannya dengan status kelengkapan imunisasi dasar anak. Hubungan beberapa perilaku kesehatan ibu dengan status kelengkapan imunisasi dasar anak dipengaruhi juga oleh pendidikan ibu, pendidikan suami, pekerjaan suami dan kontak ibu dengan media komunikasi (radio/tv, koran).
Selain itu ada perbedaan risiko antara ibu yang ANC dan ibu yang tidak ANC berdasarkan tempat tinggal di desa terpencil, desa, kota (kumuh) dan kota besar terhadap status kelengkapan imunisasi dasar anak. Ternyata ibu-ibu yang tinggal di desa terpencil yang ANC sekitar 4 kali kemungkinan anaknya terimunisasi lengkap dibandingkan ibu yang tidak ANC. Pada ibu-ibu yang tinggal di desa yang ANC sekitar 3 kali kemungkinan anaknya terimunisasi lengkap dibandingkan ibu yang tidak ANC. Ibu-ibu yang tinggal di kota yang ANC sekitar 33 kali kemungkinan anaknya terimunisasi lengkap dibandingkan ibu yang tidak ANC. Sedangkan ibu-ibu yang tinggal di kota besar sekitar 4 kali kemungkinan anaknya terimunisasi lengkap dibandingkan ibu yang tidak ANC. Untuk meningkatkan status kelengkapan imunisasi dasar anak, maka perlu ada intervensi pada beberapa faktor perilaku kesehatan ibu, terutama pada desa terpencil dan kota (kumuh)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1994
T6402
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oki Zulkifli Duski
"Penyakit campak adalah penyakit infeksi viral akut yang mudah ditularkan, sehingga hampir semua anak yang dilahirkan pernah ketularan penyakit ini, sebagian besar sebelum mencapai umur 5 tahun. Imunisasi campak merupakan cara yang paling cost efektif untuk menanggulangi penyakit campak di masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status imunisasi campak dengan kejadian campak pada anak usia dibawah 5 tahun di Desa Pagerageung Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk pengelola program imunisasi.
Metode penelitian ini dirancang dengan Studi Historical Cohort ( Kohort Retrospektif ), dimulai dari keterpaparan. Terpapar adalah anak yang tidak diimunisasi campak sedangkan yang tidak terpapar adalah anak yang diimunisasi campak. Jumlah yang terpapar sebanyak 84 orang dan yang tidak terpapar 84 orang. Variabel yang diteliti meliputi faktor status imunisasi, pendidikan, pengetahuan dan sikap Ibu, serta kepadatan dan ventilasi hunian ditambah dengan efikasi vaksin.
Hasil penelitian menunjukan variabel yang berpengaruh terhadap kejadian campak adalah status imunisasi ( RR= 3,2 ), kepadatan ( RR= 3,3 ) dan ventilasi hunian ( RR= 3,9 ). Hasil efikasi vaksin adalah 50%, yang menunjukkan kedayagunaan vaksin masih rendah. Melihat hasil penelitian maka disarankan kepada Puskesmas untuk meningkatkan cakupan imunisasi campak ( UCI = 100% ) terutama daerah kantong, serta mengusulkan ke Kabupaten melalui Camat untuk mengadakan program rumah sehat terutama daerah potensial wabah.

Corelation of Measles Immunization Status with Measles Incident on The 5 Years Lower Age of Children When Measles Epidemic Disease at Pagerageung Village of Pagerageung Sub District of Tasikmalaya 2000. Measles Disease is viral acute infectious disease marked by fever and small red spots that cover the whole body when easy spread, so all the baby has been disease infected, before 5 years. Measles immunization which is effective cost to cope with measles disease at population. The research objections is know about of correlation measles immunization status with measles incidence on the 5 years lower age of children at Pagerageung Village of Pagerageung Sub District of Tasikmalaya. The result of research could be giving of mind contribution supporting of immunization management programs.
The research method started from the exposure with Cohort Historical Study Designed. The exposure is whose the children of measles immunization and but, Unexposure is whose the children with measles immunization. Whose the exposure about 84 person and unexposure about it 84 person. The research variables is immunization factor status, education, knowledge and mother attitude, also densely and occupancy ventilation with increase of vaccine effication.
The result research to show that variable which in influential on the measles incident is immunization status (RR=3,2), densely (RR=3,3) and occupancy ventilation (RR=3,9). Vaccine effication result is 50%, which show that still low vaccine efficiency. So would be suggestive to health society center for increasing measles immunization coverage (UCI=l00%) at local epidemic especially and have to suggest to regent pass through Sub District for organizing health house programs as specially at local of epidemic potential.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T1492
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Allisa Amelia Santoso
"Imunisasi merupakan upaya untuk mencegah penyakit menular mulai dari bayi baru lahir hingga dewasa. Hingga saat ini imunisasi merupakan cara yang efektif untuk mencegah penyebaran dan eradikasi penyakit menular. Pandemi COVID-19 memberikan dampak pada berbagai sektor, termasuk pelayanan imunisasi anak. Berdasarkan data tahun 2021, Kecamatan Limo memiliki cakupan imunisasi dasar lengkap sebesar 78,5%. Berbagai faktor berkontribusi pada ibu untuk melakukan imunisasi dasar bagi bayi mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam melakukan imunisasi dasar lengkap pada bayi di Kecamatan Limo Kota Depok menggunakan teori Health Belief Model (HBM). Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan teknik quota sampling. Data didapatkan dengan melakukan wawancara pada 212 ibu yang memiliki anak usia 13-24 bulan yang datang ke Posyandu di Kecamatan Limo Kota Depok menggunakan kuesioner dan selanjutnya dianalisis dengan uji logistik regresi ganda. Hasil penelitian menunjukkan proporsi ibu yang memberikan imunisasi dasar lengkap pada bayi mereka sebesar 74,5% dan persepsi hambatan merupakan faktor paling berhubungan dengan perilaku ibu. Ibu yang tidak memiliki persepsi hambatan berpeluang melakukan imunisasi dasar lengkap 3,5 kali dibandingkan ibu yang memiliki hambatan dalam melakukan imunisasi bagi anaknya setelah dikontrol dengan persepsi keparahan (nilai p = 0,048, OR = 3.496, 95%CI = 1.010-12.104).

Immunization is an effort to prevent infectious diseases from newborns to adults. Until now, immunization has been an effective way to prevent spreading and eradicate infectious diseases. The COVID-19 pandemic has impacted various sectors, including child immunization services. Based on data for 2021, Limo District has complete basic immunization coverage of 78.5%. Various factors contribute to mothers carrying out basic immunization for their babies. This study aims to determine the factors related to maternal behaviour in completing the basic immunization of infants in Limo District, Depok City using the theory of the Health Belief Model (HBM). This study used a cross-sectional design with a quota sampling technique. Data were obtained by conducting interviews with 212 mothers with children aged 13-24 months in Limo District, Depok City using a questionnaire and then analyzed with multiple regression logistic. The results showed that 74,5% of mothers gave complete basic immunization to their babies, and the perceived barriers was the factor most related to the mother's behavior. Mothers who did not have perceived barriers had the opportunity to carry out complete basic immunization 3.5 times compared to mothers who had barriers in immunizing their children after being controlled by perceived severity (p-value=0.048, OR=3,496, 95% CI=1,010-12,104)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>