Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200572 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irma Nursyarifah
"ABSTRAK
Berat lahir bayi digunakan sebagai salah satu indikator untuk memprediksi pertumbuhan dan ketahanan hidup bayi disamping status gizi dan kesehatan bayi. Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) adalah berat lahir kurang dari 2500 gram dengan mengabaikan usia kehamilan. Berbagai penelitian membuktikan terdapat banyak faktor yang mempengaruhi berat lahir, khususnya status gizi ibu. Tujuan dari penelitian yang dilakukan secara potong lintang ini adalah untuk mengetahui apakah Lingkar lengan Atas (LILA) merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan berat lahir pada ibu hamil usia remaja dengan menggunakan indikator status gizi lain (Berat Badan sebelum Hamil, Pertambahan Berat Badan selama Hamil, Tinggi Badan), gynecological age, frekuensi antenatal care, tingkat pendidikan dan asupan gizi sebagai prediktor. Penelitian dilakukan pada 94 ibu hamil usia remaja dengan rata-rata usia 18,01±1,12 tahun. Berat lahir, status gizi, frekuensi antenatal care, tingkat pendidikan diperoleh dari rekam medis (kohort Ibu dan buku kunjungan KIA), gynecological age diketahui melalui pengisian kuesioner, dan asupan gizi dihitung dengan menggunakan metode Food Frequency Questionaire (FFQ). Terdapat hubungan yang bermakna antara LILA, Berat Badan sebelum Hamil dan gynecological age dengan berat lahir bayi. Hasil uji statistik menyatakan bahwa LILA merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan berat lahir setelah dikontrol variabel Berat Badan sebelum Hamil, Pertambahan Berat Badan selama Hamil, gynecological age, frekuensi antenatal care, asupan energi total dan asupan zat besi. Untuk meningkatkan outcome kehamilan pada remaja, Puskesmas, Sekolah, BKKBN, LSM direkomendasikan untuk mengimplementasikan program peer group yang kegiatannya melibatkan keluarga dan berfokus pada pengendalian dan dukungan pada ibu hamil remaja, peningkatan status gizi, dan promosi asupan yang bergizi seimbang.

ABSTRACT
Baby birth weight was used as one of indicator for predicting baby?s growth and life?s survival beside of baby?s nutrient and health status. Low birth weight baby means a baby who have birth weight less than 2500 gram by ignoring pregnancy age. Some researchs proved that many factors affecting birth weight, mother?s nutrient status in particular. This study aim to understand whether upper arm circumference is the dominant factor which related with baby?s birth weight of teenage pregnant mother by using other nutrient status indicator (body weight before pregnancy, weight increase during pregnancy, body height), gynecological age, antenatal care frequency, education level and nutrients intake as predictor. Study design is cross sectional with 94 teenage pregnant mother. The mean of age was 18,01±1,12 years. Birth weight, nutrient status, antenatal care frequency and education level was recognized by fill in questionnaire while nutrients intakes was calculated by Food Frequency Questionaire (FFQ) method. There was a significant relationship between upper arm circumference, body weight before pregnancy and gynecological age with baby birth weight. Statistical Test showed that upper arm circumference is dominant factor which have a correlation with baby birth weight after controlled by body weight before pregnancy, weight increase during pregnancy, gynecological age, antenatal care frequency, total energy intake and Iron intake variables. To improve teenage pregnancy outcome, Primary Health Center, Schools, Family Planning Coordination Board and Non- Goverment Organization were recommended to implement peer group program which some activities involving family member and focus on controlling and supporting teenage pregnancy mothers, nutrient status improvement and promoting balance nutrients intakes.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T35362
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusharisupeni Djokosujono
"Pertumbuhan optimal merupakan hak dasar manusia (Rohde, 1988); pertumbuhan tidak saja memantau status gizi dan penyakit infeksi, tetapi juga kualitas lingkungan, peluang-peluang ekonomi, distnbusi pendapatan, dan keseluruhan pendidikan dalam masyarakat (Rohde dan Lucas, 1988).
Menurut Villar et al (1988), pertumbuhan bayi berhubungan dengan karakteristik fisik saat lahir, yang tergantung pada berat lahir dan masa kehamilan. Neonatus cukup bulan dengan berat badan kurang masa kehamilan mempunyai lebih banyak masalah di kemudian hari jika dibandingkan dengan neonatus cukup bulan dengan berat badan sesuai dengan masa kehamilan (Davied, et al 1988). Kelompok neonatus cukup bulan dengan berat badan kurang masa kehamilan ini lambat dalam pertumbuhannya dengan insiden kecacatan mental meningkat dan mempunyai masalah dalam sikap (Villar et al. 1984; Davied et al, 1988; Suse, Reily, dan Walde, 1994).
Pada kenyataannya beberapa karakteristik saat lahir sangat penting, yaitu:
1. Bayi lahir dengan masa kehamilan 37 minggu atau lebih, dengan berat lahir sama atau lebih dari 2500 gram (kelompok lahir normal= neonatus cukup bulan dengan berat lahir sesuai dengan masa kehamilan)
2. Bayi lahir dengan masa kehamilan < 37 minggu atau > 37 minggu dengan berat lahir < 2500 gram (kelompok bayi berat lahir rendah). Kelompok bayi ini terdiri atas tiga kelompok dengan karakteristik lahir yang berbeda.
2,1 Bayi lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat lahir kurang dari 2500 gram (kelompok lahir prematur = neonates kurang bulan).
2.2 Bayi lahir dengan masa kehamilan 37 minggu atau lebih dengan berat lahir kurang dari 2500 gram dan indeks ponderal cukup (=kelompok IUGR API / simetris).
2.3 Bayi lahir dengan masa kehamilan. 37 minggu atau lebih dengan berat lahir kurang dari 2500 gram dan indeks ponderal rendah (=kelompok IUGR LPI / asimetris)
Holmes et al (1977), Georgief (1986), Lockwood dan Weiner (1986) merekomendasikan penggunaan indeks ponderal dari Rohrer untuk mengklasifikasikan bayi IUGR ke dalam IUGR API dan IUGR LPI yang di sebut di atas.
Perbedaan pola pertumbuhan antara IUGR-API dan IUGR LPI terletak pada minggu keberapa dalam kandungan janin tersebut mengalami hal-hal yang berdampak buruk terhadap pertumbuhannya (misalnya akibat ibu merokok, ibu mengalami defisiensi gizi, dan infeksi). Jika janin mengalami hal yang berdampak buruk terhadap pertumbuhannya sejak trimester pertama umur kandungan dan masih tetap bertahan hingga kelahiran, panjang ataupun berat tubuh bayi saat lahir akan lebih pendek dan ringan dari pada bayi genap bulan normal. Bayi itu tergolong ke dalam bayi yang mengalami retardasi pertumbuhan dalam uterus yang kronis atau simetrik. Apabila hal-hal yang berdampak buruk tersebut terjadi pada trimester ke-3 (umur kandungan 27-30 minggu) dan tetap bertahan hingga kelahiran, berat badan bayi akan lebih terpengaruh daripada panjang badan. Bayi itu termasuk ke dalam golongan bayi yang mengalami retardasi pertumbuhan dalam uterus yang akut atau asimetrik. Apabila hal di atas terjadi pada umur kandungan sekitar 35-36 minggu, dan kecepatan pertumbuhan janin telah melambat, cadangan lemak janin akan terpakai dan pada saat lahir hanya berat badan yang akan terpengaruh. (Villar dan Beffizan, 1982)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1999
D180
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggraeni Indah Kusumaningrum
"Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu penyebab kematian bayi terbanyak di Indonesia (24%). Di Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah kejadiannya dalam 5 tahun terakhir terjadi peningkatan. Di wilayah kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung sebagai tempat penelitian terjadi peningkatan cukup tajam dalam 2 tahun terakhir.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktor ibu dengan kejadian BBLR. Menggunakan desain penelitian cross sectional dengan sampel total populasi yaitu semua ibu yang mempunyai bayi berusia 0-6 bulan yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Gemawang berjumlah 263, diteliti selama bulan Maret 2012. Analisis hubungan menggunakan uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95%.
Hasil menunjukkan adanya hubungan signifikan antara usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, status gizi ibu dan paparan asap rokok. Kejadian BBLR diperoleh sebesar 8,4% merupakan masalah yang sangat besar dan harus ditangani. Upaya untuk menurunkan dengan melibatkan seluruh pihak baik pemerintah maupun masyarakat dan meningkatkan penyuluhan.

Low Birth Weight Baby (LBW) is one of the biggest causes of infant death in Indonesia (24%). In Temanggung Regency Central Java Province, the incidence of LBW has been increasing in last 5 years. In the working area of community health center of Gemawang, where this research take place this incidence has been increasing severely in last 2 years.
The purpose of this research is to determine the relations between mother factors and the incidence of low birth weight babies (LBW). Using a cross sectional research design with a sample of the total population which is all mothers who have babies aged 0-6 months lived in the working area of community health center of Gemawang amounts to 263 were researched during the month of March 2012. Analysis of the relation using the chi square test with 95% confidence interval.
The results showed a significant relations among age, educational level, employment status, maternal nutritional status and affected by cigarette’s smoke. The incidence of LBW in this research were obtained at 8,4% is a very big problem and should be handled. Efforts to reduce by involving all parties, both government and society and improve the communication, information and education.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jenni Pratita
"Hipotensi merupakan komplikasi yang sering terjadi pada pasien yang menjalani bedah sesar dengan anestesi spinal. Kejadian hipotensi dapat membahayakan baik ibu maupun janin. Penelitian yang telah dilakukan di luar negeri menunjukan angka kejadiannya mencapai 70-80% tanpa penggunaan profilaksis farmakologis, namun di Indonesia penelitian tentang subjek ini masih sangat minim, termasuk tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipotensi tersebut.
Untuk itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik sosio demografik dan klinik pasien yang menjalani bedah sesar dengan anestesi spinal di RSUPN Ciptomangunkusumo (status hipotensi, jenis cairan yang diberikan, usia, penyakit penyerta, lokasi penyuntikan, dosis cairan anestesi, dan tinggi badan) serta hubungan status hipotensi dengan berat badan lahir bayi.
Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan 107 subjek yang didapatkan melalui pemenuhan kriteria penelitian serta metode consecutive sampling. Subjek penelitian merupakan pasien yang menjalani bedah sesar emergensi di Instalasi Gawat Darurat RSUPN Ciptomangunkusumo. Pengertian hipotensi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penurunan tekanan darah sistolik dibawah 80% tekanan darah awal yang diukur sebelum operasi dilakukan. Penelitian menggunakan data sekunder.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hipotensi ditemukan pada 24,3% subjek. Dari segi karakteristik lainnya, mayoritas subjek tidak memiliki faktor risiko hipotensi berdasarkan penelitian terdahulu kecuali dari segi jenis cairan yang diberikan. Tidak ditemukan hubungan yang bermakna secara statistik antara berat badan lahir bayi dengan status hipotensi, namun ratarata berat badan lahir bayi dari subjek pada kelompok hipotensi lebih besar daripada kelompok non-hipotensi.

Hypotension is a common complication in patients undergoing caesar surgery with spinal anesthesia. Hypotension could endanger both the mother and the fetus. Studies done abroad show that the event rate of hypotension could reach 70-80% without pharmacologic profilaxis, but in Indonesia the number of studies on this subject is very limited, including about factors correlated with the event of hypotension.
Therefore, this study is done to find out the sociodemographic and clinical characteristics of patients undergoing emergency Caesar surgery with spinal anesthesia in RSUPN Ciptomangunkusumo (type of fluid given, age, concurring illness, injection site, dosage of anesthetic solution, height, and hypotension status) and the correlation between hypotension status and the babies? birth weight.
This study is a cross sectional study with 107 subjects acquired through criterias of the study and consecutive sampling. Subjects are patients undergoing emergency Caesar surgery in emergency installation of RSUPN Ciptomangunkusumo. The definition of hypotension used in this study is a decrease of systolic pressure under 80% baseline pressure measured before the surgery. Secondary data is used in this study.
The study shows that hypotension was found in 24.3% subject. Based on other characteristics, majority of the subjects don?t have risk factors for hypotension, except about the type of the fluid given. No statistically significant correlation is found between the babies? birth weight and the hypotension status, but the mean birth weight of babies from the hypotension group is higher than non-hypotension group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Aliyah Muthi
"Kejadian BBLR di Kab. Kuningan cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2016-2018. RSUD 45 Kab. Kuningan merupakan Rumah Sakit rujukan dan memiliki kejadian BBLR cukup tinggi, menduduki peringkat ke 2 dari 10 besar penyakit pada tahun 2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR dan mengetahui hubungan faktor ibu, faktor obstetrik, faktor janin dan faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian BBLR. Jenis penelitian adalah kuantitatif menggunakan desain case control. Penelitian dilakukan dengan melihat data sekunder berupa rekam medis pasien. Jumlah sampel sebanyak 192 dengan perbandingan 1:1, sehingga total sampel sebanyak 384. Analisis data menggunakan analisis univariat, analisis bivariat dengan uji statistic Chi Square dan analisis multivariat menggunakan Regresi Logistik Ganda. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara jarak persalinan, usia kehamilan, komplikasi kehamilan dan bayi kembar dengan kejadian BBLR dan tidak ada hubungan antara penyakit kronis, paritas dan jenis kelamin dengan kejadian BBLR.

Low Birth Weight incidence in Kuningan Regency tends to increase from 2016-2018. Regional General Hospital 45 Kuningan District is a referral hospital and has a high incidence of LBW, ranked 2nd out of the top 10 diseases in 2017. This study aims to describe the factors related to LBW incidence and find out the relationship between maternal factors, obstetric factors, fetal factors and dominant factors associated with LBW incidence. This type of research is quantitative using a case control research design. The study was conducted by looking at secondary data in the form of patient medical records. The number of samples is 192 with a ratio of 1:1, so the total sample is 384. Analysis of the data using univariate analysis, bivariate analysis with Chi Square statistical tests and multivariate analysis using Multiple Logistic Regression. The results showed that there was a correlation between labor distance, gestational age, pregnancy complications and twins with the incidence of LBW and there was no relationship between chronic disease, parity and sex with LBW incidence."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabriani Lutfiana Putri
"Bayi berat badan lahir rendah (<2500 gram) merupakan salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia yang belum dapat terselesaikan. Bayi BBLR merupakan bayi yang tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup di masa kandungan baik karena lahir prematur atau IUGR (Intra Uterine Growth Retardation). Bayi BBLR rentan dengan mortalitas dan morbiditas. Bayi BBLR mudah terkena penyakit infeksi dalam masa pertumbuhannya sehingga menghambat tumbuh kembang anak serta dapat menyebabkan penyakit degeneratif di usia dewasa. pada Berbagai penelitain menunjukkan terdapat banyak faktor yang mempengaruhi bayi BBLR.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara preeklampsia/eklampsia, kadar Hb pada trimester ke-3, jarak kelahiran anak, paritas dan beberapa faktor lain yaitu usia ibu, aktivitas fisik, tingkat pendidikan ibu dan pemeriksaan antenatal. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain case control menggunakan data rekam medis ibu yang melahirkan di rekam medis RSIA Budi Kemuliaan Jakarta pada tahun 2012 dengan besar sampel 300 responden. Analisis bivariat yang digunakan adalah uji chi square. Sementara itu analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda.
Hasil uji chi square menunjukkan hubungan yang bermakna antara preeklampsia/eklampsia, jarak kelahiran anak dan pemeriksaan antenatal dengan bayi berat badan lahir rendah. Setelah dikontrol oleh berbagai variabel, hasil uji regresi logistik ganda menyatakan bahwa preeklampsia/eklampsia dan pemeriksaan antenatal bayi berat badan lahi rendah merupakan faktor yang mempengaruhi bayi berat badan lahir rendah. Pemeriksaan antenatal merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap bayi berat badan lahir rendah (OR=3,412). Oleh karena itu pentingnya pemeriksaan antenatal bagi ibu hamil perlu disosialisasikan dengan baik agar ibu memeriksakan kehamilannya secara rutin agar ibu dan bayi sehat dan selamat.

Low birt weight infants (<2500 gram) is one of the health problems in Indonesia which can't be resolved. LBW babies are babies who do net get adequate nutrition in the womb either because of prematurebirth or IUGR (Intra Uterine Growth Retardation). LBW infants are vulnerable to mortality and motbidity. LBW infants suspevtible to infectios disease in infancy thus inhibiting their growth and can lead to degenerative disease in adulthood. Various studies determined there are many factors that effect low birth weight infants.
The objective of this studies is to determine the relationship preeclampsia/eclampsia, maternal hemoglobin level in 3rd trimester, children spacing, parity, maternal age, maternal activity, maternal education and antenatal care. This is quantitative researched by design cross sectional and using using secondary data from medical record Budi kemuliaan Hospital Jakarta in 2012 involved 300 respondents. Data analysis using chi square and multivariate analysis using multiple logistic regression.
Result of chi squre test show there is significant relationship between preeclampsia/eclampsia, children spacing and antenatal care to low birth weight infants. After controlled by many variables, multiple logistic regression testresult that preeklampsia/eklampsia and antenatal care are factors that effecting low birth weight infants. Antenatal care is the major factor that effecting low birth weight infants (OR=3,412). Because of the antenatal care for pregnant women is so importance, it’s need to be well socialized, so that mothers and babies healthy and safe.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47351
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahraeni
"Kejadian BBLR merupakan penyebab terbanyak kematian perinatal dan neonatal terutama dinegara berkembang. Di Indonesia khususnya di RS Benyamin GuluhKabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara. Penelitian ini melihat pengaruh paritas dan faktor-faktor lain terhadap kejadian BBLR, melalui pendekatan kuantitatif dengan disain case control. Sampel terdiri dari 88 kasus BBLR dan 352 kontrol pada tahun 2011-2012. Data dianalisis menggunakan uji Chi Square dan analisis regresi logistik ganda.
Hasil yang terbukti signifikan berpengaruh secara statistik adalah jarak kelahiran, usia, pre-eklampsia, dan jenis kelamin. Faktor paling berpengaruh terhadap kejadian BBLR adalah jarak kelahiran (OR=3,5). Disarankan peningkatan pelayanan konseling KB, menunda kehamilan sebelum berusia 20 tahun dengan tidak menikah muda, menjarangkan kehamilan dan Metode Amenorea Laktasi.

Low Birth Weight is cause of death number one for perinatal and neonatal mortality, especially for developing countries. Indonesia such as Benjamin Guluh Kolaka Hospital Southeast Sulawesi. This study discusses the influence of parity and other factors on the incidence of low birth weight, through a longitudinal study casecontrol design. Sample were 88 LBW cases and 352 controls in 2011-2012. Data were analyzed through Chi Squared test and multiple logistic regression analyses.
The result were proved to have statistically significant effects on birth spacing, age, pre-eclampsia and gender. The most influential factor on the incidence of LBW was birth spacing (OR=3,5). It was suggested to have a family planning counseling, delayed pregnancy before age 20 years by not being married in toung age, pregnancy spacing and family planning programs Lactation Amenorrhoea Method.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52954
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Florencia Grifit Joiner Da Costa Hornay
"Stunting merupakan salah satu masalah kekurangan gizi kronis yang terjadi terutama pada 1000 hari pertama kehidupan. Anemia kekurangan zat besi pada ibu saat hamil dapat berisiko terhadap pertumbuhan janin dan dapat berdampak pada berat badan dan panjang badan anak saat lahir. Anak dengan kekurangan gizi kronis lebih rentan menderita infeksi, berisiko mengalami penyakit degeneratif di masa dewasa serta penurunan kapasitas belajar dan prestasi kerja.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan riwayat anemia ibu saat kehamilan trimester III dan bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan kejadian stunting pada anak usia 12-23 bulan di kota Dili.
Metode penelitian dengan desain case control yang dilakukan di lima puskesmas yang berada di kota Dili. Sampel pada penelitian ini berjumlah 180 anak berusia 12-23 bulan dengan 90 balita kasus dan 90 balita kontrol yang dipilih secara acak. Data yang diambil yaitu data anak dan data ibu.
Data anak berupa usia, jenis kelamin, berat badan saat lahir, panjang badan saat lahir, riwayat ASI, asupan energi dan asupan protein, status infeksi berupa diare dan infeksi saluran pernafasan akut. Data ibu berupa usia ibu saat hamil, jarak kehamilan, jumlah kelahiran anak, tinggi badan ibu, status gizi ibu saat hamil, asupan tablet tambah darah saat hamil dan status anemia saat hamil trimester III yang didapatkan dari buku kesehatan ibu dan anak (KIA). Terdapat hubungan yang signifikan antara anemia pada trimester ketiga kehamilan (p<0,001, OR 7,18) dan riwayat BBLR (p<0,001, OR 5,39) terhadap kejadian stunting. Setelah dilakukan analisis multivariat dengan mengontrol variabel karakteristik yang berpotensi menjadi perancu, yaitu panjang badan lahir anak, LILA ibu saat hamil, asupan protein anak, riwayat infeksi anak, dan pendidikan ibu, jenis kelamin anak kedua hubungan tersebut menjadi tidak signifikan (p=0,05).
Hal ini menunjukkan bahwa anak dari ibu dengan riwayat anemia pada trimester ketiga kehamilan memiliki risiko 7,18 kali lebih tinggi untuk menjadi stunting dan anak dengan riwayat BBLR memiliki risiko 5,39 lebih tinggi untuk menjadi stunting, namun terdapat faktor lain yang lebih berpengaruh dalam populasi ini. Meningkatkan promosi kesehatan dan intervensi yang menargetkan wanita dan anak-anak dari prakonsepsi hingga kelahiran sangat dianjurkan untuk mengurangi kasus stunting di Dili.

Background: Stunting is a chronic malnutrition problem that primarily occurs during the first 1000 days of life. Iron deficiency anemia during pregnancy can pose risks to fetal growth and may impact the weight and length of the child at birth. Children with chronic malnutrition are more susceptible to infections and are at risk of developing degenerative diseases in adulthood, as well as experiencing reduced learning capacity and work performance.
Objectives: to determine the relationship between a history of anemia during the third trimester of pregnancy and low birth weight with the incidence of stunting in children aged 12-23 months in Dili city.
Methods: this study is a case-control design conducted in five health centers in Dili city. The sample consists of 180 children aged 12-23 months, with 90 stunted cases and 90 controls selected randomly. Data collected includes child-related and maternal data. Data analysis includes univariate, bivariate, and multivariate analysis.
Results : Anemia during the third trimester (P<0.001, OR 7.18) and LBW (P<0.001,OR 5.39) were significantly associated with an increased risk of stunting. After controlling for confounding factors through multivariate analysis, those relationship became non- significant (p>0.05).
Conclusion: Children of mothers who experience anemia in the third trimester of pregnancy are 7.18 times more likely to be stunted at the age of 12-23 months. Children with a history of LBW are 5.39 times more likely to be stunted at the age of 12-23 months. Other factors likely play a more influential role in the incidence of stunting within this population. Improving the quality of women and children health promotion from pre- conception to childbirth is highly recommended to reduce stunting cases in Dili.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nindy Audia Nadira
"Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan salah satu metode perawatan terhadap bayi BBLR yang mulai dikembangkan di Indonesia sejak tahun 90-an. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan PMK, serta untuk mengidentifikasi hal-hal yang mendorong dan menghambat pelaksanaan PMK di rumah oleh Ibu pasca perawatan di RSUD Kota Depok tahun 2019. Penelitian ini merupakan studi kualitatif dengan desain studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen pada bulan Mei-Juni 2019 terhadap 4 orang Informan Ibu yang melakukan PMK di rumah dan 18 informan kunci.
Berdasarkan hasil penelitian, belum keseluruhan Ibu melaksanakan PMK sesuai dengan kategori komponen PMK. Keberhasilan dan kegagalan pelaksanan PMK dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, usia, paritas, status pekerjaan, dan dukungan yang diterima Ibu yang melakukan PMK, serta kontrol ulang ke fasilitas pelayanan kesehatan. Disarankan kepada RSUD Kota Depok untuk melakukan edukasi PMK yang tepat sasaran. Selanjutnya, perlu dimaksimalkan peran Kader Kesehatan dan kelompok pendukung dalam pengawasan pelaksanaan PMK di rumah yang berkelanjutan, serta advokasi terkait kebijakan PMK di tingkat kota Depok.

Kangaroo Mother Care (KMC) is one of the method used in Low Birth Weight (LBW) babies that has been developed in Indonesia since the 90s. The purpose of this study is to know about the implementation of KMC, and to identify things that stimulate and detain the implementation of KMC at home post-treatment in Depok Regional Public Hospital in 2019. This study used a qualitative method with a case study design. The data collected through in-depth interviews, observations, and document analysis in May-June 2019 to 4 mother informants who implement KMC at home and 18 key informants.
Based on the results of the study, not all mothers have implemented KMC accordingly to the component category of KMC. The success and failure of KMC implementation is influenced by the level of education, age, parity, employment status, and support received by mothers who carry out KMC, as well as re-control of health care facilities. It is recommended to Depok Regional Public Hospital to conduct an on- target KMC education. Furthermore, it is necessary to maximize the role of Health Cadres and support group in order to monitor the implementation of KMC at home, as well as advocacy related to KMC policy in Depok.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52993
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maisan Zahra
"Latar belakang: Bayi BBLR berisiko lebih tinggi mengalami kematian dan memiliki masalah kesehatan selama periode tumbuh kembangnya, seperti stunting. Tren prevalensi BBLR menunjukkan adanya penurunan, tetapi penurunan rata-rata tahunan prevalensi BBLR di Indonesia baru mencapai 0,73% dan belum memenuhi target global dari WHO. Nusa Tenggara Timur menjadi provinsi yang konsisten mengalami peningkatan persentase anak lahir hidup dengan BBLR sejak tahun 2021. Angka kematian bayi di Nusa Tenggara Timur (25,67 per 1.000 KH) juga masih lebih tinggi dibandingkan rerata nasional pada tahun 2020. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan kejadian bayi BBLR di Nusa Tenggara Timur dengan menekankan pada faktor sosiodemografi ibu dan lingkungan rumah tangga.
Metode: Penelitian ini menggunakan data Susenas tahun 2023 dengan total sampel penelitian sebanyak 1.599 bayi. Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang. Data akan dianalisis secara univariat, bivariat dengan uji chi-square, dan multivariat dengan uji regresi logistik berganda.
Hasil: Berdasarkan analisis multivariat, faktor yang berhubungan dengan kejadian bayi BBLR di Nusa Tenggara Timur adalah usia ibu, status pekerjaan ibu, status pernikahan, tempat persalinan, kepemilikan asuransi, tempat tinggal, dan ketahanan pangan rumah tangga. Adapun faktor yang paling dominan adalah status pernikahan (p-value = 0,001; AOR = 1,476; 95% CI = 1,369 – 1,592).
Kesimpulan: Kelompok ibu yang berstatus tidak menikah perlu menjadi salah satu perhatian utama dalam upaya penurunan prevalensi BBLR di Nusa Tenggara Timur.

Background: LBW infants are at higher risk of death and health problems during their developmental period, such as stunting. The trend of LBW prevalence shows a decrease, but the annual average decrease in LBW prevalence in Indonesia has only reached 0.73% and has not met the global target set by WHO. East Nusa Tenggara is a province that has consistently experienced an increase in the percentage of children born alive with LBW since 2021. The infant mortality rate in East Nusa Tenggara (25.67 per 1,000 KH) is also still higher than the national average in 2020. This study aims to identify the determinants of the incidence of LBW infants in East Nusa Tenggara by highlighting maternal sociodemographic and the household environment factors.
Methods: This study used secondary data (Susenas 2023) with a total study sample of 1,599 infants. Data will be analyzed univariate, bivariate with chi-square test, and multivariate with multiple logistic regression test.
Results: Based on multivariate analysis, factors associated with the incidence of LBW babies in East Nusa Tenggara are maternal age, maternal employment status, marital status, place of childbirth, insurance ownership, place of residence, and household food security. The most dominant factor was marital status (p-value = 0.001; AOR = 1.476; 95% CI = 1.369 - 1.592).
Conclusion: The group of unmarried mothers needs to be one of the main concerns in efforts to reduce the prevalence of LBW in East Nusa Tenggara.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>