Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179575 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rifma Ghulam Dzaljad
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan pada penderita gangguan jiwa yang secara sosial terisolasi dan tidak dapat menjalankan peran sosialnya di masyarakat. Asumsi yang dipakai dalam penelitian ini melihat gangguan jiwa bukan sebagai problem psikologis dan medis individu. Kegilaan atau gangguan jiwa merupakan akibat situasi yang dilukiskan Michel Foucault (1988) sebagai ketegangan antara disiplin kuasa governmenfalify masyarakat terhadap individu penderita gangguan jiwa (the dangerous individual). Kondisi yang dilegalkan lewat pendirian Rumah Sakit Jiwa (focal institutions) menurut Goffman (196 I). Penelitian ini menekankan pada tiga masalah pokok, yaitu: Pertama, bagaimana aktifitas keseharian di Rumah Sakit Jiwa Dr. Marzoeki Mahdi Bogor. Kedua, bagaimana masyarakat memaknai pasien Rumah Sakit Jiwa. Dan ketiga, bagaimana masyarakat memandang institusi Rumah Sakit Jiwa dan berlakunya kontroI sosial di dalam masyarakat.
Studi ini menggunakan metode kualitatif dengan studi kasus pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Dr. Marzoeki Mardi Bogor. Informasi diperoleh dari 16 informan. Mereka terdiri dari 2 orang dokter, 2 orang kepala seksi keperawatan dart rehabilitasi RS, 2 orang perawat dan kepala ruangan, 4 orang pasien, 2 pegawai RS; seorang pihak keluarga pasien, seorang warga desa, seorang tokoh masyarakat, dan seorang pejabat di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan. Observasi dan wawancara mendalam dilakukan intensif sebagai langkah dalam pengumpulan data.
Studi ini didasarkan pada tesis, bahwa perawatan kedokteran jiwa telah melahirkan adanya label sakit dan status pasien di masyarakat. Akibatnya terjadi proses stigmatisasi dan kontrol sosial terhadap pasien gangguan jiwa di masyarakat. Stigmatisasi bukan hanya terjadi pada pasien, melainkan juga lewat stereotip terhadap Rumah Sakit Jiwa. Lebih dari itu, kontrol tidak hanya terjadi terbatas di Rumah Sakit Jiwa, tetapi telah tersebar luas di masyarakat.
Hasil studi di lapangan menunjukkan, bahwa Rumah Sakit Dr. Marzoeki Mahdi Bogor telah lama menjalankan praktek perawatan kesehatan jiwa kedokteran Barat. Arsitektur Rumah Sakit tetap merepresentasikan bangunan lama yang didesain bersifat tertutup dan berjarak antara satu bangsal dengan bangsal lain, serta dipagar besi sekelilingnya untuk bangsal khusus. Akibatnya Rumah Sakit Jiwa memiliki reputasi buruk di masyarakat. Stereotip sebagai tempat pembuangan, pengumpul, dan. kurungan bagi pasien gangguan jiwa melekat padanya. Sementara itu kondisi pasien jiwa rata-rata acak-acakan, lusuh dan kurang terurus baik. Pasien cenderung menutup dan relatif hanya berinteraksi dalam aktifitas terapi semata. Pasien kebanyakan diidentifikasi memiliki gangguan jiwa akut, kronis, membahayakan lingkungan, dan membutuhkan perawatan intensif jangka panjang kedokteran jiwa. Akibatnya label sakit dan status pasien berpengaruh kuat dalam stigmatisasi di masyarakat.
Di Rumah Sakit Jiwa Bogor, para pasien menjalani aktifitas keseharian dari makan, minum dan injeksi obat, mandi, tidur, dan aktifitas terapi dijalankan secara teratur, terjadwal, dan berada dalam pengawasan perawat selama 24 jam. Relasi dokter dengan pasien menunjukkan relasi yang dominatif, menindas, dan menjadikan pasien sebagai obyek pengobatan. Pasien menjadi individu yang lemah, tidak berdaya, dan menjadi tanggungan individu lain. Praktek perawatan gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa memperlihatkan, bahwa para pasien yang telah masuk akan sukar keluar kembali ke masyarakat. Mereka akan menjadi pasien tetap, yang keluar-masuk Rumah Sakit untuk jangka waktu yang lama. Data menunjukkan, bahwa hampir separuh dari jumlah pasien di beberapa bangsal merupakan pasien lama. Mereka kebanyakan menderita Schizophrenia Paranoid dan Psikotik Reaktif 'Singkat yang sulit, dan belum bisa disembuhkan.
Kondisi ini memperlihatkan, bahwa kontrol sosial terhadap pasien tidak lagi terbatas di Rumah Sakit Jiwa. Pengawasan dalam skala yang lebih luas telah tersebar ke seluruh sektor masyarakat. Praktek penanganan pasien tidak lagi terbatas dilakukan aparat kesehatan, melainkan telah dilakukan oleh semua komunitas dan institusi pemerintah yang ada di masyarakat, mulai dari pihak keluarga, RT, RW, Kepolisian, Dinas Sosial, Dinas Ketertiban, maupun institusi sosial yang lain. Praktek kontrol sosial ini tidak hanya menghasilkan reproduksi kegilaan dalam dunia medis kedokteran, melainkan telah melahirkan kuasa governmentality bersemayam di dalam kesadaran bersama masyarakat. Suatu kesadaran yang membentuk societal regulation di masyarakat, yaitu suatu kontrol sosial yang termanifestasi ke dalam diri masyarakat sebagai tubuh yang patch, sehat, berguna, dan produktif."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13932
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Merry Juliana
"Penyakit HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit menular dan berbahaya. Jumlah penderita HIV/AIDS setiap tahun bertambah. Kurangnya kesadaran pelaksanaan standar pencegahan umum menyebabkan resiko penularan HIV/AIDS pada perawat. Perawat masih ada yang menunjukkan sikap diskriminasi terhadap pasien HIV/AIDS. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap perawat terhadap pasien HIV/AIDS.
Metodologi penelitian ini adalah deskriptif sederhana, menggunakan teknik proporsional sampling terhadap 106 responden. Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner yang telah melewati tahap uji validitas dan reliabilitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 66% responden memiliki pengetahuan sedang; 30,2% tinggi dan 3,8% rendah. Sementara hasil sikap perawat terhadap HIV/AIDS 52,8 % responden menunjukkan sikap kurang baik dan 47,2% bersikap baik.

HIV/AIDS is one of contagious and dangerous diseases nowdays. The number of people with HIV/AIDS has increased every year. Lack of awareness of the implamentation of standard precaution lead to the risk of transmission of HIV/AIDS on nurses. Patient with HIV/AIDS were still receiving discrimination from health worker. The purpose of this study was to describe the knowledge and attitude of nurses towards patients with HIV/AIDS.
The methodology of this study is descriptive, by using proportional sampling on 106 respondents. The instument of this study used questionnaires that has passed validity and reliability test.
The results showed that 66% of respondents had moderete knowledge; 30, 2% had high and 3.8 % had low. Where the result of nurses attitude toward patient with HIV/AIDS showed 52,8% respondent had unfavorable attitude and 47,2% respondent showed favorable attitude.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43437
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jumaini
"Isolasi sosial sebagai salah satu gejala negatif skizofrenia merupakan kegagalan individu untuk menjalin interaksi dengan orang lain akibat dari pikiran-pikiran negatif serta pengalaman yang tidak menyenangkan sebagai ancaman terhadap individu. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh terapi CBSST terhadap kemampuan bersosialisasi klien isolasi sosial di BLU RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Desain penelitian quasi experimental pre-post test with control group. Sampel berjumlah 60 orang yang meliputi 29 orang kelompok intervensi dan 31 orang kelompok kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan kemampuan kognitif dalam menilai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan serta kemampuan psikomotor dalam bersosialisasi meningkat secara bermakna setelah dilakukan terapi CBSST (p value<0.05). Peningkatan kemampuan bersosialisasi lebih tinggi secara bermakna pada kelompok yang mendapat CBSST dibandingkan kelompok yang tidak mendapatkan CBSST (p value<0.05). CBSST direkomendasikan diterapkan sebagai terapi keperawatan dalam merawat klien dengan isolasi sosial.

Social isolation as one of the negative symptoms of schizophrenia is the failure of individuals to establish interaction with others resulting from negative thoughts and unpleasant experiences as a threat to the individual. The purpose of this study was to determine the effects of CBSST therapy on socialization ability the client with social isolation in the Marzoeki Mahdi hospital, Bogor. The research design was quasi-experimental pre-post test with control group. The sample of this research are clients of social isolation with amount of 60 respondents including 29 respondents in the intervention group and 31 respondents in the control group.
The results showed that the cognitive ability to judge ourselves, others and the environment and psychomotor ability in socialization increased significantly after CBSST therapy (p value < 0.05). This research showed significant comparation of socialization ability in socialization between group with CBSST therapy and neither (p value < 0,05). CBSST therapy recommended as nursing therapy used to treat client with social isolation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erie Dharma Irawan
"Tesis ini membahas tentang kebijakan layanan kesehatan umum di Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dianalisis memakai analisis isi (content analysis). Hasil penelitian menyarankan agar dalam pelayanan rumah sakit jiwa dikembangkan layanan Consultation Liaison Psychiatry (CLP) sebagai center of excellent yang menunjukkan layanan kesehatan jiwa dan umum yang komprehensif dan terintegrasi.

This thesis discusses about general health care policy (non psychiatri) at dr. H. Marzoeki Mahdi Mental Hospital Bogor. This is a qualitative study were analyzed using content analysis (content analysis). The results of study suggest that develoving of psychiatri care in dr. H. Marzoeki Mahdi Mental Hospital should be focussed to developed Consultation Liaison Psychiatry (CLP) program as a centers of excellence. to realize a comprehensive and integrated service.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35469
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tinambunan, Iriawan Rembak
"[ABSTRAK
Gangguan bipolar dikenal memiliki kaitan dengan berbagai komorbiditas
klinis yang memengaruhi pekerjaan, kehidupan berkeluarga, dan fungsi
interpersonal. Duapertiga pasien dengan gangguan bipolar memiliki komorbid
yang akan memperburuk luaran gangguan bipolar dan dapat menganggu
penatalaksanaan terhadap penyakitnya. Belum ada penelitian yang
menggambarkan frekuensi komorbiditas fisik yang terjadi pada penderita bipolar
di Indonesia. Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi sebagai rumah sakit jiwa tertua
di Indonesia juga belum memiliki data mengenai jenis dan frekuensi komorbid
fisik, mengingat bahwa rumah sakit ini juga menangani rawat inap umum di
samping rawat inap psikiatri
Metode:
Penelitian menggunakan rancangan potong lintang pada 100 orang dengan
Gangguan Bipolar di Poliklinik Jiwa Dewasa dan Bangsal Psikiatri R.S. Dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor. Penelitian ini menggunakan instrument Structured
Clinical Interview For the DSM-IV Axis I Disorders untuk menentukan Gangguan
Bipolar, dan kriteria diagnostik sepuluh komorbid fisik yang mengacu pada
kriteria diagnostik masing-masing komorbid fisik.
Hasil:
Pada penelitian ini didapatkan adanya hubungan bermakna antara umur
dengan terjadinya komorbid fisik yaitu p= 0.001(p di bawah 0.005). Pada analisis
tambahan didapatkan adanya hubungan bermakna antara pemberian obat
polifarmasi/monoterapi dengan terjadinya komobid fisik terbanyak yakni
hipertensi (nilai p= 0,0001). Pada sepuluh komorbid fisik yang dinilai, migrain,
hipertensi dan dermatitis merupakan yang paling banyak.
Simpulan
Hipertensi, migrain dan dermatitis merupakan tiga besar komorbid fisik di
R.S. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Terdapat hubungan bermakna antara umur
dengan terjadinya komorbid fisik. Pemberian obat polifarmasi/monoterapi juga
bermakna dalam terjadinya hipertensi. Diperlukan kewaspadaan psikiater dalam
mengawasi terjadinya komorbid fisik pada gangguan bipolar di layanan psikiatri.

ABSTRACT
Bipolar disorders are known to cause various clinical comorbidity that
may affect work, family and interpersonal function. Two third of bipolar disorder
have comorbidities that may worsen the outcome of bipolar itself and interfere
with it's therapy. There has not been sufficient study about physical comorbidities
in bipolar in Indonesia. As the oldest psychiatric hospital in Indonesia that treats
physical and psychiatric inpatients, Dr. H. Marzoeki Mahdi hospital still lacks
data concerning types and frequencies of physical comorbidities.
Method:
This research uses cross-sectional design from 100 people with bipolar
disorder at Psychiatric Clinic and Psychiatric Ward at Dr. H. Marzoeki Mahdi
Bogor Hospital. This research also uses the Structured Clinical Interview For the
DSM-IV Axis I Disorders to ensure the bipolar diagnosis, and criteria diagnostic
for ten physical comorbidities from each of their field.
Result:
There is a significant relationship in this research between age and
physical comorbidities p=0.001 (p below 0,005). In the additional analysis, there
are significant relationship in this research between polypharmacy / monotherapy
and hypertension (p=0,0001). Migraine, hypertension, and dermatitis were the
top three physical comorbidities in this research.
Conclusion:
Hypertension, migraine and dermatitis are the top three in our physical
comorbidities in Dr. H. Marzoeki Mahdi hospital. Age has a significant
relationship with physical comorbidities. Polipharmacy and monotherapy also
has significances in hypertension. Therefore psychiatrist must be aware about the
possibility of physical comorbidity in the psychiatric care, Bipolar disorders are known to cause various clinical comorbidity that
may affect work, family and interpersonal function. Two third of bipolar disorder
have comorbidities that may worsen the outcome of bipolar itself and interfere
with it’s therapy. There has not been sufficient study about physical comorbidities
in bipolar in Indonesia. As the oldest psychiatric hospital in Indonesia that treats
physical and psychiatric inpatients, Dr. H. Marzoeki Mahdi hospital still lacks
data concerning types and frequencies of physical comorbidities.
Method:
This research uses cross-sectional design from 100 people with bipolar
disorder at Psychiatric Clinic and Psychiatric Ward at Dr. H. Marzoeki Mahdi
Bogor Hospital. This research also uses the Structured Clinical Interview For the
DSM-IV Axis I Disorders to ensure the bipolar diagnosis, and criteria diagnostic
for ten physical comorbidities from each of their field.
Result:
There is a significant relationship in this research between age and
physical comorbidities p=0.001 (p below 0,005). In the additional analysis, there
are significant relationship in this research between polypharmacy / monotherapy
and hypertension (p=0,0001). Migraine, hypertension, and dermatitis were the
top three physical comorbidities in this research.
Conclusion:
Hypertension, migraine and dermatitis are the top three in our physical
comorbidities in Dr. H. Marzoeki Mahdi hospital. Age has a significant
relationship with physical comorbidities. Polipharmacy and monotherapy also
has significances in hypertension. Therefore psychiatrist must be aware about the
possibility of physical comorbidity in the psychiatric care]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulya Qoulan Karima
"TB merupakan tantangan bagi pengendalian Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) karena merupakan infeksi oportunistik terbanyak pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA). TB dapat meningkatkan progresivitas HIV dan meningkatkan risiko kematian bagi penderita HIV. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prediktor yang berhubungan dengan kejadian TB pada ODHA di RS dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Tahun 2014-2016. Desain studi yang digunakan adalah cross sectional dengan menggunakan data register ART dan Rekam Medis.Sampel berjumlah 817 pasien HIV. Analisis data dilakukan dengan mengguunakan multiple cox regression.
Hasil analisis multivariat menunjukkan adanya peningkatan risiko TB pada kelompok dengan anemia (PR=1,60, 95% CI: 1,18-2,29) dibandingkan kelompok tanpa anemia, adanya status IO (PR=4,83, 95% CI: 2,30-10,61) dibandingkan kelompok tanpa IO, stadium HIV 3-4 (PR=6,38, 95% CI: 3,22-12,65) dibandingkan stadium HIV 1-2 dan kadar CD4 dengan nilai PR masing masing kategori: kadar 350-499 Vs ≥500 (PR=2,52, 95% CI: 0,33-19,34), kadar 200-349 Vs ≥500 (PR=2,71, 95% CI: 0,36-20,23), kadar <200 Vs ≥500 (PR=3,31, 95% CI: 0,45-24,37).Selain itu ditemukan adanya interaksi antara variabel stadium HIV dan status IO.

TB is a challenge for the control of Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) because it is the most common opportunistic infection in people living with with HIV (PLWH). TB increase HIV progressivity and increase the risk of death for PLWH. The purpose of this study is to determine the predictors are associated with TB among PLWH in RS dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor, 2014-2016. Study design was cross sectional using ART register data and Medical Record. Total sample of 817 HIV patients were collected. Multiple cox regression analysis were applied in this research.
The results of multivariate analysis showed an increased risk of TB in the group with anemia (PR = 1.60, 95% CI: 1.18-2.29) compared to the group without anemia, group with IO (PR = 4,83, 95% CI: 2,30-10,61) than those without IO, HIV stage 3-4 (PR = 6,38, 95% CI: 3,22-12,65) than HIV stage 1-2, and CD4 levels with PR for each category: levels of 350-499 vs ≥500 (PR = 2.52, 95% CI: 0.33-19.34), levels of 200-349 vs ≥500 (PR = 2.71, 95% CI: 0.36-20.23), levels <200 vs ≥500 (PR = 3.31, 95% CI: 0.45-24.37). In addition, there was an interaction between HIV stage and IO.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48421
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Khalimah
"Tesis ini menganalisis karakteristik layanan rehabilitasi psikososial yang ideal untuk diajukan menjadi layanan unggulan. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatis dengan analisis konten melalui wawancara mendalam, telaah dokumen, dan CDMG (Consensus Decision Making Group). Kerangka konsep menggunakan teori sistem dengan menganalisis karakteristik input yang terdiri dari karakteristik petugas, pasien, biaya, sarana prasarana, metode pelayanan, karakteristik proses yaitu proses pelayanan rehabilitasi psikososial, karakteristik output yaitu indikator layanan rehabilitasi psikososial dan karakteristik feedback yaitu sistem monitoring dan evaluasi. Hasil penelitian didapatkan jumlah dan kualitas petugas belum ideal, jumlah pasien yang mengikuti rehabilitasi belum sesuai kriteria ideal, sarana prasarana masih perlu dilengkapi, proses pelayanan sudah sesuai dengan karakteristik ideal, indikator pelayanan menggunakan GAF dan selama ini belum dilaksanakan, sistem monitoring dan evaluasi masih perlu ditingkatkan kualitasnya.

This thesis discussed the analysis of psychosocial rehabilitation service characteristic that is considered ideal to be proposed as the top seeded service. The research design is qualitative study with content analysis using in-depth interview, document search and CDMG (Consensus Decision Making Group). The concept framework used the system theory to analize input characteristics such as the characteristics of officer, patient, cost, facilities and infrastructure, method of services; process characteristic i.e., the process of psychosocial rehabilitation service; and output characteristic, i.e., indicator of psychosocial rehabilitation service and feedback characteristics that comprised of monitoring and evaluation system. Results obtained from this research are as follows: the amount and quality of officer is not ideal, the amount of patients enrolled in rehabilitation has not yet fulfilled the ideal criteria, facilities and infrastructure still in need to be completed, service process is already in accordance to the ideal characteristic, service indicator using GAF is yet to be conducted, and the monitoring and evaluation system still needs to be improved in quality.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42100
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Erviana
"Halusinasi merupakan pemasalahan yang paling sering muncul pada diagnosa keperawatan penderita gangguan jiwa. Halusinasi adalah distorsi persepsi palsu yang terjadi pada respons neurobiologis maladaptif. Halusinasi biasanya muncul pada pasien gangguan jiwa diakibatkan terjadinya perubahan orientasi realita, pasien merasakan stimulasi yang sebetulnya tidak ada. Pada program profesi ini penulis memiliki kesempatan untuk mengelola langsung, dengan memberikan asuhan keperawatan dan menganalisis hasil akhir yang akan didokumentasikan dalam bentuk karya ilmiah akhir ners. Asuhan keperawatan pada klien gangguan sensori persepsi: halusinasi penglihatan dan pendengaran yang merupakan gejala dari early psychosis, yang sebagian besar terjadi pada usia remaja akhir atau dewasa awal, bingung peran yang berdampak pada rapuhnya kepribadian sehingga terjadi gangguan konsep diri dan menarik diri dari lingkungan sosial yang lambat laun membuat remaja menjadi asik dengan hayalan dan menyebabkan timbulnya halusinasi. Proses keperawatan dilakukan berdasarkan standar asuhan keperawatan generalis selama 9 hari rawat, dimulai dari tanggal 2mei -10 mei 2018. Hasil yang didapatkan yaitu masalah keperawatan utama gangguan sensori persepsi: halusinasi. Implementasi yang berfokus pada usaha mengontrol halusinasi dengan cara menghardik dan juga terapi modalitas: psikoreligius. Intervensi keperawatan yang diberikan memberikan hasil yang baik kepada klien di tandai dengan tidak lagi mendengar suara-suara yang sering mengejek klien serta semakin berkurangnya intensitas hadirnya bayangan dajal yang dilihat.

Hallucinations are the most common problems in nursing diagnoses of mental disordes. Hallucinations are the distortions of false perceptions that occur in maladaptive neurobiological responses. Hallucinations usually appear in patients with mental disorders the result of the change in reality orientation, patients feel the stimulation that actually does not exist. In this profession program the author has the opportunity to manage directly, by providing nursing care and analyzing the final results that will be documented in the form of final scientific work ners. The care of nursing for a client a of sensory perception disorder: sight and hearing hallucinations that is a symptom of an early psychosis, the majority of this case which happened in the end of adolescenceor early adulthood, confuse is the role which have affect to the fragile personality disorder so that there is the disorder of self-concept and pulling themselves from a social environment that gradually get the teenager become too deep in fantasy and cause the emergence of hallucinations. The nursing process is performed based on generalist nursing care standard for 9 days of hospitalization, Started from the date of 2 and 10 of May 2018. Theobtained results are the main nursing problems which is perception sensory disorder: hallucinations. The Implementations that focus on controlling hallucinatory efforts by rebuking and also modalities of therapy: psychoreligious. The nursing order that is provided give good results to the clients on the mark by no longer hearing the voices that often mock clients and the diminishing intensity of dajjal's presence that be seen by the clients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eyet Hidayat
"Gangguan jiwa 13% dari penyakit keseluruhan, kemungkinan berkembang menjadi 25% tahun 2030 (WHO,2009).
Tujuan : mendapatkan gambaran pengaruh CBT dan REBT terhadap penurunan gejala dan peningkatan kemampuan PK dan HDR.
Metoda : quasi experimental pre post test with control group, teknik purposive sampling terhadap 60 sampel : 30 intervensi dan 30 kontrol. Hasil penelitian ditemukan penurunan gejala dan peningkatan kemampuan klien PK dan HDR yang mendapat CBT dan REBT lebih besar disbanding yang tidak mendapat CBT dan REBT (p-value < 0,05).
Rekomendasi: CBT dan REBT dijadikan terapi spesialis terpadu disamping terapi generalis.

The goal: get an overview of CBT and REBT effect on reducing symptoms and increasing the ability of PK and HDR.
Method: quasi-experimental pre-post test with control group, purposive sampling technique on 60 samples: 30 intervention and 30 control. The study found a decrease symptoms and increase the ability of PK and HDR clients who received CBT and REBT is larger compared to that did not receive CBT and REBT (p-value <0.05).
Recommendation: CBT and REBT is used as therapy in addition to an integrated specialist generalist therapy."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>