Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175209 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wanda Widigdo
"ABSTRAK
Kotamadya Dati II Surabaya, merupakan kota kedua terbesar di Indonesia setelah Jakarta, yang dikembangkan sebagai kota industri, perdagangan, maritim, dan pendidikan, dikenal dengan sebutan INDAMARDI. Oleh karena itu kegiatan utama yang ditingkatkan pengembangannya adalah sektor-sektor industri dan perdagangan.
Pembangunan dan pengembangan kota Surabaya tersebut dilaksanakan dengan berpegangan pada Rencana Induk yang disebut Master Plan Surabaya tahun 2000 (MPS 2000). Dalam MPS 2000 ini pengembangan dan pembangunan sektor industri dialokasikan di Kecamatan Rungkut dan Kecamatan Tandes. Di Kecamatan Rungkut dikelola oleh PT Surabaya Industrial Estate Rungkut Pesero (PT SIER), seluas ± 200 ha, dengan sekitar 400 industri jenis menengah dan ringan. Sedangkan di Kecamatan Tandes merupakan industri baru guna rasionalisasi pelabuhan Tanjung Perak.
Dengan dikembangkannya sektor industri disuatu kawasan akan dibutuhkan pengembangan sektor lain yang menunjang kelancaran sektor industri tersebut, antara lain yaitu : transportasi, fasilitas, dan utilitas pelayanan kota. Selain itu pengembangan sektor-sektor tersebut, akan menarik masuknya tenaga kerja untuk mengisi kesempatan kerja yang ditawarkan oleh industri tersebut.
Pengembangan dan pembangunan sektor industri di suatu kawasan juga akan mengubah kegiatan ekonomi, infrastuktur, serta mata pencaharian penduduk yang tinggal di sekitarnya, demikian juga tingkat kepadatan penduduk akan meningkat, karena tenaga kerja yang masuk akan cenderung tinggal mendekati atau berdekatan dengan aktivitas dan fasilitas kota.
Tenaga kerja yang masuk untuk mencari kerja di kawasan industri pada umumnya sebagian besar berpenghasilan rendah, sehingga mereka mencari tempat tinggal di kampung-kampung di sekitar kawasan industri. Demikian pula halnyadengan kawasan industri PT SIER, yang menjadi inti aktivitas dari kampung-kampung di sekitarnya.
pengembangan dan pembangunan kawasan industri PT SIER merupakan pengembangan lingkungan fisik yang mempengaruhi kondisisosial, ekonomi, dan budaya penduduk kampung di sekitarnya, di samping dampak polusi yang kemungkinan dikeluarkannya.Padahal kondisi sosial, ekonomi, dan budaya penduduk korelasi antara pengembangan lingkungan dan kualitas merupakan kondisi fisik dan non-fisik penduduk yang menunjukkan kualitas hidup manusia itu di mana kualitas sosial kehidupan ditentukan oleh kualitas manusia itu sendiri dan komponen lingkungan yang mendukungnya.
Pada sisi lain, untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, Pemerintah telah melaksanakan program perbaikan lingkungan dipemukiman penduduk, yang setelah diteliti, dianggap membutuhkan perbaikan lingkungan fisik. Program tersebut dikenal dengan Kampung Improvement Programme (KIP) yang dibantu oleh Bank Dunia.
Oleh karena pengembangan dan pembangunan kawasan industri selalu berkaitan dengan kondisi fisik dan non-fisik masyarakat disekitarnyaserta adanya program perbaikan lingkungan kampung oleh Pemerintah, penelitian ini mencoba mempelajari hidup penduduknya.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
- Mengetahui tingkat kualitas hidup penduduk atau masyarakat yang tinggal di kampung di sekitar kawasan industri.
- Mengetahui hubungan pengembangan lingkungan fisik, yaitu adanya kawasan industri dan perbaikan kampung, dengan kualitas hidup penduduk.
Indikator kualitas hidup yang digunakan dalam penelitian ini, adalah indikator kualitas hidup hasil penelitian Bianpoen dan Gondokusumo (1986); yaitu kemiskinan, pekerjaan ditentukan atas dasar persentase pengeluaran non-makan, penggunaan air bersih, crowding index, pendidikan, dan kesehatan, khususnya balita.
Lokasi penelitian adalah kampung yang berbatasan langsung dengan kawasan industri PT SIER, dan pernah mendapatkan perbaikan lingkungan (KIP), yaitu kampung yang termasuk Kelurahan Rungkut Tengah dan Kelurahan Rungkut Menanggal, Kecamatan Gunung Anyar, Kotamadya Data, II Surabaya.
Banyaknya sampel ditentukan berdasarkan purposive sampling, yang seluruhnya berjumlah 94 responden. Sedangkan pada tiap kelurahan dibagi menjadi tiap RW dan RT, yang jumlahnya masing-masing ditentukan dengan cara proporsional random sampling.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara berdasarkan kuesioner, wawancara mendalam dilakukan terhadap pemuka masyarakat, PT SIER, dan Bappem RIP, serta observasi lapangan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari bahan literatur dan dari instansi terkait. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dengan memakai statistik nonparametrik, yaitu menggunakan chi square yang dilanjutkan dengan uji
contingency coeffisient, disertai pula dengan analisis kualitatif.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa, kualitas hidup penduduk atau masyarakat yang diteliti di bawah rata-rata kualitas hidup seluruh Kelurahan Rungkut Tengah dan Rungkut Menanggal, tetapi sedikit lebih baik daripada kualitas hidup rata-rata di Surabaya. Sedangkan kualitas hidup penduduk yang bekerja di kawasan PT SIER relatif lebih baik daripada yang tidak bekerja di kawasan PT SIER.
Perbaikan lingkungan yang telah dilaksanakan (KIP Urban V) tidak memberikan manfaat bagi kondisi sosial ekonomi penduduk tetapi manfaat secara fisik terlihat pada kondisi jalan dan selokan Sedangkan hubungan pengembangan lingkungan fisik dari adanya kawasan PT SIER, dengan kualitas hidup penduduk, dapat dikatakan tidak ada hubungan yang langsung bagi penduduk secara umum karena kesempatan kerja yang diberikan PT SIER lebih banyak terisi oleh tenaga kerja yang masuk ke pemukiman kampung dan tinggal sebagai penduduk musiman. Tidak terisinya lowongan pekerjaan oleh sebagian besar penduduk tetap karena tingkat pendidikan dan keahlian yang tidak sesuai.
Tetapi manfaat yang diperoleh penduduk tetap dengan adanya kawasan PT SIER adalah melayani kebutuhan tenaga kerja PT SIER yang berstatus penduduk musiman, yaitu dengan membuka pondokan, toko, dan warung kebutuhan sehari-hari, sehingga secara tidak langsung meningkatkan kondisi sosial dan ekonomi penduduk di kampung tersebut. Hal ini terbukti dari adanya korelasi yang signifikan dengan derajat hubungan yang cukup kuat antara adanya PT SIER pada faktor-faktor pekerjaan dan usaha keluarga dengan kualitas hidup khususnya tingkat pendidikan.
Perbaikan lingkungan oleh KIP telah dilaksanakan di daerah penelitian ini, sebagai pengembangan lingkungan fisik. Dan korelasi dengan kualitas hidup penduduk menunjukkan bahwa MCA digunakan oleh penduduk yang tergolong miskin, menggunakan air sumur untuk seluruh kebutuhan, menghuni rumah yang sempit, dan tingkat pendidikannya yang rendah. Pada korelasi ini terlihat bahwa makin tinggi pendidikan penduduk cenderung tidak menggunakan MCK. Sedangkan kondisi selokan yang tidaklancar mengalir mempunyai korelasi dengan kemiskinan dan pendidikan, yang rendah dari penduduk menunjukkan kurangnya perhatian pada mengalirnya selokan. Derajat hubungan MCK dengan variabel-variabel kualitas hidup tersebut cukup kuat dan kuat, demikian juga kondisi selokan.
Korelasi faktor-faktor sosial ekonomi dengan variabel kualitas hidup menunjukkan bahwa faktor tingkat pendidikan, baik kepala keluarga maupun ibu sangat menentukan tingkat kualitas hidupnya. lni terbukti dari adanya korelasi yang signifikan dengan derajat hubungan yang cukup kuat antara tingkat pendidikan dan semua variabel kualitas hidup.

ABSTRACT
Kotamadya Dati II Surabaya, as the second biggest city in Indonesia, after Jakarta, has to develop as an industrial, trading, maritime and educational city, called INDAMARDI.
Its main activity is therefore to develop the industrial and trading sectors activity in Surabaya. This development in Surabaya has been carried out under the guidance of a master plan: Master Plan Surabaya 2000 (MPS 2000). In MPS 2000, the setting up of the industrial sector is allocated in Kecamatan Rungkut and Kecamatan Tandes. In Kecamatan Rungkut, it comprises about 400 light and medium industries managed by PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (PT SIER). Kecamatan Tandes was allocated for new industries of Tanjung Perak Harbour.
The development of an industrial sector in an area needs the development of another sector that supports the smooth running of the industries, such as transportation facilities and public utilities of the city. Besides, the industrial sector always attracts people looking for employment offered by the industries.
The setting up and development of an industrial sector in an area also changes the economic activity, infrastructure and subsistence of the inhabitants in the neighborhood. Population density also increases, due to urbanization of the workers who seem to like living nearby the activities and the public utilities of the city. And the workers, who migrate to look for employment in the industrial area, mostly have low income. So they can only live in the kampung nearby or surrounding the industrial area.
This is also the case with PT SIER which has become the activity center of the surrounding kampungs :
The development of PT SIER as an industrial area is a development of physical environment that influences the social, economic and cultural condition of the kampung people surrounding it, beside the pollution that may also become a disaster. On the other side, the social, economic and cultural conditions of the inhabitants are the physical and non-physical condition of the people that indicate their quality of life, where the social quality of life, is determined by the quality of the person and the supporting environmental components.
On the other side, to improve the people's quality of life, the Government has launched an improvement program at the settlement, which after having been surveyed, was considered to be in need of physical environmental improvement. This program is known as Kampung Improvement Program (KIP), and is supported by the World Bank.
Since the development of an industrial area is always associated with the physical and nonphysical conditions of the community in its environment, and also with the environmental improvement by the Government at kampungs. This study tries to explain the correlation between physical environmental development, namely the existence of an industrial area and kampung improvement, and the people's quality of life.
The objectives of this study are: habitants as respondents. Each kelurahan is divided to look for the quality of life of the people that live in the neighborhood of the industrial area to study the correlation between physical environmental development, i.e. the existence of industrial area and kampung improvement program, and the people's quality of life.
The indicators used in this study are the result of a survey made by Bianpoen and Gondokusumo (1986). They are: rate of poverty, work determined by percentage of non food expense, use of clean water, Crowding Index, education, and health, especially of children below 5 years.
Locations of this study are kampungs, which are located immediately next toPT SIER area as an industrial area and which have already benefited from the Kampung Improvement Program (RIP). They are kampungs in Kelurahan Rungkut Tengah RW 03, 04, and 05, and Kelurahan Rungkut Menanggal RW 01, Kecamatan Gunung Anyar, Kotamadya Dati II Surabaya.
The samples were purposively taken, with 94 in into Rukun Warga (RW) and Rukun Tetangga (RT), and the samples are based on proportional Random sampling.
The primary data were collected throughinterviews by using questionnaires, depth interviews with informal leaders of the community, PT SIER, and Bappem KIP KMS personnel?s, besides the field observation.
Secondary data were obtained from literature studies and some related authorities.
The data analysis has been done quantify with non-parametric statistic, by using chi-square and contingency coefficient test, beside qualitative analysis.
The result of this study indicate, that the people's quality of life rate in this study location is below the quality of life rate in KelurahanRungkut Tengah and Rungkut Menanggal.
But a little bit better than the quality of life rate in Surabaya. The people's quality of life rate who are working with PT SIER is slightly better than if they are not working with PT SIER.
The Kampung Improvement (KIP Urban V) does not economic condition of the inhabitants, but its benefit is physically offered in the condition of the streets and drainage.
The correlation between physical environmental development with the existence ofPT SIER and the quality of life of the inhabitants suggest, that there is no direct correlation between them, because the vacancies at PT SIER are largely filled by workers who have migrated to the kampungs and who live there as seasonal citizens.
The fact that vacancies at PT SIER are not filled by the majority of permanent citizens is because of their un-qualifications in education and is unskilled.
But PT SIER gives an un-direct impact to the population of the kampungs in its neighborhood, that is their subsistence by supplying the necessaries of the seasonal citizens, such as boarding, warungs and shops.
This indirectly raises the social and the economic condition of the local surrounding citizens from the kampung, because they have more income. Its produce a positive influence on the social and evident from significant correlation with strong degree of correlation, between PT SIER variables, in employment and family business factors with education as the quality of life variable.
The kampung improvement by KIP Urban V is done in this study area as a physical development. And the correlation with the citizen quality of life give the results, that the users of MCK are mostly the poor, use well water for all purposes, live in small houses and have a low education level. In this correlation is seen that in the higher the education level of the population, the less MCK is need.
It means that people who are poor and have a low education do not have enough attention to the drainage flow, clean water and MCK.
The correlation of social economic factors with life quality variables shows that the education level of parents largely determines the level of life quality. It is proved as the significant correlation of education variable and all variables of life quality at strong degree correlation.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hani Sudarmanto
"ABSTRAK
Penetapan Zona Industri Gresik di Kabupaten Gresik selain memberi manfaat juga menimbulkan risiko terhadap lingkungan. Berbagai aktivitas di Zona Industri Gresik (ZIG) telah terbukti menghasilkan lepasan antara lain berupa gas polutan S02, yang berfluktuasi konsentrasinya dari melebihi nilai ambang batas (1989-1990) menjadi di bawah nilai ambang batas (1991--1992). Polutan S02 merupakan faktor risiko karena dapat memungkinkan terjadinya akibat yang tidak diinginkan terhadap lingkungan hidup.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah paparan konsentrasi S02 ambien telah menimbulkan akibat terhadap tanaman jambu air yang tersebar di pekarangan dalam wilayah Kabupaten Gresik, dan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara konsentrasi S02 ambien dengan tingkat kerusakan daun jambu air di ZIG.
Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan penelitian lapangan dengan pendekatan epidemiologi dengan Rancangan Kasus ? Kontrol. Dalam penelitian ini ditetapkan dua kawasan pengambilan sampel, yaitu ZIG dan Daerah Tak Terpapar (DTT). ZIG mencakup wilayah Kecamatan Gresift, Kebomas, dan Manyar, sedangkan DTT mencakup wilayah Kecamatan Duduk Sampean dan Cerme. Masing-masing lokasi, ZIG dan DTT, diwakili oleh 47 titik pengambilan sample. Jumlah dan letak titik pengambilan sampel daun di ZIG sama dengan jumlah dan letak titik pengambilan sampel udara yang telah ditetapkan oleh Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Pos Surabaya dalam pemantauan kualitas udara. Jumlah titik pengambilan sampel di DTT disamakan dengan jumlah titik pengambilan sampel di ZIG dan diletakkan secara sistematik, yaitu pada jarak yang sama sepanjang jalan desa. Pada masing-masing titik dilakukan pengambilan sampel daun pada tanggal 3 Desember 1992. Sampel-sampel daun tersebut diidentifikasi adanya kerusakan secara makroskopis baik kerusakan akut (pemucatan tepi atau antar tulang daun) maupun kerusakan kronis (klorosis). Kerusakan daun merusakan tolok ukur kerusakan tanaman jambu air.
Hasil identifikasi menunjukkan adanya 9 kerusakan tanaman jambu air yang mewakili 9 titik pengambilan sampel, terdiri atas 5 kerusakan kronis dan 4 kerusakan akut di ZIG dan satu kerusakan akut di OTT. Hasil analisis data dengan Odds Ratio (OR) menunjukkan bahwa tanaman-tanaman jambu air yang tersebar diZIG mempunyai risiko terkena efek merusak paparan konsentrasi SO2 ambien 10,90 kali lebih besar dibandingkan tanaman-tanaman jambu air yang tersebar di OTT. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa tingkat kerusakan kronis daun tanaman jambu air yang tersebar di ZIG mempunyai korelasi positif rendah (36,64%) dengan konsentrasi S02 ambien kumulatif, sedangkan tingkat kerusakan akut daun jambu air berkorelasi cukup tinggi (43,02%) dengan konsentrasi S02 ambien, Konsentrasi SO2 ambien kumulatif hanya menentukan 13,43% variasi tingkat kerusakan kronis daun jambu air, sedangkan konsentrasi SO2 ambien menentukan 18,50% variasi tingkat kerusakan akut daun jambu air.
Dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan bahwa tanaman jambu air (SyzygiumAqeum) mempunyai, potensi untuk dikembangkan sebagai tanaman bioindikator kualitas udara khususnya SO2 untuk daerah tropis.

ABSTRACT
Gresik Industrial Zone (GIZ) development have created the environmental benefits and risks. Environmental risks could be resulted from air pollution especially from SO2.
The research objectives are to identify consequence of ambient SO2 concentration on the leaf injury of trees especially watery rose apples, and to identify the correlation between ambient S02 concentration and the index of the leaf injury on watery rose apples. These plants are native and dispersed widely in the area of Kabupaten Gresik. To achieve those objectives, we conduct the field study through epidemiological approach in GIZ and unexposed area. Each area are represented by 47 sampling points. Leaf samples are taken on December 3, 1992. These leaf samples are identified for the acute injury (marginal or interveinal bleaching) and chronic injury (chlorosis). In addition it also is measured the index of leaf injury.
The result show that in GIZ is found 9 leaves injury and one leaf injury in unexposed area witch represent each sampling points. Risk analysis with Odds Ratio or Estimated Relative Risk showed that watery rose apples witch dispersed widely in GIZ have the chance 10.90 times more to experience the leaf injury than those unexposed area.
The Pearson's Correlation Coefficient (rxy) is 0,3664 and 0,4302 each for the chronic and acute leaf injury. Determination Coefficient (d) is 0,1343 and 0,1850 each for the chronic and acute leaf injury. These does mean that there is a low positive correlation between cumulative ambient S02 concentration and chronic leaf injury of watery rose apples. These does mean also that there is a moderately positive correlation between ambient S02 concentration and acute leaf injury of watery rose apples. Cumulative ambient SO2 concentration determine only 12,43% of the variation of chronic leaf injury of watery rose apples in GIZ. Ambient S02 concentration determine only 18,50% of the variation of acute leaf injury of watery rose apples in GIZ .
From these result can be concluded that ambient S02 concentration have result a harmful effect on sensitive trees especially watery rose apples in GlZ. This plant species have a potential chance as S02 pollution bioindicator in tropical region.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inar Ichsana Ishak
"Multilateral treaty in environmental area is one of the international treaty that defined in Convention on the Law of Treaties, Vienna, 1969 as an international agreement concluded between states in written form and governed by international law, whether embodied
in a single instrument or in two or more related instruments and whatever its particular designation.However, international environmental law is tending to be considered as "soft law" rather than "hard law" because its compliance approaches. This article will
discuss about the compliance measure from the international point of view because international compliance is based on the balance of advantages and consequences of a state should it participate in MEAs.
"
2005
JHII-2-2-Jan2005-266
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Sulistiawati
"Pembangunan Nasional yang dilaksanakan secara bertahap bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan yang semakin maju sejalan dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan ternyata dapat menimbulkan permasalahan di sekitar lingkungan.
Pembangunan yang bertujuan membawa peningkatan taraf hidup serta kesejahteraan itu akan mempengaruhi hubungan timbal balik antara masyarakat dan tatanan lingkungan, apabila hubungan timbal balik ini diabaikan dapat menimbulkan penurunan kualitas lingkungan, maka dalam melaksanakan pembangunan perlu memperhatikan hubungan timbal balik ini.
Agar tidak terjadi penurunan kualitas lingkungan diperlukan pandangan yang lebih holistik dan interaktif, yakni kemampuan untuk melihat dengan jangkauan jauh melampaui dan menerobos batas kepentingannya sendiri (vision across, boundaries). Oleh karenanya kita perlu memperlengkapi diri dengan kemampuan melihat kenyataan yang sebenarnya dalam kehidupan.
Dalam hal ini pola pembangunan yang berkelanjutan patut jadi pedoman karena sumberdaya alam terbatas, keterbatasan sumberdaya alam ini berkaitan dengan perekanomian dan masalah lingkungan.
Mengingat keterbatasan sumber daya alam maka Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 sangat tepat untuk diterapkan karena antara lain mengandung pengertian perekenomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan, salah satu bentuk perekonomian yang berasaskan kekeluargaan adalah koperasi.
Asas koperasi adalah asas kekeluargaan dan gotong royong, sedangkan sendi-sendi dasar koperasi antara lain sifat keanggotaannya sukarela dan terbuka, pencerminan demokrasi dan mengembangkan kesejahteraan anggota.
Dengan demikian koperasi dapat memberikan sumbangan yang positif pada lingkungan karena adanya keterkaitan anggota dan pengurus, adanya nilai-nilai demokrasi dan kekeluargaan dapat lebih menanggapi bila kemungkinan ada kegiatan yang akan mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan, dengan pendekatan kelembagaan koperasi diharapkan kelestarian lingkungan dapat lebih diperhatikan karena kepentingan anggota dan masyarakat lebih potensial dalam kepastian dan pengambilan keputusan.
Sehubungan dengan peranan koperasi, maka kami bermaksud melihat salah satu dari koperasi yaitu KOPEL (Koperasi Pegawai BULOG), tujuan pendiriannya sebagaimana koperasi pada umumnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Salah satu unit kegiatan usahanya yaitu Rumah Pemotongan Ayam, diperkirakan dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya dan dapat memberikan kesempatan kerja maupun kesempatan berusaha bagi masyarakat sekitar, tetapi dapat pula mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan yang diakibatkan oleh limbah yang dihasilkannya.
Penelitian ini bersifat deskritif dengan analisis variabel tunggal, deskripsi dilakukan dengan membuat distribusi frekuensi dasar. Penelitian survai ini dengan maksud penjajagan (eksploratif). Bertujuan untuk memperdalam pengetahuan mengenai pengelolaan usaha koperasi yang memperhatikan aspek lingkungan hidup dalam kegiatannya untuk merumuskan masalahmasalah secara terperinci dalam rangka mengembangkan hipotesis. Dalam keadaan seperti ini dari generalisasi penelitian dirumuskan konsep dan proposisi mengenai fenomena penelitian.
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah studi kepustakaan, studi lapangan dengan metode (survai). Responden dalam penelitian ini adalah total sampel dari semua anggota populasi yang akan diteliti peranannya terdiri dari sejumlah 37 orang pengelola RPA-KOPEL, di samping itu untuk melengkapi data penelitian mengambil pula sampel lain yang terdiri dari pegawai KOPEL sejumlah 13 orang untuk melihat peranan mereka dalam mengelola RPA tersebut, anggota masyarakat ditetapkan sebanyak 50 orang responden. Pengambilan sampel masyarakat diambil secara acak sistematis (systematic random Sampling).
Hasil penelitian dan pengamatan menunjukkan lebih 60% tenaga kerja adalah warga sekitar berarti adanya kegiatan koperasi ini berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja dan kesempatan berusaha, masalah yang sedikit menimbulkan gangguan bila kebetulan merasakan bau dan bising.
Secara garis besar RPA-KOPEL telah memberikan citra berwawasan lingkungan yaitu dari sisi lingkungan hidup sosial dan ekonomi koperasi merupakan wadah perkumpulan modal kecil untuk menjalankan suatu usaha dalam skala yang lebih besar, interaksi maupun komunikasi bersifat terbuka, dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya, pemanfaatan limbah padat sedangkan pengelolaan limbah cair melalui bak-bak pengendapan sebelum dibuang ke saluran umum. Namun kesimpulan ini tidak dapat berlaku umum karena terbatasnya ruang lingkup penelitian.

Development activities have to proceed for the sake of the nation's welfare. Yet such activities are frequently impairing the environment. This has to be corrected with more holistic and interactive views, i.e. the capability to see with a long-range view, trespassing individual interest and beyond. Hence we have to equip ourselves with the capability to see the true facts found in our lives.
Sustainable development is worth to be considered as guideline in the midst of resources scarcity, in particular when related to the nation's economy and environmental problem. In the article 33 of our 1945 Constitution, it was stipulated that the economy of the nation is established as a collective of the article is very relevant to be applied in the social-economy life of the nation with regard to the natural resources scarcities and the interest of our future generations. One form of economy which is based on familial principle is cooperatives.
Cooperatives can provide positive contribution on the social environment as integral part of the living environment in a manner that close interactions between the management board and its members will render the investment planning design beneficial. The existence of cooperatives, bearing democratic values and familial approaches.
In order to become environmentally-oriented, cooperatives should meet three requirements, i.e. economy, socio-cultural and ecology. Those three factors are basically environmental factors necessary for supporting the sustainable development activities but at the same time also receiving negative impacts of the concerned activities.
With regard to the role of cooperatives, an observation was made on the Koperasi Pegawai Bulog (KOPEL), the Bulog's employees cooperatives, which has been established to promote their welfare. One of the cooperatives units of activity is the chicken slaughtery house (RPA), which was being thought as giving certain impact on the economic, ecological and sociocultural aspects.
The research is descriptive-explorative in character, using a single analysis. Description of the result of study were conducted through the distribution of frequencies. The aim of the study is to conduct in-depth observation on the cooperatives practices which take environment into consideration, in order to develop a hypothesis. In this condition, concepts and preposition on the research phenomena can be formulated from the research generalization.
Data collection techniques used in this research is literature study and fieldwork, using the method of survey. Respondents of the research covers total samples selected to represent the whole population, i.e. 37 managers of the KOPEL chicken slaughtery house (RPA) which was being studied in terms of their roles. To back up the data obtained, a number of the 13 KOPEL RPA employees have also been interviewed for their roles, plus 50 community members as complementary respondents. The latter were systematic and randomly taken.
From the research result and observation it was indicated that 80% of the employed laborers came from the neighborhood?s surroundings, which means that the existence of the cooperatives is beneficial to local employment opportunity. Environmental disturbances felt by the community are mainly foul odor and noise.
The research concluded that cooperatives system of economy constitutes a vehicle for small capital in-vestment yet succeeded to back up large scale economic undertaking; local laborers are prioritized, open interaction and communication, and taking environmental issues into consideration. The ROPEL RPA cooperatives studied is environmentally-oriented, and viewed from the social and economic aspects the cooperatives has succeeded in providing employment opportunity to the local people, providing welfare to its members, and treated its production waste before being discharge into the public sewerages.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cunningham, William P.
New York: McGraw-Hill, 2015
304.2 CUN e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Harun M. Husein
Jakarta: Bumi Aksara, 1995
344.046 HAR l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Indonesian Center for Environmental Law, 2000
344.046 MEM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ceria Nurhayati
"Tingkat pengetahuan dan self management merupakan faktor yang penting dalam meningkatkan kualitas hidup pasien DM tipe 2. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan self management dengan kualitas hidup pada pasien DM tipe 2. Desain dalam penelitian ini adalah analitik cross sectional dengan jumlah sampel 75 orang yang dilakukan di Rumkital DR. Ramelan Surabaya.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan (r = 0.619; p < 0.01), self management (r = 0.685; p < 0.01) dengan kualitas hidup pada pasien DM tipe 2.
Hasil multivariat menunjukkan bahwa nilai HbA1c merupakan faktor yang paling mempengaruhi hubungan antara tingkat pengetahuan dan self management dengan kualitas hidup pada pasien DM tipe 2. Perawat dapat meningkatkan pengetahuan pasien dengan memberikan edukasi yang berfokus pada peningkatan self management dan memfasilitasi pemberian dukungan keluarga serta supervisi dan monitoring terkait self management yang dilakukan pasien DM tipe 2.

Knowledge and self management are important factor in improving the quality of life of patients with type 2 diabetes. The purpose of this research is to know the correlation of knowledge level and self management with quality of life in DM type 2 patient. The design in this study is cross sectional analytic with the sample of 75 people conducted in Rumkital DR. Ramelan Surabaya.
The results showed that there was a significant correlation between knowledge level (r = 0.619, p <0.01), self management (r = 0.685, p <0.01) with quality of life in type 2 DM patients.
Multivariate results showed that HbA1c was the most influencing factor the relationship between knowledge level and self management with quality of life in type 2 DM patients. Nurses can improve patient knowledge by providing education that focuses on improving self management and facilitating family support and supervision and monitoring related self-management by DM type 2 patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T49254
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azma Dwi K. Sasole
"ABSTRAK
Aktivitas fisik dan kualitas tidur merupakan dua faktor penting yang dapat berpengaruh pada kesehatan. Pekerja perkantoran merupakan individu yang rentan terhadap pola hidup sedenter, sehingga memiliki tingkat aktivitas fisik yang rendah. Tingkat aktivitas fisik yang rendah ini diduga memiliki pengaruh terhadap kualitas tidur dari para pekerja perkantoran. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan aktivitas fisik pada kualitas tidur pekerja perkantoran.
Metode penelitian ini adalah potong lintang dengan subjek penelitian pekerja perkantoran di Jakarta. Data aktivitas fisik diperoleh dari pengisian International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) versi Bahasa Indonesia dan data kualitas tidur diperoleh dari pengukuran Pittsburghs Sleep Questionnaire Index (PSQI) versi Bahasa Indonesia.
Hasil yang ditemukan adalah rerata jumlah energi ekspenditur subjek penelitian adalah 2865 MET-menit/minggu dan rerata indeks kualitas tidur subjek penelitian adalah 6. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada korelasi yang bermakna antara jumlah energi ekspenditur dan indeks kualitas tidur pekerja perkantoran di Jakarta dengan kekuatan korelasi yang bisa diabaikan (p = 0,28; r = 0,15).
Hubungan aktivitas fisik dan kualitas tidur terjadi secara tidak langsung. Kualitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kelelahan dan tingkat stres. Aktivitas fisik dapat menurunkan risiko terjadinya kelelahan dan stres, yang secara tidak langsung dapat meningkatkan kualitas tidur.

ABSTRACT
Physical activity and sleep quality are two of important factor that may affect our health. Office workers are individuals who are vulnerable to having a sedentary lifestyle, so they lack of physical activity. Lack of physical activity suspected to be related to sleep quality in office workers. This study aimed to examine the correlation between physical activity and sleep quality in office workers.
The method of his study is cross-sectional and the subjects are office workers at Jakarta. The physical activity data was acquired from International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) Indonesian version and the sleep quality data was acquired from Pittsburghs Sleep Questionnaire Index (PSQI) Indonesian version.
Results of the data founds subjects median of total energy expenditure is 2865 MET-minutes/weeks and subjects median of sleep quality index is 6. The result of this study showed that there is no significant correlation between total energy expenditure and sleep quality index in office workers at Jakarta with the neglectable power of correlation (p = 0,28; r = 0,15).
The relation between physical activity and sleep quality are indirectly. Sleep quality is affected by several factors, among them are fatigue and stress. Physical activity may decrease the risk of fatigue and stress, that are indirectly may increase sleep quality.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>