Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152156 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Endang Titiek Soerjandari
"Persediaan obat merupakan salah satu biaya operasional terbesar di rumah sakit, sementara itu pengelolaannya diatur dan sangat dipengaruhi oleh peraturan pemerintah maupun profesi. Persediaan obat harus direncanakan sebaik mungkin agar tidak berlebihan karena banyaknya modal yang ditanam ataupun tidak kekurangan oleh karena akan mengganggu pelayanan dan hilangnya pemasukan.
Masalah yang ada di RS MMC adalah setiap bulannya gudang farmasi menolak 206 kali permintaan ( 3,64% ) dari rata-rata 5.653 permintaan. Dengan alasan penolakan antara lain barang tidak ada didistributor, atau perencanaan yang meleset.
Penelitian dilakukan pada persediaan obat di ruang operasi pada periode Juli 1992 sampai dengan Juni 1993. Penelitian merupakan studi kasus dengan analisa distribusi, sehingga diketahui distribusi kelompok persediaan yang kritis untuk pelayanan pasien.
Persediaan obat ini dianalisa dengan analisis Indeks Kritis ABC yang mencakup karakteristik persediaan yaitu banyaknya barang, biaya investasi dan kritisnya terhadap pelayanan kepada pasien ( diperoleh dari penilaian para dokter yang menggunakan obat tersebut ).
Dengan mengetahui nilai investasi, nilai pemakaian dan nilai kritis, dapat diketahui indeks kritis dari masing-masing jenis obat. Persediaan obat dikelompokkan berdasarkan indeks kritisnya sehingga didapat kelompok dengan indeks kritis tinggi, sedang dan rendah.
Dari hasil penelitian ternyata perencanaan persediaan obat dipengaruhi oleh perilaku para dokter dalam menggunakan obat tersebut, terdapat obat dengan nilai investasi besar mempunyai indeks kritis rendah, sebaliknya terdapat obat dengan nilai investasi kecil mempunyai indeks kritis tinggi.
Disarankan untuk mengikut sertakan para dokter dalam proses perencanaan persediaan obat dengan menerapkan analisis Indeks Kritis ABC pada persediaan obat disetiap bagian rumah sakit."
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Irma Binarso
"Penyediaan obat untuk pelayanan kesehatan pasien di Rumah Sakit merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Kemajuan tingkat sosio ekonomi masyarakat menyebabkan tuntutan mutu layanan kesehatan yang lebih baik dengan akibat biaya yang diperlukan Rumah Sakit meningkat, dimana biaya obat merupakan komponen biaya yang paling besar.
Kemajuan ilmu pengetahuan dibidang Kedokteran menyebabkan munculnya sub-sub spesialis, sehingga jenis obat yang harus disediakan oleh Rumah Sakit semakin banyak. Besarnya biaya serta banyaknya jenis obat yang harus disediakan memerlukan pengendalian persediaan obat yang baik agar terjamin tersedianya obat dengan jumlah, jenis dan mutu yang tepat.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran besarnya nilai investasi, jumlah pemakaian dan indeks kritis persediaan obat di Irna A dalam upaya pengendalian persediaan.
Analisis ABC dan analisis indeks kritis ABC dilakukan dengan mengurutkan dan mengelompokkan obat yang dipakai di Irna A periode April 1995 - Maret 1996, berdasarkan nilai investasi, nilai pemakaian dan nilai kritis yang didapatkan dari hasil kuesioner dokter spesialis bedah, bedah syaraf, penyakit jantung dan mata; kemudian dihitung indeks kritis masing-masing obat sehingga didapatkan kelompok A dengan indeks kritis tinggi, kelompok B dengan indeks kritis sedang dan kelompok C dengan indeks kritis rendah.
Dari analisis ABC didapatkan hasil bahwa kelompok A yang memerlukan investasi paling tinggi yaitu (70,75 % dari seluruh biaya) terdiri dari 6,33 % jenis obat, kelompok B menelan biaya 20,21 % terdiri dari 7,67 % jenis obat dan kelompok C hanya membutuhkan 9,04 % biaya investasi ternyata merupakan 86 % dari semua jenis obat.
Dari analisis indeks kritis ABC bila dilihat dari kritis tidaknya obat terhadap pelayanan pasien ternyata obat dengan nilai investasi rendah dapat mempunyai indeks kritis tinggi dan sebaliknya.
Hasil analisis indeks kritis ABC digunakan untuk pengendalian persediaan, yang berbeda untuk kelompok A, B dan C.
Disarankan dalam menyusun formularium obat rumah sakit, penentuan jenis obat dipertimbangkan kritis tidaknya obat untuk pelayanan pasien dengan melibatkan dokter spesialis pengguna, dan program komputer yang ada dilengkapi dengan analisis ABC untuk pengendalian kuantitatif ; disamping itu diperlukan pula perbaikan pada rangkaian kegiatan manajemen persediaan.

Drug Inventory Control with Abc Critical Index Analysis in Irna A RSUP Dr. Kariadi Semarang From April 1995 To March 1996Drug providing for health service in hospital is something unbreakable union. Social - economic statues development demands better quality health service that increase hospital costs where drug cost is the biggest component.
Science improvement in medicine make the new sub-specialist and the more drug items must be providing in hospital as consequently. This condition needs a good drug controlling to guarantee the right amount, items, and quality as well.
The purpose of this research is to know the value of investation, the amount of usage and the critical index drug stocks in Irna A in order to control the stocks. ABC analysis and ABC critical index analysis are done by sorting and grouping drug used in Irna A from April 1995 to March 1996, bases on the investation value, usage value, and critical value that got from the result of questionnaire of surgeon, neuro surgeon, cardiologist and ophthalmologist.
Then by counting each critical index item, we get group A with high critical index, group B with moderate critical index and group C with low critical index.
As a result of ABC analysis, we get that the group A needs a highest investation cost (70,75 % of all costs) consist of 6,33 % drug items, group B spends 20,21 % consist of 7,67 % drug items and group C needs only 9,04 % but consist 86 % of all drugs. The ABC critical index analysis show us that drug with low investation can cause high critical index and high investation has low index.
As suggestion, to make a formularium, drug item decision is considered to its criticism to health service involving specialist as their users, and ABC analysis computerized program. to control the quality, beside their improvement of inventory management.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T1081
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eni Nur Zuliani
"Biaya pemakaian obat di Indonesia mencapai 39% dari biaya kesehatan, variasi obat yang luas menyebabkan banyaknya obat-obatan yang tidak berjalan dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kelompok obat antibiotik dengan nilai investasi dan pemakaian tinggi, sedang dan rendah, mengetahui tingkat kekritisan obat serta pengendalian persediaan dengan menggunakan analisis ABC Indeks Kritis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Data primer diperoleh dari pengisian kuesioner oleh dokter-dokter yang terlibat dalam peresepan dan data sekunder diperoleh dari telaah dokumen dan studi kepustakaan. Dengan menggunakan analisis ABC Indeks Kritis di dapatkan kelompok A sebanyak 12 item. Pada kelompok B terdapat 84 item, sedangkan item obat pada kelompok C berjumlah 176 item. Pengendalian pada kelompok A Indeks Kritis dilakukan dengan menggunakan model Economic Order Quantity (EOQ) dan Reroder Poin (ROP).

Medicine Cost in Indonesia reaches 39% of health cost. The purpose of this research to describe high, medium and low investation and use antibiotic medicine group, know medicine critical level and stock control with ABC Critical Index analysis. Method used in this research is quantitative descriptive. Primary data was gotten from questionnaire filled by doctors involved in medicine preparation and secondary data was gotten from analyzed document and literature study with ABC Critical Index analysis reached 12 items in Group A. These are 84 items in group B and there are 176 items in group C. Controlling in group A, Critical Index Analysis is done with Economic Order Quantity (EOQ) Model and Reorder Point (ROP) Model."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sumeisey, Cleve
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya tuntutan perkembangan perumahsakitan di Indonesia yang semakin kompleks namun harus tetap mengutamakan mutu pelayanan, efektifitas dan efisiensi. Obat-obatan sebagai alat utama penyembuhan pasien merupakan biaya rutin terbesar rumah sakit (40%-50%), disamping itu jenis, sediaan, dan harganya yang semakin banyak dan bervariasi (lebih kurang 7000 jenis) mengharuskan manajemen untuk mengendalikan persediaan obat dengan bijaksana. UGD RSU FK-UKI sebagai tempat penelitian belum menerapkan sistem pengendalian persediaan obat berbasis evidence.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis persediaan obat di UGD RSU FK-UKI berdasarkan indeks kritis ABC agar dapat diambil langkah-langkah kebijaksanaan yang relevan dalam upaya pengendaliannya. Jenis penelitian ini merupakan studi kasus dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Data persediaan obat dianalisis dan dikelompokkan berdasarkan indeks kritis ABC, informasi mengenai kebijakan pengendalian persediaan obat diperoleh melalui interview mendalam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengendalian formal menimbulkan permasalahan dalam persediaan obat. Hal ini diakibatkan oleh makin bervariasinya sediaan obat, tingkat penggunaan, dan perilaku para dokter pengguna sediaan. Setiap sediaan mempunyai karakteristik yang berbeda berdasarkan nilai inventory costasi, nilai pemakaian dan nilai kritisnya dalam pengobatan pasien. Ketiga faktor ini menjadi dasar pertimbangan manajemen dalam mengeluarkan kebijakan pengendalian obat secara ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan.
Perbedaan karakteristik setiap obat diatas menjadi dasar perlakuan manajemen terhadap masing-masing obat sesuai dengan pengelompokannya. Kebijakan pengendalian obat dalam perencanaan, pengadaan, distribusi dan penggunaan sesuai dengan pengelompokan diatas dapat menghindarkan dan meminimisasi pemborosan biaya persediaan obat dan meningkatkan mutu pelayanan.

Policy of Drug Inventory Control Based on Analysis of Critical Indexes of ABC at Emergency Care Unit in General Hospital of Medical Faculty of Universitas Kristen Indonesia in the year 2001The background of the research was the fact that the development of hospital services in Indonesia was increasingly complex, however emphasized on quality, efficiency and effectiveness of the services. Drug as the main material of therapy was the biggest operational cost (40%-50%), beside that it was vary extremely in specificity (7000 spec.), packing and cost made the management has to control drug inventory wisely. Emergency Care Unit in General Hospital of Medical Faculty of Universitas Kristen Indonesia as the place of research was still not performing the drug inventory control system based on evidence.
The purpose of this research was to analyze drug inventory in Emergency Care Unit in General Hospital of Medical Faculty of Universitas Kristen Indonesia based on Critical Indexes of ABC in case of making the relevant policies to control them. This type of research was a case study with a quantitative and qualitative approach. Drug inventory data in the year of 2001, consisting of 138 drug items was analyzed and classified by ABC Critical Indexing. The information of inventory control policies was obtained from in-depth interviews.
The result from the research showed that the formal controlling makes many problems for drug inventory. It's happened because inventory variety, grade of utility, and behavior of the physicians use the medicine. Each item of inventory must be treated individuals in inventory planning. This treatment was varies by inventory cost value, utility value, and critical index of each drug. Three factors must be the basis of management to issue the policy of drug inventory in law of scientific and accountable.
The differences of drug characteristic could be basic of management to treat each drug depend on its classification. Policy of drug inventory in planning, purchasing, distribution and use refer to the classification in order to prevent and minimize unnecessary cost of drug inventory either to increase the quality of service.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T8319
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferdhi Adha
"Salah satu penilaian mutu pelayanan rumah sakit adalah tersedianya perbekalan farmasi dalam jumlah cukup dengan mutu yang baik, serta harganya memadai. Perencanaan persediaan perbekalan farmasi terpenting berada di kamar operasi, karena dalam kamar operasi kelancaran pelayanan pasien sangatlah utama dibandingkan pada bagian lain. Kamar operasi harus dapat menyediakan perbekalan secara optimal, tetapi tetap harus diingat tidak boleh berlebihan.
Penelitian ini merupakan studi kasus dengan analisis distribusi, dimana akan diketahui distribusi kelompok persediaan yang kritis untuk pelayanan terhadap pasien, dilanjutkan dengan penelitian operasional peramalan dengan analisis kuantitatif, agar dapat diketahui model perencanaan persediaan kritis untuk tahun depan.
Adapun hasil analisis Indeks Kritis dapat diketahui bahwa :
1. Terdapat obat-obatan yang biaya investasi besar, tetapi indeks kritisnya kecil, dan sebaliknya terdapat obat-obatan yang biaya investasi kecil tetapi mempunyai indeks kritis yang tinggi.
2. Dengan analisis Indeks Kritis ABC ternyata kelompok obat yang termasuk kelompok yang harus diperhatikan dalam pengendalian persediaan obat, jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan analisis ABC biasa.
Kemudian, dari hasil penelitian peramalan :
1. Semua metode peramalan dapat dipakai untuk memperkirakan jumlah pemakaian obat.
2. Pemilihan metode peramalan juga harus mempertimbangkan jumlah data dengan fluktuasi data.
Beberapa alternatif untuk rumah sakit dalam melakukan perencanaan :
1. Peran dokter dalam melakukan proses perencanan harus dilibatkan agar ikut merasa bertanggung jawab.
2. Dalam melakukan perencanaan agar juga terarah harus dilakukan formularium standard.
3. Dalam pemilihan peramalan harus dilakukan pengujian terlebih dahulu untuk dipilih peramalan paling baik.
4. Dan dalam melakukan peramalan perlu dipertimbangkan peramalan jenis lain yang bukan hanya berdasarkan waktu

Analysis of Medicine Reserve Planning in the Operating Room at RSUD Koja Jakarta One parameter for assessing hospital quality is the availability in sufficient number good quality and suitable price. The most important medicine reserve planning is for the operating room, because we can not afford any lack of medicine during operation. Operating room should have medicine reserve in optimal amount, but not too excessive.
This research is a case study with distribution analysis, which from there, it will be determined group critical medicine reserve for patient. After that it will be continued by forecasting operational study with quantitative analysis, in order to determine the model for planning critical reserve for next year.
The results of this critical index analysis are :
1. There is medicine with high cost, but low critical index, but on the other side there is medicine with low cost but high critical index.
2. Critical Index ABC analysis shows that the amount of medicine that must be considered in planning medicine reserve is more than the amount of medicine from usual ABC analysis.
The results from forecasting studies are:
1. All Forecasting method can be used to predict the amount of medicine used.
2. The choice of forecasting method should consider amount of data with data fluctuation.
Some alternatives for hospital in planning medical reserve are :
1. Doctors should be involved in planning medicine reserve in order to make them responsible for medicine reserve.
2. In planning medicine reserve, there should be a standard formula as a guidance.
3. In choosing forecasting method, it should be tested for the best one.
4. In Forecasting, it should be considered the other type of forecasting method. not only based from time.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arius Karman
"Dengan meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu, rumah sakit perlu meningkatkan kemampuan manajemennya dengan meningkatkan pengelolaan sumber daya yang ada secara berdaya guna dan berhasil guna. Salah satu sumber daya rumah sakit yang terpenting adalah persediaan farmasi, karena merupakan komponen terbesar dari biaya operasional rumah sakit selain upah. Pengeluaran rata - rata farmasi rumah sakit Qadr, dari tahun 1994 sampai dengan 1996, merupakan 37,68 % dan total pengeluaran rumah sakit, dan dari jumlah tersebut 84,37% adalah investasi obat, selain itu juga terjadi peningkatan sisa stok obat sebanyak 50 % dari tahun 1995 ke tahun 1996.
Penelitian ini dilakukan di gudang famwasi rumah sakit Qadr, pada penggunaan obat - obatan periode Januari 1996 sampai dengan Desember 1996, dengan tujuan mengidentifikasi tingkat persediaan obat di gudang farmasi, merencanakan dan mengendalikan jumlah pemesanan obat yang ekonomis. Penelitian ini bersifat riset operasional, dengan pendekatan analisis ABC, analisis indeks kritis ABC, serta model pengendalian persediaan EOQ dan ROP. Populasi penelitian terdiri dari data sekunder dan data primer. Data sekunder terdiri dari 370 item obat yang selalu tersedia di gudang farmasi rumah sakit Qadr, periode Januari 1996 sampai dengan Desember 1996 sedangkan data primer didapatkan melalui kuesioner yang dikumpulkan dari responden yang terdiri dari dokter - dokter pengguna obat - obat tersebut.
Dari hasil penelitian didapatkan ternyata alur pemenuhan kebutuhan obat di rumah sakit Qadr, dipengaruhi oleh banyak hal antara Iain ; bentuk organisasi dan job description yang belum baku, kekurangan sumber daya manusia terutama di bagian farmasi, jabatan rangkap, dan beban kerja yang tidak merata. Hal lainnya adalah belum dibuatnya formularium obat - obatan, belum pernah dilakukannya pengelompokan obat berdasarkan analisis ABC, analisis indeks kritis ABC, serta trend penggunaan obat - obatan oleh para dokter.
Berdasarkan analisis indeks kritis ABC, didapatkan 19 jenis obat yang termasuk kategori A, harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup, dengan nilai investasi sebesar Rp 64.941.796,- (19,82%), 188 jenis obat kategori B, yang mempunyai nilai investasi sebesar Rp 231.932.246,- (70,76%), sedangkan kategori C mempunyai nilai investasi sebesar Rp 30.860.540,- (9,42%). Pada kelompok A analisis indeks kritis ABC, ternyata terdapat dua macam obat dengan nilai investasi sedang, lima jenis obat dengan nilai pemakaian sedang, satu jenis obat dengan nilai pemakaian rendah, dan tiga macam obat dengan nilai kritis sedang.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit Qadr, dalam hal penyediaan obat - obatan di gudang farmasi. maka perlu dibuat model pengendalian persediaan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan. Pada penelitian ini, kita melakukan pengendalian pembelian terhadap ke 19 jenis obat kelompok A analisis indeks kritis ABC, dengan model pengendalian EOQ dan ROP. Perhitungan model EOQ dan ROP ini, menggunakan program QSB + ( Quantitative Systems for Business), dimana hasil perhitungannya akan digunakan dalam perencanaan pemesanan persediaan selanjutnya.

As a consequence of an increasing demand on quality medical services, hospitals have to improve their managerial capability with a more effective and efficient resource management system. One of hospitals most important resources is pharmaceutical supplies, which become the biggest operational cost component, next to the human resource costs. During the period of 1994 and 1996, average pharmaceutical expenses of "Qadr" hospital comprised of 37,68% of the hospital total expenses, in which 84,37% of that amount is for medicines. In addition, there was a 50% increase in stock of unused medicines between 1995 and 1996. This study was performed on the pharmaceutical supplies of "Qadr" hospital available and consumed from January 1996 until December 1996.
The objective of this study is to identify the level of stock availability, planning and controlling the reasonable stocks. This study is an Operational Research, using the ABC analytical approach, ABC critical index analysis and EOQ-ROP stock control modelling.This study used primary and secondary data. The secondary data consist of 370 medicines which are available on stock in "Qadr" hospitals at any time between January 1996 and December 1996. The primary data were sampled from doctors working at the hospital, using a specially designed questionnaires.
The study found that the fulfillment of medicine needs in "Qadr" hospital was influenced by several factors such as organizational structure & job descriptions, shortage of human resources in the pharmaceutical unit, multi functional persons in charge, and inbalanced workload. Other important factors are the lack of formularium, medicinal classification according to ABC analysis, ABC critical index analysis, and trend on utilization of medicines by doctors.
Based on the ABC critical index analysis, the study disclosed that 19 medicines of the A category must always be available the sum of sufficiently with the investment of Rp 64.941.796,- (19.82%). The sum of 188 medicines of the B category consumed Rp 231.932.246,- (70.76%) of investment, and the C category of medicines cost the hospital of Rp 30.860.540,- (9.42%) during 1996. There were two medicine of those 19 medicines in critical index have a medium investment, five medicines were of medium consumption level, one from the low consumption level, and three were from medium critical level.
To improve the service quality of Qadr hospital, spefically in pharmaceutical management, it is essential to create a stock control model that meets the supply needs. In this study, l performed a purchasing control mechanism over 19 medicines of category A from ABC critical index analysis, using EOQ and ROP control model. Calculation of this model was carried out by QSB (Quantitative systems for business) program, and the results will be used for pianning and management of pharmacy in the next period.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza E. Zamril
"Untuk memenuhi tuntutan terhadap perbaikan mutu pelayanan kesehatan masyarakat, dalam hal ini Rumah Sakit, aspek perbekalan farmasi memegang peranan penting. Untuk itu perlu adanya pelaksanaan manajemen dengan cara yang tepat agar tujuan utama yang ingin dicapai rumah sakit bisa tercapai karena persediaan obat juga melibatkan investasi yang mempengaruhi kelangsungan kegiatan rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah manajemen perbekalan farmasi telah optimal dilaksanakan, serta mengidentifikasi persediaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit Kebayoran dengan cara melihat besarnya nilai investasi, volume pemakaian, berikut nilai indeks kritis ABCnya. Penelitian bersifat 'operation research' dengan menggunakan pendekatan Nilai ABC indeks Kritis, dengan analisis deskriptif secara 'Cross Sectional', yakni data penggunaan obat periode Januari 1995 - Desember 1995. Populasi penelitian terdiri atas 375 jenis obat. Data primer dikumpulkan dengan wawancara kualitatif dan kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan bulanan.
Dari hasil penelitian didapat bahwa manajemen perbekalan farmasi pada Depot Obat rumah sakit Kebayoran belum berjalan baik hal ini terlihat dari masih banyaknya pelayanan yang tidak dapat dilayani, yakni sebesar 19%. Beberapa faktor yang menyebabkan tidak optimalnya manajemen adalah pertama, sumber daya manusia yang kurang khususnya apoteker sehingga mengakibatkan tidak adanya perencanaan, sehingga tidak dapat mengantisipasi kebutuhan obat yang akan 'digunakan; kemudian sistem pembukuan yang ada tidak berjalan dengan baik sehingga mengakibatkan masih banyak terjadi kebocoran yang mengakibatkan keuntungan yang didapat tidak maksimal; dan yang terakhir adalah belum adanya formularium yang dapat digunakan sebagai pedoman pemakaian obat yang baik sehingga menimbulkan banyaknya jenis obat yang menumpuk. Temuan yang terpenting adalah bahwa Depot Obat ternyata hanya melayani pasien rawat inap saja, ini menyebabkan rumah sakit kehilangan oppotunity cost yang sangat besar, mengingat besarnya jumlah kunjungan rawat jalan yang berjumlah 28.513 kunjungan pada tahun 1995.
Berdasarkan analisis Indeks Kritis ABC, diperoleh data bahwa obat yang dipakai pada Depot Obat periode Januari 1995 - Desember 1995 terdapat 52 jenis obat (13,7%) yang selalu harus tersedia atau termasuk kategori A. Dengan nilai investasi sebesar Rp 110.013.578,- atau 62.53% dari nilai investasi keseluruhan. Untuk kategori B terdapat 231 jenis obat (61.6%) dengan total investasi sebesar Rp 58.036.200,-(33%) dan untuk kategori C terdapat 92 jenis obat (24.53%) dengan total investasi sebesar Rp 7.893.147,- (4.49%).
Untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Kebayoran khususnya dalam Penyediaan Perbekalan farmasi yang perlu dilakukan adalah mengangkat seorang apoteker yang bertugas sebagai kepala seksi farmasi yang bertanggungjawab atas perencanaan dan pengadaan obat secara berkala, menghitung EOQ (Economic Order Quantity) serta ROP (Reorder Point) dalam penyediaan obat, mengkoordinir para dokter untuk membuat formularium. Dengan demikian depot obat dapat meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat dengan juga melayani pasien rawat jalan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hermina Karuna Atmaja
"ABSTRAK
Di RS MH Thamrin Salemba selama bulan April - Juni 2011, ditemukan
bahwa ada kejadian penundaan pelayanan resep pasien atau back order yang
terjadi hampir setiap hari, yaitu 82 hari selama 3 bulan. Atau dapat dikatakan
frekuensi kejadian ini sebesar 91,1%. Oleh karena itu, pihak manajemen ingin
memperbaiki pengendalian persediaan obat untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pengendalian persediaan obat, serta meningkatkan mutu pelayanannya.
Penelitian ini adalah penelitian riset operasional untuk menyusun model
pengendalian persediaan obat. Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis ABC
pemakaian, ABC nilai investasi, dan ABC indeks kritis; untuk mengetahui obat
antibiotik apa saja yang menjadi kelompok A, B, dan C. Selanjutnya akan
dilakukan peramalan dengan metode Brown?s Linear untuk kebutuhan obat
kelompok A tahun 2012 dan akan dihitung EOQ serta ROP. Kemudian akan
dihitung efisiensi TIC yang terjadi jika dibandingkan dengan cara pemesanan RS.
Selain itu juga dilakukan wawancara mendalam dengan informan.
Pengendalian persediaan di RS MH Thamrin Salemba masih belum
dilakukan dengan optimal untuk mencapai efektifitas dan efisiensi. Dengan
adanya keterbatasan sumber daya, maka sebaiknya dilakukan pemberian prioritas
dalam pengendalian persediaan obat dengan menggunakan analisis ABC. Metode
ini membantu pihak manajemen untuk lebih berfokus pada barang-barang yang
memiliki nilai lebih tinggi.
Untuk mendapatkan efektivitas dan efisiensi pengendalian persediaan
obat, dapat dilakukan dengan menghitung EOQ dan ROP. Dengan menghitung
EOQ maka biaya persediaan akan berkurang jika dibandingkan dengan cara
pemesanan RS (TIC RS : TIC EOQ = 1.32). Selain itu untuk mengantisipasi
permintaan yang tidak pasti maka perlu diadakan safety stock. Walaupun biaya
persediaan meningkat dengan adanya safety stock (TIC RS : TIC EOQ = 0.77),
mutu pelayanan meningkat dan frekuensi back order akan berkurang.

Abstract
At the MH Thamrin hospital between April till June 2011, it has been
discovered that back orders have been occurring almost every day, happening on
82 days out of 3 months. In other words the frequency of the occurrence is as high
as 91.1%. Therefore the hospital management team decided to improve the
medicine stock maintenance operation to increase both efficiency and
effectiveness of said operation, as well as improving the service quality.
This operational research is designed to create a maintenance model for
the medicine stock. In this research, in order to sort out the antibiotics into class
A, B, and C, the following analyses were used: ABC usage analysis, ABC
investing score, and ABC critical index. The analysis would be followed by the
Brown's Linear forecasting method to forecast the 2012 A class medicine usage
and EOQ as well as ROP would be calculated. After that, the TIC efficiency level
will be calculated based on the measurement against the hospital?s ordering
policy. To complement the research, in-depth interviews with various informants
were also conducted.
The stock maintenance method at MH Thamrin hospital has yet to be
implemented in an optimal way to reach the desired efficiency and effectiveness
level. Due to resources limitation, it is advised to prioritize the medicinal stock
maintenance using the ABC analysis method. This method helps the management
team to focus more on the products that have higher value over the others.
Reaching the desired level of both effectiveness and efficiency in
medicinal stock maintenance can be achieved by calculating EOQ and ROP. By
calculating EOQ the stock cost of the hospital will decrease compared to the
hospital's ordering policy (TIC hospital : TIC EOQ = 1.32). Also a safety stock
calculation would be crucial to anticipate the unforeseen demand level. Even
though the stock cost will rise by adding the safety stock (TIC hospital : TIS EOQ
= 0.77), the service level will increase while back order frequency will decrease."
Universitas Indonesia, 2012
T30113
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Dewanty
"Pelayanan farmasi merupakan salah satu pelayanan yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu di rumah sakit, sehingga perbekalan farmasi terutama obat memerlukan pengelolaan dengan konsep manajemen logistik yang bermutu.
Penelitian ini memberikan gambaran mengenai proses pengendalian persediaan obat generik dengan menggunakan metode analisis ABC indeks kritis di Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan RSIJ Cempaka Putih tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan 6 orang informan dan operational research dengan 6 orang user (dokter).
Hasil penelitian menunjukkan kelompok A indeks kritis terdiri atas 7 item (4,19%) dengan nilai investasi Rp615.646.911,-(15,22%) dan jumlah pemakaian 540.374 (20,91%). Kelompok B terdiri atas 101 item (60,48%) dengan nilai investasi Rp3.296.055.432,- (81,48%) dan pemakaian sebanyak 1.852.301 (71,68%). Kelompok C terdiri atas 59 item (35,33%) dengan nilai investasi Rp133.541.081 (3,3%) dan pemakaian 191.416 (7,41%). Pada kelompok A indeks kritis economic order quantity (EOQ) menghasilkan besar bervariasi antara 373 ? 5741 yang terdiri atas jenis tablet, kapsul, dan injeksi. Sementara, reorder point (ROP) bervariasi antara 82 ? 362.
Pharmaceutical services has an important role in determining the quality of health service in the hospital, so that good logistic management concept for pharmaceutical supplies especially drugs, is required.
The objective of this research is to describe an inventory control process of generic drugs using analysis of ABC critical index at Pharmaceutical Logistics of Islamic Jakarta Cempaka Putih Hospital in 2012. This research used qualitative approach with in depth interview with six participants and operational research from six users (doctors).
The results showed that the group A critical index comprised of seven items (4.19%) with an investment of Rp 615.646.911,- (15.22%) and the usage of 540.374 (20.91%). Group B consisted of 101 items (60.48%) with an investment of Rp 3.296.055.432,- (81.48%) and the usage of 1.852.301 (71.68%). Group C consisted of 59 items (35.33%) with an investment of Rp 133.541.081,- (3.3%) and the usage of 191.416 (7.41%). In group A critical index, economic order quantity (EOQ) varied between 337 and 5741 consisting of tablets, capsules, and injections. Meanwhile, reorder point (ROP) varies between 82 and 362
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>