Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131008 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ria Kodariah
"Dewasa ini diduga faktor pria berperanan besar dalam keberhasilan fertilisasi, bahkan dilaporkan 40%-60% penyebab infertilitas terdapat pada suami, karena itu kesuburan pria penting untuk diperhatikan. Dalam hubungan ini yang perlu dipelajari antara lain yang menyangkut spermatozoa. Fungsi spermatozoa merupakan salah satu faktor penentu bagi fertilitas pria. Salah satu kemampuan fungsional spermatozoa yang penting adalah motilitas terutama yang berupa kecepatan gerak lurus ke depan. Terjadinya penurunan fertilitas berkorelasi kuat dengan penurunan motilitas. Sebaliknya jika motilitas baik, maka kemungkinan fertilitas juga tinggi. Penurunan motilitas yang terjadi dapat berupa penurunan persen motilitas atau penurunan kecepatan gerak spermatozoa. Karena itu diagnosis yang tepat pada kasus-kasus infertilitas pria sangat tergantung pada ketepatan penelaahan motilitas spermatozoa. Penilaian motilitas pada umumnya digunakan di laboratorium secara rutin untuk mengevaluasi kualitas spermatozoa. Penilaian tersebut merupakan faktor penting di dalam mendiagnosis infertilitas pria.
Fusi antara ovum dan spermatozoa hanya memerlukan satu spermatozoa yaitu spermatozoa yang lebih dahulu mencapai ovum. Spermatozoa yang berhasil mencapai ovum ini merupakan spermatozoa yang mempunyai kemampuan-kemampuan tertentu, antara spermatozoa yang terlalu cepat (hiperkinetik) akan memerlukan energi yang lebih banyak. Energi yang tersedia dalam plasma semen terbatas, sehingga besar kemungkinan spermatozoa hiperkinetik tadi gagal menembus rintangan pada traktus reproduksi wanita. Hal yang sama juga akan dialami oleh spermatozoa yang gerakannya sangat lambat (hipokinetik).
Jumlah persentase motilitas yang tinggi belum menjamin spermatozoa mempunyai kecepatan gerak yang baik. Hal ini diperlihatkan oleh Makler dkk. tahun 1979. Mereka mendapatkan korelasi sebesar R=0,46 antara persentase motilitas dengan kecepatan gerak spermatozoa dari 100 sampel semen normal yang dianalisis dengan "Multiple Exposure Photograph".
Mengingat hal tersebut dan karena hanya satu spermatozoa yang diperlukan untuk terjadinya fertilisasi, maka tampaknya kecepatan gerak spermatozoa merupakan faktor yang sangat penting dalam parameter fertilitas, di samping parameter fertilitas lainnya seperti densitas spermatozoa, morfologi, bahkan persentase motilitas. Atas dasaritu, untuk meningkatkan fertilitas, perlu diusahakan peningkatan kecepatan gerak spermatozoa, terutama bagi pasangan infertil yang penyebabnya diduga berasosiasi dengan menurunnya motilitas spermatozoa."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1993
T3445
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanti Indrawati Sukmadji
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989
T58491
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Tersiani Kamil
"Objective: To examine the direct effect of type 5 phosphodiesterase inhibitor (sildenafil), nitric oxide-donor (sodium nitroprusside) and their combination on human spermatozoa in vitro.
Method: Semen samples were collected by masturbation after 3 days of abstinence from donors presenting for infertility evaluation at Imunoendocrinology Labolatory. Samples were divided into normospermia and asthenospermia. Each group were washed on discontinuous density gradient (Percoll 45% and 90%) at 300g for 20 minutes, then resuspended in capacitation media containing Ham's F10. Aliquots of 10x106 spermatozoa were reacted with PDE5 inhibitor, NO-donor, their combination, and also Pentoxyphylline (non-selective PDE) in different doses (0.1,1 and 10 umol). Minimally 6 samples were test for each dose. After 1 hour incubation at 37°C, 5% CO2 in air, microscopic analyses were performed to count motility. Analysis of Variance (ANOVA) was used to test difference among the means.
Result: There were 27 normospemia samples and 24 asthenospermia samples. In normopsermia group, Sildenafil, NO-donor and their combination increase spermatozoa motility significantly if compare to their blank (p 0.023,0.015,0.006). Sildenafil caused dose-dependent increase in spermatozoa motility. Low dose NO-donor increase motility. Combination of Sildenafil and NO-donor could not increase motility better than Sildenafil or NO-donor alone. Sildenafil or NO-donor increase motility higher than Pentoxyphylline. In asthenospermia group, Sildenafil, NO-donor, Sildenafil+NO-donor, and Pentoxyphylline increase motility compare to their blank, but there were no significant difference.
Conclusion: Sildenafil, NO-donor and their combination increase spermatozoa motility significantly if compare to their blank. NO-donor could not enhance the effect of Sildenafil to increase motility."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21290
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dumilah Ayuningtyas
"ABSTRAK
Dalam menghadapi Permasalahan infertilitas faktor pria memegang peran yang lebih penting dari wanita. Berbagai penelitian telah menbuktikan bahwa dalam kasus kasus infertilitas andil pria sebagai faktor penyebab kemandulan adalah sekitar 40-60%.
Di Indonesia belum pernah dilakukan penelitian tentang pengaruh infeksi nikoplasma Pada infertilitas pria. DaIam penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap motilitas spermatozoa secara kuantitatif dan kualitatif dan mengkorelasikan dengan pertumbuhan hasiI biakan Ureaplasma urealyticum pada 30 sampel semen pria pasangan ingin anak. Analisis motilitas spermatozoa dilakukan mengikuti peraturan standar yang dikeluarkan WH0 (1980). Kolonisasi U. urealyticum pada semen ditandai oleh berubahnya warna indikator fenol merah Pada media pembiak Mycoscreen (DBV product).
HasiI pengujian statistik x2 nenuniukkan bahwa pada α 0,05 tidak terdapat Perbedaan bernakna antara rata-rata jumlah spermatozoa motil pada pria yang semennya terinfeksi Ureaplasma urealyticum dengan yang bebas infeksi. Penganatan motilitas spermatozoa secara kualitatif tentang jenis pergerakan juga memberikan hasil yang tidak berbeda bermakna antara pria yang positif dan negatif ditumbuhi Ureaplasma urealyticum. Dengan demikian maka pada penelitian ini tidak terbukti bahwa kolonisasi mikroplasma pada semen akan mempengaruhi parameter semen."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Labiqa Hilda Ismara
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian infusa daun kluwih (Artocarpus camansi Blanco) terhadap penurunan kuantitas dan kualitas spermatozoa mencit (Mus musculus) jantan galur DDY. Sebanyak 24 ekor mencit dibagi kedalam 4 kelompok, yaitu: kelompok kontrol (KK), kelompok perlakuan yang diberikan infusa daun kluwih dengan dosis berturut-turut, yaitu 2,5; 5; dan 10 g/kg BB (KP1, KP2, dan KP3). Infusa daun kluwih diberikan selama 36 hari.
Kemudian dilakukan analisis kuantitas dan kualitas spermatozoa. Data rerata jumlah spermatozoa per militer (x106) pada KK, KP1, KP2, dan KP3 berturutturut ialah (42,92± 3,28), (39,57± 2,08), (36,49± 2,73), dan (33,37± 1,26) spermatozoa per mililiter. Data rerata persentase motilitas spermatozoa pada KK, KP1, KP2, dan KP3 berturut-turut ialah (82,92 % ± 1,74) , (68,54 % ± 6,32), (61,23 % ± 7,13), dan (46,12 % ± 3,90). Data rerata persentase abnormalitas spermatozoa pada KK, KP1, KP2, dan KP3 berturut-turut ialah (37,63% ± 1,32), (52,24 % ± 0,95), (61,93 % ± 1,26), dan (68,83% ± 0,66).
Hasil uji LSD (P < 0,05) menunjukkan terdapat perbedaan nyata antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol KK. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian infusa daun kluwih (Artocarpus camansi Blanco) berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas spermatozoa mencit jantan pada dosis 2,5; 5; dan 10 g/kg BB.

The present study was done to determine the effect of Kluwih’s leaf’s infusion on the quantity and quality of spermatozoa of male mice DDY strain. 24 male mice have divided into 4 experimental group; control group and treament group which were given infusion with doses 2,5;5;10 g/kg bw.
Test material administated for 36 consecutive days. Mean of sperm total per militer: KK (42,92± 3,28), KP1 (39,57± 2,08), KP2 (36,49± 2,73), and KP3 (33,37± 1,26) sperm/ml. Mean of percentage of sperm motility: KK (82,92 % ± 1,74) , KP1(68,54 % ± 6,32), KP2(61,23 % ± 7,13), and KP3(46,12 % ± 3,90). Mean of percentage of sperm abnormality: KK (37,63% ± 1,32), KP1(52,24 % ± 0,95), KP2(61,93 % ± 1,26), and KP3 (68,83% ± 0,66).
Based on LSD test (P<0.05) the result showed that the data has differences between treatment and control group. The result indicated that the treatment group have impact on quantity and quality of spermatozoa of male mice with doses 2,5;5;10 g/kg bw.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Adelia Ulfie Damayanti
"Spermisida merupakan salah satu kontrasepsi non-hormonal yang bahan aktif utamanya adalah Nonoxynol-9 (N-9). Bahan aktif tersebut diketahui mampu merusak membran spermatozoa untuk mencegah kehamilan. Spermisida memiliki efektivitas yang rendah, sehingga perlu digunakan bersama kontrasepsi lain. Penggunaan berulang N-9 dapat menyebabkan iritasi pada organ reproduksi. Bahan biologis diharapkan menjadi bahan spermisida yang lebih aman dan efektif. VDAC3 merupakan protein yang dapat ditemukan pada spermatozoa dan berperan mengatur motilitas spermatozoa. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan membentuk gel kontrasepsi yang mengandung antiserum VDAC3 yang mampu menghambat motilitas, viabilitas, dan integritas membran spermatozoa. Subjek penelitian adalah 25 semen laki-laki usia 25-40 tahun yang sudah memiliki anak dan normozoosperma. Terbagi menjadi empat kelompok yaitu sperm only, gel only, pre-imun serum, dan antiserum VDAC3. Uji karakteristik gel terdiri dari uji daya sebar, uji pH, dan pengamatan perubahan warna. Uji efektivitas yang meliputi motilitas menggunakan Computer Assisted Sperm Analysis (CASA), viabilitas menggunakan eosin Y, dan integritas membran menggunakan uji Hypoosmotic Swelling (HOS). Hasil menunjukkan daya sebar, pH, dan warna yang stabil selama satu bulan. Hasil efektivitas menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara motilitas total pre-imun dan antiserum VDAC3, namun viabilitas dan integritas membran memberikan hasil yang berbeda bermakna. Gel dengan kandungan antiserum VDAC3 berpotensi sebagai spermisida.

Spermicide is non-hormonal contraceptive that contains Nonoxynol-9. Nonoxynol-9 can decrease spermatozoa motility and viability. However, it should be used with other contraception because the effectiveness is low and can irritate genitalia organs. Biological materials are expected to be safer and effective. VDAC3 is a protein channel that can be found in spermatozoa and have the function of sperm motility. Therefore, this research aim is to produce a contraceptive gel containing antiserum VDAC3 and determine its effectiveness on sperm motility, viability, and membrane integrity. We use 25 samples of semen from males aged 25-40, who have a child, and normozoospermic—divided into four groups sperm only, gel only, pre-immune serum, and antiserum VDAC3. The characteristics evaluation involves pH measurement, spreadability, and gel color change. The effectiveness experiment involves sperm motility observation using Computer Assisted Sperm Analysis (CASA), viability examination with eosin Y, and membrane integrity examination using the Hypoosmotic swelling test (HOS). This study's results show that the gel has stable characteristics based on pH, spreadability, and color after one month. There is no significant difference between pre-immune serum and antiserum VDAC3 total motility, but have significant differences in sperm viability and membrane integrity. The gel contains antiserum VDAC and has the potential to be a spermicide."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Wulandari
"Spermatozoa merupakan sel inaktif dalam proses transkripsi dan translasi, sehingga pematangan spermatozoa dan kapasitasi dipengaruhi oleh perubahan atau modifikasi protein yang sudah ada sebelumnya. Studi proteomik menemukan reseptor prolaktin pada permukaan spermatozoa. Seminal plasma merupakan sumber protein yang cukup kaya, salah satunya Prolactin Inducible Protein (PIP). PIP diekspresikan secara berbeda dalam spermatozoa atau seminal plasma pada laki-laki infertil dan fertil. Dalam penelitian ini peneliti ingin menganalisa efek penambahan pemberian prolaktin pada normozoospermia untuk melihat apakah prolaktin berpengaruh terhadap aktivasi PIP, di daerah mana PIP terkespresi dengan menggunakan imunositokimia, peningkatan fosforilasi tirosin dengan menguji parameter kualitas spermatozoa berupa kinetik menggunakan CASA, dan kapasitasi melalui western blot. Hasil penelitian menunjukkan PIP pada kelompok normozoospermia diekspresikan pada permukaan nuclear membran, mid piece, dan tail spermatozoa. Penambahan prolaktin pada kultur spermatozoa kelompok normozospermia tidak terdapat perbedaan secara signifikan dalam mengaktivasi PIP. Penambahan prolaktin pada kelompok normozoospermia tidak terdapat perbedaan secara signifikan dalam meningkatkan kinetik spermatozoa. Penambahan prolaktin kelompok normozoospermia tidak terdapat perbedaan secara signifikan dalam meningkatkan fosforilasi tirosin.

Spermatozoa are inactive cells in the processes of transcription and translation, so spermatozoa maturation and capacitation are influenced by changes or modifications of pre-existing proteins. A proteomic study found prolactin receptors on the surface of spermatozoa. Seminal plasma is a rich source of proteins, one of which is prolactin-inducible protein (PIP). PIP is expressed differently in spermatozoa or seminal plasma in infertile and fertile men. In this study, the researchers wanted to analyze the effect of adding prolactin to normozoospermia to see whether prolactin influenced PIP activation, in which areas PIP was expressed using immunocytochemistry, increased tyrosine phosphorylation by testing spermatozoa quality parameters in the form of kinetics using CASA, and capacitation via western blot. The results showed that PIP in the normozoospermia group was expressed on the surface of the nuclear membrane, midpiece, and tail spermatozoa. The addition of prolactin to the spermatozoa culture of the normozoospermia group did not show a significant difference in activating PIP. The addition of prolactin in the normozoospermia group did not show a significant difference in increasing the kinetics of spermatozoa. The addition of prolactin in the normozoospermia group did not show a significant difference in increasing tyrosine phosphorylation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Firman Wahyudi
"Latar belakang. Spermatozoa harus mempunyai motilitas yang baik agar dapat tercapainya fertilisasi alami. Gangguan pada kelenjar assesori pria merupakan salah satu penyebab astenozoospermia, namun pemeriksaan pada kelenjar assesori pria jarang dilakukan. Kadar asam sitrat dalam plasma seminalis paling besar bila dibandingkan hasil sekresi kelenjar assesori lainnya, hal ini mendasari peneliti untuk melakukan penelitian terhadap asam sitrat dan produk utama yang dihasilkan kelenjar prostat lainnya yaitu fosfatase asam. Asam sitrat diduga berperan dalam proses viskositas, pH semen sehingga dapat mempengaruhi motilitas sperma, fosfatase asam diduga mempengaruhi pula motilitas sperma serta turut berperan dalam menjaga keseimbangan pH semen.
Metodologi. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang pada 57 sampel seminal plasma. Didapatkan 30 sampel seminal plasma kelompok motilitas normal dan 27 sampel seminal plasma kelompok astenozoospermia. Pemeriksaan pada analisa semen standar didapatkan viskositas, pH , volume, motilitas dan konsentrasi spermatozoa. Pemeriksaan kadar asam sitrat pada plasma seminalis dengan metode Flint, dan pemeriksaan aktivitas fosfatase asam pada seminal plasma menggunakan metode spektrofotometri.
Hasil. Hasil perbandingan volume semen, konsentrasi sperma dan kadar asam sitrat pada sampel plasma seminalis dengan astenozoospermia lebih rendah dibandingkan sampel plasma seminalis dengan motilitas normal, sebaliknya hasil pebandingan viskositas dan aktivitas fosfatase asam pada sampel plasma seminalis dengan astenozoospermia lebih tinggi dibandingkan sampel plasma seminalis dengan motilitas normal. Hasil pemeriksaan pH pada kedua kelompok sampel menunjukkan kecenderungan karakteristik yang sama pada kedua kategori. Hasil perbandingan nilai rerata kadar asam sitrat pada semua kategori konsentrasi sperma menunjukkan kadar lebih rendah pada sampel plasma seminalis dengan astenozoospermia dibandingkan dengan kelompok motilitas normal, sebaliknya pada hasil perbandingan nilai rerata aktivitas fosfatase asam pada semua kategori konsentrasi sperma menunjukkan kadar lebih tinggi pada sampel plasma seminalis dengan astenozoospermia dibandingkan dengan kelompok motilitas normal.
Kesimpulan. Kadar asam sitrat, volume dan konsentrasi dalam plasma seminalis pada sampel astenozoospermia lebih rendah dibandingkan sampel dengan motilitas normal, perbedaan ini signifikan secara statistik. Begitupun pada semua tingkat konsentrasi sperma nilai rerata kadar asam sitrat pada sampel astenozoospermia memiliki kecenderungan lebih rendah dibandingkan sampel dengan motilitas normal, perbedaan ini tidak signifikan secara spesifik. Aktivitas fosfatase asam dan viskositas pada sampel plasma seminalis dengan astenozoospermia lebih tinggi dibandingkan sampel dengan motilitas normal, perbedaan ini signifikan secara statistik, pada semua tingkat konsentrasi sperma aktivitas fosfatase asam pada plasma seminalis dengan astenozoospermia memiliki kecenderungan lebih tinggi dibandingkan dengan motilitas normal namun perbedaan ini tidak signifikan secara statistik. Penelitian ini menunjukkan kadar asam sitrat dan aktivitas fosfatase asam tidak mempengaruhi spermatogenesis.

Background. Spermatozoa should have good motility in order to achieve a natural fertilization. Assesori male gland disorders are one of the causes astenozoospermia, but examination of the gland assesori rare Citric acid levels in the seminal plasma of the most substantial when compared to the results of other assesori gland secretions, it is the underlying researchers to conduct research on citric acid and primary products other prostate gland that is acid phosphatase. Citric acid is thought to play a role in the process viscosity, pH cement that can affect sperm motility, acid phosphatase is also thought to affect sperm motility as well as play a role in maintaining the pH balance of the semen.
Methodology. This study used a cross-sectional design of the 57 samples of seminal plasma. Obtained 30 samples of seminal plasma of normal motility group and 27 samples of seminal plasma astenozoospermia group. Examination of the standard semen analysis obtained viscosity, pH, volume, motility and concentration of spermatozoa. Examination of citric acid levels in seminal plasma by the method of Flint, and examination of acid phosphatase activity in seminal plasma using spectrophotometric method.
Result. The results of the comparison semen volume, sperm concentration and citric acid levels in seminal plasma samples with astenozoospermia lower than the seminal plasma samples with normal motility, otherwise Comparing the results of viscosity and acid phosphatase activity in seminal plasma samples with astenozoospermia higher than the seminal plasma samples with normal motility. PH probe results in both sample groups showed a trend similar characteristics in both categories. The results of comparison of the average levels of citric acid in all categories sperm concentration showed lower levels in seminal plasma samples with astenozoospermia compared with normal motility, whereas the mean value of the comparison results of acid phosphatase activity in all categories sperm concentration showed higher levels in seminal plasma samples with astenozoospermia compared with normal motility.
Conclusion. Citric acid content, volume and concentration in seminal plasma on astenozoospermia sample was lower than samples with normal motility, this difference was statistically significant. Likewise at all levels of sperm concentration of citric acid levels mean value in astenozoospermia samples have a lower propensity than samples with normal motility, this difference was not significant specifics. Acid phosphatase activity and viscosity in the seminal plasma samples with astenozoospermia higher than samples with normal motility, these differences are statistically significant, at all levels of sperm concentration of acid phosphatase activity in seminal plasma with astenozoospermia have a higher tendency than normal motility, but this difference was not statistically significant. This study showed levels of citric acid and acid phosphatase activity does not affect spermatogenesis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monika Silvia Ningrum
"ABSTRAK
Inseminasi buatan merupakan salah satu teknologi bioreproduksi yang digunakan untuk meningkatkan produksi kambing perah dengan kualitas unggul. Semen yang digunakan dalam inseminasi buatan harus diencerkan terlebih dahulu untuk menjaga kualitas selama penyimpanan tetap baik. Maltosa adalah salah satu komponennya yang sering digunakan dalam pengencer semen sebagai agen krioprotektan ekstraseluler, karena mampu mencegah kematian spermatozoa akibat terbentuknya kristal es di suhu dingin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi maltosa perbedaan pengencer semen terhadap kualitas spermatozoa kambing perah Sapera selama pengawetan pada 5oC. Semen segar diencerkan dalam 4 kelompok konsentrasi: 0%; 0,2%; 0,4% dan 0,6% maltosa. Setelah pengenceran, semen disimpan dalam dalam lemari es selama 4 hari. Evaluasi tingkat motilitas, viabilitas dan membran plasma Spermatozoa utuh dilakukan setiap 24 jam. Hasil studi menunjukkan konsentrasi maltosa 0,4% pada hari terakhir pengamatan memiliki persentase tertinggi dan berbeda nyata (P<0,05) pada parameter motilitas (50,00±0%), viabilitas (55,17 ± 2,93%) dan membran plasma utuh (57,17 ± 3,13%) dibandingkan dengan tiga
perawatan lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi maltosa 0,4% adalah konsentrasi terbaik untuk digunakan dalam pengencer semen di pengawetan spermatozoa pada kambing perah Sapera.
ABSTRACT
Artificial insemination is one of the bioreproductive technologies used to increase the production of dairy goats with superior quality. Semen used in artificial insemination must be diluted first to maintain good quality during storage. Maltose is one of the components that is often used in cement diluents as an extracellular cryoprotectant agent, because it can prevent the death of spermatozoa due to the formation of ice crystals in cold temperatures. This study aimed to determine the effect of different concentrations of maltose in semen diluents on sperm quality of Sapera dairy goats during preservation at 5oC. Fresh semen was diluted in 4 concentration groups: 0%; 0.2%; 0.4% and 0.6% maltose. After dilution, the semen was stored in the refrigerator for 4 days. Evaluation of the level of motility, viability and plasma membrane of intact spermatozoa was carried out every 24 hours. The results showed that the maltose concentration of 0.4% on the last day of observation had the highest percentage and was significantly different (P<0.05) on the parameters of motility (50.00±0%), viability (55.17 ± 2.93%) and intact plasma membrane (57.17 ± 3.13%) compared with three other treatments. The results showed that the maltose concentration of 0.4% was the best concentration to be used as a cement diluent in the preservation of spermatozoa in Sapera dairy goats."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>