Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150701 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sebayang, Juli Edi
"ABSTRAK
Pengolahan bahan olah karat rakyat menjadi produk ekspor SIR 20 (Crumb Rubber), menghasilkan limbah cair yang dapat mengakibatkan terganggunya kehidupan organisme perairan dan peruntukan badan air penerima.
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 20 Tabun 1990 tentang pengendalian pencemaran air, mengupayakan agar sungai dengan berbagai fungsi perlu mendapat perhatian secara bijaksana, sehingga keseimbangan lingkungan dan upaya pengamanan sungai terhadap kerusakan yang disebabkan oleh tindakan manusia dapat dihindarkan.
Dalam rangka melaksanakan Peraturan Pemerintah tersebut PT. Lingga Djaja membuat sistem pengolahan air limbah bahan olah karet rakyat dengan metode sirkulasi bertahap, diharapkan mampu memperbaiki mutu air limbah sesuai dengan baku mutu limbah yang diizinkan pemerintah.
Penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui kemampuan metode sirkulasi bertahap dalam menurunkan kadar pencemar dan mempelajari pengaruhnya terhadap badan air penerima limbah.
Lokasi penelitian terletak di tepi Sungai Enim, termasuk wilayah Kecamatan Tanjung Agung, lebih kurang 5 Km dari ibu kota Kabupaten Muara Enin, Provinsi Sumatera Selatan.
Untuk memperoleh data yang representatif, dilakukan pengambilan contoh air pada 5 lokasi pengukuran di daerah instalasi pengolahan limbah dan 3 lokasi pengukuran pada Sungai Enim, masing-masing sebanyak 2 kali sehari selama 3 hari berturut-turut.
Selanjutnya dilakukan analisis contoh air di laboratorium untuk parameter BOD 5, COD, NH3-N, TSS, kekeruhan, DO, M03-N, TDS dan P04-P, sedangkan suhu dan pH diukur langsung di lapang (in situ).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode sirkulasi bertahap berdasarkan nilai NSF-WTI hanya mampu menaikkan mutu air limbah sebesar 27,34% dengan nilai BOD 5 (+43,9 mg/I) dan NH3-N (+39,1) masih berada di atas baku mutu limbah cair untuk industri karat yang diizinkan. Sedangkan hasil uji t terhadap rata-rata kadar parameter yang diukur sebelum dan setelah pengolahan menunjukkan adanya perbedaan nilai BOD 5, NH3-N, COD, TSS, sedangkan pH tidak berbeda sebelum dan setelah air limbah mendapat perlakuan sirkulasi bertahap.
Kualitas air Sungai Enim sampai dengan jarak 25 meter dari Effluent tergolong buruk (nilai NSF-WQI 41,66). Pada jarak 100 meter dari Effluent, setelah mendapat pengenceran air sungai sebesar 3510 kali, air sungai tergolong baik (nilai NSF-WQI 67,47), mendekati mutu air baku produksi yang digunakan (nilai NSF-WQI 75,03).
Hasil uji t terhadap rata-rata parameter yang digunakan, terdapat perbedaan BOD 5, COD, dan NH3-N pada jarak 25 meter dari lokasi pembuangan limbah dibandingkan dengan konsentrasi sebelum terjadinya pencemaran, sedangkan pH dan TSS tidak menunjukkan adanya perbedaan. Pada jarak 100 meter dari lokasi pembuangan limbah, parameter BOD 5, COD dan T55 menunjukkan adanya perbedaan dibandingkan dengan konsentrasi sebelum terjadinya pencemaran, sedangkan pH dan NH3-N tidak menunjukkan adanya perbedaan.;

ABSTRACT
The small holder's rubber raw material processing to become crumb rubber (SIR 20) produces liquid waste in which if not properly treated, prior to discharge, may cause disturbance on aquatic living organisms in the receiving water bodies.
The Government Regulation (No. 20, 1990) concerning water pollution control has stated that attention on the multi usage of rivers should be wisely made in order to protect the environment from destruction caused by human activities and keep the nature in balance.
In the implementation of the government policy concerning the environment, PT. Lingga Djaja has treated its effluent using several steps circulation method. It is expected that the treated wastewater of this mill can comply the government's permissible limit for rubber industry.
The research aims to assess the capabilities of' the existing wastewater treatment plant of PT. Lingga Djaja to reduce its pollutants' concentration and the impact to the rivers. The mill located at the river Enim in Tanjung Agung sub-district, 5 km from Muara Enim, South Sumatera Province.
To obtain a representative data, samples were taken from 5 samples within the mill's wastewater treatment units and 3 samples at the river Enim, the samples were taken two times a day in three respective day. From each sample 10 physico-chemical parameters were measured. The BOD 5, COD, NH3-N, TSS, turbidity, dissolved oxigent, N03-N, TDS and P04-P were measured in the laboratory, while pH and water temperature were measured directly in the field (in situ).
The study revealsthat the several steps circulation method can only improve the quality of waste water of about 27,34% wit BOD 5 and HH3-N concentration were still above the government's permissible limit for rubber industry. However, the statistical t test shows that the BOD 5, COD, NH3-N and TSS concentrations, both before and after treatments, were significantly different, but not for pH.
The river water quality until 25 meter from the mill discharge point shows a bad quality (NSF-WQU value is 41,66). But, after 100 meter from discharge point, where 3510 times of dilution caused by the river Enin exists, the quality of water improved (NSF-WQI value is 67,47). This value approaches the upstream river water quality (NSF-WQI value is 75,03).
Statistical t-test on average value of BOD 5, COD, NH3-N 25 meter from the mill discharge point, shows significant difference to concentration before discharge point except for pH and TSS. After 100 meter from the discharge point, the BOD 5, COD, TSS shows a significant difference to the concentration before discharge point except the pH and NH3-N.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rohil
"ABSTRAK
Permasalahan yang dihadapi oleh pabrik karet remah di Kotamadya Palembang sekarang ini ialah kadar beberapa parameter limbah cair seperti HOD dan COD masih melampaui baku mutu limbah cair. Limbah yang melampaui ambang batas ini dikhawatirkan akan menambah tingkat pencemaran sungai Musi. Untuk mengurangi tingkat pencemaran ini, perlu dilakukan pengendalian terlebih dahulu sebelum limbah tersebut dibuang ke badan air.
Penelitian ini bertujuan menguji bagaimana pengaruh pengendalian limbah cair terhadap kualitas limbah dan biaya produksi karet remah. Penelitian yang dilakukan secara keseluruhan merupakan penelitian deskriptif yang ditunjang oleh penelitian eksperimental. Lokasi penelitian adalah salah satu pabrik karet remah di Kotamadya Palembang. Percobaan dilakukan dengan tiga perlakuan yaitu perlakuan aerasi tanpa penambahan zat kimia dan perlakuan aerasi dengan penambahan zat kimia serta perlakuan kontrol. Hasil percobaan diukur setelah waktu 24 jam, 48 jam dan 72 jam.
Hasil penelitian dan uji statistik dengan analisa variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa kadar limbah cair karet remah ( BOD, COD dan SS) dapat diturunkan dibawah baku mutu limbah cair. Faktor perlakuan, waktu dan interaksi antara perlakuan dengan waktu, berpengaruh terhadap kadar limbah cair karet remah.
Berdasarkan hasil percobaan, diperkirakan biaya pengendalian tanpa zat kimia sebesar Rp. 73,5 juta dan pengendalian dengan penambahan zat kimia sebesar Rp.124 juta. biaya pengendalian ini akan menambah beban biaya produksi sebesar Rp.4,1 per kg karet (tampa zat kimia) dan Rp.6,9 per kg karet (dengan zat kimia), sehingga laba perusahaan akan berkurang sebesar 29,7 % (tanpa zat kimia) dan 49,9 % (dengan zat kimia).
Daf tar Kepustakaan 34 (1953 - 1990)

ABSTRACT
The problem that is faced by all of crumb rubber factory in Palembang today is the content of .some parameter of liquid waste like BOD and COD are still exceed the standard of effluent. The effluent that exceed the limit is concerned because it will increase the rate of pollution in Musi's river. To reduce the rate of pollution, the waste must be controlled before they are disposed to the river.
The goal of this research is to examine the influence of controlling to the quality of waste and production cost. The whole research is a descriptive research that has been supported by experimental research. The research took place at a crumb rubber factory in Palembang. The experiment was done with 3 kind of treatments. First, aeration treatment without chemical substances adding second, aeration treatment with chemical substances adding and third, controlling treatment. The results were measured after 24 hours, 48 hours and 72 hours.
The results and statistical test with analysis of variance (ANOVA), howed that liquid waste of crumb rubber content could become lower than the standard of effluent. The treatment factor} time and its interaction influenced to content of liquid waste of crumb rubber.
The controlling cost was estimated based on these result of experiment , which is for controlling without chemical substances needed 73,5 -million rupiahs and with chemical substances needed 124 million rupiahs. This controlling cost would raise the production cost Rp.4,1 /kg rubber (without chemical substances) and Rp. 6,9 /kg rubber (with chemical substances), therefore the company's profit would be reduced 29,7 % (without chemical substance) and 49,9 % (with chemical substances).
References 34 (1953 - 1990)
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik
"Masalah utama yang dihadapi penduduk desa Barongan kota Kudus dalam mewujudkan lingkungan hidup yang bersih selain bersifat material mencakup pula bahwa, interaksi pemerintah dan masyarakat belum mencerminkan suatu keterpaduan. Pemerintah setempat yang berusaha menerapkan inovasi kebersihan modern yang berasal dari negara maju sebagai acuan, kurang memperhatikan sifat urban kita yang sudah terbiasa mengelola sampah rumah tangga secara tradisional. Perbedaan kerangka acuan tersebut akhirnya menghambat terciptanya sikap tanggung jawab masyarakat pada kebersihan rumah tinggal secara nyata. Oleh karena itu pengkajian sikap masyarakat pada kebersihan rumah tinggal dan kaitannya dengan inovasi penanggulangan sampah sebagai bagian dari pembinaan kebersihan lingkungan pemukiman menjadi hal yang penting.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk dan pelaksanaan, kecenderungan sikap masyarakat dalam kebersihan lingkungan rumah tangga,faktor sosial budaya yang mendominasi perilaku mereka terhadap sampah dan kategorinya, serta mekanisme sosial yang berkembang, sehubungan dengan program penanggulangan sampah yang diinovasikan.
Penelitian ini dilakukan di desa Barongan, kota Kudus, dengan sample 80 keluarga (ibu rumah tangga dan atau didampingi suami), sebagai responden yang dipilih secara acak stratifikasi, pada 3 RW. Metode yang digunakan adalah diskriptif, teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam dan dibantu kuesioner serta studi kepustakaan.
Hasil temuan dari penelitian ini adalah: diketahuinya bentuk inovasi kebersihan pada lingkungan hidup kota yang berpenduduk heterogen sosial budayanya, dengan pelayanan sampah sistem modul. Pelaksanaannya dengan melibatkan masyarakat dalam penyuluhan kebersihan, pewadahan sampah, membayar iuran kebersihan serta mendapat pelayanan pengambilan dan pengangkutan sampah dari tiap rumah tinggalnya. Mereka sebelumnya telah didominasi oleh pengetahuan, kepercayaan, kebiasaan, kesempatan dan keputusan membuang sampah dan limbah rumah tangga secara tradisional (dimasukan ke dalam lubang pekarangan sekitar rumah, dibakar dan ditimbun tanah, serta ke comberan). Kecenderungan sikap mereka, menyatakan persetujuannya terhadap gagasan baru tentang penanggulangan sanpah, kecuali menegur pada orang yang buang sampah sembarang tempat,masih relatip lemah. Mekanisme sosial yang terjadi tampak kurang lampu merubah perilaku kebersihan yang lama dalam kelola limbah rumah tangga, karena terdapat kelemahan perangkat inovasi (materi kurikulum, kadar penyuluh, peserta), sehingga akhirnya kurang tercipta disiplin warga pada ketentuan inovasi. Walaupun begitu, mereka telah memiliki sedikit pengetahuan inovasi kebersihan modern. Praktek buang sampah rumah tangga tradisional digeser dengan pelayanan sampah sistem modul.
Dengan demikian kuat lemahnya penerimaan masyarakat terhadap inovasi kebersihan penanggulangan sampah, berhubungan dengan kesempurnaan komponen program dan tingkat kompleksitas psikologi,sosial dan budaya dalam masyarakat. Selanjutnya tahapan yang terjadi pada proses penerimaan dan penolakan dalam rejection-adoption theory berlaku pula pada masyarakat bersangkutan.

The man problem faced by the inhabitants at Barongan village Kudus city, in creating clean environmental surroundings is that, besides of non-material reasons, the interaction between the government and community, has not shown good coordination. The local government which tries to implement modern innovative environment cleanliness practices from developed countries as from of reference does not give enough consideration of local custom in overcome garbage traditionally. The difference in the two frame of reference in turn, hinders the implementation of sense of respons ability on part of inhabitants in creating clean household environmental. Therefore, studies on the attitudes of the society on home cleanliness in relation to wastes overcome innovation as part of building hosehold environmental cleanliness becomes prominent.
The objective of this study is to know the patterns, implementatlon and tendency of social attitude is home environmental cleanliness, social-cultural factors dominating their behaviours towards wastes and their categories,and developing social mechanism in relation to innovative waste overcome / management programmes.
This study is done at Barongan village, Kudus city, with sample of 80 household ( house-wives, either accompanied by their husbands or bs them selves) as respondents chosen with stratified random, at three RW' s. The method which is used is discriptive, and the techniques used in collecting the data are depth-interviews, questionairs, and literary studies.
What have been found in this study are pattern of home environmental cleanliness programme implemented in a small town with heterogeneous social-cultures with modullar garbage services. The implementation includes the involvement of the inhabitants in spreading information on the importance of clean environment, putting garbage into containers,contributing cleanliness fund and getting garbage-taking-away services from every home. They were previously influenced by knowledge, belie£, customs, opportunities and decisions on throwing away hone waste and sewage traditionally (put into square holes in the ground around the houses, burned, and covered with soil and open sewage ditch). They tend to agree at the new ideas wastes management, but the practice on warning on other who throw garbages not provided repositories is relatively weak. Social mechanism does not seem to change old cleanliness practices on overcome domestic waste. Because of the weaknesses in the innovative package (syllabi, staff, participants). As a result the inhabitants have not been fully committed to the innovative movement. Nevertheless,the have got some knowledge on modern way of keeping the environment waste have been seplaced by modular waste services.
Thus, weather or not the society has the full commitment to the inovative way of wastes overcome has much to do with the perfectness of the innovative program components and the levels of complexities of the psychological-social-cultures of the society.Then, stages in the processes of adoption-rejection theory is also true to the above-mentioned society."
Depok: Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pranda Mulya Putra Garniwa
"Permasalahan sampah di perkotaan merupakan permasalahan yang kerap terjadi karena ketersediaan tempat pembuangan sampah selalu bertautan dengan ketersediaan lahan, penggunaan tanah, dan biaya operasional-non operasional yang harus dikeluarkan. Kota Tangerang Selatan merupakan kota yang baru memisahkan diri dari kota pusat, yaitu Kota Tangerang. Sebagai kota yang baru, Tangerang Selatan belum siap menghadapi masalah pengelolaan sampah. Ada 3 sumber penghasil sampah utama di Tangerang Selatan, yaitu permukiman, kawasan komersial, dan industri. Industri merupakan sumber penghasil sampah yang memiliki jenis sampah yang lebih bervariasi dibanding kedua sumber yang lain.
Penelitian ini ingin mengkaji bagaimana pengelolaan sampah padat industri di Kota Tangerang Selatan ditinjau dari aspek spasial dengan menggunakan variabel lokasi industri, jenis industri, produksi sampah, sebaran tempat pembuangan sampah, dan tipe pengelolaan sampah. Dengan menggunakan analisis spatial maka variabel tersebut dapat dikategorikan berdasarkan jalur pembuangan, arah, dan tahap pengelolaan sampahnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa industri Kota Tangerang Selatan memiliki dua tipe pengelolaan yaitu Pola Langsung Buang (sumber à Tempat Pembuangan) Akhir dan Pola Reuse (sumber à Agen Penerima Sampah (reuser)à Tempat Pembuangan Akhir). Industri makanan hanya memiliki pola Langsung Buang , industri garmen dan industri furnitur kayu memiliki 2 pola yaitu Langsung Buang dan Pola Reuse. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa jarak TPA dengan industri tidak mempengaruhi pengelolaan sampah padat. Jenis sampah sangat mempengaruhi pola pengelolaan sampah padat industri Kota Tangerang Selatan.

Waste problems have always been a problem because of the availability of the disposal sites is always linked with the availability of land, land use, and operating-non operating costs incurred. South Tangerang city is a new separating city from the main city, Kota Tangerang. As a new city, Tangerang Selatan is not ready yet to face waste management problem. There are 3 main waste producers, they are settlements, commercial areas, and industry. Industri is main waste producer whose more varied types of waste than other two sources.
The purpose of this research is to review how industrial solid waste management in Tangerang Selatan City in terms of spatial aspects using variables such as location of the industries, types of industri, waste production, distribution of disposal site, and types of waste management. By using spatial analysist, Those variables can be categorized based on route, direction and waste management steps.
The research result shows that there are only two types of waste management in South Tangerang city, they are type Direct Disposing (Source à Final Disposal Sites) and Type Reuse (Source à Waste Receiver Agent/reuser à Final Disposal Sites). Food industry only has one type of waste management, Direct Disposing. Garment Industry and Wood Furniture Industry have 2 types of waste management, they are Direct Disposing type and Reuse type. The research result also shows that distance between Final Disposal Sites and Industry don't effect solid waste management, but the types of waste do effect to industrial solid waste management in South Tangerang City.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43619
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Soetopo
"ABSTRAK
Untuk mewujudkan hidup yang sehat, sangat diperlukan kondisi lingkungan yang bersih. Lingkungan yang bersih bisa terwujud apabila limbah dikelola dengan baik.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui berbagai faktor,yang berperan dan mempengaruhi keberhasilan pengelolaan limbah serta faktor mana diantara berbagai faktor tersebut yang kurang atau tidak berfungsi dalam menunjang keberhasilan pengelolaan limbah di Kecamatan Setiabudi Jakarta Selatan.
Persepsi masyarakat terhadap peraturan kebersihan, peranserta masyarakat, retribusi limbah, tenaga pengelola limbah, sarana dan prasarana serta penyuluhan mengenai kebersihan lingkungan akan mempengaruhi keberhasilan dalam pengelolaan limbah.
Dari uraian tersebut, telah disusun 6 hipotesis yaitu:
1. Semakin baik persepsi masyarakat terhadap peraturan kebersihan, semakin berhasil pengelolaan limbah.
2. Semakin tinggi peranserta masyarakat, semakin berhasil pengelolaan limbah.
3. Semakin besar iuran atau retribusi limbah, semakin berhasil pengelolaan limbah.
4. Tenaga pengelola limbah yang memadai, akan meningkatkan keberhasilan pengelolaan limbah.
5. Sarana dan prasarana yang memadai, akan meningkatkan keberhasilan pengelolaan limbah.
6. Semakin sering dilakukan penyuluhan mengenai kebersihan lingkungan, semakin berhasil pengelolaan limbah.
Untuk mengetahui berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengelolaan limbah, dilakukan penelitian dengan cara membandingkan ciri-ciri atau karakteristik dari dua wilayah yaitu Kelurahan Menteng Atas yang kondisi pengelolaan limbahnya sudah cukup baik dan Kelurahan Karet Kuningan yang kondisi pengelolaan limbahnya belum baik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan limbah di kedua wilayah penelitian terdapat dua sistem kegiatan operasionil yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah (meliputi pengangkutan limbah dari lokasi penainpungan sementara ke lokasi pembuangan akhir), serta kegiatan yang dilakukan oleh swadaya masyarakat (meliputi pengumpulan dan pengangkutan limbah dari rumah-rumah penduduk ke lokasi penampungan sementara).
Pengelolaan limbah tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh swadaya masyarakat. Sebaliknya tanpa usaha pemerintah, pengelolaan limbah juga tidak akan berjalan karena usaha tersebut membutuhkan sarana, prasarana, tenaga dan dana yang besar.
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa :
1. Semakin baik persepsi masyarakat terhadap peraturan kebersihan, peranserta masyarakat yang tinggi, tersedianya tenaga pengelola limbah maupun sarana dan prasarana yang memadai, serta retribusi limbah yang tinggi dapat meningkatkan keberhasilan pengelolaan limbah. Di samping itu, sering diadakannya penyuluhan mengenai kebersihan lingkungan juga dapat meningkatkan keberhasilan pengelolaan limbah.
2. Keenam faktor tersebut mempunyai hubungan dengan pengelolaan limbah dengan derajad sedang sampai kuat.
3. Di daerah yang kondisi pengelolaan limbahnya belum baik, ke enam faktor tersebut masih belum berfungsi dengan baik dalam menunjang keberhasilan pengelolaan limbah.

ABSTRACT
In establishing a healthy life, a clean environment' is a necessity. A clean environment would be accomplished if the waste were managed properly. This study is implemented to identify various factors that function and affect the success of the waste management. On the other hand, this study is also intended to identify factors, which do not support or only has little contribution to the success of the waste management in Sub district Setiabudi of South Jakarta.
Community participation, the availability of waste management personnel and labors, logistic and infrastructures, community perception on environmental cleaning regulation, money contribution for waste collection and extension program on, environmental cleanness are factors influencing the success of the waste management.
Based on this explanation, six hypotheses have been established, namely:
1. The better the community perception on environmental cleaning regulation, the more successful the management of the waste.
2. The higher the community participation the more successful the management of the waste.
3. The bigger the amount of waste collection fee, the more successful the waste management.
4. The availability of the waste management personnel and labors in an appropriate number will contribute to the success of the waste management.
5. Reasonable amount of logistic and infrastructure will give support towards a successful waste management.
The more frequent the information and education on environmental cleanness is given to the community, the more successful the management of the waste.
In order to identify various factors that influence the success of the waste management, this study has compared the characteristics of two different areas namely the one that had acquire good waste management, and the area that has not had a good waste management.
The result of the study shows that there are two operational systems in those two studied areas: firstly, the system operated by the government, which covers the transportation of the waste from a dumping location to a final dumping location.
Secondly, the system that is carried but by the community themselves which covers the collection and transportation of the waste from houses to a temporary dumping location.
Without the community active participation, the waste management can not be carried out properly since the services provided by the government have not reached household level that produce those waste.
On the other hand, without the Government involvement the waste management in the housing area will not work properly since the effort needs logistic, infrastructures, manpower and a lot of funds.
Based on the result of the data analysis, it can be concluded as the followings:
1. The high community participation, the availability of personnel, logistic and infrastructures, a reasonable amount of waste collection fee, a good community perception against environmental cleaning regulation and the more frequent extension program on the matter, will increase the success of the waste management.
2. The six factors mentioned earlier have a relationship to the waste management level, from fair to strong.
3. In the area where the waste management has not been operating properly, the six factors are proved to be not functioning yet in supporting the success of the waste management.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabrina Farahiyah
"Terjadinya penumpukan sampah yang terjadi di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dan keterbatasan lahan yang dimiliki oleh daerah untuk membangun TPA menimbulkan masalah persampahan. Menanggapi hal tersebut, penulis melakukan penelitian untuk mengetahui pengelolaan sampah pada Tempat Pemrosesan Akhir Regional (TPA Regional) di Indonesia dengan studi kasus Tempat Pemrosesan Akhir Sampah Regional Banjarbakula Provinsi Kalimantan Selatan (TPA Sampah Regional Banjarbakula) dan hubungan kerja sama antardaerah kabupaten dan kota dalam satu provinsi terhadap pengelolaan sampah pada TPA Sampah Regional Banjarbakula sebagai upaya untuk mengatasi masalah persampahan tersebut dan mengurangi dampak negatifnya terhadap lingkungan karena TPA atau pun TPA Regional merupakan tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif dengan bentuk penelitian yuridis-normatif. Hasil penelitian menyatakan bahwa pengelolaan sampah yang dilakukan di TPA Regional sama seperti yang dilakukan di TPA, yaitu menggunakan metode lahan urug saniter; kerja sama yang dilakukan dalam pengelolaan sampah di TPA Sampah Regional Banjarbakula merupakan kerja sama daerah dengan daerah lain.

The accumulation of solid waste that happened in the Landfill and the boundaries of land owned by the region to build a Landfill created a solid waste problem. Responding to this, the author conducted a study for solid waste management at Regional Landfill in Indonesia with a case study of the Banjarbakula Regional Landfill, South Kalimantan Province (Banjarbakula Regional Landfill) and cooperative relationship between districts and cities in one province towards solid waste management at the Banjarbakula Regional Landfill as an effort to solve the waste problem and its negative impact on the environment because Landfill or Regional Landfill is a place to process and return waste to the environment safely for human and the environment. This was a qualitative study with a descriptive design with juridical-normative research. The results of study showed that the solid waste management carried out in the Landfill was the same as that carried out in the Regional Landfill and was applied sanitary landfill method; the engagement in solid waste management at the Banjarbakula Regional Landfill was regional beetwen one cities to the others."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anugrah Juwita Sari
"Komposisi sampah TPA Cipayung terdiri dari 11,972% komponen plastik. Pada kenyataannya tidak semua sampah plastik dapat diproses, hanya sampah plastik dengan kondisi baik yang dapat didaur ulang. Dengan demikian, sampah yang akan ditimbun di TPA Cipayung banyak mengandung komponen yang sulit terurai seperti plastik. Pemanfaatan sampah TPA Cipayung sebagai refuse derived fuel (RDF) akan mengurangi beban TPA Cipayung dan memperpanjang umur tampung sampah. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut apakah sampah TPA Cipayung berpotensi sebagai bahan baku RDF.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui untuk komposisi dan karakteristik fisik dan kimia sampah TPA Cipayung dan besarnya potensi energi dari sampah TPA Cipayung serta potensi sampah di TPA Cipayung yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku RDF. Karakteristik fisik yang diteliti adalah berat jenis. Karakteristik kimia yang diteliti adalah kadar air, kadar volatil, kadar abu, dan nilai kalori (calorific value). Karakteristik kimia yang diteliti mengacu kepada analisis proksimat yaitu analisis untuk komponen combustible dalam sampah. Metode pengujian kadar air mengacu pada SNI 03-1971-1990, kadar volatil mengacu pada Standard Method 2540 E dan kadar abu mengacu pada ASTM E 830-87.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi sampah TPA Cipayung terdiri atas 28,475% plastik; 4,275% kertas dan karton; 3,938% tekstil; 0,676% karet dan kulit; 1,619% kayu; 0,468% kaca; 0,115% logam; 6,050% diapers dan pembalut; 54,014% organik; dan 0,371% lain-lain. Potensi energi sampah TPA Cipayung (komponen combustible) sebesar 3.576,99-4.787,10 kCal/kg dan sampah di TPA Cipayung yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku RDF secara berurut dari yang memiliki nilai kalori terbesar adalah karet dan kulit dengan nilai kalori 6.992 kCal/kg, plastik dengan nilai kalori 5.491,5 kCal/kg, kayu dengan nilai kalori 3.075,5 kCal/kg, tekstil dengan nilai kalori 2.616 kCal/kg, dan kertas dan karton dengan nilai kalori 2.402,5 kCal/kg. Namun, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kadar air sampah cukup tinggi, yaitu sebesar 51,18%, sehingga perlu dilakukan pre-treatment untuk mengurangi kandungan air dalam sampah untuk meningkatkan kualitas sampah dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku RDF.

Solid waste in TPA Cipayung consists of 11,972% plastic. In fact, not all plastic waste can be processed, only those which have good quality which can be recycled. It causes solid waste in TPA Cipayung consists of non-biodegradable components, such as plastic. Solid waste can be utilized as refuse derived fuel (RDF) that can reduce the amount of the loading to TPA Cipayung and extend the using time of TPA Cipayung. It needs to be determined whether the solid waste of TPA Cipayung can be used as RDF's raw material. Therefore, the goal of this study are to determine the composition, physical and chemical properties and energy potential of solid waste at TPA Cipayung and also the potential of solid waste at TPA Cipayung that can be used as RDF raw material.
This study determines the physical and chemical properties of solid waste; those are density, moisture, volatile, and ash content, and also calorific value. The chemical properties refer to proximate analysis which is the analysis for the combustible components of solid waste. The testing method of moisture, volatile, and ash content based on SNI 03-1971-1990, Standard Method 2540 E, and ASTM E 830-87 respectively.
This results show that solid waste at TPA Cipayung contains 28,475% of plastic; 4,275% of paper and cardboard; 3,938% of textile; 0,676% of rubber and leather; 1,619% of wood; 0,468% of glass; 0,115% of metal; 6,050% of sanitary napkin; 54,014% of organic; and others 0,371%. The energy potential of solid waste in TPA Cipayung (combustible components) is 3.576,99-4.787,10 kCal/kg. The components that have potential as the raw material of RDF are rubber and leather (6.992 kCal/kg), plastic (5.491,5 kCal/kg), wood (3.075,5 kCal/kg), textile (2.616 kCal/kg), paper and cardboard (2.402,5 kCal/kg). However, the moisture content in solid waste is high that is approximately 51,18%. Therefore, this high must be reduce to increase its potential as RDF raw material.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42793
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yudithia
"Jakarta adalah Ibu Kota Republik Indonesia dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 10 juta jiwa pada tahun 2011, dengan jumlah limbah padat yang dihasilkan mencapai 6.594,72 ton/hari (2.487,61 m3/hari). Salah satu elemen pengelolaan sampah di Jakarta adalah Tempat Penampungan Sampah Sementara, yang berfungsi sebagai lokasi penampungan dan pemilahan sampah yang dapat didaur ulang. TPS merupakan salah satu potensi sumber bioaerosol di udara. Selain proses degradasi sampah organik secara alami, teknis operasional pengelolaan sampah juga turut berperan terhadap tingginya konsentrasi bioaerosol di TPS. Analisis dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan prinsip statistik korelasi bivariat dan multivariat. Berdasarkan hasil analisis, aktivitas penampungan, pemilahan, dan pengangkutan sampah merupakan aktivitas utama yang mempengaruhi konsentrasi bioaerosol. Selain itu, parameter meteorologis (temperatur udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin) juga berperan cukup besar terhadap pertumbuhan dan persebaran bioaerosol di udara. Oleh sebab itu, diperlukan sebuah strategi pengendalian kualitas udara mikrobiologis di dalam maupun luar area TPS.

Jakarta is the capital of Indonesia with a population more than 10 million in 2011, that the amount of waste generated is approximately 6,594.72 tons/day (2,487.61 m3/days). In Jakarta, one element of solid waste management system is a transfer station. In Indonesia, transfer station handle solid waste that can be recycled and reused informally. Transfer station is a potential source of bioaerosol contaminants in the air. Besides the natural organic waste decomposition, operational techniques also gave a contribution to the high bioaerosol concentration at transfer station. The analysis was conducted based on bivariate and multivariate correlation statistics. Based on the analysis, collecting, sorting, and transporting are the main activities that affect bioaeorosol concentration. Moreover, meteorological parameters (air temperature, humidity, and wind velocity) also have a main role in growth and spread of bioaerosol to the ambient air. Consequently, it requires a strategy to control microbial air quality inside and outside the transfer station."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35769
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samuel
"ABSTRAK
Setiap orang penduduk Kotamadya Padang memproduksi sampah ± 4,4 liter/hari. Dengan jumlah penduduk 711 ribu jiwa, total volume sampah yang dihasilkan sekitar 2950 m3/hari. Dengan rata-rata pertumbuhan penduduk sebesar 2,76 % per tahun diperkirakan pada tahun-tahun mendatang jumlah penduduk akan mengalami peningkatan yang cukup besar.
Sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi, jumlah sampah yang dihasilkan juga akan meningkat. Sedang lahan untuk pembuangan akhir sampah terbatas. Untuk mengatasi masalah tersebut khususnya menangani sampah kota, perlu dikembangkan teknologi pemusnahan yang tepat. Salah satu upaya yang dilakukan adalah Sistem Sanitary Landfill.
Sistem sanitary landfill adalah pembuangan sampah ke daerah parit, daerah legok atau daerah lereng kemudian ditimbun dan dipadatkan dengan lapisan tanah secara berlapis-lapis dengan sampah tidak boleh terbuka selama lebih dari 24 Jam.
Penelitian dilaksanakan di LPA sampah sanitary landfill di Kotamadya Padang. Daerah digunakan adalah daerah dengan topografi bergelombang dengan Janis tanah podzolik merah kuning yang mempunyai kandungan fiat tinggi serta homogen sehingga penyaringan larutan akan lebih baik daripada jenis tanah yang banyak mengandung pasir. Sistem sanitary landfill di daerah ini masih tergolong sederhana karena pada lapisan bawah dari LPA Sampah belum dibuat lapisan kedap air.
Pelaksanaan sistem sanitary landfill tanpa lapisan kedap akan menimbulkan suatu masalah yaitu sampah yang tertimbun di LPA akan mengalami proses akumulasi dan degradasi (pemecahan). Hasil-hasil degradasi tersebut akan tersebar ke dalam tanah di sekitarnya melalui infiltrasi dan perkolasi.
Tujuan Penelitian adalah: 1) Mengetahui kualitas air kolam penampung air limbah (leachate); 2) mengetahui kualitas air sumur penduduk pada berbagai jarak dari pusat LPA sampah sanitary landfill sehingga dapat ditentukan wilayah aman pencemaran yang dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya Padang guna menentukan kebijakan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) bagi daerah pemukiman; 3) Mengetahui dampak aspek sosial ekonomi masyarakat di sekitarnya.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Adanya LPA sampah sanitary landfill mempengaruhi kualitas air sumur di sekitarnya; 2) Tingkat pencemaran air tanah dipengaruhi oleh jarak dari pusat LPA sampah sanitary landfill.
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder yaitu jenis tanah di lokasi penelitian, jumlah, kandungan sampah dari PEMDA Tingkat II Padang; data iklim dari Stasiun Badan Meteorologi Taping Padang, serta data penelitian yang sama yang dilakukan oleh peneiiti terdahulu di tempat lain. Data primer, terdiri dari data hasil analisis kualitas kolam penampung air limbah, air sumur penduduk dan data sosial berupa daftar pertanyaan tentang persepsi masyarakat pada LPA yang ada di sekitar mereka.
Jenis penelitian ini adalah eksplanatori/penjelasan/ eksperimen yaitu penelitian pengujian hipotesa yang menguji hubungan sebab akibat di antara variabel yang diteliti.
Sampel air diambil dari kolam penampung air limbah dan juga diambil dari air sumur penduduk dengan jarak 300 m, 600 m, 900 m dan 1100 m dari pusat LPA Sampah. Untuk mengetahui kualitas air dilakukan dengan analisis di laboratorium PDAM dan Dinas Kesehatan Kotamadya Padang. Hasil analisis dibandingkan dengan baku mutu limbah KEP-51/MENLH/10/1995 dan PERMENKES R.I. No. 416/MENKES/ PER/IX/I990.
Analisis data fisika dan kimia dilakukan dengan menggunakan karelasi dan regresi linear. Sebagai variable babas digunakan data jarak dan sebagai variabel terikat digunakan data yang diukur. Kemudian data diuji melalui uji satu-arah (one tailed test) dari distribusi t-Student pada taraf nyata 0,05.
Berdasarkan analisis data, diperoleh kesimpulan penelitian sebagaiberikut:
1. Gambaran air kolam pembuangan limbah adalah:
Kualitas air kolam penampung air cucian (leachate) LPA sampah sanitary landfil Air dingin dari hasil analisis sifat fisika dan kimia kualitasnya cukup rendah, jika dibandingkan dengan parameter Baku Mutu Air Limbah Kep-51/ MENLH/10/1991.
2. Gambaran Iingkungan
a. Berdasarkan analisis sifat fisika dapat diketahui parameter yang melampaui baku mutu adalah kekeruhan untuk semua jarak, sedangkan parameter bau metampaui baku mutu untuk jarak 300 m dan 600 m dari LPA Sampah. Untuk parameter suhu masih di bawah ambang batas yang diperbolehkan. Berdasarkan analisis sifat kimia parameter yang melampaui baku mutu adalah pH, NH3, dan SO4 untuk semua jarak, parameter KMnO4 untuk jarak 300 m dan 600 m dari LPA Sampah, sedangkan N03 dan NO2 tidak melampaui baku mutu. Kandungan bakteriologi di daerah peneiltian cukup tinggi.
b. Adanya LPA sampah sanitary landfill menambah lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat yang bertempat tinggal di sekitarnya.
Hasil analisis regresi linear yang dilanjutkan dengan uji t menunjukkan bahwa, kualitas air di daerah penelitian dipengaruhi oleh jarak dari pusat LPA sampah sanitary landfill, yaitu semakin jauh jarak dan pusat LPA Sampah semakin baik kualitas air.
Berdasarkan data yang diperoleh dengan menggunakan analisis trend free hand method. Hasil rata-rata analisis memperlihatkan bahwa daerah aman pencemaran pada air tanah adalah daerah yang mempunyai jarak + 1,26 km dari LPA sampah sanitary landfill.

ABSTRACT
Garbage production per capita in the municipality of Padang is approximately ± 4.4 liter per day. With a population of 711.000 Its volume will be approximately 2950 m3/day. The average population growth is around 2.76% per year and It seems this population growth for the following year will Increase significantly.
Due to this significant population growth, the amount of rubbish will increase. Meanwhile the garbage disposal is limited. The problem Is how to deal with proper disposal technology such as sanitary landfill .
Sanitary landfill is a disposal system garbage to a hole, concave or slope area. Garbage is piled and compressed with soil layer by layer and this procedure should be performed at least for 24 hours.
This research was implemented at LPA Sanitary Landfill Garbage in municipality of Padang whose sanitary landfill is simple because the bottom layer of garbage LPA is not hermetically layer. The researched area is a wave topography area with podzolic types and yellowish red soil. Since the clay content of the researched soil is high and homogeneous, its the ability to filter will be better than that of the soil containing much sand.
The implementation of sanitary landfill without hermetically layer will cause a problem, garbage pilled in LPA will be accumulated and degraded. The effect of this degradation will spread to the soli surronding through infiltration dan percolation.
The objective of this research are : 1) to know the quality of leachate water; 2) to know the quality of well water of people living close, at different distance, to LPA center of sanitary landfill garbage in order to be able to know the safe area. This information can be use as a contribution for the government of municipality of Padang, particularly to decide any policy related to the permission of regional settlement development; 3) to know the socio-economic aspects of the people surrounding the area.
The hypotheses of this research are : 1) Sanitary landfill garbage at LPA influences well water quality at the surrounding of sanitary landfill garbage; 2) The level pollution of ground water is Influenced by distance between the location and sanitary landfill garbage center.
The data instruments used are primary and secondary data. Secondary data is the data about the kind of the soil, the amount of garbage, the content of the garbage, and the weather. The source of secondary data Is the research of municipality of Padang and the measurement of meteorology station In Tabing Padang.
Primary data consists of data from the analysis of water cesspool quality, well water of the people and social data, obtained through interview and questioner, about the perception of the people over the LPA surrounding their environment.
The type of this research Is explanatory or experiment research that perform hypothesis's test related to causal relationship among variables.
For this analysis, sample; water; was taken from water cesspool (leachate) and well water of the people within a distance of 300 m, 600 m, 900 m and 1100 m from LPA center. To know water quality, it was performed analysis at the laboratory of PRAM and the Branch Office of The Ministry of Health at Padang. The result of the analysis was compared with standard qualify of waste, KEP-51/MENLH/10/1995 and PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/I990.
In physical and chemical data analysis, it was used correlation and regression linear. The independent variable of this analysis is the data about distance and dependent variable is the calculated data. Then, the data was tested with one test from distribution of t-student, level of significance 0.05.
Considering the analysis of the data, it can take the conclusions as follows :
1. The condition of waste water
The quality of the waste water reservoir at the LPA sanitary landfill, from the analysis of physical and chemical, is lower than that of the Waste Product Water Quality Standard Parameter (KEP-51/MENLH/1995), except for the temperature and pH_
2. Environmental Condition
a. Based of the physical analysis, it is identified that the parameter turbidity for all distance (range) exceeds the quality standard for the scent (smell) parameter exceeds the quality standard for the distance of 300 m and 600 m from the center of sanitary landfill location but temperature parameter is lower than that of permitted. According to the chemical analysis, parameters that exceeds the quality standard are the pH, NH3-N and SO4 for all distance from the center of sanitary landfill location, parameters KMnO4 for the distance 300 m and 600 m from the center of sanitary landfill location, meanwhile NO. and NO2 do not exceed the standard of quality. Bacteriological contents at the research field area are reasonably high.
b. The presence of the center of sanitary landfill location could increase employment opportunity for the people living in the neighborhood.
The result of linear regression analysis following by t-test showed that water quality in this area researched is influenced by distance of LPA garbage center; farther the distance the better quality of water is.
Based on data analysis of trend of free hand method, it is Identified that the save area from any cesspool pollution to its ground water is the area whose distance from sanitary landfill LPA garbage center is + 1,26 km.
E Total of References : 59 (1969-1996)
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aji Digdoyo
"ABSTRAK
Setiap pembangunan industri minuman bir mempunyai pengaruh terhadap lingkungan, karena industri minuman bir menghasilkan limbah dan apabila limbah tersebut dibiarkan, limbah tersebut akan berpotensi untuk mencemari 1ingkungan. Untuk mencegah pencemaran lingkungan, bakumutu yang dihasilkan dari proses instalasi pengolahan limbah industri minuman bir harus berada di bawah baku mutu yang ditetapkan dari Surat Keputusan Kotamadya Dati 11 Tangerang No 660.1/SK1395JLH-94 tanggal 19 September 1994.
Penggunaan unit reaktor Upflow Anaerob Sludge Blanket (UASB) di dalam instalasi pengolahan limbah cair industri minuman bir mempunyai beberapa kelebihan, karena seiain berfungsi menurunkan parameter-parameter kadar limbah cair minuman bir, juga dapat menghasilkan gas metana, dan dapat dikonversi menjadi energi listrik. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi kinerja dari reaktor UASB guna memperoleh informasi yang sesuai mengenai pemanfaatan reaktor UASB sebagai :
1. Unit pengolah limbah cair
2. Reaktor UASB sebagai sumber energi gas metana
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahul tingkat efisiensi reaktor UASB dan produksi gas metana yang dihasilkan, dengan memperhatikan beban pencemaran, kesesuain desain dan standar pengoperasian. Efisiensi reaktor UASB dapat diamati melalui besarnya removal capacity yang dihasilkan setelah kadar limbah cair melalui reaktor UASB, sedangkan volume gas metana yang dihasilkan diamati melaiul penurunan COD dan besarnya Volatile Fatty Acid.
Dalam penelitian ini kondisi khusus yang diberlakukan pada kadar limbah cair sebelum menuju unit reaktor UASB adalah pH 7 - 7,5, temperatur adalah 30 - 37°Celcius, volume UASB = 380 m3 dan Hydraulic Retention Time = HRT = 11 jam pada kapasitas :
- aliran umpan rata-rata = 36,79 m3/jam dengan Organic Loading Rate (OLR)= 6,06 kg COD/hari
- aliran umpan rata-rata = 36,72 m3/jam dengan Organic Loading Rate (OLR) = 5,87 kg COD/hari
Dari hasil percobaan didapat hal-hal berikut:
1. Adanya sifat hubungan yang sangat kuat antara parameter limbah cair sebelum melalui reaktor UASB dan sesudah melalui reaktor UASB, baik dari aliran umpan rata-rata = 36,79 m3/jam dan OLR =6,06 kg COD/hari maupun pada aliran umpan rata-rata = 36,72 m3/jam dan OLR =5,87 COD/hari. Adapun nilai r (hubungan) pada aliran umpan rata-rata = 36,79 m3/jam dan OLR =6,06 kg CQD/hari adalah CODt=0,05, CODs=(0,33), pH=0,75, SS=(0,18), sedangkan nilai r (hubungan) pada aliran umpan rata-rata = 36,72 m3/jam dan OLR =5,87 COD/hari adalah CODt=0,52, CODs=0,33, pH=0,43, SS=0,37. Di samping itu berdasarkan uji statistik dan basil pengukuran terbukti bahwa reaktor UASB mampu menurunkan kadar limbah cair hingga 82,41%.
2. Efisiensi reaktor UASB yang diperoieti pada aliran umpan 36,79 m3/jam dengan OLR= 6,06 kg COD/had mempunyal efisiensi UASB= 82,38% dan VFA= 81,36% sedangkan aliran umpan 36,72m3/jam dengan OLR=5,87kg COD/had mencapai etisiensi UASB= 82,41%. dan VFA=66,36%, berdasarkan data ini terlihat bahwa Efisiensi reaktor UASB akan meningkat dengan turunnya OLR.
3. Gas metana yang tertinggi diperoleh dari aliran umpan 36,79 m3/jam dengan OLR=6,06 kgCOD/hari pada VFA= 81,36%, menghasilkan gas metana 255,85 m3/hari, sedangkan aliran umpan 36,72 m3ljam OLR=5,87 kg COD/had pada VFA= 66,36%, menghasilkan gas metana 88,72 m3/hari dari data ini terlihat bahwa gas metana akan meningkat dengan mentngkatnya VFA.
4. Kapasitas gas metana 255,85 m3lhari bila dikonversi sebagai energi listrik menjadi 207,24 kilo watt perjam, sedangkan kapasitas gas metana 88,72 m3/hari bila dikonversi sebagai energi listrik menjadi 71,86 kilo watt perjam, ini menunjukkan bahwa daya listrik yang dihasilkan sebanding dengan konversi gas metana.
Sebagai kesimpulan dapat dikemukakan bahwa reaktor UASB merupakan salah satu unit pengolahan limbah cair yang dapat menurunkan kadar limbah cair dan menghasilkan gas metana dan energi gas metana dapat dikonversi menjadi energi listrik.

ABSTRACT
Every development in beer industry may influence its environment, because the industry produces wastes. If the wastes are negleted, it can be a potensial pollutant to environment In order to keep the enviroment away from enviromental pollution, quality of waste treatment outcome must be lower than the stipulated quality standard regulation of Kotamadya Dati Ii Tangerang No. 660.11SK13951LH - 1994 dated 19 err September, 1994.
Using Upflow Anaerob Sludge Blanket (UASB) reactor utilization to waste water has some advantages, such as reducing level of waste water concentration, producing methane gas that can be converted into electrical energy. Therefore, performance of UASB needs to be evaluated to gain information regarding its benefit as a waste water treatment unit and a source of methane gas energy.
Generally, the research objectives to are detect efficiency level of UASB and production of methane gas by observation on pollution load, suitability on design and standardization in operation. Efficiency level of UASB reactor can be observed by removal capacity, meanwhile the capacity of methane gas production is observed by COD reduction and Volatile Fatty Acids.
Certain conditions are applied to waste water before it is processed in USAB reactor unit; they are as follows : pH 7.7.5; the temperature 30°C -37°C ; USAB volume = 380m3; and hydraulic retention time = 11 hours in capacity :
- A feed flow average of 37.79 m3/hour with Organic Loading Rate (OLR) = 6.4 kg COD/day
- A feed flow average of 36.72 m3/hour with Organic Loading Rate(OLR) = 5.87 kg COD/day
The research can be stated in followings :
1. There is a solid connection on waste water concentration before and after passing through the USAB in both capacities feed flow average of 36.79 m3/hour with Organic Loading Rate (OLR) = 6.06 kg COD/day and a feed flow average of 3712 m3lhour with Organic Loading Rate (OLR) = 5.87 kg COD/day. The result feed flow average of 36.79 m3lhour with Organic Loading Rate (OLR) = 6.06 kg COD/day is CODt =0.05, CODs =(0.33), pH =0.75, SS =(0.18) and a feed flow average of 37.72 m3lhour with Organic Loading Rate (OLR) = 5.87 kg COD/day is CODt =0.52, CODs =0.33, pH =0.43, 55 =0.37. Based on statical test and result measurement, it can be proved that UASB reactor can reduce waste water concentration up to 82,41%.
2. Efficiency of UASB reactor on feed flow average of 36.79 m3/hour with Organic Loading Rate (OLR) = 6.06 kg COD/day is 82.38% and VFA = 8t36%. Meanwhile, UASB reactor of feed flow average of 36.72 m3/hour with Organic Loading Rate (OLR) = 5.87 kg COD/day can reach USAB efficiency = 82.41% and VFA = 66.36%. From the above data, it can be concluded that efficiency UASB reactor is increased with the reduction of OLR.
3. The highest capacity 255.85 m3/day of methane gas can be reached on feed flow average of 36.79 m3/hour with Organic Loading Rate (OLR) = 6.06 kg COD/day and VFA =81.36%. Whilst, the feed flow average of 36.72 m3lhour with Organic Loading Rate (OLR) = 5.87kg COD/day, VFA =66.36% can produce 88.72 m3/day methane gas capacity. It can viewed that methane gas capacity is increased with the growth of VFA.
4. In capacity of 255,85m31day methane gas can be converted into 207.24 kwh electrical energy and capacity of 88.72 m3/day methane gas can be converted into 71.86 kwh. The condition is shown that production of electrical energy is equivalent to methane gas conversion.
It can be concluded that UASB reactor is one of waste water treatment installation which can reduce waste water concentration and produce methane gas as energy; methane gas can be convertion into electrical energy.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>