Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 75861 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siallagan, Christiana
"ABSTRAK
Banyak kebutuhan utama manusia hanya bisa dipenuhi oleh barang dan jasa yang disediakan oleh industri. Industri mengekstrak material dari basis sumber daya alam dan memasukkan produk sekaligus limbah pencemar ke dalam lingkungan hidup. Agar pembangunan berwawasan lingkungan dapat terlaksana maka harus dilakukan upaya meminimumkan jumlah limbah melalui pendekatan tata ruang, administratif, maupun teknologi.
Pendekatan teknologi dapat dilakukan melalui tindakan pencegahan terbentuknya limbah pada sumbernya dan juga penanggulangan berupa antara lain pengolahan limbah cair. Suatu kajian terhadap salah satu jenis industri yakni Industri Kecil (IK) Lapis Listrik telah dilakukan untuk mengetahui sampai seberapa jauh jenis industri ini telah melakukan upaya pengolahan limbah cair.
Hal ini dianggap sangat penting mengingat kenyataan bahwa limbah cair yang dikeluarkan jenis industri ini mengandung bahan beracun dan berbahaya (B3) berkadar tinggi, dalam pada itu masih banyak industri kecil enggan melakukan pengolahan limbah cair karena dianggap biayanya terlalu mahal dan juga kurang memadainya teknologi tepat guna. Untuk itu telah dilakukan penelitian terhadap 10 IK Lapis Listrik yang secara umum tujuannya ialah untuk mendapatkan metode pengolahan limbah cair yang sederhana. Secara khusus tujuannya ialah untuk memperoleh data-data tentang kualitas limbah cair kesepuluh IK Lapis Listrik dan dampaknya terhadap badan air penerima serta air tanah di sekitarnya. Selain itu juga untuk mendapatkan data tentang kondisi optimum pengolahan limbah cair sehingga kualitasnya sebelum dibuang ke badan air penerima telah memenuhi syarat baku mutu (Kep-03/MENKLH/II/1991).
Hasil yang diperoleh ialah bahwa umumnya kualitas limbah cair kesepuluh IK Lapis Listrik sangat buruk karena kadar pencemar Cu, Ni, Zn, Cr(VI), Cr(Total), dan CN sangat tinggi, berkisar antara 1-5000 kali nilai baku mutu, sedangkan pH 1-7. Dari kesepuluh IK Lapis Listrik hanya 2 (dua) yang telah memiliki Unit pengolahan Limbah (UPL) sedangkan hasilnya masih perlu disempurnakan melalui pengkondisian proses pengolahan.
Limbah cair tanpa disegregasi langsung dibuang kesaluran yang berada di luar lokasi pabrik. Saluran ini umumnya terbuat dari saluran semen yang kurang terpelihara atau hanya berupa saluran tanah biasa. Kondisi demikian ini sangat memungkinkan terjadinya peresapan limbah cair ke dalam tanah di sekitarnya sehingga mencemari air tanah. Perkiraan ini didukung oleh hasil pengukuran beberapa sampel air sumur yang diambil dari lokasi dekat pabrik yang menunjukkan tingginya kadar Cr(VI) sampai lebih kurang 25 kali di atas kadar baku mutu air bersih. Jadi hal ini memberi indikasi bahwa IK Lapis Listrik kajian telah mencemari air tanah di sekitarnya.
Hasil pengukuran sampel air sungai yang diambil dari Sungai Leduk sebagai badan air penerima buangan limbah cair dari CV Glalie, ternyata sungai tersebut sebelumnya sudah tercemar oleh Cu, Zn, dan CN yang kadarnya berkisar antara 2-3 kali kadar baku mutu (PP.20/1990-Gol.D), dan kadar ini meningkat lagi sebesar 5-20% setelah bercampur dengan limbah cair dari CV Glalie.
Hasil percobaan pengolahan limbah cair secara eksperimental adalah sebagai berikut :
1. Pengolahan limbah cair sianida secara klorinasi menggunakan klor dengan kadar sebesar 5 kali kadar awal sianida, pH 9-10, dan waktu 60 menit dapat menurunkan kadar sianida menjadi < 0,01 mg/l, Cu < 0,72 mg/l, dan Zn tidak terdeteksi
2. Pengolahan limbah cair krom yang dicampur dengan limbah cair organik, secara reduksi pada pH 2-3 menggunakan pereduksi NaHSO3 dengan kadar 8 (enam) kali kadar awal Cr(VI) atau Na2S2O5 dengan kadar 5,48 kali kadar awal Cr(VI) dalam waktu 10-30 menit, kemudian ke dalamnya dicampurkan limbah cair nikel dan sang dan bersama-sama diendapkan dengan kapur pada pH 8,5-9. Pengolahan ini dapat menurunkan kadar pencemar menjadi sebagai berikut Cr(VI) < 0,03 mg/1, Cr(Total) < 0,80 mg/1, COD, bilangan KHnO4, dan zat warna 21-28 mg/l, sedangkan Ni dan 2n tidak terdeteksi.
3. Radar aluminium pada limbah cair dapat diturunkan dengan pengendapan pada pH 5,8-7,4 dari 1300 mg/l menjadi lebih kurang 3 mg/1.
4. Pemadatan/pemantapan endapan lumpur dengan bahan pengikat campuran 25% semen PC dan 10% zealit memberikan padatan yang pada uji peluluhan menunjukkan angka peluluhan (mg Cr/kg padatan) paling rendah dibandingkan dengan bahan pengikat yang lain.
Jadi sebagai kesimpulan dari hasil penelitian ini ialah bahwa dampak pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh IK Lapis Listrik kajian ialah tercemarnya air tanah di sekitar lokasi pabrik dan peningkatan pencemaran air sungai sebagai badan air penerima buangan limbah cair dari IK Lapis Listrik bersangkutan. Agar peningkatan pencemaran lingkungan tidak terjadi. namun dapat dikendalikan maka beberapa upaya harus dilakukan yaitu antara lain pengolahan limbah cair sebelum dibuang ke badan air, yang harus dilakukan terlebih dahulu dengan Cara segregasi limbah cair, kemudian masing-masing diolah pada kondisi optimum. Selanjutnya endapan lumpur hasil pengolahan terlebih dahulu harus dipadatkan/dimantapkan sebelum dibuang agar tidak menimbulkan pencemaran baru.

ABSTRACT
There are many main human requirements that can be fulfilled by goods and services produced by industries. Industries extract material from natural resources basic and supply the products together with wastes polluting the environment. To perform the ecodevelopment, the effort of the lay out, administrative and technology approaches must be done. Technological approaches must be done by dealing with prevention of waste production at its sources and also repressive actions such as wastewater treatment.
A study about a sort of industry that is a small electroplating industry had been performed in order to realize how far those industries have performed the wastewater treatment effort. It is considered to be very important realizing that liquid-waste from those industries contain hazardous materials in high concentration whilst most of the small industries are unwilling to treat their liquid waste by reasoning the high wastewater treatment cost and also by unavailability of its appropriate technology. For those reason a research of ten small electroplating industries had been performed. The main purpose of this research is to obtain a simple wastewater treatment method suitable for such industries. The specific purposes are in addition to obtain liquid waste quality data, getting its impact to the receiving water body and the surrounding ground water and also getting the wastewater treatment optimum conditions in order to fulfill the wastewater standard conditions (Rep-03/HENKLH/II/1991) before it is released to the river.
The results of the research of those ten small industries are: generally wastewater quality are very poor because of the concentrations of pollutants such as Cu, Ni, 2n, Cr(VI), Cr(Total) and cyanide are very high 1-5000 times the standard concentrations, and the pH 1-7 is very different compared to the standard pH (6-9). Only two of those ten industries have performed wastewater treatment, but the product has to be improved by conditioning the process.
The various kinds of liquid waste from each unit process, without being segregated are mixed and released through small channels and let into the receiving river. The condition of the channels are very bad, making it possible to occur the infiltration of the heavy metals contaminants to the surrounding ground and make the ground water be polluted by heavy metals. The high Cr(VI) concentration in samples taken from a few nearby dug wells which is about 25 times the standard concentration is an evident of the pollution impact of the studied Small Electroplating Industries to its surrounding environment.
The analysis of sample taken from River Leduk which is a receiving river to the liquid waste from CV Glalie gave the result that the river has been polluted before mixing with the CV Glalie liquid waste especially with Cu, 2n, and CN with the range of concentration of 2-3 times higher than the standard concentration, and after mixing it will becomes higher around 0,5-20%.
The wastewater treatment experimental research hat been done using the CV Glalie wastewater samples, and the results are
1. The condition of cyanide liquid waste chlorination treatment are the chlorine is 5 times the initial cyanide concentration, at pH 9-10, in 80 minutes, and the final cyanide concentration is < 0,01 mg/l, Cu is < 0,72 mg/1 and Zn is undetectable.
2. The condition of reduction treatment of chromic liquid waste mixed with organic waste are : the reducing agent NaHSO3 is 6 times the initial Cr(VI) concentration or Na2S205 is 5,48 times the initial Cr(VI) concentration, at pH 2-3, in 10-30 minutes. After this reaction the nickel and zinc liquid waste are added and the whole mixture is precipitated by adding lime at pH 8,5-9,00. The results of this treatment are, the final the parameters concentrations : Cr(VI) < 0,03 mg/1; Cr(Total) < 0,6 mg/1, organic (COD, KMnO4 or color) up to 21-28 mg/l, while Ni and 2n are undetectable.
3. Aluminum can be reduced from the initial concentration 1300 mg/1 to 3 mg/l by precipitation at pH 5,8-7,4.
4. Solidification and stabilization of the produced mud from the wastewater treatment can be obtained by adding a mixture of binding materials of 25% Portland cement and 10% zeolite producing a solid with the lowest leaching concentration (mg Cr/kg solid) compared to the other binding materials.
The conclusions of this research are that the impact of the studied Small Electroplating Industries are the heavy metals pollution of the ground water of the nearby location, and the increasing of the heavy metals pollution to the river.
To control the pollution impact the liquid waste of those industries must be segregated and then be treated with the optimum condition. The solid waste produced after the treatment has to be solidified/stabilized before it is dumped to the land. If all those Small Electroplating Industries do the good and right treatment, then it is one of the so many efforts that can be done to control the environmental pollution.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djoko Suwarno
"Pencemaran air di badan air penerima disebabkan oleh limbah domestik dan limbah industri. Pencemaran ini dapat mengakibatkan terganggunya peruntukan badan air. Pada dasarnya badan air merupakan sumber daya yang terbaharui dengan daur hidrologi dan proses pemurnian, selama kemampuan alam untuk membersihkan air tidak terlampaui.
Undang-undang Lingkungan Hidup Nomor 4 Tahun 1982 mengharuskan setiap industri untuk mengendalikan limbah yang dihasilkannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan membuat alat pengendali limbah cair.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan alat pengolah limbah cair yang telah dimiliki oleh PT Mawar Sejati. Lokasi penelitian terletak di tepi jalan Raya Jakarta Bogor Km 50, Desa Cijujung, Kecamatan Kedunghalang, Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor, Propinsi Jawa Barat.
Penelitian dilakukan dengan mengadakan pengambilan sampel dan pengukuran kadar parameter baik di lapangan maupun di laboratorium. Pengukuran ini dikerjakan untuk kualitas air Baku produksi, air limbah yang dihasilkan dan air sungai Kalibaru.
Hipotesis pertama menyatakan bahwa kualitas air limbah akan menjadi lebih baik setelah mengalami pengolahan. Uji t terhadap rata-rata kadar sebelum dan setelah pengolahan menunjukkan perbedaan untuk nilai padatan tersuspensi, BCD, COD dan detergen. Sedangkan untuk parameter lainnya secara statistik tidak berbeda.
Hipotesis kedua menyatakan bahwa pembuangan limbah cair industri kosmetik menurunkan kualitas air sungai Kalibaru. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa limbah cair industri kosmetik menambah kadar pencernar, tetapi belum menurunkan kualitas air sungai Kalibaru. Dari basil pengukuran dapat disimpulkan bahwa alat pengolah limbah cair FT. Mawar Sejati telah bekerja dengan baik, sehingga limbah cair dengan kadar parameter padatan tersuspensi, BOD, COD dan detergen sebelum pengolahan termasuk Golongan II dan setelah diolah turun menjadi Golangan I serta tidak mengubah kualitas air sungai Kalibaru.
Pengolah limbah cair ini telah bekerja sesuai dengan perencanaan yaitu untuk menurunkan kadar BOD, COD dan TSS.

Water pollution in (receiving) water bodies is caused by domestic and industrial waste. This pollution could damage the water for its usage. Basically, water bodies serve as renewable resources undergoing hydrology cycles and purifying processes, as long as the natural purifying capability of the water has not been exceeded.
The Environmental Law number 4 , 1982, compels each industry to control its waste. One method that could be implemented is the construction of a waste water control instrument.
This study was conducted to evaluate the performance of the waste water control instrument, owned by PT Mawar Sejati. This plant is located along the Jakarta-Bogor main road at km 50, Cijujung village, Kedunghalang sub district, Bogor regency, West Java.
The study was conducted by collecting samples and measuring parameters, both in the field as well as in the laboratory. Measurements were taken to evaluate the quality of the water used for production, the waste water generated, and the water from the Kalibaru river.
The first hypothesis states that the quality of the waste water improved after treatment. The T test conducted for the average concentration before and after treatment, showed a significant difference for suspended solids, BOD, COD and detergent. Other parameters observed, showed no statistically significant differences.
The second hypothesis states that waste water disposal of cosmetic industries resulted in a decrease in the quality of the Kalibaru river. Measurements revealed that the waste water treatment instrument owned by PT Mekar Sejati functioned well, causing the concentration of respective parameters, suspended solids, BOD, COD and detergents, which have been classified in category II, to drop to category I after treatment, thus not changing the quality of the Kalibaru river.
The waste treatment instrument performed according to its specifications, i.e. reducing the concentration of SOD, COD, and TSS.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siallagan, Christiana
"Limbah cair industri pelapis logam dengan krom mengandung ion asam kromat, bikromat dan seng pada konsentrasi yang sangat tinggi. Limbah tersebut sangat berbahaya karena logam krom mcmpunyai tingkat toksisitas tinggi dengan batas ambang 0.05 mg/l. Tujuan peneiitian ini adalah untuk mengurangi kadar krom pada limbah cair tersebut supaya aman bila dibuang ke lingkungan. Metode yang digunakan adalah pertukaran ion yaitu limbah cair dilewatkan melalui kolom berisi penukar kation dan selanjutnya lewat penukar anion untuk mendapatkan air yang memenuhi syarat baku mutu. Penukar kation yang digunakan adalah Lewatit S 100, sedang penukar anion ada tiga yaitu Lewatit M-504, Marathon A dan Lewatit MP 64.
Hasil yang diperoleh untuk seng yang amnia kadarnya 287,5 Zng/1 setelah melalui penukar kation menjadi 0,1285 mg/1 dan untuk krom (Vl), dal= bentuk Kalium bikromat, setelah melalui Marathon A pada p14 4 kadarnya yang semula 1513,76 mg/l menjadi 0,03025 mg/1. Resin penukar kation dan anion yang telah jenuh dengan seng dan krom diregenerasi yang menghasilkan efisiensi regenerasi penukar kation sebesar 77% dan anion 66 %. Dengan demikian limbah cair yang telah diolah telah memenuhi syarat baku mutu limbah cair lapis listrik yakni untuk krom (VI) sebesar 0,3 mg/l dan seng 2 mg/l (SK Gub. D1(1 Jakarta Nomor 582/1995)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Erlin Nurtiyani
"Pencemaran akibat limbah cair tahu oleh pabrik di tengah-tengah pemukiman berdampak negatif pada keadaan lingkungan sekitarnya, terutama bau busuk yang bersumber dari limbah cair tahu yang dibuang melalui saluran langsung ke badan air penerima. Beban pencemar organik setiap hari pada tingkat yang begitu tinggi rnenyebabkan kadar oksigen terlarut dalam badan air menurun drastis atau bahkan mencapai no 1. Salah satu cara memecahkan masalah adalah dengan perlakuan biologi menggunakan Chlorella sp. yang mampu merombak nutrien yang terkandung di dalam limbah cair tahu menjadi biomassa. Pemisahan biomasa dari limbah yang telah diproses secara biologi badan mutlak dilaksanakan, mengingat tanpa pemisahan, limbah tetap mengandung unsur protein yang berpotensi untuk mencemari badan air.
Tujuan penelitian ini (tahap l) adalah memproses limbah cair tahu berwarna putih kekuning-kuningan dengan bau yang menyengat menjadi kultur Chlorella berwarna hijau tanpa bau dan mendesain mesin pemisah Chlorella dari air dengan simulasi komputer untuk diuji pada penelitian berikutnya.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian biologi terbagi 3 tahap : 1. Dengan perbedaan pH, dan Konsentrasi dilaboratorium 2. Perbedaan pH ; rasio dan konsentasi di laboratorium 3. Perbedaan pH, rasio dan konsentrasi di rumah kaca. Dilakukan pengambilan data setiap hari dan analisis kadar COD pada hari ke nol, 5, 7 dan 10. Untuk pengujian ada pengaruh perlakuan menggunakan Uji faktorial. Untuk riset teknik membuat program komputer untuk mendesain pemisah dengan gaya sentrifugal.
Hasil penelitian menunjukan bahwa interaksi antara pH , Rasio, dan Konsentrasi memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan sel Chlorella sp. di laboratorium dan di rumah kaca. Pertumbuhan sel Chlorella sp. terlihat dari pola pertumbuhan dengan penurunan kadar COD . Hal tersebut terjadi di rumak kaca bahwa perlakuan pH 8 rasio 1:3 dan konsentrasi 50% memperlihatkan kerapatan sel > 4 juta , kadar COD : 150 mg/l kadar limbah tahu > 1950 mg/l dengan waktu 7 hari larutan yang bau merubah menjadi larutan berwarna hijau dan bau telah hilang. Dari semua hasil yang diperoleh bahwa dengan waktu 7 hari merupakan waktu tercepat dalam merombak. limbah cair tahu berubah menjadi biomassa Chlorella sp. dimanfaatkan untuk ternak, tumbuhan dan makanan alami."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Misri Gozan
"Bioreaktor tipe Continuous Sfrirred Tank Reactor (CSTR) merupakan salah satu jenis reaktor yang banyak digunakan dalam pengolahan limbah cair pada industri-industri-besar maupun kecil. Penelitian ini bertujuan untuk membuat suatu prototipe reaktor CSTR pengolah limbah cair industri resin sintetik. Prototipe reaktor ini nantinya dapat dimanfaatkan tidak hanya untuk keperluan perancangan bioreaktor dan optimasi pada industri resin sintetik, namun juga untuk berbagai keperluan seperti pemodelan, perancangan, scaling-up, maupun untuk keperluan pendidikan sebagai alat peraga dalam mata kuliah Perancangan Reaktor atau keperluan riset para mahasiswa maupun staf pengajar.
Di dalam penelitian ini dilakukan perhitungan perancangan bioreaktor beserta kolam pengendapan (settling tank). Sebagai produknya adalah sebuah prototipe bioreaktor lengkap dengan kolam pengendapan, alat pengatur kecepatan pengadukan serta alat kendali suhu. Pengujian prototipe akan dilakukan dengan menggunakan limbah industri resin sintetik yang memiliki BOD 2000 mg/L, Mikroorganisme yang akan digunakan berasal dan penggayaan mikroba (enrichment) dari sekitar lokasi pabrik di kawasan Cimanggis, Bogor. Produk air bersih diharapkan hanya mengandung BOD 5 ma. Lumpur yang terendapkan pada settling tank akan diuji kadar BOD-nya serta kandungan Nitrogen dan Phosphatnya dan diharapkan dapat menjadi pupuk setelah melalui proses stabilisasi. Dengan demikian hal ini memberi nilai tambah bagi produsen resin sintetik sekaligus dorongan untuk melakukan perlindungan terhadap lingkungannya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Panggabean, Sahat Manaor
"ABSTRAK
Pembangunan di sektor industri selain memberikan dampak positif terhadap pembangunan bangsa Indonesia, ternyata juga menimbulkan dampak negatif berupa kemerosotan dan kerusakan lingkungan hidup. Kerusakan tersebut antara lain disebabkan adanya pencemaran yang semakin meningkat yang ditimbulkan oleh kegiatan industri.
Salah satu sektor industri yang menghasilkan limbah B3 di dalam kegiatannya adalah industri pelapisan logam. Limbah tersebut dapat mencemari air permukaan dan air tanah terutama dengan semakin meningkatnya penggunaan air tersebut.
Untuk mengatasi dampak limbah tersebut telah dilakukan berbagai upaya pengolahan limbah. Namum semuanya lebih ke arah mengolah limbah yang telah keluar dari proses atau dikenal dengan end of pipe treatment principle. Pada dasarnya hal ini tidak menyelesaikan masalah, namun hanya memindahkan pencemar dari satu media ke media lainnya. Untuk itu perlu adanya pergeseran paradigma pengelolaan limbah ke arah pollution prevention principle yang sering diartikan sebagai produksi bersih atau upaya minimisasi limbah. Upaya minimisasi limbah ini mencakup upaya pencegahan agar limbah yang menyebar di lingkungan seminimal mungkin. Secara garis besar minimisasi limbah mencakup dua hal yaitu reduksi pada sumbernya dan pemanfaatan limbah.
Upaya minimisasi Iimbah dapat diterapkan pada industri pelapisan logam baik dengan jalan reduksi pada sumbernya maupun pemanfaatan kembali limbah. Kegiatan ini bersifat proaktif sehingga yang sangat berperan adalah pihak perusahaan. Pengambilan kembali limbah (recovery) dapat dilakukan dengan bermacam cara tergantung jenis limbah yang ingin diambil.
Pada penelitian ini yang ingin dilihat adalah upaya minimisasi limbah yang mungkin dilakukan pada PT. Arbontek serta recovery logam seng dalam rangka kemungkinan penggunaan kembali. Dengan demikian penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui tindakan yang dilakukan dalam upaya minimisasi limbah, penghematan penggunaan air, dan kemungkinan pemanfaatan limbah melalui recovery Iogam Zn.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disusun hipotesis sebagai berikut; 1) penerapan upaya minimisasi limbah dapat mengurangi penggunaan sumberdaya air, 2) recovery logam Zn yang terdapat dalam air Iimbah dapat dilaksanakan dengan teknik presipitasi.
Penelitian recovery logam Zn dengan teknik presipitasi bertahap merupakan penelitian eksperimen yang dilakukan di laboratorium Preparasi dan Analisis, Pusat Teknologi Pengolahan Limbah Radioaktif, Badan Tenaga Nuklir Nasional. Sampel limbah yang digunakan pada penelitian ini diambil dari bak pembilasan proses pelapisan logam seng PT. Arbontek, Cakung. Analisis parameter utama juga dilakukan pada masing-masing unit proses serta badan air penerima limbah.
Logam seng yang diperoleh pada pengerjaan di atas sebanyak 189,761 mg/L. Jika diasumsikan bahwa proses produksi konstan, maka selama satu bulan akan diperoleh kembali logam seng sebagai ZnO sebanyak 1,77 kg. Upaya recovery ternyata tidak layak secara ekonomis, karena hanya menghasilkan penghematan sebanyak Rp. 38.973,. Dari hasil analisis kualitas efluen diperoleh konsentrasi Zn sebesar 0,539 mg/L, dan ini telah memenuhi baku mutu berdasarkan SK Gubernur KDKI Jakarta Nomor 582 Tabun 1995 yang menetapkan konsentrasi Zn maksimal sebesar 2 mg/L.
Upaya minimisasi limbah melalui reduksi pada sumbernya yang telah dilakukan . Jika mengacu kepada WHO (1982), ternyata PT Arbontek telah berhasil menghemat pemakaian air sebesar 53,1%. Namun penghematan penggunaan air lainnya masih dapat dilakukan. Upaya penghematan pemakaian air tersebut antara lain melalui penggantian sistem pembilasan dan pemasangan tandon air beserta kran penutupnya. Penghematan lainnya yang mungkin dilakukan adalah, pengurangan volume drag-out untuk menghemat penggunaan bahan kimia, pengurangan volume, serta konsentrasi limbah B3, pemasangan alat pengontrol pH proses agar mengoptimalkan pemakaian NaOH, dan penambahan anoda Zn pada bak pelapisan untuk mengurangi jumlah limbah akibat kegagalan proses.
Berdasarkan hasil penelitian dan kajian tersebut, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Secara umum upaya minimisasi limbah pada industri kecil electroplating dapat dilaksanakan, tergantung komitmen perusahaan. Upaya recovery logam Zn juga dapat dilakukan, tetapi harus mempertimbangkan kelayakan ekonomisnya. Upaya pengelolaan limbah belum sepenuhnya dilakukan oleh PT. Arbontek, baik mencakup minimsasi limbah maupun pengolahan limbahnya.
Upaya minimisasi limbah yang telah dilakukan perusahaan adalah penggantian proses pelapisan tanpa sianida. Upaya lain yang masih dapat dilakukan adalah, pengurangan volume drag-ant, penghematan pemakaian air, pengaturan pH proses, dan penambahan anoda Zn pada bak pelapisan.
Upaya minimisasi sumberdaya air masih dapat dilakukan dengan penghematan sebanyak 17,85%.
Upaya recovery logam Zn dengan Cara presipitasi akan diperoleh pH pengendapan efektif untuk logam Fe dan Zn masing-masing 6 dan 10. Upaya recovery on-site akan diperoleh ZnO sebanyak 1,77 kg tiap bulan.

ABSTRACT
The development of industrial sector has not only produce positive effects, but also yield negative ones, namely, damages and declines of the environmental quality. The negative effects are caused by the increase of pollution due to industrial activities.
Electroplating industry is one of a few industries producing hazardous waste (B3). Beside polluting surface water, it also enters into the ground water especially when an increasing amount of water is used.
To overcome the waste effect, various efforts were undertaken. However, all are directed towards treating the effluent that is called "End of Pipe Treatment Principle". This principle has basically not solved the problem, but shifted the pollution from one media to another. For handling its ultimate, a new paradigm in waste management must be applied, that is the Pollution Prevention Principle called "Clean production" or "Waste Minimization". Waste minimization means to prevent the waste which will be released into the environment as low as possible. Generally, it covers two efforts, namely, source reduction and re-use the waste.
The waste minimization activities could be applied in electroplating industry. This concept is carried out in a proactive manner, and the main factor for getting success is the firm. Recovery could be done through several treatments, depending on the material which will be taken out.
This research was carried out in order to look for waste reduction method that could be carried out at PT. Arbontek, as well as, recovery of heavy metal for _ re-use in-site. Therefore, the aims of this research are to investigate the waste minimization efforts that could be applied in the factory, water use minimization, and the recovery of Zn metal using precipitation technique.
According to the information above, the hypothesis of this research are: 1) application of waste minimization technique could minimize the consumption of water, 2) recovery of heavy metal from wastewater could be carried out by precipitation technique based on the pH selectivity of the flock formation.
This experiment research was carried out at Laboratory for Preparation And Analysis, Center for Radioactive Waste Management Technology, National Nuclear Energy Agency (BATAN). Waste sample used in this research was taken out from a plating rinse bath of zinc plating process of PT. Arbontek, Cakung. The analysis of main parameter was done in every unit process and of Cakung Drain River.
The recovery of zinc metal in this research was 189.761 mgIL. If it is assumed that the capacity and production processes are constant, the recovery of zinc metal as ZnO was 1.77 kg per month. The recovery was not feasible because it only saved Rp. 38.973,-. From the analysis of the effluent, it is found that the concentration of Zn was 0.539 mg/L. If it refers to the effluent standard based on SK Gubernur KDKI Jakarta Nomor 582 Tahun 1995, the concentration of Zn was still lower than that of the standard, because the maximum concentration allowed was 2 mg/L.
Waste minimization effort through source reduction had been done by changing the plating process with non-cyanide plating bath. If it refers to WHO (1982), PT Arbontek had successfully minimized water used until 53.1%. But there were still a few effort could be done to minimize the water used. Those efforts could minimize water used of 17.85%. Others efforts that could be done are reducing of the drag-out volume in order to minimize raw materials used and hazardous waste concentration, minimizing of water used by changing of rinsing process and equipped with reservoir include the switch off, installing of the pH control process for optimalizing NaOH used, and adding Zn anode at plating bath for reducing of waste caused of the failure process.
Based on the research, it could be concluded as follows:
Generally, waste management efforts could be applied at small electroplating industries, depend on the commitment of the company. The recovery of Zn metal could be carried out, but it must analyze the economic feasibility.
PT. Arbontek did not fully apply the waste management efforts, namely waste minimization and treating the waste.
Waste minimization effort that had been done was changing the plating process with non-cyanide plating bath. Other efforts that could be done are by reducing of the drag-out volume, minimizing of water used, installing of the pH control unit, and adding Zn anode at the plating bath.
Water used minimization that could be done will save 17.85% of water.
The precipitation technique for recovering Zn yielded the effective pH for separation Fe and Zn was 6 and 10, respectively. This technique will produce 1.77 kg ZnO per month.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indriyati
"Limbah cair yang berasal dari pabrik kecap mengandung bahan organik yang terdiri dari protein, karbohidrat, dan lemak dengan konsentrasi yang cukup tinggi, sehingga bila dibuang secara langsung ke badan air penerima dapat menimbulkan pencemaran. Oleh karena itu perlu diolah terlebih dahulu. Salah satu teknologi pengolahan limbah cair yang aman terhadap lingkungan, murah dalam pengoperasiannya dan dapat mendegradasi kandungan bahan organik adalah pengolahan secara biologi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat optimasi parameter proses degradasi bahan organik (karbohidrat, protein dan lemak) dari limbah cair pabrik kecap dengan menggunakan reaktor tipe Fixed Bed . Metode yang dipilih dalam pemilihan ini adalah metode pengolahan biologi secara anaerob (aktifitas biologi yang tidak membutuhkan oksigen), dengan menggunakan reaktor tipe Fixed Bed. Bioreaktor tipe Fixed Bed dioperasikan dengan menggunakan potongan bambu sebagai material penyangga tetap untuk tempat menempel bakteri. Proses anaerobik berjalan dengan sendirinya dengan penambahan cairan kotoran sapi dan efluen proses anaerobik tapioka sebagai inokulum.
Percobaan dilakukan dengan memvariasikan laju beban reaktor yang semakin meningkat dalam beberapa periode waktu. Kenaikan laju beban yang diberikan adalah sebesar 0,5; 1,0; 2,0; 3,0; 4,0 dan 5,0 kg COD/m3/hari. Proses optimasi dicapai pada laju beban 2,49 kg COD/m3/hari, waktu tinggal substrat 4,30 hari, konsentrasi COD total efluen 3,22 g/L, efisiensi COD terlarut 70,31 %, pH efluen 6,42, efisiensi asam asetat 88,27 %, produksi gasbio harian 15,17 L/hari dan kandungan gas metana 69,61 %. Potongan bambu sebagai material penyangga tetap, cukup efektif sebagai tempat bakteri menempel selarna proses percobaan dilakukan dengan porositas yang dicapai sebesar 84,80 %. Konsentrasi COD total efluen yang dihasilkan pada kondisi optimum adalah 3,22 g/L, BOD 1,15 g/L dan kandungan total padatan tersuspensi 0,58 g/L. Nilai-nilai tersebut belum memenuhi syarat baku mutu lingkungan untuk limbah cair yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, sehingga perlu perlakuan lanjutan berupa pengolahan sistem aerobik.

Liquid waste from soybean sauce factory contains organic materials which consist of protein, carbohydrate and fat in fairly high concentration. So that it could cause pollution , when it is disposed directly to a water body. Therefore it needs to be treated before discharge to the main stream. One of the method to treat the liquid waste is using biological system, because it is safe to environment, cheap in operation and easy degrade organic material with high concentration. The objective of this experiment is to examine the optimation process of organic material degradation (carbohydrate, protein, fat) of liquid waste from soybean sauce using fixed bed reactor. The chosen method in this study is an anaerobic process ( biological activity that requires no oxygen) using a fixed bed reactor. Fixed bed reactor was operated using bamboo rings as support material for bacteria adhesion. Anaerobic process occurred automatically with addition of cowdung liquid and tapioca anaerobic treated effluent as inoculums.
Experiment was carried out by varying increase loading rate of reactor on several periods. The increase of reactor loading rate was given to reactor 0,5; 1,0; 2,0; 3.0; 4,0 and 5,0 kg COD/m3/day. Optimation process could be achieved with loading rate of 2,49 kg COD/m3/day, hydraulic retention time 4,30 days, COD total concentration of effluent of 3,22 g/L, soluble efficiency 70,31 %, effluent pH of 6,42, acetate acid efficiency of 88,27 %, daily biogas production of 15,17 L/day and methane content 69.61 %. The bamboo rings as support material are quite effective for bacteria adhesion, during the experimental process done with the porosity of 84,80 %. The COD total concentration of the effluent obtained in optimum condition was found to be 3,22 g/L, BOD concentration of 1,15 g/L, total suspended solid concentration of 0,58 g/L and pH 6,42 ; which means that it has not fulfilled the local government of DKI Jakarta environmental standard requirement. Therefore, it needs a further treatment in the form of anaerobic processing system.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shofuan
"ABSTRAK
Salah satu dampak negatif kegiatan pembangunan diberbagai sektor dan daerah adalah dihasilkannya limbah yang semakin meningkat, baik jumlah maupun jenisnya. Limbah tersebut apabila tidak dikelola secara baik akan menimbulkan pencemaran yang dapat merusak fungsi kelestarian lingkungan hidup.
Beberapa akibat yang merugikan yang disebabkan oleh adanya limbah adalah: 1. Gangguan terhadap kesehatan; 2. Gangguan terhadap kehidupan biotik; 3. Gangguan terhadap keindahan dan kenyamanan, dan 4. Gangguan terhadap harta benda.
Limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit,dapat berbentuk padat, cair maupun gas, yang dapat digolongkan menjadi limbah domestik dan limbah klinik.
Dari berbagai penelitian tentang pengelolaan limbah rumah sakit di beberapa kota besar di Indonesia, khususnya pengolahan limbah cairnya, ternyata belum banyak rumah sakit yang mengelola limbah cairnya dengan baik. Hal ini ditandai dengan kualitas limbah cairnya yang tidak memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Bahkan di Jakarta (1993) tidak satu pun rumah sakit yang air limbahnya memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan (untuk DKI Jakarta BOD5 < 100 mg/L dan COD ? 75 mg/L).
Prinsip pengolahan air limbah organik secara biologis adalah pemanfaatan peran mikroorganisme dalam kaitannya memperoleh energi untuk kelangsungan hidupnya. Ada dua cara pengolahan air limbah organik secara biologis yaitu aerob dan anaerob, tergantung pada kondisi air limbah dan tujuan pengolahan, beban air limbah, dan sarana yang dimiliki.
Penguraian secara aerobik, bertujuan untuk menguraikan secara sempurna senyawa organik atau nutrien anorganik hasil proses perombakan yang berasal dari air limbah dengan cara yang aman. Pada proses metabolisms, mikroorganisme membutuhkan sumber nutrien dan oksigen. Selama sumber nutrien dan oksigen cukup, mikroorganisme akan berkembang secara baik dan menghasilkan energi untuk mengurangi senyawa pencemar. Ketersediaan oksigen dalam air limbah ditentukan oleh beban masukan air limbah, proses dekomposisi, fotosintesis dan respirasi. Semakin besar beban masukan, maka semakin besar pula oksigen yang dibutuhkan, sehingga pasokan oksigen secara alami tidak cukup untuk dapat menurunkan kandungan BOD dan COD air limbah dan untuk itu diperlukan aerasi.
Seringkali aerasi terhadap air limbah belum dapat menghasilkan kualitas efluen sebagaimana yang diharapkan. Tidak memadainya kualitas limbah cair ini antara lain disebabkan oleh: 1. Perlakuan aerasi belum mempertimbangkan beban total BOD yang terdapat di dalam air limbah yang seringkali mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu, sehingga efektivitas perlakuan aerasi masih rendah; dan 2. Lama aerasi yang berkaitan dengan transfer oksigen belum sesuai dengan yang dibutuhkan.
Percobaan aerasi tekanan tinggi, mencoba untuk memasok oksigen ke dalam air limbah dalam jumlah yang banyak dalam waktu singkat, sehingga diharapkan dapat menghemat waktu dan biaya. Percobaan mengambil sampel limbah cair Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr.Mintohardjo, Jakarta. Tekanan yang dicobakan adalah 2,3,4 dan 5 atm dengan lama aerasi 1,2,3,4 dan 5 jam.
Dari percobaan didapatkan bahwa: 1. Aerasi tekanan tinggi mempunyai pengaruh terhadap BOD5, COD dan kandungan mikroorganisme yang terdapat dalam air limbah. Tekanan dan waktu yang dapat menurunkan kandungan BOD5 dan COD yang tertinggi adalah tekanan 2 atm, selama 1 jam (BOD5 = 63,24 0, COD = 65,41 °s). Apabila perlakuan aerasi tekanan 2 atm ini dilanjutkan sampai 5 jam, maka hasilnya adalah BOD5 = 80,52 a dan COD = 82,32 a.; 2. Aerasi tekanan tinggi praktis tidak mempengaruhi perubahan pH; dan 3. Aerasi tekanan tinggi dapat menurunkan bilangan bakteri sebanding dengan tekanan yang digunakan. Hal ini disebabkan makin tinggi tekanan yang digunakan, maka oksigen yang dipasok akan semakin besar pula, sehingga semakin besar pula kemampuan bakterisidanya. Dari percobaan didapatkan kandungan bakteri yang mati akibat aerasi tekanan tinggi adalah : 2 atm = 51,78 %, 3 atm = 58,33 °s, 4 atm = 80 dan 5 atm = 83,33 %.

ABSTRACT
One of by-product of development activities in various sectors and regions are increasing waste in terms of quantity and types. The waste may cause pollution which Deteriorates the environment function.
Some perilous results due to the waste is 1. Deteriorates health; 2. Deteriorates the biotic life; 3. Deteriorates beauty and convenience, and 4_ Deteriorates assets.
The waste produced by the hospital may be in the form classified into domestic and clinic waste.
Form research regarding the hospital waste management in big city in Indonesia, especially wastewater processing its turns out that there are not many hospital that is well managed which is characteristic with waste quality that not comply with required standard quality. Even in Jakarta (1993), there is no hospital who reach the standards in his wastewater quality (BOD5 ? 75 mg/L and COD c 100 mg/L).
The low wastewater quality among other is due to: 1. Low aeration treatment effectiveness and 2. Length of aeration which related with oxygen transfer have not met the requirement.
The oxygen avaibility in the wastewater is determined by load of wastewater input, decomposition process, photosynthesis and respiration. The greater input discharge, the greater the oxygen needed, thats the natural intake of oxygen is not sufficient for degrading organic material in such wastewater. In this case aeration is needed in order to maintain the waste not turning into anaerob, because anaerobic condition may produce toxic materials as ammonia and hydrogen sulphide.
Hyperbaric aeration is aeration in high pressure by a high pressure chamber as device and its meant to get a quick aeration. The experiment is performed by taking sample of wastewater of Dr.Mintohardjo Navy Hospital, Jakarta. The pressure applied is 2, 3, 4, and 5 atmosphere with aeration duration of 1, 2, 3, 4, and 5 hours.
From the experiment it turns out that a hyperbaric aeration has impact toward BOD5, COD and microorganism content which exist in the wastewater. We found out from the experiment performed that: 1. The pressure and time which will decrease the BOD5,and COD content to a maximum level is 2 atm for an hour (BOD5 = 63,24 % and COD 65,41 0). If the aeration treatment of 2 atm is continued for 5 hours, the results is that BOD5 = 80,52 % and COD = 82,32 %.; 2. Hyperbaric aeration practically didn't influence on pH; and 3. Hyperbaric aeration reduce microorganism content by proportionally to operation time and pressure. By the other sentence, the bactericide capability of hyperbaric aeration is higher in higher pressure and longer time. The bactericide capability of hyperbaric aeration in 5 hours treatment are 2 atm = 51,78 %, 3 atm = 58,33%, 4 atm = 80 % and 5 atm = 83,33 %.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suria Darma
"Lahan pertanian perlu memperoleh penggantian dan penambahan unsur hara untuk mengganti yang telah terserap dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman, terutama dengan unsur hara yang berasal dari pupuk buatan. Demikian pula diperlukan penambahan bahan-bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologis tanah dan tersedianya unsur hara mikro. Penambahan bahan-bahan organik ini dapat berupa pemupukan dengan pupuk kandang, pupuk hijau atau sisa-sisa tanaman lainnya.
Kebutuhan akan bahan organik dalam tanah, seyogyanya terus ditingkatkan sejalan dengan makin menurunnya kesuburan tanah, rusaknya sifat-sifat fisik tanah, rendahnya daya ikat terhadap air hujan dan menurunnya persediaan bahan organik dalam tanah. Mengingat kondisi yang demikian maka kompos sebagai salah satu pupuk alam (organik) akan merupakan bahan substitusi yang penting terhadap pupuk kandang dan pupuk hijau.
Limbah pasar merupakan salah satu waste dari proses pemenuhan kebutuhan masyarakat akan hidupnya. Limbah pasar umumnya mempunyai kandungan bahan organik yang relafif tinggi dan dapat bersifat mencemari lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Potensi ini perlu dimantaatkan menjadi sumberdaya yang berguna, misalnya untuk meningkatkan produktivitas lahan.
Penelitian pemanfaatan kompos limbah pasar dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan lahan disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RCBD: Randomized Completed Block Design) dengan 6 taraf perlakuan pemberian kompos limbah pasar (K4) ton/ha, K1=10 ton/ha, K2=20 ton/ha, K3=30'ton/ha, K4=40 ton/ha dan K5=50 ton/ha) yang diulang sebanyak 5 kali.
Penelitian telah dilaksanakan mulai dan persiapan pada bulan November 1994 sampai selesai, pada bulan Mei 1995 di Desa Pampang, Kelurahan Sungai Siring, Kecamatan Samarinda Ilir Kotamadya Dati II Samarinda.
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui apakah limbah pasar dapat dimanfaatkan, sebagai sumber bahan organik untuk meningkatkan pemanfaatan lahan
2. Mengetahui berapa banyak bahan organik limbah pasar yang diperlukan untuk mencapai produksi tanaman uji optimum/ha lahan
3. Memberikan gambaran sebagai suatu alternatif pilihan untuk pengelolaan limbah perkotaan (khususnya limbah pasar) sebagai sumberdaya untuk meningkatkan produktivitas lahan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian kompos limbah pasar adalah sebagai berikut :
1. Hasil analisis pengomposan limbah pasar menunjukkan bahwa jumlah kandungan hara Nitrogen tersedia adalah 1.21% (terdapat 1.21 g Nitrogen dalam 100 g kompos), Fosfat tersedia adalah 763.98 ppm (terdapat 0.076 g Fosfat tersedia dalam 100 g kompos) dan Kalium tersedia adalah 178.88 ppm (terdapat 0.017 g Kalium tersedia dalam 100 g kompos), serta bahan organic adalah 29.13% (terdapat 29.13 g bahan organik dalam 100 g kompos); lebih baik (banyak) dari jumlah kandungan hara sejenis yang terdapat di dalam tanah tempat penelitian dilaksanakan, yakni kandungan hara Nitrogen tersedia 0.07-0.08% (terdapat 0.07 g - 0.08 g Nitrogen dalam 100 g tanah), Fosfat tersedia 11.70 - 26.10 ppm (terdapat 0.0011 g - 0.0026 g Fosfat tersedia dalam 100 g tanah}, dan Kalium tersedia 101.29-158.40 ppm (terdapat 0.010 g - 0.015 g Kalium tersedia dalam 100 g tanah, serta bahan organik 0.9-1.56% (terdapat 0.9 g - 1.56 g bahan organik dalam 100 g tanah).
2. Perlakuan pemberian kompos limbah pasar menunjukkan beda sangat nyata pada rata-rata tinggi tanaman umur 1, 2 dan 3 bulan; lebar daun umur 1 bulan; panjang tongkol; diameter tongkol; berat biji perpetak, berat biji konversi ton/ha, berat 1 000 biji dan berat biomassa. Menunjukkan beda nyata pada rata-rata umur keluar bunga jantan; umur keluar bunga betina, umur panen, jumlah biji perbaris tetapi tidak untuk pada rata-rata lebar daun umur 2 dan 3 bulan; jumlah baris biji pertongkol tanaman jagung Hibrida CP-2.
3. Setelah perlakuan pemberian kompos limbah pasar meningkatkan produksi biji kering tanaman jagung Hibrida CP-2 pada lokasi Kotamadya Dati II Samarinda bila dibandingkan terhadap kontrol (tidak diberi kompos) yakni sebagai berikut: K1=5.56% (3.23 ton/ha), K2 = 26.14% (3.86 ton/ha), K3 = 51.63% (4.64 ton/ha), K4 = 43.14% (4.38 ton/ha), Ks = 38.56% (4.24 ton/ha)_ Ada kecenderungan bahwa produksi biji kering tertinggi diperoleh pada perlakuan K3 (30 ton kompos limbah pasar/ha).
4. Dan data produksi biji kering ton/ha, kompos limbah pasar, berpotensi dapat dimanfaatkan untuk keperluan meningkatkan pemanfaatan lahan di daerah Kotamadya Dati II Samarinda terutama untuk produksi tanaman jagung Hibrida CP-2.
5. Banyaknya kompos limbah pasar yang ditebarkan berpengaruh terhadap banyaknya produksi biji kering (economical yield) dan biomassa (biological ,yield).
6. Pemberian kompos limbah pasar berpengaruh positif terhadap produksi tanaman jagung Hibrida CP-2 pada lokasi Kotamadya Dati II Samarinda.
7. Kompos limbah pasar yang dibuat menghasilkan 29.43% bahan organik (29,43 gr bahan organik dalam 100 g kompos) dan bahan anorganik, dari segi lingkungan akan memberikan kontribusi yang berarti dalam upaya meningkatkan kemampuan lahan khususnya tanah podzolik merah kuning.
Daftar Kepustakaan : 33 Buku, 24 Artikel (karya ilmiah, jurnal) (1973 - 1995)

The Use of Market Waste Compost to Optimize the Land Utilities (A Case Study at Samarinda District)Land needs nutrients changes and additional nutrients to replace the lost nutrients used in growth and development of plant, mainly by the using of artificial fertilizing_ It also needs additional organic matters to improve the physical, chemical and land biological characteristic of the soil and to make the micro nutrients available. Additional of those organic matters may be in the form of manures, green manure, and other rotten plants.
The needs of organic matters in the soil continues to increase in accordance with land fertility decreasing, the damage of physical characteristic of the soil, low water adsorb capability and the decreased of the availability of organic matters in the soil. Considering those conditions, compost is as considered an important alternative substitute to manure and green manure.
Garbage (market wastes) is one of the waste of people's fulfillment needs process impact. It usually has relatively high organic matters contain and may pollute the environment if it is not wisely managed. So this potential should be used as beneficial resources, to example to increase land productivity.
The research on the garbage compost use to optimize utility was according to RCBD (Randomized Complete Block Design) with 6 dosages level of compost, consisting of (Koh tonnage/ha, K1=10 tonnage/ha, K2=20 tonnage/ha, K3=30 tonnage/ha, K4=40 tonnage/ha and K5=50 tonnage/ha) replicated in 5 replication.
This research was carried out from November 1994 till May 1995 at Pampang Village, Kelurahan Sungai Siring, Kecamatan Samarinda Ilir, Kotamadya Dati II Samarinda.
The purpose of this research:
1. 'lb know whether the market sewage can be used as an organic matter source to optimize the land utility.
2. To know how much compost needed to reach optimum of plant production of the test plants/ha of land.
3. To describe one alternative of the market sewage management in the use of available resources to increase land productivity.
The results of this research are :
1. The analysis of the market sewage compost that the total Nitrogen nutrient content is 1.21 % (1,21 Nitrogen in 100 g of compost), available Phosphate is 763.98 ppm (0.076 g the available Phosphate in 100 g of compost) and available of Potassium is 178.88 ppm (0.017 g the available Potassium in 100 g of compost), and 29.13 % of organic matter (29.13 g organic matter in 100 g of compost), which is higher than similar nutrient content found in the soil of the test plot, where the nutrient content of total Nitrogen is 0.07-0.08% (0.07-0.08 g of total Nitrogen in 100 g of soil), available Phosphate is 11.70-26.10 ppm (.0011-0.0026 g the available Phosphate 100 g of soil), available Potassium is 101.29﷓158.40 ppm (0.010-0.015 g the available Potassium in 100 g of soil), and organic matter is 0.9-1.56% (0.9-1.56 g organic matter in 100 g of soil).
2. The market sewage compost treatment show very significant differences at the plant height average at the age of 1, 2 and 3 months; average leaves width at the age of 1 month plant age; average cob length, average cob diameter, grain weight per-plot, grain weight in tonnage convection tonnage/ha, 1 000 grain weight and Biomass weight. Showing significant difference at the average of tasseling, the average of earring, the average of harvest, the average of grain number of row and the average of biomass weight; but not significant for leave width of the age 2 and 3 months, the average number of grain row per-cob Hybrid corn CP-2.
3. All the market sewage compost treatment increase the dry grain production of the hybrid corn CP-2 (at test plot in the district of Samarinda compare to the controlled plot (no compost treatments) with K1= 5.56 % (3.23 tonnage/ha), 1(2= 26.14 % (3.86 tonnage/ha), K3 = 51.63 % (4.64 tonnage/ha), K4 = 43.14 % (4.38 tonnage/ha), K5 = 38.56 % (4.24 tonnage/ha). There is a tendency of heighest seeds production at K3 treatment (30 ton of market sewage compost/ha).
4. Seen from the dry seeds production data of to/ha, it can be concluded that market sewage compost is potential enough to be used for increasing the land utility as it has been prove in the District of Samarinda particularly for Hybrid Corn CP-2 production.
5, The number of market sewage compost used influences the number of dry seeds production (economical yield) and the biomass weight (biological yield).
6. The use of market sewage compost has positive impact on the production of Hybrid Corn CP-2 as seen in the District of Samarinda.
7. The market waste compost that produced 29.43 % organic matters (29.43 g organic matters in 100 g compost) and anorganic matters, from the environment side, gives significant contribution to optimize the land utilities particularly for the red yellow podsolic.
Total of References : 33 books, 24 articles (Paper, Journal). (1973-1995)"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T1508
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Setyaningsih
"Industri mempunyai pengaruh besar kepada lingkungan, karena mengubah sumber alam menjadi produk baru dan menghasilkan limbah produksi yang mencemari lingkungan. Limbah produksi bisa mencemarkan bahkan merusak lingkungan, baik untuk jangka waktu .yang pendek maupun untuk jangka waktu yang panjang. Karena itu, perlu diusahakan teknik dan cara produksi yang memperkecil bahkan meniadakan dampak negatif terhadap lingkungan dalam proses produksi yang menghasilkan produk sampingan. Untuk memudahkan pengendalian pencemaran industri, maka pemusatan industri pada kawasan industri akan sangat membantu.
Air buangan bukanlah merupakan masalah yang baru di masa sekarang ini, tetapi meruapakan masalah yang telah ada sejak dulu. Namun, masih ada sebagian masyarakat yang belum atau tidak menyadari akan pengaruh negatif dari adanya pencemaran lingkungan. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya industri-industri dan perusahaan yang membuang air buangannya ke lingkungan sekitar dengan tidak memperhatikan akibat-akibat sampingan yang dapat ditimbulkan oleh air buangan tersebut.
Limbah air yang berasal dari pabrik batik mengandung bahan buangan yang berupa zat warna yang berasal dari proses pencucian kain. Warna merupakan indikator pencemaran air yang sangat mudah terlihat. Pembuangan air limbah berwarna tidak hanya merusak estetika badan air penerima tapi juga meracuni biota air di badan air penerima. Di samping itu adanya warna yang pekat akan menghalangi tembusnya sinar matahari pada badan air, sehingga mempengaruhi proses fotosintesis di dalam air. Akibatnya oksigen yang dihasilkan pada proses fotosintesis yang dibutuhkan untuk kehidupan- biota air akan berkurang. Hal ini akan mengancam-kehidupan makhluk hidup yang ada di badan air tersebut.
Hampir sebagian besar industri batik saat ini membuang air limbahnya langsung ke badan air penerima. Hal ini disebabkan karena belum diketahuinya cara pengolahan limbah yang tepat dan murah dan juga kesadaran untuk menjaga kelestarian lingkungan masih rendah.
Dengan adanya relokasi industri batik yang berasal dari pindahan industri batik Karet Setiabudi ke daerah Kompleks Industri Kerajinan batik di desa Pasirbolang Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, maka diperlukan cara pengolahan limbah batik yang tepat dan murah. Dengan didapatkannya cara pengolahan yang tepat dan murah, pihak industri di samping merasa tidak dirugikan, juga limbah yang dikeluarkan sudah memenuhi baku mutu lingkungan.
Untuk mendapatkan cara pengolahan limbah batik yang tepat dan murah, dilakukan percobaan laboratorium dengan mengambil sampel dari pabrik batik Gabatex di Palmerah. pengolahan limbah yang dipilih adalah dengan proses kimia dan fisik, hal ini karena tujuan utama dari pengolahan limbah batik adalah penghilangan warna dari limbah batik. Koagulan yang digunakan adalah FeSO4 dan Ca(OH)z.
Dari percobaan yang dilakukan di laboratorium, didapat dosis optimum koagulan FeSO4 = 300 mg/1 dan Ca(OH)2 = 200 mg/l. Untuk nendapatkan pengolahan limbah yang paling tepat, dilakukan rangkaian percobaan pengolahan limbah : Koagulasi/flokulasi-sedimentasi, Koagulasi-flotasi, koagulasi/flokulasi-sedimentasi-adsorpsi dan proses adsorpsi Baja. Dari rangkaian percobaan tersebut, didapat hasil yang paling optimum adalah proses koagulasi/flokulasi-sedimentasi-adsorpsi, dengan persen pengurangan warna sebesar 100%.
Untuk mengetahui jenis adsorben yang paling bagus, dilakukan percobaan secara batch terhadap jenis karbon aktif tempurung kelapa, karbon aktif sekam padi, karbon aktif batu bara lokal dan karbon aktif batu bara impor. Karbon aktif sekam padi dibuat sendiri di laboratorium, sedang jenis karbon aktif yang lain (tanpa merek dagang) didapat dari toko bahan kimia. Dalam percobaan ini dilakukan pengamatan terhadap perubahan waktu kontak dan konsentrasi dari karbon yang digunakan. Pengurangan warna yang paling besar dicapai dengan menggunakan karbon aktif sekam padi yaitu sebesar 95,16%, sedangkan dengan tempurung kelapa hanya sebesar 75,81%.
Untuk mendapatkan pembangunan unit pengolah limbah yang murah, dilakukan penbandingan antara sistem kelompok dan sistem individu. Dari perhitungan biaya pembuatan pengolahan limbah, didapat biaya yang paling murah, jika industri batik melakukan pengolahan secara berkelompok, yaitu didapat penghematan sebesar 24 juta. Angka ini didapat dari perhitungan total 4 pabrik bila melakukan pengolahan secara individu dan bila ke empat pabrik melakukan pengolahan secara berkelompok. "
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>