Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144400 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Enny Wahyu Indrayani
"Untuk menilai kekuatan basis gigi tiruan akrilik dari segi mekanik maupun fisik perlu dilakukan uji kekuatan untuk akrilik resin. Cara uji yang sering digunakan dalam bidang Kedokteran Gigi untuk mengetahui transverse strength ini biasanya dengan menggunakan mesin uji Instron.
Tulisan ini melaporkan hasil penelitian tentang perbandingan transverse, strength hasil reparasi dengan tiga macam bahan resin, yaitu light-cured resin, cold-cured resin dan heat-cured resin. Biasanya untuk memperbaiki gigi tiruan sering digunakan heat-cured resin atau cold-cured resin. Kedua macam bahan reparasi ini dirasa masih kurang memuaskan untuk memperbaiki gigi tiruan yang akan digunakan dalam jangka waktu panjang.
Baru-baru ini ditemukan light-cured resin yang dapat berpolimerisasi dalam waktu singkat dengan bantuan.penyinaran Halogen biru 400 - 500 nm. Bahan ini mudah dan dapat digunakan untuk memperbaiki gigi drum yang patah. Dengan diketahuinya kekuatan mekanik transverse strength hasil reparasi dengan ketiga macam bahan dalam penelitian ini, maka dapat dibandingkan kekuatan mekanis dari masing-masing bahan tersebut.
Pada penelitian ini, bentuk preparasi bagian yang akan direparasi dibuat membulat dengan jarak 3 mm untuk menambah kekuatan mekanik setelah reparasi. Pematahan spesimen dilakukan dengan alat Instron dicatat sebelum dan sesudah reparasi. Pengukuran transverse strength bahan resin yang telah direparasi dengan light-cured resin ternyata menunjukkan nilai lebih tinggi dibandingkan dengan yang telah direparasi dengan bahan heat-cured resin dan cold-cured resin. Nilai transverse strength setelah direparasi dengan ketiga macam bahan terlihat menurun dibandingkan dengan sebelum direparasi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Finny Lestari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perendaman dalam obat kumur tanpa dan mengandung alkohol terhadap transverse strength resin akrilik polimerisasi panas. Spesimen berupa lempeng direndam di dalam obat kumur mengandung alkohol, tanpa alkohol, atau akuades selama 12, 24, dan 36 jam. Transverse strength diperoleh dengan menggunakan metode three point bending. Uji statistik menyatakan tidak ada perbedaan transverse strength yang bermakna antara spesimen yang direndam di dalam larutan perendam untuk setiap waktu perendaman maupun antar waktu untuk setiap larutan perendam. Penggunaan obat kumur tanpa dan mengandung alkohol tidak menurunkan transverse strength basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas.

The aim of this study was to know the effect of immersion in alcoholic and non alcoholic mouthwash on transverse strength of heat cured acrylic resin. Specimen plates were immersed in alcoholic mouthwash, non alcoholic mouthwash or aquadest for 12, 24, and 36 hours. Transverse strength was measured using universal testing machine. Result showed that there was no statistically difference among the transverse strength of specimens either between immersion solution for each immersion time or between immersion time for each solution. The use of either alcoholic or non alcoholic mouthwash will not decrease the transverse strength of heat cured acrylic resin denture base."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Francisca Lindawati Soetanto
"ABSTRAK
Dengan semakin bertambahnya kasus Hepatistis B dan AIDS dewasa ini maka penanganan alat dan bahan kedokteran gigi harus lebih teliti karena dapat menjadi media penularan penyakit. Gigi tiruan merupakan media penularan penyakit apabila pembuatannya tidak termonitor dengan bailkdalam hal sterilisasi.
Untuk sterilisasi gigi tiruan, ADA merekomendasikan perendaman gigi tiruan dalam desinfektan selama sepuluh jam. Bahan desinfektan yang direkomendasi oleh ADA adalah alkalin glutaraldehid sedangkan desinfektan yang lazim digunakan rumah sakitrumah sakit di Indonesia adalah chlorhexidine.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh desinfektan terhadap transverse strength basis gigi tiruan resin akrilik. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran nilai sorpsi cairan dan nilai transverse strength resin akrilik yang pengerasannya dengan pemanasan (Heat cured acrylic resin) setelah perendaman dalam air, chlorhexidine serta alkalin glutaraldehid selama 24 jam dan 72 jam
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai sorpsi cairan dipengaruhi oleh lama perendaman dan Jenis larutan perendam tetapi transverse strength tidak dipengaruhi oleh lama serta jenis larutan perendam. Pertambahan jumlah sorpsi cairan tidak mempengaruhi transverse strength bahan. Dapat disimpulkan bahwa perendaman dalam air, chlorhexidine, alkalin glutaraldehid sampai jangka waktu tiga hari tidak mempengaruhi transverse strength resin akrilik yang pengerasannya dengan pemanasan. "
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Merry Chandra
"ABSTRAK
Untuk pembuatan geligi tiru kerangka logam, hampir selalu digunakan Aloi Khromium Kobalt untuk bahan kerangkanya, dan resin akrilik ( Polymethyl methacry-late (PMMA) } untuk sadel dan basis geligi tiru. Perlekatan kedua bahan tersebut secara mekanis berupa mesh. Perlekatan mekanis kedua komponen cukup baik, tetapi masih mempunyai keterbatasan antara lain :
Kurang memadainya untuk penempatan gigi tiru diregio yang sempit, misalnya regio anterior ditinjau dari kepentingan estetik.
Interridge yang sempit, sehingga ketebalan logam membatasi penempatan basis resin akrilik dan gigi tiru.
Sekarang telah dipasarkan resin komposit berkekuatan lekat kimiawi dan mekanis, tetapi timbul masalah dapatkah bahan tersebut menggantikan kekuatan lekat mekanis Duna perlekatan basis resin akrilik dengan kerangka Aloi Khromium Kobalt.
Untuk itulah dilakukan penelitian tentang perbandingan kekuatan lekat resin akrilik dan Aloi Khromium Kobalt oleh resin komposit dan mesh besar.
Penelitian dilakukan secara laboratoric dengan alat uji Comten, dihitung dalam Kg/Cm2.
Dalam penelitian ini digunakan resin komposit-yang berkekuatan lekat kimiawi dan mekanis untuk perlekatan balok resin dengan lempeng Aloi Khromium Kobalt. Bahan vertikal dijatuhkan pada spesimen, hingga menimbulkan "tangen force".
Dari hasil uji coba kedua kelompok spesimen ternyata daya lekat yang dihasilkan oleh resin komposit yang berkekuatan lekat kimiawi dan mekanis sedikit lebih besar dibandingkan kekuatan lekat mesh besar yang berkekuatan mekanis. Dengan pengkajian secara statistik menggunakan two tailed student t-test, tidak memberikan perbedaan yang bermakna, menunjukkan kedua macam kekuatan lekat tersebut hampir sama kuat."
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Said Farhan Haikal
"Latar Belakang: Karies atau gigi berlubang merupakan masalah gigi dan mulut yang sering terjadi pada manusia. Cara untuk menangani masalah tersebut yaitu dengan membuat restorasi. Bahan restorasi yang dapat digunakan untuk menangani karies adalah resin komposit. Salah satu resin komposit jenis supra-nano flowable yang beredar dipasaran Indonesia adalah Palfique Universal Flow (Tokuyama Corporation, Japan). Resin komposit supra-nano Palfique Universal Flow dapat digunakan sebagai restorasi direk untuk gigi anterior maupun posterior. Pada rongga mulut, saat dilakukannya curing, kecil kemungkinan light curing dapat berkontak langsung dengan permukaan restorasi terutama pada gigi posterior. Sejauh ini belum ada penelitian mengenai pengaruh jarak penyinaran terhadap diametral tensile strength pada resin komposit supra-nano Palfique Universal Flow. Tujuan: Menganalisis pengaruh jarak penyinaran terhadap diametral tensile strength dari resin komposit supra-nano Palfique Universal Flow tipe super low dan medium. Metode: Resin komposit yang digunakan adalah jenis supra-nano Palfique Universal Flow tipe super low dan medium. Spesimen resin komposit untuk menguji diametral tensile strength berbentuk silinder berdiameter 6 mm dan ketebalan 3 mm. Jumlah specimen berjumlah 36 dibagi masing-masing menjadi 3 kelompok pada tipe super low dan medium dengan jarak penyinaran 0, 3, dan 6 mm menggunakan light curing unit LED, dengan iradiansi 1050 W/cm2, durasi 10 detik. Nilai diametral tensile strength diuji dengan alat Universal Testing Machine. Data dianalisis dengan uji statistik One Way Anova dan uji Independent Sample T-test. Hasil: Nilai diametral tensile strength pada tipe super low (jarak penyinaran 0, 3, dan 6 mm secara berurutan) 46,47 ± 3,49 MPa, 43,78 ± 3,36 MPa, dan 40,00 ± 3,17 MPa. Nilai diametral tensile strength pada tipe medium (jarak penyinaran 0, 3, dan 6 mm secara berurutan) 49,19 ± 2,95 MPa, 45,64 ± 3,62 MPa, dan 43,36 ± 3,54 MPa. Nilai diametral tensile strength pada jarak 0 dan 6 mm pada tipe super low maupun medium memiliki perbedaan yang bermakna secara statistik (p<0,05). Nilai diametral tensile strength tipe medium lebih besar dibandingkan dengan tipe super low pada setiap kelompok jarak penyinaran tapi tidak memiliki perbedaan yang bermakna (p≥0,05). Kesimpulan: Semakin jauh jarak penyinaran pada resin komposit supra-nano Palfique Universal Flow tipe super low dan medium, maka nilai diametral tensile strength semakin rendah. Nilai diametral tensile strength resin komposit supra-nano Palfique Universal Flow tipe medium yang di-curing pada jarak penyinaran 0, 3, dan 6 mm lebih besar dibandingkan dengan tipe super low.

Background: Tooth decay or dental caries is a common oral health issue in humans. One way to address this problem is by creating restorations. Composite resin is a restoration material commonly used to treat dental caries. One of the types of supra-nano flowable composite resins available in the Indonesian market is Palfique Universal Flow (Tokuyama Corporation, Japan). Supra-nano composite resin Palfique Universal Flow can be used for direct restorations in both anterior and posterior teeth. During the curing process in the oral cavity, there is a small chance that light curing can directly contact the restoration surface, especially in posterior teeth. So far, there has been no research on the influence of light curing distance on the diametral tensile strength of supra-nano composite resin Palfique Universal Flow. Objective: To analyze the effect of light curing distance on the diametral tensile strength of supra-nano composite resin Palfique Universal Flow in super low and medium types. Methods: The composite resin used was supra-nano Palfique Universal Flow in super low and medium types. Specimens for testing diametral tensile strength were cylindrical with a diameter of 6 mm and a thickness of 3 mm. There were 36 specimens, divided into 3 groups for each super low and medium types, with curing distances of 0, 3, and 6 mm using a LED light curing unit, with irradiance of 1050 W/cm2 for 10 seconds. Diametral tensile strength values were tested using a Universal Testing Machine. Data were analyzed using One-Way ANOVA and Independent Sample T-test. Results: Diametral tensile strength values for super low type (at curing distances of 0, 3, and 6 mm, respectively) were 46.47 ± 3.49 MPa, 43.78 ± 3.36 MPa, and 40.00 ± 3.17 MPa. Diametral tensile strength values for medium type (at curing distances of 0, 3, and 6 mm, respectively) were 49.19 ± 2.95 MPa, 45.64 ± 3.62 MPa, and 43.36 ± 3.54 MPa. There were statistically significant differences in diametral tensile strength values between 0 mm and 6 mm curing distances for both super low and medium types (p<0.05). The diametral tensile strength of the medium type was greater than that of the super low type in each curing distance group, but the difference was not statistically significant (p≥0.05). Conclusion: The farther the light curing distance in supra-nano composite resin Palfique Universal Flow super low and medium types, the lower the diametral tensile strength values. The diametral tensile strength values of supra-nano composite resin Palfique Universal Flow medium type cured at 0, 3, and 6 mm distances were greater than those of the super low type."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Muchlisya
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ketebalan komposit resin serat pendek KRSP dan waktu penyinaran terhadap kekerasan dan depth of cure DoC. Dua puluh empat spesimen KRSP EverX PosteriorTM berbentuk silinder berdiameter 6 mm, dibagi menjadi dua kelompok ketebalan: 4 dan 5 mm n=12. Setiap kelompok ketebalan disinar dengan jarak 2 mm, iradiansi 800 mW/cm2 selama 25 dan 30 detik n=6. Nilai kekerasan diukur dengan uji Vickers dan DoC didapatkan dengan menghitung rasio kekerasan permukaan atas dan bawah KRSP. Data dianalisis menggunakan uji One-way ANOVA. Disimpulkan ketebalan dan waktu penyinaran mempengaruhi kekerasan dan DoC KRSP sebagai substruktur.

This study aims to analyze the effect of short fibre reinforced resin composite SFRC thickness and curing time on the hardness and depth of cure DoC. Twenty four specimens of SFRC EverX PosteriorTM were made and formed into cylindrical shapes with 6 mm in diameter, divided into two different thickness groups 4 and 5 mm n 12. Each thickness group were cured with 2 mm light curing distance, irradiance 800 mW cm2 for 25 and 30 seconds n 6. The hardness was measured by Vickers test and depth of cure was obtained by calculating the hardness ratio of the bottom to the top surface. Data were analyzed statistically by One Way ANOVA tests. It was concluded that thickness and curing time has significant effect on the hardness and DoC of SFRC as substructure. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahardhika
"[ABSTRAK
Kavitas kelas I sering ditemui pada permukaan gigi molar karena mempunyai bentuk anatomi pit dan fisur yang dalam sehingga sering menyebabkan sisa makanan tertinggal yang nantinya dapat menyebabkan karies gigi. Bahan restorasi yang sesuai untuk penumpatan kavitas kelas I adalah resin komposit. Namun resin komposit memiliki kelemahan yaitu mengalami penyusutan polimerisasi yang menyebabkan kebocoran tepi. Kavitas kelas I juga memiliki c-factor terbesar dibandingkan kavitas lainnya yang dapat menyebabkan kebocoran, sehingga untuk mengatasinya dapat menggunakan liner SIKMR serta teknik Bulk-fill dan inkremental oblik. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kebocoran tepi restorasi resin komposit teknik Bulk-fill dengan liner dan teknik inkremental dengan liner. Sebanyak 70 sampel dipreparasi dibagian bukal dengan ukuran 3 mm x 3 mm, terdiri dari 10 sampel kelompok Bulk-fill, 30 sampel kelompok Bulk-fill dengan liner SIKMR dan 30 sampel kelompok inkremental oblik. dengan liner SIKMR direndam dalam air destilasi selama 24 jam. Kemudian dilakukan Thermocycling 250x, suhu 5-550C dilanjutkan dengan aplikasi cat kuku dan rendam dalam metilen biru selama 24 jam. Sampel dibelah dalam arah buko-palatal dan dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop stereo kemudian hasilnya diuji statistik menggunakan uji Chi-Square. Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna diantara semua kelompok dengan nilai signifikansi p≤0,05. Inkremental oblik dengan liner menunjukkan tingkat kebocoran lebih rendah dibandingkan Bulk-fill dengan liner.

ABSTRACT
Cavity class I often found on the surface of the molars because they have the anatomical shape of pits and fissures are deep that often cause food scraps left behind which can later lead to dental caries. Restorative material suitable for cavities penumpatan class I is the composite resin. However, a drawback of composite resin namely polymerization shrinkage which causes microleakage. Cavity class I also have a c-factor compared to most other cavity which can cause leaks, so to overcome SIKMR can use the liner as well as bulk-fill technique and incremental oblique. The purpose of this study was to analyze the microleakage of composite resin restorations Bulk-fill technique and oblique incremental techniques with liner. A total of 70 samples were prepared on the buccal with the size of 3 mm x 3 mm, consisting of 10 groups of Bulk-fill samples, 30 samples of Bulk-fill groups with liner SIKMR and oblique incremental groups of 30 samples. with liner SIKMR soaked in distilled water for 24 hours. Then do the Thermocycling 250X, 5-550 C temperature followed by application of nail polish and soak in methylene blue for 24 h. Samples were cleaved in buko-palatal direction and made observations using a stereo microscope and the result was tested statistically using Chi-Square. Statistical analysis showed significant differences among all groups with significant value p≤0,05. Incremental oblique with liner show a lower leakage rate than the Bulk-fill with liner., Abstract: Cavity class I often found on the surface of the molars because they have the anatomical shape of pits and fissures are deep that often cause food scraps left behind which can later lead to dental caries. Restorative material suitable for cavities penumpatan class I is the composite resin. However, a drawback of composite resin namely polymerization shrinkage which causes microleakage. Cavity class I also have a c-factor compared to most other cavity which can cause leaks, so to overcome SIKMR can use the liner as well as bulk-fill technique and incremental oblique. The purpose of this study was to analyze the microleakage of composite resin restorations Bulk-fill technique and oblique incremental techniques with liner. A total of 70 samples were prepared on the buccal with the size of 3 mm x 3 mm, consisting of 10 groups of Bulk-fill samples, 30 samples of Bulk-fill groups with liner SIKMR and oblique incremental groups of 30 samples. with liner SIKMR soaked in distilled water for 24 hours. Then do the Thermocycling 250X, 5-550 C temperature followed by application of nail polish and soak in methylene blue for 24 h. Samples were cleaved in buko-palatal direction and made observations using a stereo microscope and the result was tested statistically using Chi-Square. Statistical analysis showed significant differences among all groups with significant value p≤0,05. Incremental oblique with liner show a lower leakage rate than the Bulk-fill with liner.]"
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lathifa Khaerani
"Latar Belakang: Resin komposit bulk-fill dapat merestorasi kavitas dengan kedalaman 4-5 mm dalam sekali penyinaran sehingga dapat mempersingkat prosedur restorasi, Polimerisasi resin komposit dapat dipengaruhi oleh suhu, termasuk suhu penyimpanan dan preheating resin komposit. Polimerisasi yang adekuat diperlukan untuk mendapatkan kekerasan permukaan yang optimal. Tujuan: Mengetahui pengaruh suhu penyimpanan dan preheating terhadap kekerasan permukaan resin komposit bulk-fill. Metode: Tiga puluh spesimen Tetric® N-Ceram Bulk-Fill shade IVA (diameter 6 mm dan tebal 3 mm) dibuat dari 3 kelompok perlakuan yaitu resin komposit yang disimpan pada suhu ruangan 23±1°C selama 24 jam (kontrol), lemari pendingin 4±1°C selama 24 jam, dan preheating 39°C selama 10 menit. Spesimen dipolimerisasi menggunakan light curing unit LED berintensitas 1100 mW/cm2 selama 10 detik dan disimpan di inkubator pada suhu 37°C selama 24 jam. Uji kekerasan menggunakan Knoop Microhardness Tester. Analisis data dengan uji statistik One-Way ANOVA dan Post Hoc Bonferroni. Hasil: Kekerasan permukaan antara kelompok perlakuan suhu penyimpanan dan preheating menunjukkan terdapat perbedaan bermakna secara statistik (p<0,05). Kesimpulan: Kekerasan permukaan resin komposit bulk-fill pada suhu penyimpanan di lemari pendingin 4±1˚C lebih rendah dibandingkan di ruangan 23±1˚C, sedangkan kekerasan permukaan resin komposit bulk-fill dengan suhu preheating 39˚C lebih tinggi dibandingkan penyimpanan di ruangan 23±1˚C.

Background: Bulk-fill composite resin could be used in 4-5 mm thickness for each photo-polymerization so that it can shorten the restoration procedure time. Polymerization of composite resin can be affected by temperature, including composite resin’s storage temperature and preheating. Adequate polymerization needed to achieve optimal surface hardness or composite resin. Objective: To evaluate the influence of storage temperature and preheating on surface hardness of Bulk-fill Composite Resin. Methods: Thirty specimens of Tetric® N-Ceram Bulk-Fill shade IVA (6 mm of diameter and 3 mm of thickness) were made from 3 groups according to storage temperature and preheating of the composite: (1) room temperature 23±1°C for 24 hours (control), (2) refrigerator temperature 4±1°C for 24 hours, and (3) preheating 39°C for 10 minutes. Each specimen was polymerized using LED Curing Unit for 10 minutes with 1100 mW/cm2 intensity, then immersed in 5 ml of aquadest and kept in 37°C incubator for 24 hours. urface hardness was measured using Knoop Microhardness Tester at the top surfaces. Data were statistically analyzed using One-Way ANOVA and Post Hoc Bonferroni test. Result: There was a statistically significant difference (p0,05) of surface hardness value between all test groups. Conclusion: Surface hardness of bulk-fill composite resin at refrigerator temperature 4±1˚C are lower than room temperature 23±1˚C, while surface hardness of bulk-fill composite resin with preheating 39°C are higher than room temperature 23±1˚C."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ririt Damayanti
"Penggunaan model studi digital di Indonesia saat ini belum populer, akan tetapi adanya permasalahan kebutuhan penyimpanan ruangan, kebutuhan penyajian rencana perawatan yang akurat dan belum adanya teknologi model studi tiga dimensi digital di Indonesia menjadi alasan dilakukan penelitian ini. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan merakit pemindai laser dan ?benchmark? software tiga dimensi untuk kemudian membandingkan pengukuran pada model studi secara manual dengan digital.
Material dan metode : Sampel yang digunakan sebanyak 12 pasang model gigi paska perawatan ortodonti yang memiliki hubungan molar kelas I. Setiap model studi dipindai menggunakan pemindai laser tiga dimensi. Hasil pemindaian kemudian dilakukan pengukuran jarak mesiodistal, interkaninus, dan intermolar. Pengukuran pada model studi konvensional menggunakan kaliper digital dengan ketelitian 0,01mm dan menggunakan software pada model digital. Masing-masing nilai pengukuran dilakukan pengujian realibilitas (uji intraeksaminer) dengan uji T-test berpasangan, kemudian nilai pengukuran secara digital dibandingkan dengan pengukuran secara manual untuk dilakukan uji validitas menggunakan uji T-test tidak berpasangan.
Hasil : Hasil uji intraeksaminer menunjukan tidak ada perbedaan yang bermakna antara penghitungan pertama dan kedua dengan nilai p antara 0,07-0,701. Hasil T-test tidak berpasangan menunjukan tidak ada perbedaan yang bermakna antara pengukuran model studi digital dengan pengukuran model studi konvensional dengan nilai selisih rata-rata lebar mesiodistal sebesar 0,09mm (SD=0,07), nilai rata-rata selisih pengukuran jarak interkaninus 0,10 mm (SD=0,03) dan nilai rata-rata selisih pengukuran jarak intermolar 0,08 mm (SD=0,03) dengan nilai p untuk semua jenis pengukuran antara 0,62-0,99.
Kesimpulan : Perbandingan pengukuran secara manual dengan pengukuran pada model studi digital hasil pemindaian laser 3D menunjukan perbedaan yang tidak bermakna secara statistik.

The use of digital study models in Indonesia is not popular, but problem such as space required for study models storage, the needs of accurate treatment planning and the absence of 3D digital study model technology in Indonesia is the reason to do this research. This study is an experimental study by assembling a 3D laser scanner with a 3D software "benchmark" and comparing the manual and digital study models measurements.
Material and methods: The amount of samples used in this research was 12 pairs of post-orthodontic treatment study models with class I molar relationship. Each of the conventional study model was scanned and the mesiodistal, intercanine, and intermolar width was measured. Measurement were made with a digital calliper to the nearest 0.01 mm from conventional study models and with the software from the digital model. Each measurement value was tested to know the realibilility (intraexaminer test) using paired T-test, then the measurements of digital were compared with measurements performed manually using unpaired t-tests to kwow the validity.
Results: The intraexaminer test showed no significant difference between the first and second measurements with p values between 0.07 to 0.701. The unpaired T-test showed no significant difference between measurements of digital study models with measurements of conventional models with the mean difference in mesiodistal width 0.09 mm (SD = 0.07), the mean difference of intercanine distance 0.10 mm (SD = 0.03) and the mean difference of intermolar distance 0.08 mm (SD = 0.03) with p values for all types of measurement between 0.62 to 0.99.
Conclusion: Comparison of measurements between conventional study models with digital study models from 3D laser scanning showed no significant difference.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T31954
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Syachrida
"ABSTRAK
Pemasangan akhir, ataupun pasang percobaan restorasi porselen sering yang memerlukan koreksi diklinik, yang harus di-reglaze dan dikirim ke laboratorium untuk mendapatkan kembali permukaan porselen yang halus dan mengkilat. Hal ini memerlukan kunjungan tambahan dan biaya terutama di negara kita, karena sedikitnya laboratorium khusus porselen dan hanya terpusat di kota besar, sehingga dianggap kurang praktis. Disamping itu sering terjadi premature kontak setelah pemasangan tetap yang tidak mungkin dilakukan reglaze.
Dewasa ini tersedia dipasaran poles khusus/mekanis yang dipakai diklinik untuk memoles restorasi porselen paska koreksi sebelum pemasangan akhir atau setelah sementasi tanpa melakukan reglaze.
Pada penelitian laboratoris tentang poles khusus ini, diteliti ketahanan permukaan porselen dengan mengukur keausan yang terjadi paska koreksi yang dipoles mekanis dan lainnya di-reglaze kemudian dibandingkan. Keausan yang terjadi ditimbang sebelum dan sesudah gesekan.
Hasil keausan permukaan restorasi porselen kedua tersebut berbeda, yang dianalisa dengan Anova pada P=0,05 dimana reglaze masih lebih baik dari poles mekanis. Tetapi poles mekanis cukup baik dilihat dari selisih kehilangan berat yang terjadi sangat kecil antara poles dan reglaze, meskipun reglaze tetap pilihan utama.
"
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>