Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153902 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hutagalung, Sihol P.
"ABSTRAK
Perhatian Pemerintah terhadap peran serta masyarakat ternyata sudah cukup besar. Ini tercermin dari Sistim Kesehatan Nasional (SKN) yang bertujuan: "Tercapainya kemampuan hidup Sehat bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal."
Selanjutnya dalam SKN dikatakan bahwa :"Penyelenggaraan upaya kesehatan dilakukan secara menyeluruh, terpadu, merata dan dapat diterima serta terjangkau oleh masyarakat dengan peran aktif masyarakat?.
Sebagai salah satu respon peran serta dari masyarakat, ternyata terdapat peningkatan jumlah posyandu di 9 propinsi dari 52.700 pada tahun 1986 menjadi lebih dari 160.000 pada tahun 1991. Namun yang menjadi pertanyaan adalah: "Apakah semua masyarakat sudah menimbangkan anaknya setiap bulan di posyandu tersebut?"
Menurut I.B. Mantra bahwa derajat kesehatan masyarakat tidak akan meningkat secara berarti hanya dengan meningkatkan pelayanan medis saja (misalnya memperbanyak Rumah Sakit atau sarana pelayanan kesehatan saja), tetapi derajat kesehatan masyarakat ditentukan oleh masyarakat itu sendiri.
Sebagai Contoh : Ternyata D/S hasil penelitian Purnawan Junadi di Sumsel hanya 34%, Jabar = 69% dan Sulsel = 37% Di Sulawesi Tengah sendiri rata-rata DIS nya 52,08% (1992), sementara di Kotip Palu iebih rendah lagi yaitu = 32,22X.
Rendahnya D/S di Palu tersebut mendorong penulis mengadakan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ibu-ibu menimbangkan anaknya di posyandu, se-Kotip Palu.
Dengan responder 400 orang yang dipilih secara acak dari 40 posyandu (20 kelurahan masing-masing kelurahan dipilih 2 posyandu), penelitian ini menghasilkan bahwa ternyata ada hubungan yang bermakna antara variabel-variabel bebas: Pengetahuan Ibu, Sikap Ibu, Kelengkapan Posyandu, Pelayanan posyandu, Pembinaan oleh Petugas Kesehatan, Partisipasi tokoh Masyarakat serta Pembinaan oleh Kader; dengan variabel terikat yaitu Perilaku menimbangkan anak di posyandu. "
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmin Firoh
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara religious coping dan psychological well-being pada remaja panti asuhan di Jakarta. Banyaknya pengalaman negatif yang dialami oleh remaja panti asuhan, membuat remaja tidak berdaya yang berpengaruh pada kesejahteraan psikologis. Oleh karena itu, penting bagi remaja panti asuhan untuk mampu melakukan coping yang efektif agar psychological well-being mereka menjadi lebih baik, salah satunya dengan penggunaan religious coping. Penelitian ini bersifat korelasional dengan menggunakan sampel remaja panti asuhan usia 12 - 20 tahun dan telah menetap setidaknya selama satu tahun di panti asuhan N = 138, laki-laki = 70. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian adalah Ryffs Scales of Psychological Well-Being untuk mengukur psychological well-being dan Brief RCOPE untuk mengukur religious coping. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara positive religious coping dan psychological well being r = .397, p < .01, dan hubungan negatif yang signifikan antara negative religious coping dan psychological well-being r = -.194, p < .05.

The purpose of this study is to find out the relationship between religious coping and psychological well being in adolescents at orphanages in Jakarta. The number of negative experiences happened to adolescents in orphanages, it makes them helpless and affects their psychological well being. Therefore, it is important for them to be able in performing effective coping to enhance their psychological well being, one of the way by the use of religious coping. This study was correlational by using a sample of adolescents orphans aged 12 to 20 years and has been living for at least one year in an orphanage N 138, male 70. The instruments used in this study were Ryff 39 s Scales of Psychological Well Being to measure psychological well being and Brief RCOPE to measure religious coping. The result of correlation analysis shows that there is a significant positive correlation between positive religious coping and psychological well being r .397."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kistiyah Aini Sri Prabasanti
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang perilaku kesehatan preventif remaja terkait HIV/AIDS. Tujuan dari penelitian ini untuk menggambarkan hubungan perilaku kesehatan preventif dengan attitudes terkait HIV/AIDS yang dimiliki remaja akhir di wilayah Depok dan hubungan perilaku kesehatan preventif dengan subjective norms terkait HIV/AIDS yang dimiliki remaja akhir di wilayah Depok.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan tehnik penggumpulan data survei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku kesehatan preventif remaja terkait HIV/AIDS tinggi. Mayoritas responden memiliki attitudes mengenai perilaku kesehatan preventif terkait HIV/AIDS tinggi dengan perilaku kesehatan preventif terkait HIV/AIDS yang tinggi; dan mayoritas responden memiliki subjective norms mengenai perilaku kesehatan preventif terkait HIV/AIDS rendah dengan perilaku kesehatan preventif terkait HIV/AIDS yang tinggi.

ABSTRACT
This thesis discusses about preventive health behavior of adolescent. The purpose of this research are to describe relation between preventive health behavior with attitudes about HIV/AIDS of late adolescent in Depok and to describe relation between preventive health behavior with subjective norms about HIV/AIDS of late adolescent in Depok.
This research uses quantitative method of data collection through survey. The result of research indicate that participant of this research has high preventive health behavior in HIV/AIDS. Almost all of participant of this research has high attitudes about preventive health behavior in HIV/AIDS with high preventive health behavior in HIV/AIDS, and almost all of participant of this research has low subjective norms about preventive health behavior in HIV/AIDS with high preventive health behavior in HIV/AIDS.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ivana Ester Sinta Uli
"Latar belakang. Keputihan adalah masalah kesehatan reproduksi yang umum terjadi pada remaja putri, yang dapat memengaruhi kualitas hidup dan aktivitas belajar mereka. Pengetahuan dan perilaku perawatan organ genitalia wanita berperan penting dalam mencegah keputihan abnormal. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan dan perilaku perawatan organ genitalia terhadap kejadian keputihan pada siswi remaja putri di Madrasah Tsanawiyah Al Falah Cibinong, Jawa Barat. Metode. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan pengumpulan data melalui kuesioner yang diisi oleh 375 siswi. Analisis statistik dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan, perilaku perawatan, dan kejadian keputihan. Hasil. Prevalensi kejadian keputihan pada remaja putri di Madrasah Tsanawiyah Al Falah Cibinong adalah 69,87%, dengan 76% diantaranya tidak terpapar informasi terkait merawat organ reproduksi, 86,49% memiliki pengetahuan kurang terkait keputihan, serta 80,33% memiliki perilaku genital hygiene kurang. Rata-rata usia responden adalah 13 tahun, dengan usia terendah adalah 10 tahun (1,33%) dan usia tertinggi yaitu 16 tahun (3,73%). Mayoritas responden remaja putri pertama kali mengalami menstruasi pada usia 11 tahun. Sumber informasi utama responden berasal dari orangtua (17,33%), dan guru (16%). Remaja putri dengan pengetahuan keputihan yang kurang memiliki risiko 1,38 lebih besar (PR= 1,38; 95% CI 1,0599-1,7966) untuk mengalami kejadian keputihan dibandingkan dengan remaja putri dengan pengetahuan cukup dan baik. Pengetahuan merupakan variabel yang paling berhubungan terhadap kejadian keputihan di Madrasah Tsanawiyah Al Falah Cibinong, Jawa Barat. Kesimpulan. Pengetahuan yang baik dan perilaku perawatan organ genitalia yang benar dapat mengurangi kejadian keputihan abnormal pada remaja putri. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan reproduksi perlu ditingkatkan di kalangan remaja.
Background. Leucorrhea is a common reproductive health issue among adolescent girls that can affect their quality of life and learning activities. Knowledge and behavior regarding the care of female genitalia play a crucial role in preventing abnormal leucorrhea. Objective. This study aims to analyze the correlation between knowledge and behavior regarding genital care on the incidence of leucorrhea among female adolescents at Madrasah Tsanawiyah Al Falah Cibinong, West Java. Methods. This research employs a cross-sectional design, collecting data through questionnaires filled out by 375students. Statistical analysis was conducted to identify the relationship between knowledge, care behaviors, and the occurrence of leucorrhea. Results. The prevalence of vaginal discharge in adolescent girls at Madrasah Tsanawiyah Al Falah Cibinong was 69.87%, with 76% of them not exposed to information related to caring for reproductive organs, 86.49% had poor knowledge about vaginal discharge, and 80.33% had poor genital hygiene behavior. The average age of respondents was 13 years, with the lowest age being 10 years (1.33%) and the highest age being 16 years (3.73%). The majority of adolescent girls experienced their first menstruation at the age of 11. The main source of information for respondents came from parents (17.33%), and teachers (16%). Adolescent girls with poor knowledge of vaginal discharge had a 1.38 greater risk (PR= 1.38; 95% CI 1.0599-1.7966) of experiencing vaginal discharge compared to adolescent girls with sufficient and good knowledge. Knowledge is the variable most related to the incidence of vaginal discharge in Madrasah Tsanawiyah Al Falah Cibinong, West Java. Conclusion. Good knowledge and proper care behaviors regarding genitalia can reduce the incidence of abnormal leucorrhea in adolescent girls. Therefore, reproductive health education needs to be enhanced among adolescents."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrean Wangsa
"Masa remaja adalah masa kritis untuk pertumbuhan, dan nutrisi yang tepat sangat penting untuk perkembangan yang memadai. Faktor-faktor seperti meningkatnya paparan media, tekanan terhadap citra tubuh, dan pengaruh budaya menempatkan remaja perempuan pada risiko lebih tinggi untuk mengembangkan sikap makan yang tidak sehat, yang berpotensi menyebabkan gangguan makan. Studi mixed-method clustered randomized control (cRCT) ini berfokus pada dampak program Nutrition Goes to School (NGTS) terhadap sikap makan remaja putri di Jakarta. Program NGTS, sebuah pendekatan lingkungan yang melibatkan guru, staf kantin, tukang kebun sekolah, dan siswa, berupaya untuk mendorong perubahan perilaku dan meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktik gizi pada remaja. Pengukuran dasar pada bulan Januari 2024 mengukur informasi sosiodemografi, pengetahuan gizi, dan Indeks Masa Tubuh (IMT), serta Eating Attitudes Test (EAT-26) untuk mengkategorikan responden yang berisiko tinggi dan rendah mengalami gangguan makan di sepuluh sekolah di Jakarta berdasarkan wilayah. Diskusi Kelompok Terfokus (FGD) dan Wawancara Mendalam (IDI) dilakukan melalui WhatsApp untuk melakukan triangulasi skor awal EAT-26 untuk mengidentifikasi dan membandingkan faktor pendorong sikap makan yang berisiko tinggi dan rendah. Intervensi NGTS diberikan secara bertahap sekitar akhir bulan Februari 2024, dan pengukuran akhir (n= 278) dilakukan pada bulan Mei 2024 untuk membandingkan perbedaan di dalam dan antar kelompok. Data kualitatif dilaporkan berdasarkan kerangka biopsikososial. Jumlah sampel sebaran kelompok kontrol dan intervensi sebanding kecuali wilayah di Jakarta, usia, dan keaktifan ekstrakurikuler. Kedua kelompok memiliki pengetahuan dasar yang sama (0,0-16,0) dan skor EAT-26 (0,0-75,0); FGD menemukan tema-tema yang berkaitan dengan faktor individu, keluarga, dan sosial dimana terdapat persamaan dalam praktik namun terdapat perbedaan dalam sikap. Data akhir mengumpulkan data dari tiga sekolah intervensi dan empat sekolah kontrol. Perbandingan antara data pengukuran awal dan akhir menunjukkan peningkatan signifikan pada skor EAT-26 (0,0-51,0) dan skor pengetahuan NGTS (2,0-18,0) dibandingkan dengan pengukuran awal, namun tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan antara kategori EAT-26 risiko tinggi dan rendah. Data kualitatif mengeksplorasi faktor individu, keluarga, dan sosial di balik sikap makan mereka. Ada banyak praktik yang dilakukan bersama, antara lain melewatkan makan dan rasa bersalah karena makanan. Namun, sikapnya berbeda-beda, dimana anak perempuan yang berisiko tinggi berfokus pada kalori, dikotomi makanan, dan citra tubuh, sedangkan anak perempuan yang berisiko rendah berfokus pada tanda-tanda lapar, jadwal, dan preferensi mereka. Program NGTS memberikan dampak terhadap peningkatan sikap makan pada kelompok intervensi remaja putri di Jakarta, dan terjadi peningkatan yang lebih baik pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol.

Adolescence is a critical period for growth, and proper nutrition is essential for adequate development. Factors such as increased media exposure, body image pressures, and cultural influences put adolescent females at a higher risk of developing unhealthy eating attitudes, potentially leading to eating disorders. This mixed-method clustered randomized control (cRCT) study focuses on the impact of the Nutrition Goes to School (NGTS) program on the eating attitudes of adolescent girls in Jakarta. The NGTS program, an environmental approach involving teachers, canteen staff, school gardeners, and students, seeks to promote social change and improve nutrition knowledge, attitudes, and practices in teenagers. Baseline measurements in January 2024 quantified sociodemographic information, nutrition knowledge, and BMI, along with baseline Eating Attitudes Test (EAT-26) to categorize the respondents to high- and low-risks of eating disorders in ten schools in Jakarta based on region. Focused Group Discussions (FGD) and In-Depth Interviews (IDI) via WhatsApp followed to triangulate the baseline EAT-26 scores to identify and compare drivers of high-risk and low-risk eating attitudes. NGTS intervention was gradually provided around the end of February 2024, and end-line measurements (n= 278) were conducted in May 2024 to compare within and between-group differences. Qualitative data were reported based on the biopsychosocial framework. The control and intervention group distribution sample numbers were comparable except for regions in Jakarta, age, and extracurricular activeness. Both groups had similar baseline knowledge (0.0-16.0) and EAT-26 scores (0.0-75.0); FGD found themes relating to individual, familial, and social factors where there were similarities in practice but differences in attitudes. End-line data collected data from three intervention and four control schools. Comparisons between baseline and end-line revealed significant improvements in EAT-26 scores (0.0-51.0) and NGTS knowledge scores (2.0-18.0) compared to the baseline, but no significant differences were found between the high and low-risk EAT-26 categories. Qualitative data explored individual, familial, and social factors behind their eating attitudes. There were many shared practices, including meal skipping and food guilt, among others. However, attitudes differed, with high-risk girls focusing on calories, food dichotomy, and body image, whereas low-risk girls focused on their hunger cues, schedules, and preferences. The NGTS program had an impact on improving the eating attitudes in the intervention group of adolescent girls in Jakarta, and there was a better improvement in the intervention group than in the control group."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rahayu K
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ibu hamil dalam memanfaatkan Posyandu. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif sederhana. Dari 30 lembar kuesioner yang diberikan, sebanyak 18 lembar yang dapat terisi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 18 responden. Pemilihan sampel diambil dengan menggunakan tehnik consecutive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang sangat mempengaruhi molivasi ibu hamil berdasarkan hasil analisa data adalah pengetahuan sebanyak 17,88 %, kemudian faktor berikutnya yaitu kemudahan meneapai sarana sehanyak 15,57 %. Sedangkan faktor yang kurang atau tidak mempengaruhi motivasi ibu hamil adalah temang minat ibu hamil yaitu sebanyak 12,40 %."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA4998
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Pradianto
"Posyandu merupakan kegiatan dari, oleh dan untuk masyarakat, serta merupakan wadah kegiatan guna pembinaan kelangsungan hidup anak dan pembinaan perkembangan anak. Keberhasilan penyelenggaraan Posyandu dipengaruhi oleh penggunaan Posyandu oleh masyarakat setempat. Sejauh mana pemanfaatan Posyandu serta faktor-faktor apa yang mempengaruhinya masih belum diketahui. Pada kenyataannya cakupan Posyandu di Bogor Barat masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi perilaku ibu balita dalam penggunaan Posyandu.
Janis penelitian yang dipakai adalah cross sectional dengan pengambilan sampel secara systematic random sampling. Dari 10 faktor yang diteliti, hanya 4 .faktor yang memberikan hasil dalam analisa. Dari uji regresi ganda didapatkan faktor pekerjaan (status bekerja) ibu, persepsi ibu tentang jarak Posyandu, persepsi ibu tentang waktu buka Posyandu, dan persepsi ibu tentang perilaku kader mempunyai pengaruh bermakna terhadap index kunjungan (penggunaan) Posyandu. Sedangkan faktor lainnya yaitu faktor pendidikan ibu, pengetahuan ibu tentang Posyandu, persepsi ibu tentang jenis pelayanan di Posyandu, persepsi ibu tentang perilaku petugas, adanya jaminan kesehatan/ asuransi kesehatan dan pendagatan keluarga tidak mempunyai hubungan dengan index penggunaan Posyandu.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat kelangsungan anak balita dalam mengikuti program penimbangan di Posyandu cukup baik. Ada 4 faktor yang mempunyai pengaruh bermakna terhadap penggunaan Posyandu yaitu pekerjaan ibu, persepsi ibu tentang jarak Posyandu, persepsi ibu tentang waktu buka Posyandu dan persepsi ibu tentang perilaku kader.
Dengan demikian intervensi yang disarankan adalah memperbaiki persepsi ibu tentang perilaku kader, menelaah lebih lanjut terhadap persepsi jarak Posyandu dan persepsi ibu tentang waktu buka Posyandu apakah sesuai dengan kenyataan atau tidak. Kemudian membahasnya untuk memperoleh intervensi yang tepat.
Akhirnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku ibu balita dalam penggunaan Posyandu dengan populasi yang berbeda agar dapat ditarik kesimpulan yang lebih tepat."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedet B. Utoyo
"Pos Yandu merupakan kegiatan dari, oleh dan untuk masyarakat, yang menciptakan komitmen masyarakat terutama para ibu, dalam mengembangkan kesejahterasn keluarga terutama dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Upaya-upaya dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan di Pos Yandu memerlukan partisipasi seluruh masyarakat di wilayah cakupan Pos Yandu, baik partisipasinya dalam bentuk idea, tenaga, sarana dan biaya. Pada kenyataannya masih banyak Pos Yandu yang tumbuhnya tersendat-sendat karena tidak adanya biaya untuk melaksanakan kegiatannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi ibu-ibu istri Kepala Keluarga diwilayah cakupan Pos Yandu dalam pendanaan Pos Yandu.
Janis penelitian yang dipakai adalah cross sectional dengan sample yang diambil secara purposive. Dari 6 faktor yang diteliti, hanya. 3 faktor yang memberikan hasil dalam analisa. Faktor pendidikan, faktor pengetahuan dan faktor sikap mempunyai hubungan yang bermakna dalam partisipasi pendanaan Pos Yandu yang terlihat dalam hasil uji chi kuadrat dan analisa korelasi. Disamping itu ditemukan adanya kolinieritas yang bermakna dari ketiga faktor tersebut.
Setelah dilakukan analisa regresi berganda biner, faktor tingkat pendidikan sedang, faktor sikap kurang baik dan sikap bali terhadap keniatan Pos Yandu ternyata yang paling berpengaruh dalam partisipasi pendanaan Pos Yandu tersebut. Sedangkan faktor lainnya yaitu faktor pekerjaan ibu, faktor jumlah balita dan faktor pendapatan per kapita keluarga tidak mempunyai pengaruh bermakna, baik dalam uji chi kuadrat, uji korelasi maupun dalam uji regresi berganda.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan adanya 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam partisipasi pendanaan Pos Yandu yaitu faktor tingkat pendidikan sedang ibu, sikap kurang baik dan sikap baik dari ibu terhadap kegiatan Pos yandu; sedangkan faktor lain walaupun tidak bermakna pengaruhnya, tetapi mendukung teniadinya partisipasi dalam pendanaan Pos Yandu. Untuk ini disarankan pentingnya disarnpaikan modul tentang penatalaksanaan pembiayaan Pos Yandu pada setiap penataran leader, tokoh maupun pembina Pos Yandu agar kesadaran terhadap Pos Yandu, tidak hanya sekedar tentang tujuan , manfaat, kegiatan dan sasaran saja, tapi yang paling penting adalah bagaimana menghimpun pembiayaan Pos Yandu, agar lebih dapat menciptakan kemandirian dalam pengelolaan Pos Yandu.
Akhirnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi partisipasi ibu dalam pendanaan Pos Yandu serta dalam populasi yang berbeda dan dengan sampel yang lebih besar, agar dapat ditarik kesimpulan yang lebih tepat."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Lasvita
"Penelitian yang dilakukan Beiz dan Fitzgerald (1987) mengemukakan bahwa proses perkembangan karier pada perempuan temyata lebih kompleks dibandingkan dengan proses yang terjadi pada laki-laki. Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan mengapa proses perkembangan karier perempuan Iebih sulit adalah kurangnya kesempatan untuk perempuan, kurangnya keterampilan yang dimiliki dan adanya fokus untuk menyeimbangkan antara karier dan tanggung jawab keluarga. Untuk itu perempuan perlu mendapatkan pendidikan khusus yang sesuai dengan kebutuhan jenis kelaminnya. Sekolah homogen atau single-sex school adalah sekolah yang muridnya perempuan saja atau Iaki-Iaki saja. Pada sekolah model ini murid perempuan atau murid laki-Iaki tidak memperoleh kesempatan yang sama dan pendidikan yang tersedia bagi mereka disesuaikan menurut kebutuhan masing-masing jenis kelamin.
Melihat adanya kecenderungan anak akan merasa lebih dekat dengan ibu dan ibu bertanggung jawab dalam mendidik dan membesarkan anak, mengakibatkan peran ibu dalam proses pemilihan karier anaknya tidak sedikit. Keadaan ibu yang bekerja dan tidak bekerja sangat berpengaruh pada pemilihan karier anak terutama remaja puteri karena remaja puteri Iebih mengidentifikasi dirinya terhadap ibu dibandingkan remaja putera. Hoffman mengatakan bahwa remaja puteri yang ibunya bekerja di luar rumah memiliki aspirasi tinggi pada karier dibandingkan dengan remaja puteri yang ibunya tidak bekerja. Selama bertahun-tahun, berbagai penelitian hanya membahas karier perempuan dari segi tradisional dan nontradisional. Bidang pekerjaan nontradisional adalah pekerjaan yang sebagian besar pekerjanya adalah Iaki-Iaki. Sedangkan bidang pekerjaan tradisional adalah pekerjaan yang sebaian besar pekerjanya adalah perempuan.
Masalah yang ingin diungkap dalam penelitian ini adalah melihat apakah kelekatan remaja puteri terhadap ibu ada hubungannya dengan orientasi karier yang dipilih oleh remaja puteri tersebut. Jika remaja puteri dekat dengan ibu, diharapkan mereka mempunyai orientasi karier nontradisional. Hal Iain yang juga ingin diungkap adalah melihat apakah memang ada hubungan antara ibu bekerja dan tidak bekerja dengan orientasi karier remaja puteri. Remaja puteri yang ibunya bekerja diharapkan memiliki orientasi karier yang nontradisional, Instrumen untuk mengukur orientasi karier pada remaja puteri dibuat berdasarkan peta penyebaran pekerjaan (cognitive map of occupations) oleh Gottfredson. lnstrumen ini terdiri dari 47 jenis pekerjaan yang terbagi menjadi 3 golongan, yaitu maskulin, netral dan feminin. Pllihan jawaban yang disediakan adalah ya, tidak dan ragu-ragu. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengukur kelekatan dengan ibu dibuat berdasarkan instrumen IPPA (Inventory of Parent and Peer Attachment).
Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari 60 item yang terbagi menjadi 3 dimensi, yaltu kepercayaan, komunikasi dan alienasi. Skala yang digunakan adalah skala model Likert dengan rentang 1-5. Subjek dalam penelitian ini adalah murid kelas 3 semua jurusan, yaitu IPA, IPS dan Bahasa, di SMU Talakanita 1 sebagai salah satu sekolah homogen khusus perempuan di Jakarta. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 206 orang dan tergolong dalam masa remaja akhir (late adolescence) dengan rentang usia sekitar 16 sampai 18 tahun. Untuk melihat apakah ada hubungan antara kelekatan dengan ibu dan orientasi. karier remaja puteri digunakan metode korelasi Pearson Product-Moment. Sedangkan untuk melihat apakah hubungan ibu bekerja dan tidak bekerja dalam orientasi karier remaja puteri digunakan metode one-way ANOVA. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang disebar di semua jurusan kelas 3 SMU Tarakanlta 1.
Uji reliabilitas dan analisis item dari instrumen kelekatan dengan ibu dan orlentasi karier menggunakan metode konsistensi intemal dengan teknik koefisien Cronbach Alpha. Koefisien Cronbach Alpha yang dihasilkan sebesar 0.9224 sehinga dapat dikatakan reliabilitas instrumen kelekatan dengan ibu sedang cenderung tinggi. Koefisien Cronbach Alpha dalam instrumen orientasi karier sebesar 0.8730 sehingga dapat dikatakan sedang cenderung tinggi. Hasil korelasi dengan Pearson Product-Moment antara orientasi karier dan kelekatan dengan ibu sebesar -0.013 dan p< sig 0.05 (dan label Q dalam Guilford & Fruchter sebesar 0.137). Sedangkan hasil perhitungan F test dalam ANOVA antara ibu bekerja dan tidak bekerja dengan orientasi karier sebesar O.926. Hasil ini leblh kecil dan level sinifikansi 0-05 ( dalam tabel F dari Gulford & Fruchter sebesar 3.8894).
Dari hasil perhitungan di atas, maka hipotesis nol pertama yang menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara orienlasi karier dan kelekatan denga ibu pada remaja puteri di sekolah homogen khusus perempuan, dlterima. Sedangkan hipotesis pertama yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara orientasi karier dan kelekatan dengan ibu pada remaja puteri di sekolah homogen khusus perempuan, ditolak. Demikian juga dengan hipotesis nol kedua yang menyatakan tidak ada perbedaan yang slgnifikan dalam orientasi karier remaja puteri di sekolah homogen khusus perempuan yang ibunya bekerja dan yang tidak bekerja, diterima. Sedangkan hipotesis kedua yang menyatakan ada perbedaan yang signifikan dalam orientasi karier remaja puteri di sekolah homogen khusus perempuan yang ibunya bekerja dan yang tidak bekerja, ditolak."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2978
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arryan Rizqi Aulia Purnamasari
"Unmet need menjadi masalah kesehatan pada remaja berstatus kawin. Keberadaan remaja telah mendominasi penduduk di dunia. Berdasarkan laporan UNICEF 2019 populasi penduduk remaja (usia 10-19 tahun) 16% dari total penduduk dunia. Indonesia menjadi salah satu negara yang mengalami masalah kepadatan penduduk, dengan jumlah populasi setara 3,5% dari total populasi dunia. Penelitian dengan desain cross sectional, untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan unmet need di Indonesia tahun 2017. Sampel dalam penelitian adalah 626 wanita berusia 15-19 tahun berstatus kawin 626 orang. Proporsi Unmet need kontrasepsi pada kehamilan PUS remaja wanita usia 15-19 tahun pada SDKI 2017 sebesar 8,5 %. Hasil penghitungan pemodelan penelitian didapatkan proporsi unmet need kontrasepsi pada kehamilan PUS remaja wanita 10,4%, dengan proporsi di daerah perkotaan sebesar 53,84% dan di daerah pedesaan sebesar 46,15%. Faktor yang berhubungan dengan unmet need kontrasepsi pada kehamilan remaja di Indonesia yaitu: budaya diperoleh p-value 0,0001 OR= 17,702 (95%CI: 9,293 – 33,717), pemberian layanan informasi petugas kesehatan p-value 0,045 OR= 1,941 (95%CI: 1,084 – 3,595), dan tempat tinggal p-value 0,004 OR= 0,453 (95%CI: 0,270 – 0,760).

Unmet need is a health problem in married adolescents. The existence of teenagers has dominated the population in the world. Based on the 2019 UNICEF report, the population of adolescents (aged 10-19 years) is 16% of the total world population. Indonesia is one of the countries experiencing population density problems, with a population equivalent to 3.5% of the total world population. Research with a cross sectional design, to find out the factors related to unmet need in Indonesia in 2017. The sample in this study was 626 women aged 15-19 years with 626 married status. The proportion of Unmet need for contraception in couple of reproductive age pregnancies of adolescent girls aged 15-19 years in the 2017 IDHS is 8.5%. The results of the calculation of the research modeling showed that the proportion of unmet need for contraception in female adolescent couple of reproductive age pregnancies was 10.4%, with the proportion in urban areas being 53.84% and in rural areas being 46.15%. Factors related to the unmet need for contraception in adolescent pregnancy in Indonesia are: culture, p-value 0.0001 OR= 17.702 (95% CI: 9.293 – 33.717), provision of information services to health workers p-value 0.045 OR= 1.941 (95% CI: 1.084 – 3.595), and place of residence p-value 0.004 OR= 0.453 (95% CI: 0.270 – 0.760)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>