Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113842 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hajriyanto Y. Thohari
"Bab ini berisi tujuan dan permasalahan penelitian serta latar belakang mengapa masalah tersebut secara akademis relevan dan signifikan untuk diteliti. Juga dikemukakan metode atau prosedur penelitian yang digunakan, dan kajian pustaka atau penelitian-penelitian terdahulu.
Tesis ini memusatkan perhatiannya mengenai bertahannya industri kerajinan batik tradisional. Dalam hal ini terutama untuk memperoleh gambaran yang utuh dan komprehensif mengenai bagaimana strategi atau upaya bertahannya industri kerajinan batik di desa Simbang Kulon, Pekalongan. Pembahasan akan berpusat pada beberapa aspek, yaltu siapakah dan bagaimanakah profil pengusaha industri kerajinan batik, bagaimana pola dan proses sosialisasi kepengusahaan dilakukan, bagaimana pola pewarisan, bagaimana mereka membina jaringan usaha dan bagaimana usaha lain yang dilakukannya sehingga industri kerajinan batik tradisional itu mampu bertahan.
I.1 Tujuan Penelitian
Tesis ini memusatkan perhatiannya mengenai bagaimana industri kerajinan batik tradisional bertahan untuk tetap survive. Dalam hal ini studi yang dilakukan terutama untuk memperoleh gambaran yang utuh dan komprehensif mengenai proses bertahannya industri kerajinan batik dengan mengambil kasus pada industri kerajinan batik tradisional di desa Simbang Kulon, Pekalongan. Untuk sampai pada tujuan tersebut maka studi ini difokuskan pada usaha untuk mendapatkan penjelasan mengenai (1) siapakah dan bagaimanakah profil pengusaha batik, serta (2) aspek-aspek yang berkaitan dengan proses sosialisasi, (3) regenerasi (kaderisasi) dan alih peran, (4) pola pewarisan, dan (5) pola-pola hubungan dengan sesama pengusaha dan para pedagang.
Fokus studi semacam ini dipandang sebagai kasus yang diharapkan dapat menjelaskan fenomena kemampuan bertahan industri kerajinan tradisional yang terjadi di tempat lain dan pada jenis usaha kerajinan tradisional yang lain. Dengan Demikian signifikansi penelitian ini terletak pada sumbangsih akademis (=teoritis) yang akan dan dapat diberikan berupa sebuah model penjelasan mengenai bertahannya industri kerajinan tradisional dalam suatu perubahan struktur ekonomi di negara berkembang semacam Indonesia?"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susiana Maria
"Permasalahan difokuskan kepada hubungan variabel pengendalian manajemen, proses perundingan, dan kondisi kerja dengan pelaksanaan hubungan industrial di lingkungan perusahaan garmen/ tekstil yang berbeda sumber kepemilikan modal. PT Katexindo mewakili perusahaan penanaman modal dalam negeri dan PT Bitratex Industries mewakili perusahaan penanaman modal asing. Pendalaman atas hubungan tiga variabel tersebut dalam hubungan industrial dimaksudkan untuk membuktikan besaran hubungan yang terjadi sehingga karakteristik faktor-faktor pendorong dari ketiga variabel yang terdapat di kedua perusahaan dapat terdeskrispsi secara spesifik dan dianalisa secara komprehensif.
Dengan sifat populasi yang cenderung homogen, penentuan jumlah sampel berdasarkan label Krejcie cukup dapat merepresentasikan karakteristik sampel. Dan jumlah 341 sampel yang layak uji, menunjukkan bahwa hubungan industrial di kedua perusahaan menghasilkan outcome berbeda dalam hal penerapan pengendalian manajemen, kualitas proses perundingan, dan kualitas kondisi kerja, serta kaitan ketiga variabel tersebut beserta indikator pengukuran yang dipakai.
Hubungan ketiga variabel di Perseroan Terbatas Katexindo menghasilkan suatu kualitas hubungan industrial yang kondusif baik secara proses, kelembagaan, maupun prosedur. Hubungan yang harmonis antara karyawan dan perusahaan menghasilkan suatu sinergi seimbang antara hubungan dua struktur dan fungsi yaitu manajemen dan Pimpinan Unit Kerja. Sebaliknya, hubungan industrial di Perseroan Terbatas Bitratex Industries menunjukkan suatu outcome negatif atas ketiga variabel bebas terhadap kualitas pelaksanaan hubungan industrial. Penanganan ketiga variabel telah mendorong kualitas hubungan industrial menjadi tidak kondusif dan merupakan refleksi atas ketidakseimbangan proses hubungan timbal balik perusahaan dan karyawan.
Sehingga, disimpulkan bahwa status kepemilikan modal perusahaan memiliki kualitas hubungan industrial yang berbeda lebih dikarenakan kebijakan internal perusahaan dalam mengelola komunikasi baik lisan ataupun tertulis sebagai refleksi atas pengendalian manajemen, kemudian proses perundingan, dan pengelolaan kondisi kerja."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T4367
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fariani
Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2012
677.028 64 FAR i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Yosep Subagiyo
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, 1989/1993
746.09 PUJ p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fairuz Septiningrum
"Pewarna tekstil mengandung polutan organik yang dapat menyebabkan pencemaran serius pada air. Proses fotokatalisis dapat mendegradasi polutan organik menjadi senyawa yang tidak berbahaya bagi lingkungan. Titanium dioksida (TiO2) merupakan material semikonduktor yang sering digunakan sebagai fotokatalis tetapi masih menghasilkan aktivitas fotokatalisis yang rendah akibat energi celah pita yang besar. Modifikasi TiO2 untuk meningkatkan sensitivitasnya pada rentang cahaya tampak telah banyak dilakukan, salah satunya dengan komposit logam mulia seperti perak (Ag) untuk memanfaatkan efek localized surface plasmon resonance (LSPR) yang dimilikinya. Pada penelitian ini, sintesis nanokomposit Ag/TiO2 dilakukan dengan metode hijau yang lebih ramah lingkungan, sederhana dan hemat biaya dengan menggunakan ekstrak kulit buah manggis. Kinerja nanokomposit Ag/TiO2 diuji sebagai fotokatalis dalam mendegradasi zat pewarna metilen biru (MB). Hasil uji aktivitas fotokatalisis dengan nanokomposit Ag/TiO2 dengan konsentrasi Ag 45 mM menunjukkan persentase degradasi sebesar 100% di bawah penyinaran cahaya tampak sedangkan TiO2 murni hanya mencapai 20% tingkat degradasi larutan MB. Peningkatan aktivitas fotokatalisis ini dapat dikaitkan dengan peningkatan penyerapan cahaya akibat efek LSPR yang dimiliki Ag. Dengan demikian, komposit TiO2 dengan Ag memiliki potensi besar dalam meremediasi polutan organik dalam limbah zat pewarna.

Textile dyes contain organic pollutants that can cause serious water pollution. The photocatalytic process can degrade organic pollutants into compounds that are not harmful to the environment. Titanium dioxide (TiO2) is a semiconductor material that is often used as a photocatalyst but still produces low photocatalytic activity due to its large band gap energy. Many modifications of TiO2 to increase its sensitivity in the visible light range have been carried out, one of which is by composite with precious metals such as silver (Ag) to take advantage of its localized surface plasmon resonance (LSPR) effect. In this study, the synthesis of Ag/TiO2 nanocomposites was carried out using a green method that is more environmentally friendly, simple and cost-effective using mangosteen rind extract. The performance of Ag/TiO2 nanocomposite was tested as a photocatalyst in degrading methylene blue (MB) dye. The results of the photocatalytic activity test using Ag/TiO2 nanocomposite with an Ag concentration of 45 mM showed a 100% degradation percentage under visible light irradiation, while pure TiO2 only reached 20% of the MB solution degradation rate. This increase in photocatalytic activity can be attributed to the increase in light absorption due to the LSPR effect of Ag. Thus, the modification of TiO2 with Ag has great potential in remediating organic pollutants in dye effluents."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendraswati
Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2012
677.028 64 HEN s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Qodry
"Pembangunan ekonomi kerakyatan diarahkan untuk memberi perhatian kepada upaya peniberdayaan ekonomi rakyat. Perhatian khusus tersebut diwujudkan dengan Iangkah-langkah strategis yang secara Iangsung ditujukan pada perluasan akses rakyat kepada sumber daya pembangunan disertai penciptaan peluang-peluang bagi masyarakat di lapisan bawah untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan, sehingga mampu mengatasi kondisi keterbelakangan dan memperkuat posisi ekonomi mareka. Salah satu upaya yang paling tepat dalam pemberdayaan ekonomi kerakyatan adalah mengembangkan kegiatan ekonomi yang menjadi tumpuan kehiaupan ekonomi seluruh rakyat dan mampu mengakomodasi keberadaan sumber daya manusia yang ada. Pengembangan usaha kecil (industri kecil dan industri rumah tangga) merupakan alternatif pilihan yang menggambarkan hal tersebut dan merupakan salah satu entry point menuju pengembangan ekonomi Indonesia di abad mendatang.
Industri kerajinan kain tapis merupakan salah satu komoditas unggulan yang sedang berkembang saat ini di Kota Bandar Lampung. Kain tapis merupakan kain tradisional masyarakat Lampung yang biasanya hanya dipergunakan dalam acara-acara adat. Awalnya, kain ini hanya dibuat oleh rumah tangga untuk memenuhi keperluan sendiri. Kini, kain tapis telah diproduksi secara komersial untuk memenuhi kebutuhan lokal, domestik dan bahkan sudah ada yang diekspor. Dengan sentuhan teknologi sederhana dan design produk yang variatif kain tapis semakin berkembang.
Meskipun telah menunjukkan hasil-hasil yang menggembirakan dalam pengembangan, akan tetapi masih banyak dijumpai permasalahan yang dihadapi oleh industri kerajinan ini antara lain: (1) keterbatasan kemampuan dalam pengelolaan usaha; (2) Keterbatasan dalam permodalan; (3) Kurangnya informasi dan penguasaan pasar; (4) Keterbatasan kepemilikan dan penguasaan teknologi yang digunakan; dan (5) Ketiadaan kelembagaan. Industri kerajinan kain tapis dipandang memiliki potensi besar untuk dapat dikembangkan Iebih lanjut. Hal ini mengingat masih terbukanya peluang pasar untuk menyerap hasil kerajinan ini. Namun, dengan adanya beberapa permasalahan/kendala di atas menyebabkan industri kerajinan tersebut mengalami hambatan dalam pengembangannya. Kegiatan ekonomi ini perlu mendapatkan perhatian pemerintah, sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah dan kesejahteraan masyarakatnya.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan Strategi (skenario dan kebijakan) pengembangan industri kerajinan kain tapis dalam upaya pemberdayaen ekonomi rakyat. Untuk merumuskan strategi pengembangan industri kerajinan kain tapis, alat analisis yang digunakan adalah metode AHP (Analytical Hierarchy Process) dengan model proyeksi dan model perencanaan. Menurut Permadi (1992), model perencanaan dalam AHP merupakan gabungan dari model proyeksi dan model perencanaan. Model Proyeksi (Forward Process) bermaksud memperkirakan kondisi masa depan yang ke!ihatannya mungkin atau layak terjadi berdasarkan kondisi yang ada atau sedang berjalan. Sedangkan model perencanaan (Backward Process) bertujuan menentukan kebijaksanaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan di masa depan. Untuk tercapainya perencanaan yang lebih efektif, kedua model di atas dapat digabungkan dimana pertama-tama kondisi yang diinginkan di masa depan ditentukan melalui model proyeksi dan berikutnya kebijaksanaan yang diperiukan untuk mencapainya ditentukan dalam model perencanaan. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan Software Expert Choice 3.0.
Berdasarkan kerangka model forward-backward process, pemerintah daerah merupakan pelaku yang paling besar peranannya dalam pengembangan industri kerajinan Pain tapis di Kota Bandar Lampung. Dari kerangka forward process menunjukkan bahwa dalam lima tahun mendatang skenario utama dalam pengembangan industri kerajinan kain tapis adalah skenario "Industri kerajinan sebagai penggerak ekonomi daerah". Sedangkan dari kerangka backward process menghasilkan urutan prioritas kebijaksanaan dalam pengembangan industri kerajinan kain tapis yaitu kebijaksanaan pembinaan dan perlindungan usaha, kebijaksanaan bantuan permodalan, kebijaksanaan peningkatan promosi dan perluasan pasar, dan kebijaksanaan pengembangan kemitraan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T20152
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This book highlights the traditional boundaries of the textile industry and discusses to what extent organic cotton is sustainable. It also examines the domestic and international influences of agricultural practices on cotton. Sustainability issues in the textile and fashion sectors require the influences that arise from beyond the boundaries of the conventional textile industry to be taken into account. These “external” influences—from (international or domestic) agricultural practices and energy policies to consumption patterns and levels of ecological notions of the society—have a significant impact on the sustainability of the textile and fashion sectors as a whole. Ecological and social concerns go far beyond individual companies and industries; therefore, in order to become more sustainable, the textile (and fashion) industry needs to address these concerns appropriately and connect with other disciplines, industries, communities, and international groups."
Singapore: Springer Singapore, 2019
e20502839
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Daud D. Talo
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di desa Limaggu kecamatan Sawu Timur, Kabupaten Kupang -- Nusa Tenggara Timur (NTT). Fokus perhatiannya adalah tentang pergeseran kebudayaan orang Sawu pada fungsi kain tenun ikatnya.
Kain tenun ikat orang Sawu, dibuat oleh masyarakat setempat dengan memakai bahan baku dan teknologi yang mereka ciptakan sendiri. Bahan baku yang mereka gunakan adalah kapas dan zat pewarna, yakni terbuat dari akar mengkudu dan nila, yang mereka tanam di kebun dan/atau di pekarangan rumah. Bahan baku itu diolah melalui proses yang panjang, yakni mulai dari pemau wangngu, kui wangngu, mengeri wanggu, kepali wangngu, wuhu wangngu, poro wangngu, menyaru wangngu, lore wangngu, kedia wangngu, mane wangngu, tali wangngu, pallo wangngu, dan akhirnya sampai kepada menanu, sehingga terbentuklah kain tenun ikat yang siap mereka gunakan. Tenaga kerja yang terlibat dalam proses pembuatan kain tenun ikat adalah tenaga wanita. Pada tahap-tahap tertentu dalam proses pembuatan kain itu dikenal adanya spesialisasi kerja. Hal ini tampak pada tahap mane wangngu, tali wangngu, pallo wangngu, dan menanu. Hal ini tidak saja karena jenis-jenis pekerjaan itu memerlukan ketrampilan yang khusus, tetapi juga berlandaskan kepada kepercayaan tertentu sehingga tidak sembarang orang bisa melakukannya. Keterampilan membuat tenun ikat diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, lewat sosialisasi primer pada lingkungan keluarga.
hubungan ini motif ai ledo dan motif ai wokelakku berhubungan dengan kelompok wanita, sedangkan motif higi wo happi dan motif higi wo kekama baba berhungan dengan kelompok laki-laki. Selanjutnya motif ai ledo berkaitan dengan kelompok wanita yang berasal dari hubi iki dan motif ai wo kelakku berkaitan dengan kelompok wanita yang berasal dari hubi ae. Begitu pula motif higi wo hapi untuk kelompok laki-laki yang berasal dari hubi iki, dan motif higi wo kekama baba untuk laki-laki yang berasal dari kelompok hubi a e. Keseluruhan motif asli pada hakekatnya bersumber dari dasar yang sama, yakni rahim yang kemudian distilir sehingga melahirkan keragaman bentuk luar. Pemanfaatan rahim sebagai motif adalah lambang.kesuburan, keselamatan, kehidupan, kesehatan, dan kebahagiaan. Kain tenun ikat itu tidak saja digunakan untuk pakaian sehari-hari tetapi digunakan pula sebagai perlengkapan ritual daur hidup seperti upacara lakku ru kalli, upacara metana anti, upacara daba, upacara peloko nga'a dan upacara made yang terdiri dari dua tahap, yakni upacara pedana do made dan upacara pemau do made. Di samping itu, kain tenun ikat juga digunakan dalam upacara-uapacara yang lain, seperti upacara peiu manu dan upacara pasca panen. Pemakaian kain tenun ikat pada upacara-upacara tersebut harus sesuai dengan hubu seseorang. Pengembangan NTT sebagai salah satu daerah tujuan wisata, maka kain tenun ikat Sawu mengalami perubahan fungsi yakni berfungsi pula sebagai bahan cenderamata. Proses pembuatannyapun diperbaharui yakni dengan memanfatkan hasil teknologi moderen. Kain tenun ikat yang dipakai sebagai cenderamata tidak semata-mata dalam bentuk kain, tetapi diolah lebih lanjut dalam bentuk dompet, tas, sepatu, baju, dll. Motifnyapun bertambah kaya, yakni dengan mengambil dari binatang dan tumbuh-tumbuhan. Bahkan masyarakat setempat tidak hanya berperan sebagai penenun tetapi ikut juga terlibat dalam kegiatan pariwisata, yakni sebagai penjual barang cenderamata. Masyarakat setempat menerima perubahan ini tidak saja karena mereka memperoleh keuntungan ekonomis, tetapi juga karena kegiatan pariwisata berkaitan langsung atau memperkuat ketrampilan yang mereka miliki."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>