Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147813 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arni Amir
"ABSTRAK
Pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan obat tradisionil di Indonesia telah lama dilakukan dan cenderung meningkat. Hal ini tampak dari angka peredaran obat tradisional pada tahun 1979 mencapai Rp. 3,1 milyar, pada tahun 1981 meningkat menjadi Rp. 10,6 milyar (Sutarjadi, 1983). Bahkan di negara-negara Barat tumbuhan tetap menjadi bahan dasar obat yang penting. Data dari National Prescription Audit (NPA) di Amerika Serikat memuat informasi, bahwa 25% obat yang dilupakan oleh masyarakat Amerika Serikat masih mengandung obat yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan (Farnsworth, 1984) dan sekitar 100 bahan obat pada saat ini masih diekstraksi dari tumbuhan (Berg, 1987).
Penggunaan bahan tanaman untuk keperluan kontrasepsi, terutama untuk wanita, sudah lama dilakukan oleh nenek moyang kita. Tetapi dengan diperkenalkannya metode kontrasepsi yang lebih modern, seperti penggunaan hormon, kondom, spiral dan lain sebagainya, maka cara kontrasepsi tradisional mulai dilupakan penggunaannya. Hal ini mungkin disebabkan orang mulai lebih menyukai cara-cara praktis dan, efektif .
Keluarga berencana merupakan suatu usaha yang harus dilakukan oleh suami dan istri. Selama ini yang aktif melaksanakan keluarga berencana kebanyakan adalah wanita.
Di Indonesia, keikutsertaan suami dalam program keluarga berencana masih rendah, hanya 4,38 % dari seluruh peserta keluarga berencana (Suyono, 1985).
Selama ini bahan baku obat kontrasepsi masih diimpor (Danutirto, 1984). Dengan demikian swasembada dalam penyedian bahan baku obat kontrasepsi mempunyai arti yang sangat penting, karena pemakaian ditahun-tahun mendatang terus meningkat. Oleh karena itu dalam memenuhi kebutuhan akan bahan baku obat kontrasepsi tersebut, seyogyanya dicari dari sumber lain, yaitu tanaman. Indonesia merupakan sumberdaya tanaman obat, termasuk yang mengandung zat antifertilitas. Dengan demikian eksplorasi ke arah itu perlu digalakkan. Hal ini ditekankan pula pada amanat Presiden Suharto dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1980, bahwa obat dan cara pengobatan tradisional termasuk bahan yang bersifat kontraseptif dalam pelita V yang akan datang perlu terus digali dan dikembangkan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dan kesejahteraan secara lebih luas dan merata (Syamsuhidayat, 1988).
Di alam terdapat 250.000 jenis tumbuhan dimana 70 % dari tumbuhan ini tumbuh di negara-negara berkembang, terutama di daerah tropik. Dari jumlah tersebut baru sekitar 1 % yang diketahui mempunyai potensi sebagai tanaman obat (Myers, 1984). Di India selama dua dasawarsa terakhir ini telah diuji 3000 jenis tumbuhan, untuk mengetahui kemungkinannya mengandung bahan berkhasiat kontrasepsi (Anand, 1984). Demikian pula beberapa jenis tanaman yang ada di Indonesia telah diteliti efeknya, baik terhadap organ reproduksi betina maupun organ reproduksi jantan (Crabbe, 1984). Misalnya tanaman Dioscorea macrostachya diketahui mengandung diosgenin yang merupakan bahan baku anti fertilitas, karena dapat diolah menjadi progesteron (Marker, 1940, Djerassi, dkk. (1950) mengubah diosgenin menjadi kortison, yaitu suatu kortikoit yang panting dalam rangka penyediaan hormon-hormon steroid (Crabbe, 1984). Selain itu beberapa jenis Solanum mengandung steroid alkaloid solasodin yang cukup tinggi, dan mempunyai prospek yang baik untuk bahan kontrasepsi (Sudiatso, 1975; Soeradi dkk., 1983).
Suatu substansi tanaman yang dapat menunjukkan aktivitasnya sebagai antifertilitas pada hewan betina, umumnya berkaitan dengan gangguan sistem hormon reproduksi yang meliputi organ-organ hipotalamus, hipofisis anterior, dan ovarium (Farnsworth dkk., 1975). Hal yang sama terjadi pula pada hewan jantan, karena baik fungsi maupun sistem hormon pada kedua jenis makhluk ini hampir sama {Ganong, 1983)."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yurnadi
"ABSTRAK
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke-empat di dunia setelah RRC, India dan Amerika Serikat : yaitu sekitar 200 juta jiwa di tahun 2000 dengan laju pertambahan penduduk sekitar 1,98 %. Untuk mencapai sasaran serta kebijaksanaan pada Pelita Ke-enam dalam sektor kependudukan dirumuskan berbagai kebijaksanaan, antara lain meliputi peningkatan kualitas penduduk, pengendalian pertumbuhan, dan kuantitas penduduk dalam rangka menekan dan mengendalikan pertambahan jumlah penduduk.
Untuk menekan dan mengendalikan jumlah penduduk, maka pemerintah telah menggalakkan program keluarga berencana (KB) bagi pasangan suami istri (pasutri) usia subur. Selanjutnya untuk mensukseskan program tersebut diperlukan peran serta aktif dari pasutri tersebut. Pada saat ini, individu yang ikut serta dalam melaksanakan (akseptor) program KB mayoritas adalah para istri. Keikutsertaan para suami dalam melaksanakan KB masih sangat rendah yaitu sekitar 6 % dari seluruh akseptor KB. Rendahnya keikutsertaan suami (pria) dalam program KB mungkin disebabkan masih terbatasnya pilihan kontrasepsi untuk pria atau kontrasepsi pria yang ada masih belum memberikan hasil yang memuaskan.
Pria merupakan fokus baru untuk program KB yang selama ini belum banyak diperhatikan. Sampai sekarang kontrasepsi untuk pria yang dianggap sudah mantap adalah kondom dan vasektomi. Namun penggunaan kondom sebagai alat kontrasepsi menimbulkan keluhan psikologik, sedangkan vasektomi walaupun merupakan kontrasepsi yang dapat diandalkan, seringkali menimbulkan efek samping yang permanen (irreversible) berupa kegagalan rekanalisasi. Apabila faktor akseptor yang menggunakan kontrasepsi tersebut ingin punya anak kembali, maka seringkali sulit dapat dilakukan rekanalisasi kembali. Alternatif lain dalam metode kontrasepsi untuk pria yaitu penggunaan hormon seperti dilakukan pada wanita, tetapi cara ini pada pria dianggap belum memuaskan dan masih terus dilakukan penelitian.
Badan kesehatan dunia (WHO) telah membentuk suatu kelompok kerja (pokja) untuk mencari dan mengembangkan metode pengaturan kesuburan pria. Mandat yang diberikan kepada pokja tersebut adalah mengembangkan metode pengaturan kesuburan pria yang aman, efektif dan dapat diterima, serta memonitor keamanan dan keefektivitasannya. Salah satu strategi penelitian yang dilakukan oleh pokja WHO adalah mengembangkan kontrasepsi pria melalui bahan atau zat dari tumbuh-tumbuhan yang diduga mempunyai bahan aktif yang bersifat antifertilitas.
Dalam mencari obat altematif untuk kontrasepsi pria, sebaiknya tidak hanya terbatas pada kontrasepsi hormonal, tetapi juga pada tanaman yang diperkirakan mengandung zat antifertilitas. Berdasarkan analisis yang pernah dilakukan pada sejumlah besar tanaman diketahui bahwa 25 % diantaranya mengandung satu atau lebih zat aktif.
Dan beberapa penelitian yang menggunakan ekstrak biji pepaya telah dilakukan oleh Das, Fransworth, Chinoy dan Rangga, dan Chinoy dkk pada varietas honey dew yang terdapat di India, dan Amir pada pepaya gandul melaporkan bahwa ekstrak biji pepaya tersebut ternyata mempunyai khasiat sebagai antifertilitas pada hewan, namun dosis dari biji pepaya yang dapat menyebabkan infertilitas tersebut masih belum dapat diketahui secara tepat. "
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Fita Fikriyah
"ABSTRAK
Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan ethylenediamine tetraacetic acid EDTA dengan konsentrasi sebesar 0,5 mM, 1 mM, dan 1,5mM terhadap kualitas spermatozoa sapi peranakan ongole PO pascapengeringbekuan.Semen diperoleh dari dua ekor sapi PO, dikoleksi satu minggu sekali untuk masingmasingsapi PO selama tiga minggu untuk memenuhi pengulangan yang dibutuhkan.Sampel semen diencerkan ke dalam medium pengencer Tris kuning telur TKT 20. Sampel semen dibagi ke dalam empat kelompok meliputi kelompok kontrol KK dankelompok perlakuan KP1, KP2, dan KP3. Kelompok kontrol KK, semen diencerkanke dalam medium TKT 20 tanpa penambahan EDTA. Kelompok perlakuan, semendiencerkan ke dalam medium TKT 20 dengan penambahan 0,5 mM KP1, 1 mM KP2, dan 1,5 mM EDTA KP3. Semen yang telah diencerkan diekuilibrasi pada suhu5 C selama tiga jam, dibekukan dengan nitrogen cair, dikeringbekukan menggunakanmesin freeze-dryer dengan suhu -60 C dan tekanan 0,011 mBar selama 24 jam, dandisimpan pada suhu 5 C selama dua hari. Parameter kualitas spermatozoa sapi PO yangdievaluasi meliputi persentase viabilitas, integritas membran, abnormalitas, danintegritas DNA. Hasil uji analisis variansi ANAVA satu faktor P < 0,05 menunjukkan bahwa nilai rata-rata persentase integritas membran spermatozoa sapi POpascapengeringbekuan berbeda nyata. Hasil uji perbandingan berganda Tukeymenunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antarkelompok perlakuan KKdengan KP2 terhadap persentase integritas membran spermatozoa sapi POpascapengeringbekuan. Hasil evaluasi integritas DNA spermatozoa PO menunjukkanbahwa kelompok perlakuan KP1, KP2, dan KP3 memiliki kecenderungan lebih baikdalam mempertahankan integritas DNA pascapengeringbekuan dibandingkan dengankelompok kontrol KK.

ABSTRACT
The research was conducted to assess the effect of Ethylene Diamine Tetraacetic Acid EDTA in various concentration 0,5 mM, 1 mM, and 1,5 mM on post freeze dryingspermatozoa quality of ongole crossbreed cattle. The semen was collected from twoongole crossbreed cattle, once a week for each ongole crossbreed cattle. The semensamples were diluted in Tris egg yolk extender. The semen samples were divided intofour groups consist of the control group KK and the treatment groups KP1, KP2, andKP3. Control groups KK semen diluted in 20 Tris egg yolk extender withoutEDTA. Treatment groups semen diluted in 20 Tris egg yolk extender with 0,5 mM KP1, 1 mM KP2, and 1,5 mM EDTA KP3. The diluted semen samples wereequilibrated at 5 C for three hours, frozen in liquid nitrogen, freeze dried in the freezedryermachine with 60 C and 0,011 mBar for 24 hours, then stored in 5 C for twodays. Parameters of spermatozoa quality include the percentage of viability, membraneintegrity, abnormality, and DNA integrity. One factor analysis of variance ANOVA test P 0.05 showed that the mean value of membrane integrity of ongole crossbreedcattles post freeze drying spermatozoa was significantly different. Tukis honestsignificance test P 0.05 showed that significant differences between KK along withKP2 on the percentage of membrane integrity of ongole crossbreed cattles post freezedryingspermatozoa. The result of evaluated DNA integrity showed that the treatmentgroups KP1, KP2, and KP3 were better at maintaining DNA integrity of ongolecrossbreed cattles post freeze drying spermatozoa than the control group KK."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tamara Sarastia Indriyadi
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh penambahan asam amino glutamin dalam medium pengencer Tris kuning telur TKT 20 terhadap kualitas spermatozoa sapi peranakan ongole PO pascapengeringbekuan. Sampel semen diambil dari dua ekor sapi PO jantan masing-masing sebanyak satu kali dalam satu minggu menggunakan vagina buatan hingga masing-masing mencapai 4 ulangan. Sampel semen diencerkan dengan pengencer Tris-kuning telur yang ditambahkan asam amino glutamin dengan konsentrasi 0 mM KK ; 2,5 mM KP1 ; 5 mM KP2 ; dan 10 mM KP3. Sebanyak 0,25 ml sampel semen dikemas dalam cryotube0,5 ml dengan dosis 50 juta sel/ml. Sampel semen diekuilibrasi pada suhu 5 oC selama 3 jam, kemudian dibekukan dalam nitrogen cair -196 oC . Pengeringbekuan dilakukan pada suhu -60 oC dan tekanan 0,011 mBar selama 24 jam. Hasil evaluasi spermatozoa pascapengeringbekuan pada KK, KP1, KP2, dan KP3 menunjukkan nilai rerata persentase integritas membran sebesar 32,5 2,53 ; 45,0 4,57 ; 47,1 6,64 ; 40,1 3,21 ; abnormalitas sebesar 28,2 5,30 ; 18,5 2,81 ; 14,8 4,29 ; 11,9 1,87 ; dan integritas DNA sebesar 86,0 1,15 ; 100,0 0,00 ; 100,0 0,00 ; 100,0 0,00 . Hasil uji ANAVA satu faktor yang dilanjutkan dengan uji Tukey menunjukkan perbedaa nyata P>0,05 antara KK dengan KP1, KP2, dan KP3 terhadap persentase integritas membran dan abnormalitas semen sapi PO pascapengeringbekuan. Integritas DNA tidak diamati secara statistik karena tidak memenuhi jumlah ulangan sesuai rumus Federer. Perbedaan konsentrasi asam amino glutamin tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kualitas spermatozoa sapi PO pascapengeringbekuan.

ABSTRACT
The research aimed to find out the effect of glutamine amino acid addition into Tris egg yolk 20 extender for the quality of ongole crossbreed cattles spermatozoa post freeze drying. The semen samples were collected from two peranakan ongole cattles each one time a week using an artificial vagina up to 4 replications for each. The semen samples were diluted in Tris egg yolk extender added by glutamine amino acid with concentration 0 mM KK 2,5 mM KP1 5 mM KP2 and 10 mM KP3. A total of 0,25 ml diluted semen samples were packed in 0,5 ml cryotube with 50 million cells ml dossage. Samples were equilibrated at 5 oC for three hours, then freezed in liquid nitrogen 196 oC . The semen samples then freeze dried at 60 oC and 0,011 mBar for 24 hours. The result of evaluation of spermatozoa after freeze drying on KK, KP1, KP2, and KP3 showed the average value of membrane integrity percentage 32,5 2.53 45.0 4.57 47.1 6.64 40.1 3.21 abnormality 28.2 5.30 18.5 2.81 14.8 4.29 11.9 1.87 and DNA integrity 86.0 1.15 100.0 0.00 100.0 0.00 100.0 0.00 .The one factor ANOVA followed by Tukey test showed a significant differences."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiurma Rondang Sari
"ABSTRAK
Kombinasi progestagen-androgen telah diketahui dapat menghambat spermatogenesis tanpa mempengaruhi libido. Dalam penelitian ini kombinasi progestagen-androgen, yaitu northisteron enanthat (NE)-testosteron enanthat (TE) diberikan pada mencit (Mus musculus L.) strain AJ dan diteliti pengaruhnya terhadap jumlah spermatogonia A dan spermatosit pakhiten.
Mencit dibagi 3 kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang disuntik dengan NE (0,1 mg) dan TE (0,125 mg), kelompok kelola I yang disuntik dengan pelarut NE dan pelarut TE, dan kelompok kelola II yang tidak diberi perlakuan apapun. Sebelum diberi perlakuan mencit ditimbang. Pada hari ke-45 setelah penyuntikan, mencit ditimbang kembali lalu testisnya diambil. Berat testis ditimbang, kemudian testis dibuat preparat histologi. Dumlah spermatogonia A dan spermatosit pakhiten dihitung dan diameter tubulus seminiferous diukur.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh kombinasi NE (0,1 mg) dan TE(0,125 mg) terhadap berat badan, berat testis, jumlah spermatogonia A dan spermatosit pakhiten serta diameter tubulus seminiferous Mus musculus L. strain AJ."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulilina Retno Dewahrani
"ABSTRAK
Penggunaan obat tradisional telah berlangsung sejak lama dan sampai saat ini masih tetap menjadi bagian dari kebudayaan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat, terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Obat tradisional adalah obat jadi atau obat terbungkus yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral dan atau sediaan galeniknya atau campuran bahan-bahan yang belum mempunyai data klinis dan dipergunakan dalam usaha pengobatan berdasarkan pengalaman (1). Pada umumnya obat tradisional Indonesia dibuat dari bahan nabati.
Pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan obat di Indonesia telah dilakukan sejak lama, terutama sebagai bahan obat tradisional. Indonesia sebagai negara kepulauan tropika basah kaya akan spesies flora. Dari 40.000 jenis flora yang tumbuh di dunia, 30.000 jenis di antaranya tumbuh di Indonesia. dari jumlah tersebut, 26 % di antaranya telah dibudidayakan sedangkan sisanya masih tumbuh liar. Dari yang sudah dibudidayakan (kurang lebih 7000 jenis) lebih dari 940 jenis digunakan sebagai obat tradisional (2).
Indikasi potensial dari suatu bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional kebanyakan berasal dari pengalaman tradisi masyarakat setempat. Hasil laporan empiris menyatakan bahwa penggunaan obat tradisional dalam masyarakat memberi manfaat dalam meningkatkan kesehatan tubuh dan pengobatan berbagai penyakit (3).
Beberapa tumbuhan obat di Indonesia telah diketahui mempunyai efek antifertilitas, baik pada pria maupun wanita. Sebanyak 52 spesies tumbuhan di Indonesia diperkirakan mempunyai efek antifertilitas pada pria. Bagian tertentu dari beberapa spesies tumbuhan tersebut, seperti akar, daun dan buah, sudah diketahui mempunyai bahan aktif antifertilitas yang umumnya berupa steorid. Contohnya ialah diosgenin, solasodin, dan kolkhisin. Dari 52 spesies tersebut, 19 spesies di antaranya sudah diteliti efek antifertilitasnya secara ilmiah pada beberapa hewan percobaan jantan (4). Di samping itu, tercatat pula 87 spesies tumbuhan di Indonesia yang dipakai oleh kaum wanita untuk tujuan kontrasepsi, aborsi dan emenagoga. Sekitar 50 spesies tumbuhan telah diteliti efek antifertilitasnya pada hewan percobaan betina dan.manusia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tumbuh-tumbuhan tersebut dapat bersifat sebagai antigonadotropik, anti-implantasi, anovulatori maupun menurunkan jumlah kelahiran (5)."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sasqia Avila
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai konsentrasi -tokoferol 1,2 mM, 2,4 mM, dan 4,8 mM terhadap kualitas spermatozoa sapi peranakan ongole pascapengeringbekuan. Dua ekor sapi jantan peranakan ongole PO dijadikan sebagai donor semen. Semen ditampung dari dua ekor sapi peranakan ongole PO secara bergilir, setiap seminggu sekali untuk masing-masing sapi selama tiga minggu. Sampel semen sapi PO diencerkan menggunakan pengencer Tris-Kuning telur TKT 20 dan penambahan -tokoferol. Kelompok kontrol 0 mM , semen diencerkan dalam TKT 20 tanpa penambahan -tokoferol, sedangkan pada kelompok perlakuan semen diencerkan dalam TKT 20 dengan penambahan -tokoferol sebesar 1,2 mM; 2,4 mM; dan 4,8 mM. Semen yang telah diencerkan diekuilibrasi lalu dibekukan dalam nitrogen cair dan dikeringbekukan dengan freeze dryer selama 24 jam. Parameter kualitas spermatozoa yang dievaluasi pascapengeringbekuan meliputi integritas membran, abnormalitas, dan integritas DNA. Hasil uji ANAVA satu faktor yang dilanjutkan dengan uji Tukey menunjukkan perbedaan yang nyata P.

ABSTRACT
The research was conducted to assess the effect of tocopherol in various concentration 1,2 mM, 2,4 mM, and 4,8 mM on spermatozoa quality of ongole crossbreed cattle postfreezedrying. Ongole crossbreed cattle serve as donors of semen. Semen was collected from two Ongole crossbreed cattle, once every week for each cattle for three weeks. The semen samples were diluted in Tris egg yolk TEY 20 extender and the addition of tocopherol. The control group 0 mM semen diluted in without tocopherol, while in the treatment group, semen diluted in TEY with the addition of tocopherol 1,2 mM 2,4 mM and 4,8 mM. Semen has been diluted equilibrated and then frozen in liquid nitrogen and dried with a freeze dryer for 24 hours. The parameters of quality of spermatozoa are evaluated include motility, viability, membrane plasma integrity, acrosomal integrity, and DNA integrity. One factor ANOVA test result followed by Tukey test showed significant difference P"
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zidni Hidayati
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh penyuntikan ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.) terhadap populasi selsel spermatogenik raencit (Mus musculus L.) strain GBR. Dalam penelitian ini digunakan tiga kelompok raencit jantan, masing-masing kelompok kelola tanpa disuntik (K1); kelompok kelola (K2) yang disuntik aqua bidest. sebanyak 0,2 ml/mencit/hari selama 10 hari; dan kelompok eksperimen (E) yang disuntik ekstrak biji pepaya dengan dosis 10 mg/0,2 ml/mencit/hari
selama 10 hari. Tiga hari setelah penyuntikan berakhir sernua kelompok mencit ditimbang kemudian dibunuh.
Hasil perhitungan secara kuantitatif menunjukkan bahwa penyuntikan ekstrak biji pepaya dengan dosis 10 mg/0,2 ml/ mencit/hari selama 10 hari tidak memperlihatkan perbedaan yang berarti terhadap populasi sel-sel spermatogenik, khususnya spermatogonia A dan spermatosit primer Pakhiten pada tingkat α = 0,05. Selain itu juga tidak memperlihatkan perbedaan yang berarti terhadap diameter tubulus seminiferus, berat testis, dan berat badan pada tingkat α = 0,05.
Hasil penelitian menggambarkan bahwa penyuntikan ekstrak biji pepaya dengan dosis 10 mg/0,2 ml/mencit/hari selama 10 hari, pada strain GBR, tidak mempunyai pengaruh terhadap parameter yang diujikan. Diduga bahwa ekstrak biji pepaya beraksi sebagai zat spermatoksit terhadap pematangan sperma kauda epididymis, jadi tidak mempengaruhi proses sperraatogenesis testis."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1985
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ari Pujianto
"Dalam rangka mencari altematif kontrasepsi untuk pria, telah dilakukan berbagai penelitian mengenai tanaman-tanaman yang diduga mengandung zat-zat antifertilitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak cairan perasan (juice) buah paria (Momordica charantia L) terhadap kesuburan dan kadar hormon testosteron dalam darah mencit jantan strain AJ. Pemberian ekstrak dilakukan dengan dosis 800 mg/ml, 900 mg/ml, dan 1000 mg/ml selama 40 hari.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 5 macam perlakuan yakni dosis 800 mg/ml, 900 mg/ml, 1000 mg/ml, kontrol dengan perlakuan, dan kontrol tanpa perlakuan, dan masing-masing perlakuan dengan 6 kali ulangan.
Ekstrak buah paria diperoleh dengan cara penguapan cairan perasan (juice) buah paria menggunakan penangas air bersuhu 50 ° C. Kemudian dibuat dosis ekstrak 800 mg, 900 mg, dan 1000 mg dalam aquabides. Cairan ekstrak diberikan pada mencit secara oral dengan menggunakan spuit khusus sebanyak ± 0,5 ml dua kali sehari (pagi dan sore) selama 40 hari.
Setelah masa pemberian selesai mencit dikawinkan dengan betina dewasa fertil untuk mengetahui jumlah anak yang dilahirkan. Setelah 5 hari dicampur dengan betina, mencit dikorbankan untuk meniiai beberapa parameter kesuburan dan kadar hormon testosteron dalam darah. Parameter kesuburan yang diteliti antara lain :
A. Jumlah anak
B. Konsentrasi spermatozoa vas deferens
C. Jumlah sel-sel spermatogenik yakni :
1. Spermatogonium
2. Spermatosit preleptoten
3. Spermatosit primer pakhiten
4. Spermatid"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Asmarinah
"Huang lingkup dan Cara penelitian: Pria merupakan fokus baru untuk program Keluarga Berencana (KB). Salah satu strategi penelitian WHO untuk mencari dan mengembangkan metode kontrasepsi pria yang aman, efektif dan reversibel adalah mengembangkan metode kontrasepsi pria melalui bahan/zat dari tanaman. Produk tanaman yang diharapkan dapat menjadi bahan kontrasepsi pria adalah buah paria (Hoiordica charantia L.), yang telah diketahui mengandung zat sitotoksik atau sitostatik. Dari beberapa penelitian diketabui bahwa ekstrak buah paria dapat menurunkan kesuburan individu jantan.
Beberapa penelitian terdahulu inenggunakan ekstrak alkohol 95 % dari buah paria. Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh pemberian ekstrak cairan perasan (juice) buah paria terhadap kesuburan mencit jantan. Pemberian ekstrak secara oral selama 40 hari dilakukan pada dosis 800 mg/kg bb, 900 mg/kg bb, 1000 mg/kg bb yang diberikan satu kali sehari, dan juga diberikan dua kali sehari, sehingga dosisnya menjadi kelipatan dosis yang diberikan satu kali sehari. Setelah perlakuan selesai dilakukan pengambilan data parameter kesuburan, antara lain berat testis, konsentrasi spermatozoa, jumlah sel-sel spermatogenik (spermatogonia A, spermatosit preleptoten, spermatosit pakhiten, spermatid), diameter tubulus seminiferus, jumlah anak dan berat badan mencit sebagai data pelengkap.
Hasil dan Kesimpulan: Ekstrak juice buah paria pada semua dosis perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh terhadap berat testis, jumlah spermatogonia A, jumlah spermatosit preleptoten, ukuran diameter tubulus seminiferus, jumlah anak dan berat badan mencit. Dosis ekstrak mulai dari dosis 900 mg/kb bb berpengaruh bermakna terhadap konsentrasi spermatozoa. Sedangkan dosis mulai dari 80O mg/ kg bb berpengaruh bermakna terhadap jumlah spermatosit pakhiten dan spermatid. Antar semua dosis perlakuan berbeda bermakna terhadap jumlah spermatid."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>