Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106322 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mallarangan, Hasanuddin
"Pada akhir-akhir ini penggunaan oksida dari bahan refractory semakin meningkat , utamanya pada pemakaian suhu tinggi, sedangkan masalah struktur dan konduktivitas listrik Rhenium belum banyak diketahui. Pelitian tentang struktur oksida dan konduktivitas Rhenium ini, dilakukan dengan cara mengoksidasi sample Rhenium foil yang ukurannya 1 cm x 0,5 cm x 25 μm dalam furnace yang dialiri oksigen dan selanjutnya diperiksa dengan SEM, Metalografi dan konduktivitas listrik. Pada suhu oksidasi 300°C dengan waktu oksidasi 1, 3 dan 5 jam tebal lapisan oksida yang terbentuk adalah 0,55- 5,28 μm dan pada oksida terjadi retakan dengan lebar garis retakan 0,1 - 1,6 μm dan laju pertumbuhan oksida adalah linier. Pada suhu oksidasi 400°C dengan waktu oksidasi 1,3 dan 5 jam tebal lapisan oksida yang terbentuk 1,28 - 2,0 μm, lebar retakan yang terjadi pada lapisan oksida 0,37 - 2,5 μm. Pada suhu oksidasi 500°C waktu oksidasi 1 jam tebal lapisan oksida yang terbentuk adalah 4,28 μm dengan lebar garis retakan adalah 1,65 μm, dan pada waktu oksidasi 3 dan 5 jam sample retak-retak dan habis teroksidasi. Konduktivitas listrik Rhenium standar < dari Rhenium yang dioksidasi, kecuali pada suhu oksidasi 300°C dengan waktu oksidasi 5 jam konduktivitasnya C dari Rhenium standar. Lapisan oksida yang terbentuk adalah Rheniumdioksida(ReOz), yang tidak homogen dan kurang bersifat protektif baik terhadap difusi dan korosi, dan pemanfaatanya perlu dipadu dengan bahan lain untuk memberikan sifat-sifat yang lebih baik sesuai kebutuhan."
Depok: Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry
"Emboli paru merupakan kondisi dimana gumpalan darah di dalam vena besar pada ekstremitas bawah masuk ke arteri pulmonal sehingga mengganggu aliran darah ke paru-paru. Metode ventilasi-perfusi SPECT/CT yang dikombinasikan dengan agen perunut seperti Technetium-99m (99mTc) dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit emboli paru. Karbon aktif dapat digunakan sebagai adsorben radioaktif 99mTc, namun sifat aerodinamisnya yang buruk menjadi tantangan untuk digunakan secara inhalasi. Kombinasi dengan serbuk pembawa inhalasi diharapkan dapat meningkatkan sifat aerodinamis karbon aktif bertanda 99mTc. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan serbuk inhalasi karbon aktif bertanda 99mTc sehingga dapat diberikan secara inhalasi untuk diagnosis emboli paru. Serbuk pembawa inhalasi dibuat dengan memformulasikan manitol dengan 5–10% b/b leusin; 1,25–2,5% b/b amonium bikarbonat, atau kombinasi keduanya. Serbuk pembawa dibuat dengan metode semprot kering, kemudian dikarakterisasi morfologi, rendemen, kandungan lembab, densitas, ukuran partikel geometris, dan aerodinamis. Setelah itu, serbuk pembawa dengan karakteristik terbaik dicampurkan dengan serbuk karbon aktif bertanda Rhenium (placebo untuk 99mTc karbon) dengan perbandingan 1:1 dan 1:2, kemudian dikarakterisasi kembali. Serbuk pembawa manitol dengan 10% leusin dan 5% amonium bikarbonat (SP5) menunjukkan karakteristik terbaik dengan nilai MMAD, EF, FPF sebesar 6,95 ± 1,29 μm; 62,4 ± 7,92 %; 44,82 ± 9,31 % berturut-turut. Serbuk inhalasi karbon aktif bertanda Rhenium yang dicampur dengan serbuk pembawa 1:2 (F2) menunjukkan peningkatan sifat aerodinamis dan ukuran partikel, dengan nilai MMAD, EF, FPF sebesar 6,62 μm; 76,4%; dan 45,55% berturut-turut. Kombinasi karbon aktif bertanda Rhenium yang dicampur dengan serbuk pembawa 1:2 dianggap sesuai untuk serbuk inhalasi dan dapat dikembangkan lebih lanjut untuk diagnosis emboli paru.

Pulmonary embolism is a condition where blood clots in the major veins of the lower extremities enter the pulmonary artery, disrupting blood flow to the lungs. Ventilation-perfusion SPECT/CT method, combined with a tracer agent such as Technetium-99m (99m) can be used to diagnose pulmonary embolism. Activated carbon can be used as a radioactive adsorbent for 99mTc, but its poor aerodynamic properties pose a challenge for inhalation use. Combining it with carrier-based DPI is expected to improve the aerodynamic properties of 99mTc-labelled activated carbon. Therefore, this study aims to develop dry powder inhaler (DPI) of 99mTc-labelled activated carbon for the inhalation-based diagnosis of pulmonary embolism. Carrier-based DPI powders were prepared by formulating mannitol with 5–10% (w/w) leucine, 1,25–2,5% (w/w) ammonium bicarbonate, or a combination of both. The carrier-based DPI powders were produced using the spray-drying method and then characterized for morphology, yield, moisture content, density, geometric and aerodynamic particle size. Subsequently, the carrier-based DPI powder with the best characteristics was mixed with Rhenium-labelled activated carbon powder (placebo for 99m (Tc carbon) at ratios of 1:1 and 1:2, and characterized again. This study showed mannitol carrier-based DPI powder with 10% leucine and 5% ammonium bicarbonate (SP5) exhibited the best characteristics with MMAD, EF, FPF values of 6,95 ± 1,29 μm; 62,4 ± 7,92 %; 44,82 ± 9,31 % respectively. Rhenium-labelled activated carbon inhalable powder mixed with carrier-based DPI powder at a ratio of 1:2 (F2) showed improved aerodynamic properties and particle size, with MMAD, EF, FPF values of 6,62 μm; 76,4%; dan 45,55% respectively. Thus, the combination of Rhenium-labelled activated carbon mixed with carrier-based DPI powder at a ratio of 1:2 is considered suitable for inhalable powder and can be further developed for the diagnosis of pulmonary embolism."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ronnie Higuchi Rusli
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1997
S28304
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismunandar
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2004
541.22 ISM p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gunawan
"Pengaruh penambahan iogam azirkonium (Zr) dan lanthanum (La) terhadap konduktivitas listrik dan ketahanan panas aluminium telah diteliti. Penelitian dilakukan terhadap tiga jenis cuplikan aluminium, yaitu aluminium kemurnian komersial (Cuplikan A), aluminium dengan tambahan Zr (Cuplikan B) serta aluminium dengan tambahan 0.04 % berat Zr dan La dengan kandungan La bervariasi(Cuplikan C). Cuplikan dibuat dengan proses penuangan dan pengerolan menjadi kawat berdiameter 3.52 mm. Konduktivitas listrik aluminium ditentukan dari pengukuran resistivitas listriknya menggunakan alat jembatan ganda Kelvin. Ketahanan panasnya ditentukan dari pengukuran kekuatan tarik cuplikan sebelum dan setelah pemanasan selama 1 jam pada temperatur bervariasi serta pengukuran kurva DSC(Differential Scanning Calforimetry). Untuk menjelaskan pengaruh penambahan unsur Zr dan La terhadap perubahan sifat aluminium, struktur mikro cuplikan juga diamati dengan mikroskop optik maupun elektron dan parameter kisi kristalnya dikonfirmasi dengan difraksi sinar-X.
Hasil penetitian menunjukkan bahwa penambahan 0.04% berat Zr meningkatkan ketahanan panas aluminium dari 85.1 % menjadi 91 %, tetapi menurunkan konduktivitas listriknya dari 61.78 % 1ACS (International Annealed Copper Standard) menjadi 60.07 % IACS. Dengan menambahkan lanthanum ke dalam aluminium yang mengandung 0.04 ° berat Zr, konduktivitas listrik cuplikan B dapat ditingkatkan dari 60.07 menjadi 60.80 %IACS. Diperoleh indikasi kuat ?bahwa peningkatan ketahanan panas aluminium disebabkan oleh penghalusan butir dan terbentuknya fasa-fasa kedua di dalam aluminium, sedangkan peningkatan konduktivitas iistrik disebabkan adanya penurunan kelarutan unsur-unsur pengotor di dalam Iogam aluminium akibat penambahan unsur lanthanum. Berdasarkan data penefitian ini, ketahanan panas dan konduktivitas listrik cuplikan aluminium yang optimum dapat diperoleh dengan penambahan 0.04 % berat Zr dan 0.13 % berat La.

A close study about the effects of the addition of zirconium (Zr) and lanthanum (La) metals on the condutivity and heat resistance of commercial purity aluminium has been carried out on the three kinds of aluminium samples consisting of commercial purity aluminium (Sample A), aluminium with the addition of Zr (Sample B), as well as aluminium with the addition of 0.04 wt % Zr and La (SampleC). The samples were made by casting and rolling processes to form a-3.52 mm wire in diameter. The electrical conductivity of the aluminium samples was determined by measuring the resistivity employing Kelvin double bridge instrument. The heat resistance properties were obtained by measuring their strength before and after heating the sample for one hour at various temperatures, and by measuring their DSC curves. To elucidate the effect of the addition of Zr and La to the properties of aluminium, their microstructures were also observed by the optical as well as electron microscopes and their lattice parameters were confirmed by X-ray diffraction.
The results shows that the addition of 0.04 wt.% Zr increased the heat resistance of aluminium from 85.1% to 91.0 %, however it reduces their electrical conductivity from 61.78 % IACS (International Annealed Copper Standard) to 60.07 % IACS. By the addition of La into aluminium containing 0.04 % wt. %Zr, the electrical conductivity of the Sample B can be increased from 60.07 IACS to 60.80 %IACS. There is a strong indication that the increase of the heat resistance was caused by grain refinement and the second phase formation in the aluminium, whereas the increase in the electrical conductivity of aluminium was caused by a decrease in the solid solubility of impurities in the aluminium due to the addition of lanthanum elements. Based on the data from such study, the optimum heat resistance and electrical conductivity were obtainable by the addition of 0.04 wt. °A Zr and 0.13 wt. % La.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2000
T2099
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusnaldy
"Kabel atau. kawal alurmmium banyak digumzkan. pada instalasi listrik dan telekomunikasi. Agar dihasilkan kawot atau kabel yang mermlliki kualitas yang baik, maka proses pembenzukun, kawat, yaitu proses penarikan. kawat hams dilakukan dengan. baik. Untuk itu perlu diketahui pengaruh parameter proses penarikan kawat terhadap basil akhir berupa sifat meka-nik dan konduktivitas listriknya, Adapun. parameter proses penarikan. kawat yang diteliti aclalah besarnya persentase reduksrl penarikan, (Z5%; 16125%; 20%; 27,5%; 3Z5%,' dan, 38%) Izecepalan proses penarikan. kdwat (13 cm/ detik; I8 cm/detik; dan 23 cm/detik) dan. kondisi pelumasan (pelumas yang digunakan. gemuk, ali mesin dan bimali). Hasil penelitahn, menunjukkon, bertambah besamyapersentase reduksi penarikarz. mengakibatkan, meningkatnya harga kekuaum mrik, kekuawn. luluh, dan tegangan penarikan, yang dibutmhkan, serta terjadinya penurunan, harga elongasi dan, konduksimltas liszrik. kawat. Kecepatcm. penurikan 23 cm/detik rnemberikan kenaikan kekuatan luluh yang besar (41, 7%) dun juga memberikan penurunan rullml elongasi yang besar (50,9%), serta membutuhkan, tegangun penarikan. dari luar yang kecil. Sedangkan kecepatcm penarikun 18 cm delik memberikan penururum konduktivitas kecil (2, 5 %) bila dibandingkan dengan. sampel awal. Kondisi pelumasan dengan menggunakan. gemuk memberikcm. hasil yang terbaik dari semua nilai yang diinginkan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41174
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilarius Wibi Hardani
"Salah satu metode penguatan logam yang paling banyak diterapkan pada logam-Iogam ringan seperti Aluminium adalah penambahan unsur penghalus butir. Pada proses pengecoran logam, struktur halus benda tuang dapat diperoleh dengan cara memberikan unsur-unsur perangsang nukleasi ke dalam logam cair. Pada saat pembekuan, unsur-unsur tambahan ini diharapkan dapat mendorong nukleasi dan membentuk inti bagi pertumbuhan kristal logam dasar. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh penambahan penghalus butir Titanium-Boron terhadap penghalusan butir paduan Al-Si ADC-12 yang mengandung kadar Si sekitar 12%. Dalam penelitian ini, komposisi tuangan dihasilkan dengan dapur krusibel, sedangkan cetakan yang digunakan adalah cetakan ingot. Kuantitas penghalus butir divariabelkan, dan selanjutnya dilihat pengaruh penghalusan butir tersebut terhadap kekerasan dan konduksivitasnya. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa penambahan penghalus butir Titanium-Boron sebesar 0.2% berat logam menghasilkan benda tuang yang nilai kekerasamqya paling tinggi (82 BHN) namun nilai konduktivitas Iistriknya paling rendah (21.9 %IACS) , sedangkan dari hasil penuangan yang tampa penghalus butir didapatkan nilai konduktivitas Iistrik yang paling tinggi (24.4 % IACS), namun nilai kekerasannya paling rendah (78 BHN). Hasil yang optimum didapat dari AELT-2, dengan penambahan Ti-B 0.1% berat Iogam, di mana nilai kekerasan yang diperoleh cukup tinggi (81 BHN) dan nilai konduktivitas listriknyajuga cukup baik (22.5 %IACS)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47854
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Budi Sudarmono
"Sifat-sifat plastik amat tergantung dari zat aditif yang ditambahkan. Karenanya banyak compozmder mencampurkan filler yang memiliki sifat tertentu dengan harapan terjadi peningkatan sifat dari material hasil pencam puran. Dengan teknik pencampuran dan penambahan filler tertcntu dapat diperoleh suatu material plastik barn yang memiliki sifat-sifat yang jauh berbeda dengan sifat alami plastik tersebut. Polivinil klorida (PVC) yang secara alamiah merupakan material yang non konduktiil dapat ditingkatkan sifat konduktifitasnya den gan menambahkan filler yang bersifat konduktif Tembaga yang merupakan logam yang paling banyak dipakai sebagai kon duktor dipilih sebagai filter. Besarnya kondukitifitas yang terjadi tergantung pada geometri filler, jenis kontak antarpartikel, dan interaksi antara polimer dengan filler. Kuatnya interaksi antara filler dengan polimer tergantung pada kemampuan polimer membasahi perrnukaan Ellen Dan nilai absolut konduktigitas polimer tertentu tergantung dari jenis kontak antara parfikel filler itu sendiri. Penambahan filler ini juga akan mempengaruhi sifat-sifat mekanis PVC. Sifat mekanis yang dihasilkan akan sangat tergan tung dari jenis kontak antara tiller dengan matriknya. Penambahan iiller konduktif serbuk tembaga sampai 8% volume ke dalam unplasticized PVC (UPVC) menghasilkan perubahan sifat konduktifitas listrik dan mekanisnya, Dengan adanya serbuk tembaga didalam maLrik PVC terjadi peningkatan konduktifltas Iistrik dan modulus Heksural. Sedangkan kekuatan fleksural, kuat impak dan shrinkagenya menurun.Sifat-sifat plastik amat tergantung dari zat aditif yang ditambahkan. Karenanya banyak compozmder mencampurkan filler yang memiliki sifat tertentu dengan harapan terjadi peningkatan sifat dari material hasil pencam puran. Dengan teknik pencampuran dan penambahan filler tertcntu dapat diperoleh suatu material plastik barn yang memiliki sifat-sifat yang jauh berbeda dengan sifat alami plastik tersebut. Polivinil klorida (PVC) yang secara alamiah merupakan material yang non konduktiil dapat ditingkatkan sifat konduktifitasnya den gan menambahkan filler yang bersifat konduktif Tembaga yang merupakan logam yang paling banyak dipakai sebagai kon duktor dipilih sebagai filter. Besarnya kondukitifitas yang terjadi tergantung pada geometri filler, jenis kontak antarpartikel, dan interaksi antara polimer dengan filler. Kuatnya interaksi antara filler dengan polimer tergantung pada kemampuan polimer membasahi perrnukaan Ellen Dan nilai absolut konduktigitas polimer tertentu tergantung dari jenis kontak antara parfikel filler itu sendiri. Penambahan filler ini juga akan mempengaruhi sifat-sifat mekanis PVC. Sifat mekanis yang dihasilkan akan sangat tergan tung dari jenis kontak antara tiller dengan matriknya. Penambahan filler konduktif serbuk tembaga sampai 8% volume ke dalam unplasticized PVC (UPVC) menghasilkan perubahan sifat konduktifitas listrik dan mekanisnya, Dengan adanya serbuk tembaga didalam maLrik PVC terjadi peningkatan konduktifltas Iistrik dan modulus Heksural. Sedangkan kekuatan fleksural, kuat impak dan shrinkagenya menurun."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41260
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>