Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58376 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Ketut Darma Laksana
"Kajian tabu dalam bahasa Bali ini bertolak dari masalah "Bagaimana tabu dalam kebudayaan Bali diwujudkan dalam tingkah laku verbal?. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah penelitian dalam bidang bahasa dan atau kebudayaan Bali. Kajian ini dilakukan dengan melibatkan kebudayaan untuk memahami makna di balik tabu bahasa. Dari kepustakaan tentang tabu yang berhasil dikumpulkan, pada umumnya penulisnya berorientasi pada kajian tabu nonverbal (ritual). Oleh karena itu, sumbangan lainnya yang dapat diberikan adalah bagaimana analisis tabu bahasa itu dilakukan.
Kerangka acuan yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari pandangan sejumlah pakar kebudayaan dan linguistik. Pembicaraan mengenai konsep tabu dalam penelitian ini bertumpu pada Douglas (1966/1992); pembicaraan mengenai penggolongan tabu penelitian ini bertumpu pada Frazer (1911/1955), dan pembicaraan mengenai sumpah serapah penelitian ini bersandar pada Montagu (1967/1973). Secara garis besamya tabu bahasa dibedakan atas dua macam, yaitu nama atau katakata tertentu yang ditabukan dan sumpah serapah yang ditabukan. Yang pertama dapat dielakkan dengan cara penyulihan. Untuk itu, penelitian ini menggunakan kobsep-konsep linguistik (dan juga antropologi) dari para ahli yang berikut: penyulihan dengan metafora, metonimia (bahasa majasi), dan eufemisme dari Moeliono (1989), Crystal (1973), dan Apte (1994); penyulihan dengan parafrase dari Kridalaksana (1988) dan Matthews (1997); penyulihan dengan alih kode dari Foley (1997) dan Salzmann (1998); penyulihan dengan diglosia dari Ferguson (1964), dan penyulihan dengan teknonim dari Geertz (1992). Khususnya pembicaraan mengenai pelanggaran sumpah serapah, yang pengumpulan dan analisis datanya menggunakan metode kuantitatif, penelitian ini bertolak dari pandangan Brown dan Gilman (1972), yang diadposi oleh Foley (1997), dan di dalam bahasa Indonesia diadopsi oleh Gunarwan (1997), yang berbicara tentang "kekuasaan? (power) dan "keakraban? (solidarity), dalam hal ini, yang mempengaruhi penggunaan sumpah serapah.
Data yang dianalisis adalah data bahasa Bali "lumrah?, yaitu bahasa Bali sebagaimana yang digunakan oleh orang Bali sehari-hari. Korpus penelitian ini dikumpulkan secara kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif digunakan dalam analisis nama dan kata-kata tertentu yang ditabukan dan sumpah serapah yang ditabukan (identifikasi dan klasifikasinya, serta fungsi dan sanksinya); sedangkan data kuantitatif digunakan dalam analisis langgaran sumpah serapah yang ditabukan.
Analisis kualitatif dilakukan secara emik (Pike, 1966), atau dapat juga disebut analisis secara sistemik (Douglas, 1966/1992), yaitu makna setiap unsur bahasa atau perilaku kebudayaan harus dikaji dengan mengacu kepada distribusinya, baik yang mengacu kepada perilaku verbal maupun yang nonverbal, perilaku kultural. Sementara itu, analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan statistik.
Temuan yang diperoleh dari penelitian ini: pertama, cara orang Bali mewujudkan perilaku verbalnya atas tabu dalam kebudayaannya dengan menggunakan metafora dan metonimia (bahasa majasi), eufemisme, parafrase, alih kode (dan diglosia), dan teknonim; kedua, penggunaan sumpah serapah, yang tidak dapat diwujudkan dengan cara lain, seperti makian, hujatan, kutukan, sumpahan, (ke)carutan, dan lontaran/seruan. Khususnya mengenai pelanggaran sumpah serapah pada umumnya variabel yang dominan mempengaruhi perbedaan penggunaan sumpah serapah adalah asal kabupaten dan jenis kelamin.

The study of taboo in Balinese language is an attempt to analyze 'How taboo in Balinese culture is represented in their verbal behavior'. This study is intended to enrich the inventory of research on Balinese language and culture which has been done before. This study is conducted by involving culture ;o discover the meaning behind use of language taboo. From a number of books about taboo that have been read and analyzed, in general, the writer gives their orientation to nonverbal taboo. Therefore, this research proposes a model about how taboo in language should be analyzed.
Theoretical frameworks used in this study is based on a number of ideas form scholars, such as Douglas (196611992), who discusses a critical analysis about the concept of taboo; Frazer (191111955) who presents the classification of taboo in general and categorization of taboo in language; and Montagu (196711973) who presents the classification of swearings which he calls a species of human behavior. Since name and certain words tabooed can be avoided by substitution, the study implies some linguistics concepts, such as metaphor, metonymy (figurative languages), euphemism which are taken from Moeliono (1989), Crystal (1993), and Apte (1994); paraphrases from Kridalaksana (1988) and Mathhews (1997); code-switching from Foley (1997) and Salzmann (1998), diglossia from Ferguson (1964); and technonymy from Geertz (1992). For the discussion of swearings which can not be avoided by respondents, in particular, this study needs the concept of "power" and "solidarity" proposed by Brown and Gilman (1972), which is adopted by Foley (1997) and Gunarwan (1997). in Indonesian version.
The Balinese language being analyzed is Bahasa Bali Lumrah (an ordinary Balinese language). The corpus is collected and analyzed by using qualitative and quantitative methods. The data which constitute names and words tabooed are collected and analyzed qualitatively, whereas some language taboo, such as abusive swearing, blasphemy, cursings, etc. are collected and analyzed quantitavely. The data analysis in this study uses an emic approach (Pike, 1966), or, it is also called by Douglas (196611992.) as systemic approach.
Some findings of this study are as follows. Firstly, Balinese people avoid taboo in language by using metaphor and metonymy (figurative languages), euphemism, paraphrases, code-switching, diglossia, and technonymy. Secondly, it is found out that there are some kinds of swearings, namely abusive swearings, blasphemy, cursings, swearings, obscenity, and expletives. Thirdly, the violation of swearings, in general, areSignificantly influenced by the regionsand the sexes of the respondents.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
D530
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Wirdah Yanti Nofalani
"Penelitian ini adalah bagian dari kajian penerjemahan yang berorientasi pada teks terjemahan sebagai produk. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan cara penerjemahan ungkapan tabu dan pergeseran graduation yang terjadi dalam proses penerjemahan. Data penelitian ini adalah satuan-satuan terjemah yang mengandung ungkapan tabu dalam novel berbahasa Inggris It Ends with Us karya Colleen Hoover sebagai teks sumber (TSu) dan terjemahan bahasa Indonesianya oleh Nur Anggraini sebagai teks sasaran (TSa). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik yang diterapkan dalam penelitian ini adalah simak dan catat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa TSu dan TSa mengandung ungkapan tabu, yang tergolong ke dalam lima jenis, yaitu cursing, profanity, obscenity, insults and slurs, dan scatology, serta diterjemahkan menggunakan strategi penerjemahan sensor, substitusi, tabu ke tabu, dan eufemisme. Penerjemahan ungkapan tabu ini berpengaruh pada pergeseran graduation dari TSu ke TSa dalam bentuk penghapusan dan penurunan ungkapan tabu. Penelitian ini juga menunjukkan upaya kompromi penerjemah dalam menjaga prinsip kesopanan berbahasa sekaligus mempertahankan kehadiran ungkapan tabu.

This research is part of product-oriented translation study. This paper seeks to identify how each type of taboo words was translated and how graduation shifts occurred during translation. Data consists of translation units which contain taboo words that were obtained from Colleen Hoover’s It Ends with Us as source text (ST) and its Indonesian translation by Nur Anggraini as target text (TT). This research used the descriptive qualitative approach. This research was carried out using two techniques: reading and note-taking. Results show that both ST and TT contain five types of taboo words: cursing, profanity, obscenity, insults and slurs, and scatology. The taboo words were translated using various translation strategies, such as censorship, substitution, taboo for taboo, and euphemism. Translation of the taboo words caused ST graduation shifts in which the words’ intensity tended to be neutralized and softened in TT. Results also show the translator’s attempt to compromise maintaining language politeness while preserving the presence of taboo words."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Masitha Achmad Syukri
"Studi kasus ini bertujuan untuk memerikan dan menjelaskan karakteristik bahasa sang ibu (BSI) kepada anak usia satu, tiga, dan lima tahun dalam pemerolehan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Dalam penelitian untuk bahasa Indonesia data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dengan merekam percakapan diadik antara orang dewasa dan anak selama 60 menit dan data sekunder untuk bahasa Inggris.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa BSI penutur bahasa Indonesia, baik dari keluarga batih maupun dari keluarga luas banyak menggunakan kalimat yang panjang-panjang, tidak tertata apik, dan tidak gramatikal. Hasil tersebut sesuai dengan pandangan Chomsky (1965) mengenai sifat masukan bahasa yang diterima anak. Jadi, hasil tersebut tidak mendukung motherese hypothesis yang diasumsikan sebagai karakteristik tuturan orang dewasa penutur bahasa Inggris. Akan tetapi, dalam hal dominasi nomina dan keberlewahan dalam BSI, data yang ada mendukung motherese hypothesis. Terjadinya penyelarasan kompleksitas kalimat sesuai dengan usia anak juga mendukung fine-tuning hypothesis tetapi hal itu semata-mata untuk tujuan berkomunikasi, bukan untuk mengajarkan bahasa kepada anak.
Sementara itu, ayah dan saudara kandung penutur BSI bahasa Indonesia tampak sangat responsif terhadap anak. Hasil tersebut berbeda dengan temuan berbagai studi yang dilakukan pada penutur bahasa Inggris. Jadi, studi ini juga dapat dikatakan tidak mendukung father bridge hypothesis dan sibling bridge hypothesis. Hal itu terkait erat dengan faktor budaya dalam masyarakat timur dan masyarakat barat serta konteks percakapan. Kesamaan karakteristik dalam beberapa aspek tertentu yang diperoleh dalam BSI dari ibu, BSI dari ayah, dan BSI dari saudara kandung pada kedua bahasa menunjukkan keuniversalan karakteristik BSI.

This case study aimed at describing and explaining the characteristics of speech directed to the children at the ages of one, three, and five years old in Indonesian and English acquisition. This research used primary data for Indonesian language collected by recording dyadic conversation between adult and child for 60 minutes and secondary data for English.
The result showed that Indonesian speakers from both nuclear family and extended family frequently used long, degenerate, and ungrammatical sentences. This finding led to support to Chomsky's views (1965) on the nature of the language input that children receive. It did not, however, support the motherese hypothesis assumed to be the characteristics of English adult's speech addressed to child, except with regard to the dominant use of nouns and the redundancy. This study also found that adults adjusted the sentence complexity in their speech directed to child. This supported fine-tuning hypothesis. It was highly likely that this was done in the natural course of communication and not in order to give language teaching to the child. Indonesian fathers and siblings also appeared to be very responsive to the child. This finding differed from studies done with English speaking people and so did not support either the father bridge or sibling bridge hypothesis.
It was concluded that it was dependent on the cultural aspects of both eastern and western society and the context of conversation. The universality of CDS was revealed by the same characteristics in the certain aspects found in mother, father, and sibling's speech in both languages."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T11179
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Rongga is Austronesian language spoken by a minority group of 5.000 speakers in the Regency of East Manggarai at the border with Ngadha, Flores, East Nusa Tenggara Province. In the sociolinguistic context of diglossia in Indonesia, Rongga is highly disadvantaged. This Paper report the finding on loan words in Rongga showing a one-way influence and presure from Indonesian to Rongga. Two prominent linguistic features of Ronnga relevant for the feature of open syllable with certain unique phonemes characterising Rongga phonology. The discussion on the theoretical and practical implications of this preliminary study in terms of processes of language contact, multilingualism and endangerment is also given."
LIND 27:2 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Pangestu Lautan
"Penelitian ini membahas jenis dan makna kata tabu yang terdapat dalam lirik lagu-lagu di acara televisi Unpretty Rapstar dan Show Me The Money. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan jenis dan makna kata tabu yang ditemukan dalam lirik lagu di kedua acara tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik studi pustaka. Berdasarkan data, dalam penelitian ini ditemukan 3 (tiga) jenis kata tabu yang muncul dalam kedua acara, yaitu julukan (epithets), vulgaritas (vulgarity), dan kecabulan (obscenity). Berdasarkan temuan tersebut, dapat diketahui bahwa lirik lagu pada acara Unpretty Rapstar didominasi kata tabu yang berkaitan dengan seks dan fungsi tubuh, sedangkan pada acara Show Me The Money didominasi oleh kata tabu yang berkaitan dengan binatang. Kategori kata tabu yang muncul paling dominan pada kedua acara tersebut berbeda karena berkaitan dengan gender.

This research discusses the types and meanings of taboo words of song lyrics in the TV shows Unpretty Rapstar and Show Me The Money. The purpose of this study is to compare the types and meaning of the taboo words found in song lyrics in both TV shows. The method used in this research is qualitative descriptive method with literature study technique. Based on the data, this study found 3 (three) types of taboo words that appeared in both shows, namely epithets, vulgarity, and obscenity. Song lyrics on Unpretty Rapstar are dominated by taboo words related to sex and bodily functions. Whilst on Show Me The Money, the song lyrics are dominated by taboo words related to animals. The categories of taboo words that appear the most in song lyrics at those shows are different because they are related to gender."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Nur
"Istilah merupakan sendi penting didalam sistem ilmu pengetahuan, harus mempunyai makna yang sama bagi semua orang yang menggunakannya, agar pertukaran informasi memproleh hasil yang biak, maka melalui kesempatan umum tentang makna, nama dan istilah khusus serta penggunaannya secara konsisten akan menghasilkan keseragaman suatu kosa kata khusus yang memuat konsep, istilah, dan deefinisnya yang baku. Artikel ini merupakan hasil kajian bidang penerjemahan tentang suatu pendekatan yang terkai dengan peristilahan, khususnya istilah teknis (techinical terms). Sejumlah pendekatan yang dapat disajikan adalah sebagai alterntif dengn mengacu pada prinsip-prinsip kesamaan konsep antara bahasa sumber dan bahasa target (donor and recipient language). Data dalam kajian ini diperoleh melalui akses internet (online) untuk memperoleh jurnal, artikel dan referensi lain yang mengkaji masalah peristilahan dan aspek-aspek linguistik secara tekstual yang berorientasi pada bidang penerjemahan. Hasil dari kajian ini menunjukan bahwa bentuk interaksi di antara berbagai bahasa dalam bidang penerjemahan, khususnya menyangkut istilah teknis dapat dilakukan dengan pendekatan penyesuaian aspek kebahasaan atau kaidah linguistik bahasa donor menurut aspek atau kaidah kebahasaan bahwa penerima (recipient language). Hal ini dilakukan adalah sebagai upaya untuk mempertahankan makna konsep yang dimiliki bahwa donor di satu sisi, dan upaya menyesuaikan aspek atau kaidah linguistik menurut bahasa penerima di sisi lain. Dengan demikian, harmoni bahasa dapat terbangun bagu penutur atau pengguna bahasa di antara komunitas bangsa itu sendiri."
Lengkap +
Mataram: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2017
400 MABASAN 11:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muh. Qomaruddin
Surakarta: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret, 2017
805 HSB 1:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"The research was conducted in accordance with the phenomenon occurred in Dokkai learning in which the students show lack understanding on reading. The aims of research are (1) to obtain clear description of the findings comprehensively about the reality in Dokkai learning of the students of JPBJ UPI as the learning goals through the story telling approach ; (2) to figure out the difficulties and factors influencing the low level of understanding Japanese reading (Dokkai). The population of the research is the third semester students of Japanese Education Department FPBS UPI Bandung as 19 students taken randomly from Chuukyuu Dokkay I course. Qualitative method is employed using quasi experimental design. Thus, in the research, there is no control group as comparing class. From the result of data analysis, we find that (1) according the questionnaire result, 90% of the respondents respond that the story telling approach in Dokkai course is interesting; (2) the students must be able to comprehend the reading text and then retell it; (3) the class becomes more active and effective.
"
Lengkap +
LINCUL 6:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Faido
"ABSTRAK
This study is a descriptive-qualitative study with an embedded-case study research design. The purposes of the study are (1) to describe strategies decided to translate comics entitled The Very Best of Donald Duck Comics into Indonesian, 2) to describe the effect of the strategies on the accuracy in content and acceptability of translated text of The Very Best of Donald Duck Comics. The data of the research are English comics entitled The Very Best of Donald Duck Comics and their translation in Indonesian, selected using purposive sampling technique. Two methods of data collection were employed: content analysis used to obtain data from both source and target texts, and questionnaire was used to gather data about the accuracy in content, and acceptability. The accuracy in content and acceptabilty of the translated text were rated by three raters. The results of data analysis show that: (1) there are five strategies used to translate The Very Best of Donald Duck Comics into Indonesian namely structural adjustment, cultural term borrowing, adaptation, maintenance, and deletion, (2) the chosen strategies contribute positively to the accuracy in content and acceptability of the translated texts. The average score for accuracy in content and acceptability is 1.15. This average score means that the source text has been accurately rendered into the target language; the target is easy to understand as determined by the raters and it needs not restructured."
Lengkap +
Universitas HKBP Nonmensen, 2018
050 VISI 26:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>