Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8095 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elly Nursamsiah Danardono
"Puisi adalah salah satu jenis sastra di samping prosa dan drama. Pada mulanya, puisi merupakan alat untuk menyatakan segala sesuatu yang patut diketahui oleh manusia, misalnya mantra-mantra, asal-usul para dewa atau nenek moyang, cara-cara bercocok tanam, hidup bermasyarakat, dan seterusnya. Dengan demikian puisi merupakan suatu teknik ingatan lisan. Tetapi di dalam perjalanan sejarah manusia, puisi mengalami perkembangan. Untuk alasan-alasan yang jauh melampaui kegunaan puisi sebagaimana telah disebutkan di atas, para penyair menjadikan alat tadi esensi dari suatu kreasi.
Puisi pada umumnya dapat dikatakan sebagai pemakaian bahasa secara khusus. Pemakaian bahasa secara khusus ini bertujuan untuk menyatakan atau nensugestikan sesuatu melalui irama, rima, citraan, dan lain-lain. Keanekaragaman bentuk dan fungsi pemakaian bahasa tersebut menimbulkan kesulitan di dalam mendefinisikan puisi.
Paul Claudel (1868-1955), seorang penyair dan penulis drama Perancis, berpendapat bahwa puisi merupakan suatu komposisi yang memberi nilai tambah pada kebahagiaan manusia sebagaimana yang dikatakannya berikut ini:
La poesie est composition et c'est grace A la composition qu'elle procure A I'oreille et au coeur de I'auditeur le plaisir qui lui est propre. Ce plaisir nett en effet du rapprochement, du contact, et de I'amalgame, par le moyen de seas canfie a la vibration, d'idthes appartenant aux ordres les plus divers, qui naus procure le sentiment dune extention heureuse, penetrante et Presque divine, de nos pouvairs.
Puisi adalah komposisi. Komposisi ini memindahkan emosi yang terkandung di dalamnya kepada pendengar melalui telinga dan kalbunya. Emosi ini memang lahir dari kedekatan, kontak, dan pembauran, melalui pancaindera yang peka terhadap getaran, melalui gagasan-gagasan yang berasal dari tatanan-tatanan yang sangat berbeda. Sarana tersebut memberikan kepada kita suatu rasa perluasan dari kemampuan--kemampuan kita, rasa perluasan yang membahagiakan, merasuk, dan hampir bersifat Illahi.
Mengenai Janis sastra ini, Lamartine (1790-1869) salah seorang penyair besar romantik Perancis, mengatakan:
"La poesie sera de la raison chantee, voila sa destine pour longtemps; eIle sera philosophique, religieuse, politique, sociale, comme les epoques que le genre humain va traverser; elle sera intime surtout, personnelle, meditative et grave: non plus un }eu de I'esprit, un caprice melodieux de la pensee leg&re et superficielle, mais I'echa profond, reel, sincere, des plus hautes conceptions de I'int!Iligence, des plus mysterieuses impressions de I'gme."
Puisi akan merupakan akal budi yang disenandungkan, itulah pembawaan puisi untuk waktu yang lama; puisi akan bersifat filsafat, agama, politik, sosial, seperti zaman-zaman yang akan dilalui oleh umat manusia; puisi terutama akan bersifat intim, pribadi, meditatif dan serius; puisi bukan lagi merupakan suatu permainan jiwa, suatu tingkah musikal dari pikiran yang ringan dan dangkal, akan tetapi gema yang dalam, nyata dan tulus dari kesan-kesan jiwa yang paling misterius?."
Depok: Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elly Nursamsiah Danardono
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Elly Nursamsiah Danardono
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S13842
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rijati Wardiani
"LATAR BELAKANG
Dari zaman ke zaman, dunia sastra semakin berkembang. Perkembangan ini sejalan dengan perkembangan ilmu, teknologi serta pemikiran manusia. Sebagai suatu karya yang dihasilkan manusia dan berobjek manusia, sastra dengan sendirinya mengikuti arus perkembangan ini.
Perkembangan dunia sastra dalam bidang drama, prosa maupun puisi sangat pesat. Konvensi dan aturan-aturan yang melekat pada ketiga bidang sastra tersebut berubah dari waktu ke waktu; suatu perubahan yang ditentukan oleh manusia yang menciptakannya dan keadaan dunia yang mengelilingi manusia.
Dalam bidang puisi, perkembangan juga terjadi. Para penyair yang sebelumnya menulis dalam bentuk-bentuk tradisional, seperti pantun dengan aturan-aturan serba ketat, sedikit demi sedikit mulai meninggalkan ciri lama tersebut. Pada pantun misalnya, kita melihat adanya makna yang tersurat, rumus sajak dan jumlah baris yang teratur, dan pemilihan kata yang masih sangat sederhana dan memakai diksi yang umum.
Meskipun terdapat penyair yang masih menggunakan bentuk-bentuk tradisional, banyak juga penyair yang semakin hari semakin meninggalkan aturan-aturan yang kaku dan mengikat. Sebagai gantinya, para penyair tersebut menulis sajak dalam bentuk yang bebas. Mereka semakin menjauh dari aturan-aturan dan mengekspresikan sebebas mungkin perasaannya dalam berbagai bentuk puisi. Akibat dari kebebabasan berekspresi ini adalah ditemukannya berbagai bentuk sajak inovatif yang seringkali "aneh" bagi orang awam. Bermunculanlah sajak-sajak berbentuk prosa atau bahkan berbentuk gambar atau lukisan.
Sajak-sajak berbentuk gambar yang juga disebut sebagai sajak konkret misalnya, adalah jenis puisi yang menonjolkan bentuk visualnya. Para penyair puisi konkret menyusun huruf-huruf dan kata-kata dalam suatu bentuk atau objek tertentu. Hal yang akan langsung tertangkap oleh mata adalah suatu gambar benda tertentu."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Hadi Wiji Muthari
Jakarta: Balai Pustaka, 2000
808.1 ABD m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Willibrordus Surendra Broto Rendra, 1935-2009
Jakarta : Dunia Pustaka Jaya, 1990
808.1 REN e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fiori Aivesa Violetta
"Penelitian ini membahas tentang pemaknaan warna biru dalam dua buah puisi berbahasa Jerman karya Else Lasker-Schueler dengan menggunakan teori semiotik dari Saussure. Penggunaan tanda dalam puisi seperti warna adalah bukan sesuatu yang asing dalam sebuah karya sastra. Penggunaan tanda ini sering digunakan untuk menyampaikan sebuah pesan ataupun emosi dari sang penyair, terutama di era ekspresionisme. Namun, penggunaan tanda dalam sebuah karya dapat menimbulkan interpretasi yang berbeda-beda. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat pemaknaan warna biru dalam kedua puisi ini oleh sang penyair dan melihat alasan mengapa Lasker-Schueler menggunakan warna biru dalam kedua karya tersebut serta melihat bagaimana pemaknaan biru dalam budaya jerman dan dalam kedua puisi ini. Korpus data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua puisi karya Lasker-Schueler yang berjudul Gebet dan Mein blaues Klavier. Keduanya diterbitkan tahun 1943 dalam sebuah buku kumpulan puisi dengan judul Mein blaues Klavier. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa Lasker-Schueler memaknai warna biru dalam Gebet sebagai sesuatu yang positif yaitu harapan dan dalam Mein blaues Klavier sebagai kenangan bahagia dari masa kecilnya.

This study discusses the meaning of blue in two German poems by Else Lasker-Schueler using the semiotic theory of Saussure. The use of signs in poetry like colors is not something unusual in a literary work. Sign in literature are often used to convey a message or emotion from the poet, especially in the era of expressionism. However, the use of signs in a literature work can also lead to different interpretations. Therefore, this study aims to see how the poet defines the meaning of blue in these two poems and to see the reasons behind the usage of blue in both works, and see how German culture interprets blue and how it relates to blue in these two poems. Corpus data used in this studyare two poems by Lasker-Schueler entitled Gebet and Mein blaues Klavier. Both poems were published in 1943 in a book under the title Mein blaues Klavier. The results from this study found that Lasker-Schueler interpreted the blue color in Gebet as something positive, hope, and in Mein blaues Klavier as a piece of a happy memory from her childhood."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Philips Abdullah
"Tema kematian sering diangkat dalam karya sastra. Dalam sejarah kesusastraan dunia, tema ini sudah ada sejak zaman kuno. Dalam kesusastraan Indonesia modern, Subagio Sastrowardoyo adalah salah seorang penyair yang sering mengangkat tema kematian. Tercatat sejak awal proses kreatifnya hingga akhir hayatnya tema ini selalu muncul dalam karyanya. Bahkan dalam sajak bertema lain pun, masalah kematian kerap membayangi.
Dan sekian banyak karya Sastrowardoyo, lima di antaranya, yaitu "perpisahan", "Matinya Pandawa yang Saleh", "Tamu", "Pertanyaan Bocah", dan "Sufi" dipilih untuk dijadikan obyek penelitian dalam tesis ini. Adapun masalah yang diangkat adalah tentang bagaimana tema kematian disajikan dalam sajak-sajak tersebut. Untuk menunjang analisis, akan digunakan kajian semiotika berdasarkan aspek sintaksis, semantis, dan pragmatisnya.

The theme of death frequently is written in the literary works. In the literary world history, this theme has been since ancient age. In modern Indonesian literature, Subagio Sastrowardoyo is one of the poets who frequently write it. It has been recorded since he began his creativity process until the end of his life this theme usually exists in his works. Even in another theme of his poems, the death often reflects them.
Among Sastrowardoyo's poems, five of them, are "Perpisahan", "Matinya Pandawa yang Saleh", "Tamu", "Pertanyaan Bocah", and "Sufi" chosen to be the objects of the research in this thesis. The problem is how the theme of death is presenting in the poems. Theory of semiotics is used to support the analysis base on their syntactic, semantic, and pragmatic aspects."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T822
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antaressa Pritadevi
"Setiap bahasa di dunia memiliki kekhasan sendiri tetapi salah satu ciri dari bahsa yang sifatnya sangat universal adalah manfaatnya sebagai alat untuk berkomunikasi. Manfaat ini sangat menguntungkan, ia memberi peluang bagi seseorang untuk dapat menggali berbagai aspek kebudayaan dari berbagai bangsa untuk dapat disebarluaskan dan dinikmati secara merata. Penelitian karya puisi Prancis sebagai obyek penelitian ini bertujuan untuk memperkenalkan sebagian kecil segi kebudayaan Perancis yang sangat terkenal yaitu seni kesusastraannya. Penelitian ini difokuskan pada masalah tema tentang dua sifat cinta yang berbeda: sensual dan spiritual. karya yang dipilih merupakan dua puisi karya Baudelaire yang berjudul Parfum Exotique dan l'aube Spirituelle. Dalam pembahasannya, penelitian ini didasari oleh metode struktural yaitu metode yang berkonsep bahwa setiap unsur dalam suatu karya sastra saling berkait dalam membentuk suatu kesatuan yang utuh. Dalam sebuah puisi, unsur-unsur yang diamksud adalah unsur yang membentuk puisi dari segi penyajian maupun isinya yaitu segi-segi metrik, bunyi, sintaksis dan semantik. apakah segi-segi itu mencerminkan tema cinta dengan dua sifat yang berbeda itu? Hal itu terjawab dengan melakukan analisis terhadap masing-masing segi tersebut. Hasil penelitian terhadap struktur puisi menunjukkan bahwa masing-masing segi disajikan secara khas sekali dan penyajian struktur kalimat, penyajian ritme serta penyajian bunyi turut menggambarkan sifat kegairahan dan sensualitas dalam Parfum Exotique serta sifat spiritual yang lembut menggugah dalam l'Aube Spirituelle."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S14538
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Kepustakaan Populer Indonesia, 2010
899.221 1 EMP
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>