Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74571 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yahya Darmawan
"Secara umum di negara maju 95% wanita hamil mendapat pertolongan dokter dan 50% di antaranya ditolong oleh dokter ahli Obstetri dan Ginekologi, tetapi dinegara yang sedang berkembang pertolongan oleh dokter ahli Obstetri dan Ginekologi hanya 1% selebihnya mendapat bantuan bidan, perawat dan dukun beranak.
Di Indonesia angka morbiditas dan mortalitas maternal maupun perinatal masih tinggi. Sebagai contoh angka kematian maternal di Indonesia pada tahun 1986 masih berkisar antara 400-450 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di negara ASEAN lainnya seperti Malaysia 69 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 142 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 100 per 100.000 kelahiran hidup dan bahkan Singapura sudah mencapai 5 per 100.000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab kematian ibu ini adalah perdarahan obstetrik disamping preeklampsia/eklampsia dan infeksi.
I dan kawan kawan melaporkan bahwa di12 rumah sakit pendidikan di Indonesia antara 1977-1980 didapatkan angka kematian ibu terdiri dari perdarahan 30,4%, infeksi 22,2% dan pre/eklampsia 16,3%. Sedangkan Agustina selama tahun 1981-1982 di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung menemukan proporsi komplikasi obstetrik sebagai berikut: perdarahan 37,5%, preeklampsia/eklampsia 28,5% dan infeksi 19,7%. Sukirna melaporkan bahwa selama tahun 1988 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta kematian maternal terdiri atas Preeklampsia/eklampsia 46,15%, perdarahan 33,3% dan infeksi 7,69%.
Perdarahan obstetrik mempunyai penyebab bermacam macam, salah satu penyebab perdarahan adalah koagulasi intravaskular diseminata (KID) yang dapat pula disebabkan oleh patologi pendarahan. KID merupakan suatu keadaan di mana mekanisme pembekuan dan fibrinolisis bekerja pada saat yang bersamaan. KID bukan merupakan suatu penyakit tetapi merupakan suatu penyulit dari patologi solusio plasentae, preeklampsia, kematian janin, atonia uteri, robekan jalan lahir, sisa plasenta dan kelainan pembekuan darah.
Kekerapan KID belum diketahui pasti tetapi beberapa penulis mencoba untuk mengungkapkannya di antaranya Phillips (1975) di Amerika Serikat yang mendapatkan 24,3% dari kasus kematian janin, 17,6% dari 34% kasus syok septik, dan 19% kasus preeklampsia /eklampsia. Di Indonesia Hudono (1981) mengatakan bahwa komplikasi obstetrik yang paling sering disertai penyulit ini adalah solusio plasentae (10-30%)?."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Jadigia
"Penelitian monomerimida model matriks komposit dimaksudkan untuk mencari alternatip baru dalam pengembangan material. Pemilihan poliimida sebagai matriks komposit akan memberikan kualitas komposit yang tahan pada suhu tinggi. Sintesis monomer imida dilakukan dengan metode PMR 15. Hasil sintesis monomer maleimida , bismaleimida, tetrahidroftalimida dan bistetrahidroftalimida masing-masing diperoleh sebanyak 65,3 % , 68,0 % , 73,1 %dan 83,4 % . Karakterisasi hasil sintesis diukur dengan HPLC , FTIR , 1H dan I3C - NMR serta dengan XRD, data ini menunjukkan struktur kimia monomer yang disintesis sesuai dengan yang diharapkan.
Dari termogram DTA diketahui titik leleh masing-masing monomer pada 160 °C untuk maleimida , 160 °C untuk bismaleimida , 122 °C untuk tetrahidroftalimida dan untuk bistetrahidroftalimida adalah 202 °C serta telah ditentukan pula zona temperatur polimerisasi sebagai puncak eksotermal yaitu masing-masing pada 250 - 310 °C untuk maleimida , 210 - 280 °C untuk bismaleimida, 150 - 206 °C untuk tetrahidroftalimida serta 377 - 450 °C untuk bistetrahidroftalimida. Studi fisikokimia dilakukan pada kisaran temperatur ini.
Penentuan kondisi polimerisasi optimal dilakukan dengan studi kinetika dan mekanisme polimerisasi dengan analisis fisikokimia menggunakan spektrofotometer FTIR. Polimerisasi optimal diperoleh pada temperatur dan waktu masing - masing pada 258 °C selama 5 jam; 231 °C selama 3 jam ; 201 °C selama 5 jam dan pada 407 °C selama 3 jam masing-masing untuk maleimida, bismaleimida , tetrahidroftalimida dan bistetrahidroftalimida.Data FTIR, XRD GPC dan DTA menunjukkan monomerimida mengalami polimerisasi dengan pemanasan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eny Kusrini
"In this research, we studied the preparation of nanochitosan from the addition of potassium persulfate as an initiator for monomer polymerization and monocarboxylic acid—namely acetic acid, lactic acid, and formic acid—to a chitosan solution. To obtain the dried form of chitosan nanoparticles, we investigated the effects of oven and spray drying systems toward the physicochemical properties and morphology of chitosan nanoparticles. Successfully prepared chitosan nanoparticles were characterized by Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR), Field Emission Scanning Microscopy/Energy Dispersive X-ray Analysis (FESEM-EDX), and a particle size analyzer (PSA). The structures of nanochitosan prepared in different acids were quite similar based on the FTIR spectra. By increasing the concentrations of potassium persulfate, the yields of chitosan nanoparticles also increased. The concentration of potassium persulfate had a significant influence on the production of chitosan nanoparticles. The lowest concentration of potassium persulfate (0.6 mmol) did not produce an observable formation of chitosan nanoparticles. By using formic acid and potassium persulfate in various concentrations from 1.2–3.0 mmol, chitosan nanoparticles were obtained. A particle size distribution of chitosan nanoparticles was produced from a formic acid solution having a smaller size compared to others. The acidity effect of monocarboxylic acids in the formation of chitosan nanoparticles was better compared to the addition of other acids. Furthermore, synthesized chitosan nanoparticles (50–110 nm) produced from formic acid solutions have potential applications for drug carrier purposes."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2015
UI-IJTECH 6:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifah Maani
"DIC ialah suatu keadaan yang timbul karena terjadinya pembekuan di dalam pembuluh darah secara luas, yang menghasilkan deposit fibrin di dalam mikrosirkulasi sehingga mengakibatkan skernik dan kerusakan organ. DIC bukan merupakan penyakit tersendiri tetapi merupakan komplikasi dan berbagai penyakit atau keadaan yang dapat mencetuskan pernbekuan darah. Pada DIC akut manifestasi kiinis yang paling sering dijumpai adalah perdarahan mulai dari yang ringan sampai berat, sehingga memerlukan penanganan yang cepat dan tepat. Untuk dapat menangani DIC dengan baik seorang klinikus perlu memahami patofisiologi DIC serta mengenali kelainan laboratorium yang sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis. DIC terjadi karena adanya aktivasi sistem pembekuan darah baik melalui jalur intrinsik, ekstrinsik atau langsung ke F X, protrombin atau fibrinogen. Proses pembekuan darah akan diikuti dengan proses fibrinolisis sehingga aktivitas trombin dan plasmin meningkat. Pada DIC akut terjadi keadaan dekompensasi karena kecepatan produksi trombosit dan faktor-faktor pembekuan tidak dapat mengimbangi konsumsi yang meningkat sehingga akan ditemui penurunan jumlah trombosit dan kadar fibrinogen, pemanjangan TT, PT dan APTT, DP terutama fragmen D dimer positif seta tes parakoagulasi positif. Pada DIC kronis biasanya terjadi keadaan terkompensasi atau overkompensasi sehingga hasil pemeriksaan laboratorium bervariasi, dapat sedikit menurun, normal atau meningkat. Diagnosis DIC ditegakkan berdasarkan keaadaan klinis dan kelainan laboratorium. Prinsip pengobatan DIC adalah memperbaiki keadaan umum,
mengobati atau menghilangkan penyakit dasar. Bila perlu diberikan trombosit dan faktor pembekuan hepanin dan antifibrinolitik.
Dalam, makalah ini dikemukakan lima kasus DIC pada penderita DHF derajat III dan IV dengan berbagai tingkat perdarahan dan petekia sampai hematemesis-melena. Diagnosis ditegakkan berdasarkan klinis dan laboratori Kelainan laboratorium jelas menunjukkan penurunan Jumlah trombosit dan kadar fibrinogen, Pemanjangan PT, APTT dan TT serta fragmen D dimer positif di dalam darah. Pada sediaan hapus ditemukan sel burr dan limfosit atipik pada sebagian besar kasus. Dan kelima kasus, dua meninggal kemungkinan karena perdarah yang tidak dapat diatasi.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Rima Debora
"Bisphenol A (BPA) adalah bahan kimia yang banyak digunakan sebagai monomer dalam produk plastik dan kaleng makanan atau minuman. Metil Paraben banyak digunakan secara luas sebagai pengawet dalam makanan olahan, produk perawatan pribadi, dan obat-obatan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek yang dihasilkan oleh campuran senyawa Bisphenol A (BPA) dan Metil paraben (MeP) yang diberi paparan sinar UV-A pada pembentukan senyawa DNA-Adduct 8-Hidroksi-2’Deoksiguanosin (8-OHdG). Analisis 8-OHdG yang terbentuk dilakukan dengan menggunakan HPLC fasa terbalik dan detektor UV/Vis pada panjang gelombang 254nm. Fasa gerak yang digunakan berupa campuran larutan buffer fosfat dan metanol. Kondisi optimum HPLC diperoleh pada kondisi perbandingan fasa gerak 85:15 dengan laju alir 1,2mL/menit.  Penelitian ini dilakukan dengan variasi pH 7,4 dan 8,4 dan dengan waktu inkubasi 5 dan 7 jam pada suhu 37°C serta waktu paparan sinar UV-A 7 jam. Pada penelitian ini diperoleh bahwa senyawa campuran BPA dan MeP menghasilkan efek antagonis pada kondisi pH 7,4 dan menghasilkan efek adisi pada kondisi pH 8,4 terhadap pembentukan 8-OHdG dengan apabila dibandingkan dengan konsentrasi 8-OHdG yang terbentuk apabila BPA dan MeP diberikan secara terpisah pada waktu paparan yang sama.

Bisphenol A (BPA) is a chemical that is widely used as a monomer in plastic products and cans of food or drinks. Methyl Paraben (MeP) is widely used as a preservative in processed foods, personal care products, and medicines. This research was conducted to determine the effect produced by a mixture of BPA and MeP compounds given UV-A exposure in the formation of DNA-Adduct 8-Hydroxy-2'Deoxiguanosin (8-OHdG) compounds. Analysis of the formed 8-OHdG was performed using reverse phase HPLC and a UV/Vis detector at a wavelength of 254nm. The mobile phase used is a mixture of phosphate buffer solution and methanol. The optimum HPLC conditions were obtained at a mobile phase ratio of 85:15 with a flow rate of 1.2 mL/min. This research was conducted with a pH variation of 7.4 and 8.4 and with an incubation time of 5 and 7 hours at 37°C and 7hour UV-A exposure time. In this study it was found that a compound of BPA and MeP produced an antagonistic effect at pH 7.4 and produced an addition effect at pH 8.4 to the formation of 8-OHdG when compared to the 8-OHdG concentration formed when BPA and MeP were administered separate at the same exposure time."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rambert, Glady Inri
"Kehamilan diketahui sebagai salah satu faktor risiko utama terjadinya tromboemboli baik di arteri maupun vena, yang bisa meningkat sebanyak 4 sampai 5 kali. Venografi merupakan baku emas untuk diagnosis DVT namun karena invasif, tidak dilakukan pada wanita hamil. Thrombin Anti Thrombin complex (TAT) dan D-dimer (DD) adalah pemeriksaan yang secara klinis berguna untuk prediksi dan diagnosis trombosis. Namun kadar TAT dan DD akan meningkat dalam situasi yang bervariasi termasuk kehamilan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran kadar fibrin monomer pada kehamilan trimester 1, 2, dan 3. Terdapat 31 sampel masing-masing pada trimester 1, 2, dan 3. CV kontrol normal dan abnormal pemeriksaan fibrin monomer adalah 7.43% dan 3.51%. Kadar fibrin monomer menunjukkan distribusi tidak normal dengan nilai p = 0.001 (<0.05) sehingga data disajikan dalam nilai median dan nilai rentang. Berdasarkan nilai cutt off 6.0 μg/mL maka peningkatan kadar fibrin monomer dijumpai hanya pada trimester 3 yaitu sebesar 3.2%.
Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara trimester 1 dan 2 (p=0.491), sedangkan antara trimester 1 dan 3 berbeda bermakna (p=0.004), begitu juga antara trimester 2 dan 3 (p=0.031), sehingga dapat dikatakan fibrin monomer kadarnya pada kehamilan relatif tetap.

Background: Pregnancy is known as a risk factor for thromboembolism at arterial and venous, which could rise as much as 4 to 5 times .Venography is the gold standard for the diagnosis of DVT, but because it is invasive, so it is not done on pregnant women. Thrombin anti-thrombin complex (TAT) and D-dimer, which are the clinical examination useful for the prediction and diagnosis of thrombosis. However, the concentration of TAT and D-dimer will be increased in various conditions, including pregnancy.
Aim: This study is to gain preview on the fibrin monomer for the first, second and third trimester of pregnancy.
Methods: A cross sectional study. There was 31 samples, respectively the first, second and third trimester of pregnancy. CV of normal and abnormal control of fibrin monomer was 7.43% and 3.51 %. Levels of fibrin monomer showed the abnormal distribution, with p = 0.001 (> 0.05), so data are presented as median values and value ranges. Based on the cut-off value of 6 μg/mL, then increased levels of fibrin monomer was only found in third trimester , which was 3.2%.
Result: There were no significant differences between the first and the second trimester of pregnancy (p = 0.491). There were significant differences between the first and third trimester of pregnancy (p=0.004) as well as between the second and third of pregnancy (p=0.031). Thus, fibrin monomer level was relatively constant during pregnancy.
Conclusion: fibrin monomer is relatively constant during pregnancy compared to D-dimer.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wilia Candra
"ABSTRAK
Hipertensi merupakan kelainan yang umum dijumpai pada kehamilan.
Sekitar 70% wanita hamil mengalami gestational hypertension dan preeklampsia.
Disfungsi endotel pada preeklampsia menyebabkan permukaan endotel yang
nontrombogenik menjadi trombogenik sehingga dapat terjadi aktivasi koagulasi.
Preeklampsia meningkatkan keadaan hiperkoagulabel yang sudah ada pada
kehamilan normal. Gestational hypertension pada wanita hamil adalah hipertensi
yang tidak memenuhi kriteria preeklampsia. Hampir setengah dari pasien dengan
gestational hypertension akan berkembang menjadi preeklampsia. Fibrin
monomer merupakan petanda aktivasi koagulasi yang digunakan pada keadaan
pretrombotik oleh karena terbentuk terlebih dahulu pada keadaan hiperkoagulabel
daripada D-dimer yang terbentuk setelah fibrinolisis. Tujuan penelitian adalah
mendapatkan gambaran fibrin monomer pada gestational hypertension dan
preeklampsia. Penelitian ini adalah penelitian potong lintang pada 30 wanita
hamil gestational hypertension dan 30 wanita hamil preeklampsia yang dilakukan
pada Oktober sampai November 2015. Pemeriksaan FM menggunakan reagen
STA-Liatest memakai koagulometer STA Compact Analyzer. Kadar fibrin
monomer pada gestational hypertension didapatkan mean 4,61 µg/mL dengan
standar deviasi 0,86 µg/mL. Kadar fibrin monomer pada preeklampsia didapatkan
median 10,5 µg/mL dengan mean 11.99 µg/mL dan rentang 6,12 ? 23,26 µg/mL.
Didapatkan perbedaan bermakna kadar fibrin monomer pada gestational
hypertension dan preeklampsia dengan nilai p<0,001.
ABSTRACT
Hypertension is a common disorder in pregnancy. Approximately 70% of
pregnant women is gestational hypertension and preeclampsia. Endothelial
dysfunction in preeclampsia causes the endothelial surface of the nonthrombogenic
be thrombogenic so it can activated coagulation. Preeclampsia
increase hypercoagulability state in normal pregnancy. Gestational hypertension is
a hypertension in pregnancy who do not meet the criteria of preeclampsia. Nearly
half of patients with gestational hypertension develop into preeclampsia. Fibrin
monomers are used for coagulation activation marker on the prethrombotic state
therefore formed before on hypercoagulability state hiperkoagulabel than D-dimer
formed after fibrinolysis. The objective of this study is to gain description of
fibrin monomer levels and it was a cross-sectional study 30 pregnant women with
gestational hypertension and 30 pregnant women with preeclampsia. The study
was conducted in October and November 2015. Examination of fibrin monomer
using the reagent STA-Liatest and analyzer STA Compact. Mean of fibrin
monomer in gestational hypertension was 4.61 µg/mL with standard deviation
was 0.86 µg/mL. Median of fibrin monomer in preeclampsia was 10.5 µg / mL
with range was 6.12 to 23.26 µg/mL. Fibrin monomer levels found significant
differences in gestational hypertension and preeclampsia with p <0.001.
;Hypertension is a common disorder in pregnancy. Approximately 70% of
pregnant women is gestational hypertension and preeclampsia. Endothelial
dysfunction in preeclampsia causes the endothelial surface of the nonthrombogenic
be thrombogenic so it can activated coagulation. Preeclampsia
increase hypercoagulability state in normal pregnancy. Gestational hypertension is
a hypertension in pregnancy who do not meet the criteria of preeclampsia. Nearly
half of patients with gestational hypertension develop into preeclampsia. Fibrin
monomers are used for coagulation activation marker on the prethrombotic state
therefore formed before on hypercoagulability state hiperkoagulabel than D-dimer
formed after fibrinolysis. The objective of this study is to gain description of
fibrin monomer levels and it was a cross-sectional study 30 pregnant women with
gestational hypertension and 30 pregnant women with preeclampsia. The study
was conducted in October and November 2015. Examination of fibrin monomer
using the reagent STA-Liatest and analyzer STA Compact. Mean of fibrin
monomer in gestational hypertension was 4.61 µg/mL with standard deviation
was 0.86 µg/mL. Median of fibrin monomer in preeclampsia was 10.5 µg / mL
with range was 6.12 to 23.26 µg/mL. Fibrin monomer levels found significant
differences in gestational hypertension and preeclampsia with p <0.001.
;Hypertension is a common disorder in pregnancy. Approximately 70% of
pregnant women is gestational hypertension and preeclampsia. Endothelial
dysfunction in preeclampsia causes the endothelial surface of the nonthrombogenic
be thrombogenic so it can activated coagulation. Preeclampsia
increase hypercoagulability state in normal pregnancy. Gestational hypertension is
a hypertension in pregnancy who do not meet the criteria of preeclampsia. Nearly
half of patients with gestational hypertension develop into preeclampsia. Fibrin
monomers are used for coagulation activation marker on the prethrombotic state
therefore formed before on hypercoagulability state hiperkoagulabel than D-dimer
formed after fibrinolysis. The objective of this study is to gain description of
fibrin monomer levels and it was a cross-sectional study 30 pregnant women with
gestational hypertension and 30 pregnant women with preeclampsia. The study
was conducted in October and November 2015. Examination of fibrin monomer
using the reagent STA-Liatest and analyzer STA Compact. Mean of fibrin
monomer in gestational hypertension was 4.61 µg/mL with standard deviation
was 0.86 µg/mL. Median of fibrin monomer in preeclampsia was 10.5 µg / mL
with range was 6.12 to 23.26 µg/mL. Fibrin monomer levels found significant
differences in gestational hypertension and preeclampsia with p <0.001.
;Hypertension is a common disorder in pregnancy. Approximately 70% of
pregnant women is gestational hypertension and preeclampsia. Endothelial
dysfunction in preeclampsia causes the endothelial surface of the nonthrombogenic
be thrombogenic so it can activated coagulation. Preeclampsia
increase hypercoagulability state in normal pregnancy. Gestational hypertension is
a hypertension in pregnancy who do not meet the criteria of preeclampsia. Nearly
half of patients with gestational hypertension develop into preeclampsia. Fibrin
monomers are used for coagulation activation marker on the prethrombotic state
therefore formed before on hypercoagulability state hiperkoagulabel than D-dimer
formed after fibrinolysis. The objective of this study is to gain description of
fibrin monomer levels and it was a cross-sectional study 30 pregnant women with
gestational hypertension and 30 pregnant women with preeclampsia. The study
was conducted in October and November 2015. Examination of fibrin monomer
using the reagent STA-Liatest and analyzer STA Compact. Mean of fibrin
monomer in gestational hypertension was 4.61 µg/mL with standard deviation
was 0.86 µg/mL. Median of fibrin monomer in preeclampsia was 10.5 µg / mL
with range was 6.12 to 23.26 µg/mL. Fibrin monomer levels found significant
differences in gestational hypertension and preeclampsia with p <0.001.
;Hypertension is a common disorder in pregnancy. Approximately 70% of
pregnant women is gestational hypertension and preeclampsia. Endothelial
dysfunction in preeclampsia causes the endothelial surface of the nonthrombogenic
be thrombogenic so it can activated coagulation. Preeclampsia
increase hypercoagulability state in normal pregnancy. Gestational hypertension is
a hypertension in pregnancy who do not meet the criteria of preeclampsia. Nearly
half of patients with gestational hypertension develop into preeclampsia. Fibrin
monomers are used for coagulation activation marker on the prethrombotic state
therefore formed before on hypercoagulability state hiperkoagulabel than D-dimer
formed after fibrinolysis. The objective of this study is to gain description of
fibrin monomer levels and it was a cross-sectional study 30 pregnant women with
gestational hypertension and 30 pregnant women with preeclampsia. The study
was conducted in October and November 2015. Examination of fibrin monomer
using the reagent STA-Liatest and analyzer STA Compact. Mean of fibrin
monomer in gestational hypertension was 4.61 µg/mL with standard deviation
was 0.86 µg/mL. Median of fibrin monomer in preeclampsia was 10.5 µg / mL
with range was 6.12 to 23.26 µg/mL. Fibrin monomer levels found significant
differences in gestational hypertension and preeclampsia with p <0.001.
"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Mayasari
1992
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Deasy Maryam
"Metode analisa kuantitatif terhadap polimer terns dikembangkan
mengingat betapa meningkatnya kebutuhan polimer di masyarakat. Salah
satu metode yang digunakan adalah metode analisa kuantitatif spektroskopi
IR. Metode ini mudah , cepat, dan relatif lebih murah.dibanding metode
analisa polimer lainnya. Penelitian ini bertujuan mengembangkan metode
analisa kuantitatif IR untuk menentukan komposisi kopolimer dalam hal ini
adalah kopolimer propilen-etilen blok (KPEB) dan derajat poiimerisasi (MSLiK peRPU5TAi
FWIPA-U i
Struktur KPEB merupakan gabungan dari polipropilen (PP) dan
polietilen (PE) sehingga pita serapan khas kedua polimer tersebut muncul
pada pita serapan KPEB. Pita serapan khas KPEB terdapat pada frekuensi
1167, 973 dan 998 (doublet),'serta 841 cm'^ yang merupakan pita serapan
khas PP dan pada frekuensi 720 cm'^ yang merupakan pita serapan khas PE. Hubungan rasio absorbansi pada berbagai kadar etilen dalam KPEB (2.4 %,
7.0%, 9.4%) menunjukkan keiinieran yang tinggi pada frekuensi 720 dan
973 cm'V Uji linieritas terhadap kurva KPEB menghasilkan persamaan
regresi y = 0,0295x - 0,0011 dengan nilai koefisien korelasi ( r ) 0,9998.
Presisi yang dihasilkan pada pengukuran rasio absoriDansi standar KPEB
memberikan nilai %RSD 3.273, 4.100, 1.513 untuk masing masing-masing
standar 2.4%, 7.0%, dan 9.4%. Uji keberulangan terhadap slope kurva
kalibrasi KPEB memberikan nilai koefisien variasi (kv) 0.339%. Penentuan
persentase recovery pada KPEB memberikan hasil rat^rata 98.02%
Pita serapan khas PEG terdapat pada frekuensi 800 - 1000 cm'^ yang
mengalami perubahan seiring dengan bertambahnya derajat polimerisasi.
Kurva kalibrasi untuk PEG dibuat antara rasio absorbansi dari frekuensi 940
dan 887 cm"^ vs. derajat polimerisasi (n). Kurva kalibrasi PEG menghasilkan
persamaan regresi y = 0,304 + 0,361 dengan r = 0,986. %RSD rasio
absorbansi standar PEG dengan n = 2, 3, 4, 5 terdiri atas 1.106, 1.444,
2.450, 3.366. Nilai kv untuk kurva kalibrasi PEG sebesar 0.568%. dan
persentase recovery rata-rata PEG 98.04%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>