Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127003 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Santoso Soegondho
"Penelitian ini berusaha merekonstruksi cara-cara hidup manusia masa lalu, melalui sisa-sisa budaya materialnya, yaitu wadah keramik tanah liat. Rekonstruksi kehidupan manusia masa lalu adalah salah satu tujuan arkeologi, di samping penyusunan sejarah kebudayaan dan penggambaran proses budaya (Binford, 1972: 80-89)1. Adapun objek dari arkeologi ialah sisa-sisa peninggalan masa lampau yang tidak berupa keterangan tertulis seperti: reruntuhan bangunan, alat-alat, perlengkapan kehidupan, karya seni dan lain-lain, yang oleh pembuatnya tidak dimaksudkan sebagai keterangan tentang suatu peristiwa sejarah (Piggott, 19-59: 2; 1965: 2; Chang, 1972: 185). Peninggalan-peninggalan semacam itu merupakan bukti-bukti arkeologi yang dapat memberikan keterangan sejarah melalui interpretasi dan dengan bantuan ilmu-ilmu lain.
Untuk mendapatkan informasi sejarah yang lengkap dari bukti-bukti arkeologi tersebut, dibutuhkan bantuan-bantuan dari ilmu-ilmu lain. Adapun ilmu-ilmu lain yang banyak membantu arkeologi adalah: geologi, palinologi, zoologi, biologi, antropologi, sosiologi, ethnografi, geografi, dan ekologi (Hole, 1973: 22). Bantuan dari ilmu-ilmu lain tersebut diperlukan mengingat adanya kekurangan-kekurangan di dalam arkelogi sendiri.
Kekurangan itu antara lain kurang lengkapnya bukti-bukti arkeologi yang sampai ke tangan peneliti. Menurut Hole (1973: 22) bukti-bukti arkeologi adalah suatu dokumen yang tidak lengkap tentang aktifitas manusia. Bahkan menurut Piggott bukti-bukti arkeologi ialah bukti yang tanpa disadari (unconscious evidence) (1959: 2) dan tidak jelas (inevident) {1965: 2). Kekurangan lainnya adalah sedikitnya laporan arkeologi yang dapat digunakan, sehingga sulit dipakai untuk pengambilan kesimpulan maupun untuk kajian statistik (Hole, 1973: 23). Selain itu oleh Hole jugs dinyatakan bahwa arkeologi itu dapat lebih efisien, apabila dalam pelaksanaan penelitiannya digunakan metode pengambilan sampel, sistem ekskavasi dan analisis yang baik dan tepat (Hole, 1973: 23).
Arkeologi di Indonesia memfokuskan perhatiannya pada dua bidang kajian, yaitu kajian sejarah kuno (ancient history) dan masa prasejarah (prehistory). Masa sejarah kuno, yaitu masa yang sudah meninggalkan keterangan-keterangan tertulis tetapi masih berupa tulisan kuno, masih menjadi bagian dari kajian arkeologi, sebab sebagian besar peninggalan-peninggalan yang berupa keterangan tertulis dari masa itu seperti prasasti, umumnya tidak menerangkan tentang suatu peristiwa melainkan hanya merupakan peringatan tentang suatu kejadian. Sebaliknya kajian tentang masa prasejarah di Indonesia jelas merupakan bagian dari arkeologi, karena kajian ini mempelajari riwayat kehidupan manusia dari masa yang belum mengenal tulisan, yang hanya meninggalkan benda-benda."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
D327
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfi Yondri
"Sebagai obyek penulisan skripsi, pemilihan judul di atas didasarkan berbagai hal. Pokok pembahasan adalah menhir yang merupakan salah satu peninggalan kebudayaan megalitik di Indonesia. Benda yang dijadikan obyek penelitian adalah menhir yang ada di situs Bawahparit, Desa Kototinggi, Kecamatan Suliki Gunung Emas, Kabupaten Dimaruluhkoto , Propinsi Sumatra Barat. Pada menhir tersebut dilakukan deskripsi untuk mengetahui bentuk, ukuran, hiasan, bahan serta hasil penggaliannya dan juga klasifikasi serta tipologi. Selain itu juga dibahas mengenai teknologi pembuatan, sumber bahan serta fungsi menhir itu sendiri di situs Bawahparit. Pada bagian akhir diadakan tinjauan mengenai latar belakang religi dan sistim kemasyarakatan yang berkembang sejak masa megalitik."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S11779
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noerad AP
"Strategi subsistensi manusia Faktual dan sekitamya, cenderung mernperlihatkan penerapan teknologi tulang yang cukup dominan selain alat batu, Hal ini didukung oleh keadaan geografis daerah Pegunungan Seribu yang memungkinkan alat-alat tulang itu tetap utuh dalam jurnlah yang cukup banyak di beberapa lapisan strata. Walaupun alat alat tularg dominan urnumnya kebudayaan batunya tetap berkembang pesat. Sumber daya fauna yang digunakan sebagai alat tulang sangat bervariasi, baik dilihat dari jenis faunanya maupun dari bagian tulang yang dipergunakan. Proses pembertukan dan pemangkasan tulang sebagai alatpun bermacam-macam.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui fauna-fauna apa yang dominan dan bagian-bagian fauna apa yang dominan dipergunakan sebagai bahan alat tulang serta pengaruhnya pada bentuk alat itu. Dengan demikian dapat dketahui keberadnan number daya fauna apa saja yang domimn merduktng akbfitas pembualan ulet tulang di situs Braholo, Disamping perlu untuk mengetahui bentuk-bentuk pemangkasan alat tulang itu. Hal ini dilakukan mengingat fenomena temuan alat tulang di Gua Braholo yang jenisnya bermacam-macam dan fauna yang beraneka ragam dalarn jumlah yang cukup besar yang setiap jenis alat diperkirakan mempunyai beberapa bentuk pangkasan yang berbeda-beda.
Dalam hal ini metode penelitian meliputi pengumpulan data yang terdiri atas data utama, yaitu temuan artefak-artefak alat tulang yang merupakan Hasil penggalian Puslitaskenas pada tahun 1997 (kotak D5, P4, 06, 39, dan 08) dan 1998 (kotak 08, 17, K8, L8, M8, dan N8), sedangan data tambahan diambil dari literatur-literatur pendukung dan laporan penelitian. Kemudian dilakukan pembandingan artefak berdasarkan sumberdaya fauna yang digunakan, sehingga dapat diketahui jenis -jenis fauna yang dominan dan bagian-bagtan tulang yang dominan digunakan sebagai alat tulang. Dapat diketahui pula variasi cara pembuatan alat oleh manusia pendukung budaya tersebut, yang pada satu jenis alat tulang dapat mengalami proses pemangkasan yang berbeda-beda.
Jenis fauna yang paling populer untuk dijadikan sebagai bahan alat adalah Macaca sp. atau monyet (merupakan sumber fauna yang paling besar pada lancipan, jarum, pangkasan, dan tajaman) sebanyak 44,9 % dari keseluruhan alat tulang. Hal ini dipergaruhi oleh keperluan akan bahan tulang yang berukuran kecil yang ideal untuk dijadikan alat yang kecil-kecil sehingga jenis lain juga banyak digunakan seperli Viveridae (16,8 %), Canidae (3,1 %), dan Chiropterdae (3,3 %) yang morfologi tulangnya juga sesuai untuk pergerjaan alat lancipan dan jarum Untuk keperluan alat yang lebih besar seperti spatula, bahan fauna yang urnum digunakan adalah Bovidae dan Cervidae. Kesenjangan persentasi jumlah alai dari bahan Botsdae dan Cervidae tersebut sangat terlhat karena secara kcselunrhan ate, pen gunaan tulang Bovidae dan Cervidae hanyalah 9,8 % dan 9,6 % dari keseluruhan alat Sedangkan khusus pada alat spatula, penggunaan bahan tulang Bovidae dan Cervidae masing-masing adalah 47,7 % dan 35,4 % dari keseluruhan jenis alat spatula.
Mengenai pemilihan jenis tulang yang akan diolah, maka tulang betis (fibula) rnenempati urutan paling atas. Dari keseluruhan jenis tulang yang ada, yaitu berjumlah 198 buah (41,2 % dari keseluruhan alat tulang), disusul kemudian oleh metatarsal berjumlah 64 buah (13,3 % dari keseluruhan alat tulang) dan tulang hasta (ulna) berjumlah 58 buah (12,1 % dari keseluruhan alas tulang). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemilihan bahan alat tulang di Gua Braholo didominasi oleh macaca sp. (secara jenis fauna) dan tulang betis (secara jenis tulang).
Pada segi bentuk pangkasan tulang di gua Braholo, spatula memiliki paling banyak variasi cara pengerjaan alat. Hal ini dimungkinkan karena spatula mampunyai ukuran yang cukup besar sehingga pangkasan-pangkasan dengan. rrudah dapat dilakukan. Pada alat tulang lancipan dan jarum, vaniasi Cara pengerjaan tidak banyak dilakukan karena bahan tulang yang digunakan urnumnya berukuran kecil dan jelas lebih rapuh sehingga dalam pembentukan alat hanya diutamakan pangkasan-pangkasan utama untuk membuat suatu tajaman dan hanya untuk menampilkan bentuk dasar alat. Dalam hal ini, lebilh ditekankan pada efektifitas alat daripada keindahan alat."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2001
S11966
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ketut Wiradnyana
"Prasejarah merupakan babakan masa yang sangat panjang, sekaligus mengawali manusia dan kebudayaan. Hampir setiap kebudayaan di dunia ini diawali dengan babakan masa itu, sehingga babakan masa prasejarah sangat penting dalam kontribusinya bagi kebudayaan di masa-masa selanjutnya."
Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia , 2011
930.1 KET p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
[Place of publication not identified]: Gyan, 2009
R 930.1 BAR
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Tubb, Jonatahn N.
London: British Museum, 1990
220.93 TUB a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wirastri
"ABSTRAK
Bukti kubur dari masa prasejarah telah ditemukan sejak masa Berburu dan Mengumpul Makanan Tingkat Lanjut, pada masa Perundagian sisa kubur tersebut ditemukan pula pada berbagai tempat, yang terdiri dari kubur dengan wadah dan kubur tanpa wadah. Pada penguburan tanpa wadah sikap rangka dan keletakan bekal kubur dapat lebih jelas terlihat. Situs penguburan tanpa wadah yang telah beberapa kali diteliti adalah situs Liang Bua, Plawangan, Gilimanuk dan Anyer.
Skripsi ini membahas kubur tanpa wadah yang terdapat pada keempat situs tersebut. Tujuan penulisan ini adalah untuk melihat ketentuan-ketentuan yang berlaku pada praktek penguburan pada keempat situs tersebut. Data diperoleh dari deskripsi tentang kubur khususnya kubur tanpa wadah, yang terdapat pada skripsi-skripai sarjana, disertasi dan laporan-laporan penelitian lainnya yang telah diterbitkan oleh instansi yang berwenang.
Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan deskripsi tentang rangka dan gambar-gambar rangka dalam kubur. Temuan kubur yang digunakan sebagai data dari situs Liang Bua, merupakan hasil penelitian tahun 1965 dan 1978, Gilimanuk: tahun 1973-1979, Plawangan: tahun 1973-1986, dan Anyer: tahun 1955 dan 1976.
Kemudian dilakukan pengelompokan pola-pola kubur berdasar keteraturan sikap rangka terutama pada sikap badan, di masing-masing situs, sehingga diketahui pola kubur yang terdapat pada masing-masing situs. Pola kubur pada keempat situs dibandingkan sehingga terlihat persamaan dan perbedaan dari pola kubur yang ada dan diketahui pula pola kubur yang berlaku pada semua situs. Melalui data etnografi pada beberapa suku bangsa di Indonesia, dicoba untuk mengetahui ketentuan-ketentuan tertentu yang dikenakan pada praktek penguburan pada keempat situs tersebut.
Dari analisis yang telah dilakukan pada kubur_kubur tanpa wadah tersebut, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa terdapat pola kubur (khususnya pada kubur primer) yang berlaku pada keempat situs yaitu rangka dengan sikap badan lurus dan kaki lurus sejajar. Pala kubur ini pada masing-masing situs merupakan pola yang terbanyak ditemukan. Di samping itu terdapat pula pola-pola tertentu yang hanya berlaku pada masing-masing situs. Orientasi rangka pada situs Liang Bua adalah ke mulut gua (sungai Racang), Gilimanuk ke teluk Gilimanuk dan gunung Prapat Agung, Plawangan ke gunung Muria, dan Anyer ke selat Sunda.
Berdasar data etnografi diketahui pula bahwa rangka pada kubur primer dapat diletakkan dalam berbagai sikap tanpa ketentuan tertentu, hanya rangka tersebut diikat agar roh si mati tidak bangkit kembali. Kerangka yang biasa ditemukan tanpa sebagian tulang anggota badan mengganggu kehidupan di kampung. Rangka yang penempa_tannya khusus atau menyimpang dari yang lain disebabkan karena kematian yang dianggap tidak wajar oleh masyarakat setempat.

"
Lengkap +
1990
S12805
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita
"Limbah glasir dari industri keramik mengandung logam berat yang berasal dari proses pewarnaan keramik dan berpotensi mencemari lingkungan. Kandungan logam berat pada limbah glasir PT.X yaitu Cd 0,013 mg/L; Cu 0,033 mg/L; Pb 1,200 mg/L; dan Zn 7,003 mg/L. Limbah tanah liat yang dihasilkan industri keramik berpotensi dijadikan adsorben untuk mengolah logam berat dalam limbah glasir. Penelitian ini dilakukan dalam skala laboratorium menggunakan metode batch adsorpsi untuk menentukan dosis adsorben dan waktu kontak yang optimum dalam mengolah limbah glasir. Hasil penelitian menunjukan dosis optimum adsorben sebesar 5 g/L dan waktu kontak 15 menit dengan kondisi pH 8 dan kecepatan pengadukan 150 rpm. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2008 tentang baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan industri keramik kadar efluen Pb memiliki ambang batas sebesar 1 mg/L. Kadar logam setelah diadsorpsi telah mencapai baku mutu yaitu sebesar 0,614 mg/L dan 2,07 mg/L untuk Pb dan Zn dengan efisiensi pengurangan kadar logam Pb sebesar 61% dan Zn sebesar 9,8%. Dari hasil penelitian ini digunakan untuk mendisain pengolahan limbah glasir pada industri keramik PT.X menggunakan koagulasi dan sedimentasi dalam satu bak.

Glaze wastewater from ceramic industry contains heavy metal which can potentially cause severe pollution problems. Glaze wastewater typically contains Cd 0.013 mg/L; Cu 0.033 mg/L; Pb 1.2 mg/L; and Zn 7.003 mg/L. Clay waste generated from ceramic industry can be utilized as an adsorbent to remove heavy metals in glaze wastewater. The present study investigates in bench scale and uses batch adsorption method to determine optimum adsorbent amount and contact time in removing heavy metals in glaze wastewater. The results showed that the optimum adsorbent amount and contact time respectively are 5 g/L and 15 minutes with pH 8 and stirring speed of 150 rpm. Based on regulation of the Minister of Environment No 16/2008 concerning effluent water standard for ceramic industries, the lead (Pb) concentration must be less than 1 mg/L. Under optimum operating condition, the concentration of lead (Pb) and zinc (Zn) in treated wastewater was reduced to 0.614 mg/L and 2.070 mg/L. The removal efficiency achieves 61.0% for Pb and 9.8% for Zn. Both fulfill the discharge requirement based on the referred regulation. The results of the study are then used to design wastewater treatment plant in PT.X using coagulation and sedimentation in multifunctional tank. The tank can be used as storage tank and wastewater treatment."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47772
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Cecep Eka Permana, 1965-
"Bukti, mengenai hewan khususnya tulang (termasuk gigi) banyak ditemukan pada situs-situs arkeologi baik situs prasejarah, klasik, Islam maupun kolonial. Hal ini dikarenakan hewan merupakan salah satu sumber alam yang dapat dimanfaaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya antara lain sebagai makanan dan keperluan-keperluan ritual. Dalam Skripsi ini dibahas mengenai penelitian tulang hewan yang berasal dari hasil ekskavasi situs Gilimanuk, Bali tahun 1994-1986. Data mengenai tulang diperoleh dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas), Balai Arkeologi (Balar) Denpasar dan Laboratorium Paleoekologi-Radiometri (Palrad) Bandung Tujuan dari, pene1itian ini adalah (1) mengetahui jenis hewan yang ditemukan di situs Gilimanuk. (2), keberadaan hewan di Gilimanuk dan (3) fungi hewan.Untuk mengetahui jenis Hewan dilakukan analisis khusus dengan metode perbandingan. Tulang atau gigi yang dianalisis dibandingkan bentuk ukurannya dengan tulang atau gigi yang telah diketahui jenis hewannya. Perbandingan ini dapat dilakukan melalui tulang atau gigi yang berasal dari situs yang sama yang telah dianalisis (kalau ada), gambar-gambar dari kepustakaan atau membuat acuan tulang sendiri. Untuk mengetahui keberadaan hewan di Gilimanuk diadakan studi kepustakaan tentang keadaan flora dan fauna Gilimanuk sekarang, geologi dan zoogeografi. Sedangkan untuk mengetahui fungsi hewan dilakukan analisis kontekstual, yaitu dengan melihat hubungan antara tulang hewan dengan temuan serta hubungan tulang hewan dengan lapisan tanah. Disamping itu untuk mengetahui fungsi ini dilakukan pula studi analogi etnografi. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa jenis hewan yang ditemukan dari ekskavasi Gilimanuk ini berasal dari jenis hewan babi, rusa, anjing, ayam, ikan, tikus dan katak. Hewan-hewan tersebut, kecuali tikus dan katak berfungsi sebagai sumber makanan sehari-hari. Hewan babi dan ayam (juga anjing) berfungsi pula sebagai bekal kubur. Melihat keadaan Gilimanuk sekarang dari studi geologi dan zoogeografi diperkirakan hewan-hewan tersebut merupakan hewan setempat."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 1989
S11588
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S37709
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>