Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118430 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adi Priyana
"Permasalahan
Jumlah penduduk di kota kota besar di Indonesia khususnya di Jakarta meningkat dengan pesat dari tahun ke tahun. Kepadatan lalu lintas yang meningkat cenderung meningkatkan angka kecelakaan lalu lintas. Akibatnya kebutuhan akan darah transfusi juga turut meningkat. Hal tersebut terbukti dari meningkatnya jumlah permintaan akan darah transfusi baik di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) maupun di Palang Merah Indonesia (PMI). Selain untuk mengatasi perdarahan akibat kecelakaan lalu lintas, banyak keadaan lain yang memerlukan darah seperti perdarahan pada persalinan dan operasi. Pada beberapa penyakit hanya diperlukan bagian tertentu dari darah, oleh karena itu dilakukan usaha pemisahan darah menjadi komponen-komponen darah seperti konsentrat sel darah merah, konsentrat trombosit, konsentrat leukosit dan plasma. Dengan memisahkan darah menjadi komponen-komponen darah, maka pemakaian darah dapat lebih efisien, karena 1 kantung darah donor dapat digunakan oleh beberapa penderita sesuai dengan kebutuhan.
Di Indonesia darah untuk transfusi disediakan dan diproses oleh Lembaga Transfusi Darah Palang Merah Indonesia DKI Jakarta (LTD PMI DKI Jakarta). Darah tersebut berasal dari para donor sukarela yang dengan ikhlas menyumbangkan darahnya demi kemanusiaan. Untuk memenuhi permintaan darah yang makin meningkat, LTD PMI berusaha meningkatkan jumlah produksinya dengan meningkatkan jumlah donor darah (tabel 1 dan 2).
Agar dapat melayani permintaan darah setiap waktu, LTD harus mempunyai persediaan darah yang disimpan. Darah simpan ini diperlukan pada saat kebutuhan meningkat, pada saat jumlah donor menurun seperti pada bulan puasa dan untuk memenuhi permintaan akan golongan darah yang langka.
Walaupun LTD PMI DKI Jakarta telah berhasil meningkatkan jumlah produksinya untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat, tetapi kualitas produk PMI belum pernah diteliti. Padahal seperti pada pengobatan lain, keberhasilan pemberian darah atau komponennya tidak hanya tergantung pada kuantitasnya saja tetapi juga dari kualitasnya (1,2,3)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afif Amir Amrullah
"Penggunaan solven sebagai pelarut zat pewarna dalam industri sandal dan sol sepatu adalah sangat penting Solven digunakan untuk memberi warna ,menghaluskan dan mengeringkan hasil cetakan. Solven yang digunakan merupakan campuran dari 18 macam zat termasuk toluene, methyl iso butil ketone, methyl etil ketone yang dapat menyebabkan kerusakan bagi fungsi tubuh bila terinhalasi. Berdasarkan penelitian efek solven pada hewan coba , mekanisme terjadinya kerusakan organ adalah akibat terbentuknya senyawa radikal bebas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan inhalasi solven pewarna sepatu terhadap kadar radikal bebas darah. Penelitian dilakukan pada industri sandal dan sol sepatu, peserta adalah karyawan departemen 250 dan berasal dari ruang yang sama dan terpapar oleh solven yang sama, laki-laki ,usia 17-40 tahun, lama bekerja 5 tahun , tidak menderita penyakit kronik, tidak bekerja berat sebelumnya. Jumlah peserta yang memenuhi keriteria adalah menggunakan masker 7 orang , dan 11 orang yang tidak menggunakan masker. Responden diambil darahnya 2cc , kemudian di keringkan dan selanjutnya dihitung jumlah triplet radikal , biradikal ,radikal bebas dengan menggunakan alat elektron spin resonance.
Hasil penelitian semua responden mempunyai kadar radikal yang tinggi dan dari uji statistik diperoleh bahwa kadar radikal pada kelompok yang menggunakan masker lebih rendah dibanding kelompok yang tidak menggunakan masker. Dengan demikian penggunaan masker berhubungan dengan peningkatan kadar radikal. Penelitian ini sebaiknya ditindak lanjuti untuk mencari faktor-faktor penyebab tingginya kadar radikal pada pekerja.

The Comparisons of Blood Free Radicals Concentrations Due to Cronic Inhalation of Dipping Solvents Between Workers Who Is Used Masker And Workers No Used Masker In Shoe's Industry.Solven as solutions are important in shoe's Industry.The function are given colour, softener, and dryness of end product. Dipping Solvents are composed Of chemichal substances like toluene, methyl ethyl ketone, methyl iso butil ketone, etc. Many studies of animals have shown toluene, methyl ehtyl ketone, methyl iso butil ketone to be carcinogen and toxic on body . The mechanisme toxic are due to free radicals productions.
The purpose study is to showing a link between dipping solvents and blood free radical concentration. Responden are taken from 250 departemen , a man, 17-40 old age, had no cronic disease, did not heavy activity before. A total responden are 7 from masker group and 11 from no masker group. All responden to be taken 2 cc of blood, then dryed it, and count radicals with Electron Spin Resonance later.
A result, All responden had highly radicals concentrations. Statisticals test showing a worker used a masker has lower concentrations a blood radicals than workers no used a masker. A conclusions we get a link between used a masker and radicals concentrations. We offer that this research will be confirm for search any factors which caused highly radical concentrations in worker.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12659
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susanti Muktiningrum
"Donor darah adalah salah satu unsur penting dalam penyediaan darah dan oleh karena itu keberadaannya selalu diprioritaskan oleh PMI. Dalam pelayanan donasi darah, UTDD PMI DKI Jakarta sebagai unit pelaksana teknis transfusi darah di Jakarta berusaha untuk memberikan pelayanan yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan donor.
Dalam kaitan itu, dilakukan suatu penelitian dengan menggunakan metode QFD yang hasilnya dirumuskan dalam matriks House of Quality untuk mengidentifikasi atributatribut apa saja yang menjadi keinginan donor terhadap layanan donasi darah serta respon teknis apa saja yang perlu diprioritaskan UTDD PMI DIU Jakarta dalam rangka meningkatkan kualitas layanan donasi darah tersebut.
Dari hasil penyusunan matriks HoQ, diperoleh atribut-atribut yang memiliki prioritas tertinggi berdasarkan tingkat kepentingan donor adalah jaminan keamanan dalam penggunaan peralatan dibagian Hemoglobin, jaminan keamanan dalam penggunaan jarum suntik, kebersihan ruang pengambilan darah, keahlian petugas dalam proses pengambilan darah, dan kecepatan petugas dalam memberikan respon jika terjadi keluhan. Sedangkan atribut-atribut yang harus diprioritaskan dengan mempertimbangkan faktor-faktor internal adalah keahlian petugas dalam proses pengambilan darah, jaminan kemanan dalam penggunaan jarum suntik, jaminan keamanan dalam penggunaan peralatan dibagian Hemoglobin, keahlian petugas dibagian Hemoglobin dalam menggunakan peralatan, dan kemudahan memperoleh informasi dari petugas dibagian informasi.
Respon teknis yang menjadi prioritas tertinggi berdasarkan tingkat. kepentingan donor dan dengan mempertimbangkan faktor-faktor internal adalah komitmen untuk memberikan pelayanan yang terbaik, pengadaan layanan donasi 24 jam, pengadaan layanan donasi diluar UTDD PMI DKI Jakarta, mempekerjakan SDM yang berkualitas, peningkatan program pelestarian donor darah sukarela, sosialisasi penggunaan peralatan yang steril dan aman, serta review standar operation procedure (SOP) pelayanan donasi.

Blood donor is one of the important things in blood supply, so that their existence always had been prioritized by Indonesian Red Cross (PMI). In blood donation service, UTDD PMI DKI Jakarta as an implementer?s technical unit in blood transfusion in Jakarta tries to give services that can meet their requirements.
Related to this situation, a research is conducted using QFD method, which results, is formulated by the House of Quality matrix to identify customer requirements attributes to the blood donation services, and also to identify technical responses that have to be prioritized by UTDD PMI DKI Jakarta in order to improve the quality of blood donation services.
From the House of Quality matrix results, the highest priority attributes based on importance to customer are security guarantee of tools in Hemoglobin section, security guarantee of needles, cleanliness of blood room, staff expertise in blood transfusion, and quick staff responsiveness. Meanwhile, the highest priority attributes based on consideration of internal factors are staff expertise in blood transfusion, security guarantee of needles, security guarantee of tools in Hemoglobin section, staff expertise in Hemoglobin section, and easiness to get information from staff.
The highest priority technical responses based on importance to customer and considering of internal factors are giving best service commitment, conducting 24-hour blood donation services, conducting blood donation services outside UTDD PMI DKI Jakarta, employing the qualified human resources, improving the perpetuate program of voluntary blood donor, socializing the utilization of sterile and secure tool, and reviewing standard operation procedure of donation service."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T10970
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Astuti
"ABSTRAK
Latar belakang. Transfusi trombosit dibutuhkan pada pasien trombositopenia terkait kegagalan produksi ataupun akibat perdarahan. Konsentrat trombosit merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan bakteri karena kantong komponen trombosit disimpan pada suhu 20-24OC dan terdapat zat tambahan dekstrosa yang dapat digunakan sebagai sumber energi bagi bakteri. Selain itu kantong trombosit yang digunakan berpori sehingga memungkinkan pertukaran udara dengan lingkungan luar. Angka kejadian kontaminasi bakteri cukup tinggi, di Amerika berkisar 1:1000 dengan angka kematian 150 pasien setiap tahunnya, oleh karena itu diperlukan metode skrining bakteri yang cepat, akurat dan ekonomis. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan hasil pewarnaan Gram dengan metode biakan dalam mendeteksi kontaminasi bakteri pada komponen konsentrat trombosit.
Metodologi. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang pada 46 konsentrat trombosit. Dilakukan uji biakan menggunakan botol media BacT/ALERT serta pewarnaan Gram pada sampel penelitian di hari pertama dan kelima masa simpan komponen konsentrat trombosit.
Hasil. Ditemukan 1 subjek penelitian yang terkontaminasi Staphylococcus epidermidis baik pada masa simpan hari pertama dan kelima subjek tersebut. Subjek positif terdeteksi oleh metode biakan dan tidak terdeteksi dengan metode pewarnaan Gram.
Simpulan. Kontaminasi bakteri pada konsentrat trombosit dapat terdeteksi dengan metode kultur, tetapi tidak dengan metode pewarnaan Gram. Proporsi kontaminasi bakteri pada konsentrat trombosit pada penelitian adalah 2,1%.

ABSTRACT
Background. Platelet transfusions is required in patients with thrombocytopenia associated production failure or due to bleeding. Platelet concentrate is a good place for the growth of bacteria because it is stored at a temperature of 20-24OC, the dextrose, part of additives, can be used as an energy source for bacteria. Furthermore, the bags are porous, allowing air exchange with the outside environment. The incidence of bacterial contamination is quite high, ranging from 1:1000 in America with a mortality rate of 150 patients per year, therefore it is necessary to have bacterial screening methods which is fast, accurate and feasible. This study aimed to compare the results of the Gram stain with culture methods in detecting bacterial contamination in platelet concentrates components.
Methodology. This study used cross-sectional designs in 46 platelet concentrates. Samples were cultured and Gram staining was tested on the first and fifth day of the shelf life of platelet concentrate.
Results. 1 subject was found contaminated by Staphylococcus epidermidis both on the first and fifth day of the subject shelf life. Positive subject was detected by culture method but not with the Gram stain method.
Conclusion. Bacterial contamination in platelet concentrates can be detected by culture methods, but not with the Gram stain method. The proportion of bacterial contamination in platelet concentrate in this study is 2.1%."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran, 2005
615.15 WOR ct
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Azma Rosida
"Defisiensi besi merupakan keadaan dimana jumlah total besi tubuh berkurang yang bila berlanjut menyebabkan anemia defisiensi besi. Saat ini tersedia parameter immature reticulocyte fraction (IRF) yang menunjukkan fraksi retikulosit muda di sirkulasi yang bermanfaat menilai aktivitas eritropoiesis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui korelasi IRF dengan kadar besi dan feritin serum, dan saturasi transferin, serta korelasi feritin dan hepsidin serum. Penelitian dengan desain penelitian potong lintang ini melibatkan 77 subyek remaja putri sekolah yang telah haid dan mendapat suplementasi besi oral 2 kali seminggu selama 12 minggu. Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, hitung retikulosit absolut, IRF, kadar besi, feritin, dan hepsidin serum serta saturasi transferin. Didapatkan korelasi bermakna dengan kekuatan sedang antara IRF dan kadar besi dan feritin serum, serta saturasi transferin (berturut-turut p<0,0001, r = -0,443; p = <0,0001, r = -0,439, dan p<0,0001, r = -0,423), dan antara kadar feritin dan hepsidin serum (p<0,001, r = 0,371). Dapat disimpulkan bahwa IRF memiliki hubungan bermakna dengan status besi tubuh.

Decreased total body iron will cause iron deficiency, which could end up to iron deficiency anemia. Currently, immature reticulocyte fraction (IRF) was introduced as a parameter to show young reticulocyte fraction in the circulation, as a useful tool to evaluate erythropoiesis activity. The aim of this study was to investigate the correlation between IRF with serum iron and ferritin concentrations, and with transferin saturation, and between serum ferritin with hepcidin concentration. A cross sectional study was conducted in Pramuka island involving 77 post-menarchal adolescent school girls, who had received twice weekly iron supplementation for 12 weeks. Serum concentrations of iron, ferritin, and hepsidin, haemoglobin concentration, transferin saturation, absolute reticulocyte count, and IRF were determined. There were significance correlations between IRF with serum iron and ferritin, concentrations, and with transferin saturation (p<0.0001, r = - 0.443; p<0.0001, r = -0.439 ; and p = <0.0001, r = -0.423, respectively), and between serum hepsidin and ferritin concentrations (p<0.001, r = 0.371). It can be concluded that IRF had significant correlation with iron status.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kalalo, Paul Justus Simon
"ABSTRAK
Peningkatan keberhasilan dalam pelayanan kesehatan dan teknologi medis di negara
berkembang termasuk Indonesia yang mengarah ke peningkatan populasi dunia telah diikuti
oleh peningkatan kebutuhan darah untuk transfusi klinis. Namun, layanan darah di seluruh
dunia menghadapi masalah serupa, yaitu kurangnya pasokan darah akibat peningkatan
permintaan, sementara jumlah donor cenderung stabil. Menurut perhitungan WHO, Indonesia
memerlukan darah sekitar 2% dari total populasi yaitu 4,8 juta unit darah per tahun untuk
240 juta orang. Partisipasi aktif dan rutin pendonor yang memenuhi syarat sangat diharapkan
untuk memenuhi kualitas yang baik serta darah yang aman. Batasan usia untuk donor darah
lansia adalah salah kontributor terjadinya permasalahan kekurangan donor.
Sebuah penelitian deskriptif dirancang untuk menguji kelayakan donor darah lansia
untuk memperpanjang sumbangan mereka melampaui batasan usia saat ini. Parameter
hematologi yaitu hemoglobin, hematokrit, MCV, MCH, MCHC dan trombosit diukur
terhadap dua kelompok pendonor pada UDD DKI, berusia di atas dan di bawah 60 tahun (60-
65 tahun dan 17-59 tahun) yang masing-masing terdiri dari 50 subyek penelitian. Dua kali
pengukuran hematologi dilakukan pada kedua kelompok saat donor darah pada hari 0 dan 75.
Selain itu dilakukan pula pengukuran kontrol dari sampel darah vena pada masing-masing
kelompok dilakukan pada hari ke-38
Tidak ada perbedaan yang signifikan pada hasil pemeriksaan kedua kelompok.
Tingkat pemulihan rata-rata hemoglobin dan paramenters hematologi lainnya untuk kedua
kelompok donor hampir mendekati bahkan sama dengan level pada hari ke 0 saat donor
darah. Sebagai kesimpulan, donor darah lansia terutama pada usia 60 sampai 65 tahun masih
potensial atau memenuhi syarat untuk menjadi donor darah sukarela secara teratur untuk
menjaga persediaan darah transfusi yang cukup di Jakarta.
Studi lebih lanjut meliputi berbagai lokasi di Indonesia masih diperlukan untuk
mendapatkan kesimpulan nasional yang lebih akurat

ABSTRACT
Successful improvement in health services and medical technology in developing
countries including Indonesia leading to the increase in world population has been followed
by the increase in the requirement of blood for transfusion clinical practice. However, blood
services around the world encounter similar problem, namely a lack of blood supply due to
the increase in demands, whilst the number of donors tend to be stable. According to WHO
estimation, Indonesia in particular needs approximately 2% of the total population i.e. 4.8
million units of blood per year for 240 million people. Active and regular participation of
eligible blood donors are expected to meet the high quality and save blood. Limitation for
donation of elderly blood donors is among contributors for donor shortage.
The present descriptive study was designed to examine the eligibility of elderly blood
donors to extend their donation beyond the current age limitation. Hematological parameters
i.e. hemoglobin, packed cell volume, MCV, MCH, MCHC and platelet were measured in two
groups of UDD DKI blood donors above and below 60 years of age (60-65 years and 17-59
years) consisting of 50 subjects respectively. Twice hematologic measurements were carried
out in both groups during blood donation time on day 0 and 75. In addition once control
measurement from venous blood samples of the respective groups was carried out on day 38.
No significant different was observed in two groups. Average recovery levels of
hemoglobin and other hematological paramenters for both donor groups almost approached
even at equal level with level at day 0 of blood donation. In conclusion, elderly blood donors
particularly in their 60 to 65 years of age were still potential or eligible to be regular
voluntary blood donors to keep sufficient blood donors in Jakarta.
Further study encompassing various locations in the country are still required to
obtain more accurate nationwide conclusion."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Asti Werdhani
"Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi program latihan Klub Jantung Sehat Pondalisa sekaligus mengetahui hubungan frekuensi dan keteraturan senam terhadap penurunan tekanan darah. Dengan demikian diharapkan akan didapatkan tekanan darah yang terkendali pada anggota KJS Pondalisa khususnya dan masyarakat usia dewasa tua umumnya.
Studi kohort retrospektif dilakukan dengan menggunakan data yang terdapat pada buku anggota KJS Pondalisa. Digunakan pendekatan analisis Cox Regression untuk melihat efek frekuensi dan keteraturan senam yang telah dilakukan oleh para anggota KJS Pondalisa selama 1 tahun pertama keanggotaan terhadap penurunan tekanan darah. HR (hazard ratio) digunakan sebagai estimasi RR (risiko relatif) efek frekuensi dan keteraturan senam terhadap penurunan tekanan darah. Anatisis multivariat digunakan untuk mengendalikan variabel-variabel perancu.
Sebanyak 132 data anggota K7S Pondalisa dianalisis dalam penelitian ini. Dalam 1 tahun pertama keanggotaan terdapat 11,36% anggota yang melakukan senam 2x1minggu, 39,39 % anggota yang melakukan senam > 8 minggu (9-15 minggu) berturut-turut, dan 11,36% anggota yang melakukan senam 2xlminggu selama > 8 minggu (9-15 minggu) berturut-turut. Tidak ada anggota yang melakukan senam 3xlminggu sesuai program dan tidak ada anggota yang melakukan senam 2x1minggu selama < 8 minggu berturut-turut_ Keteraturan senam anggota maksimum selama 15 minggu. Didapatkan penurunan tekanan darah pada 32,58 % anggota dengan rata-rata penurunan tekanan darah sistolikldiastolik sebesar 6 mmHg/4 mmHg yang dapat dipertahankan minimal selama 1 bulan. Besarnya penurunan TD ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat hipertensi; sedikitnya dapat memperlambat perjalanan penyakit hipertensi serta bermanfaat dalam pencegahan primer.
Efek frekuensi senam 2xlminggu terhadap penurunan tekanan darah meningkat sebesar 1 Va dibandingkan dengan frekuensi senam < 2xlminggu [RR 1,01;95%CI [0,43-2,38]. Efek senam teratur 9-15 minggu berturut-turut terhadap penurunan tekanan darah meningkat sebesar 36 % dibandingkan dengan senam teratur < 8 minggu berturut-turut [RR 1,36;95%CI [0,63-2,93]. Senam yang dilakukan 2xlminggu selama 9-15 minggu berturut-tunrt memberikan manfaat penurunan tekanan darah sebesar 34 % dibandingkan dengan senam <2xlminggu selama 8 minggu berturut-turut [RR 1,34;95% CI [0,50-3,60]. Tidak ada perbedaan manfaat penurunan tekanan darah antara senarn < 2xlminggu selama 9-15 minggu berturut-turut dengan senam < 2xlminggu selama < 8 minggu berturut-turut [RR 0,99;95% CI [0,42-2,32].
Dan basil penelitian ini disimpulkan bahwa efek frekuensi senam 2xlminggu terhadap penurunan tekanan darah tidak berbeda dengan efek frekuensi senam < 2xlminggu. Efek keteraturan senam 9-15 minggu berturut-turut terhadap penurunan tekanan darah lebih besar dibandingkan efek frekuensi senam 2xlminggu. Hal ini menunjukkan pentingnya mempertahankan keteraturan senam untuk mendapatkan basil penurunan tekanan darah yang lebih baik. Manfaat penurunan tekanan darah pada frekuensi senam 2xlminggu didapatkan bila dilakukan selama 9-15 minggu berturut-turut. Walaupun senam sudah dilakukan secara teratur sarnpai dengan 15 minggu berturut-turut, bila dilakukan dengan frekuensi < 2x1minggu tidak didapatkan manfaat penurunan tekanan darah.
Masih adanya faktor-faktor yang belum diperhitungkan seperti durasi dan intensitas latihan, peran obat anti hipertensi, dan adaltidaknya penyakit lain, serta masih lebar dan tidak konsistennya rentang interval kepercayaan yang dihasilkan, menyebabkan basil penelitian ini belum sepenuhnya menunjukkan efek frekuensi dan keteraturan senam terhadap penurunan tekanan darah yang sebenarnya pada populasi. Oleh karena itu, masih diperlukan penelitian lanjutan menggunakan berbagai nilai frekuensi dan keteraturan senam, dengan memperhitungkan berbagai faktor di atas dan jumlah sampel yang lebih besar, untuk memperoleh manfaat penurunan tekanan darah yang sebenarnya dan presisi yang lebih akurat.

The aim of this research is to evaluate the performance of `Klub Jantung Sehat Pondalisa' as well as the association of frequency and regularity of exercise with blood pressure reduction. The long-term benefit achieved will be adequate control of blood pressure among members of the club and adults as a whole.
Retrospective cohort study was conducted, using data found on the member's logbook. Cox Regression analysis approach was used to find the benefit of blood pressure reduction through exercise's frequency and regularity which have been done by all member of KJS Pondalisa during the first year of membership. HR (hazard ratio) was used to estimate the RR (relative risk) of both exercise's frequency and regularity to reduce blood pressure. Confounders were adjusted by multivariate analysis.
There were 132 members analyzed in this research. In the first year of membership, there were 11.36% members doing exercise twice weekly, 39.39 % members doing exercise > 8 weeks (9-15 weeks) regularly, and 11.36% members doing exercise twice weekly in > 8 weeks (9-15 weeks) regularly. There were no member doing exercise thrice weekly as programmed. There were no member doing exercise twice weekly in < 8 weeks regularly. The maximum exercise's regularity was 15 weeks. There were 32.58 % blood pressure reduction among members. The mean systolic/diastolic reduction which can be maintained for at least I month were 6 mmHg/4 mmHg, This amount of BP reduction might reduce morbidity and mortality among hypertensives; at least might retard the natural history of hypertension and give benefit to primary prevention.
The effect of twice weekly's exercise on blood pressure reduction increase 1 % as compared to less than twice weekly's exercise [RR 1,01;95%CI [0,43-2,38]. Effect of doing 9-15 weeks regular exercise on blood pressure reduction increase 36 % as compared to members doing 8 weeks regular exercise [RR 1,36;95%CI [ 0,63-2,93]. Members doing exercise twice weekly in 9-15 weeks regularly get benefit on blood pressure reduction 34 % more as compared to members doing exercise less than twice weekly in < 8 weeks regularly [RR 1,34;95% CI [0,50-3,60]. There were no difference in blood pressure reduction between members doing exercise less than twice weekly in 9-15 weeks regularly and members doing exercise less than twice weekly in < 8 weeks [RR 0,99;95% CI [ 0,42-2,32].
From this research, we conclude that there was no different effect of blood pressure reduction between twice weekly's exercise and less than twice weekly's exercise. The effect of exercise in 9-15 weeks regularly toward blood pressure reduction is bigger compared with effect of twice weekly's exercise. This fording shows the importance of maintaining exercise's regularity to get benefit of reducing blood pressure. The benefit of twice weekly's exercise for blood pressure reduction will be achieved when it is conducted in 9-15 weeks regularly. Although exercise has been conducted regularly up to 15 weeks, if done less than twice weekly, it will not yield the benefit of blood pressure reduction.
There are still many factors which have not been considered such as the duration and intensity of exercise, the role of anti hypertensive drugs, and the presence of other diseases. All of those factors together with the wide range and inconsistent of confidence interval, make the results of this study fail to show the maximal effect of exercise's frequency and regularity to reduce blood pressure in population. Therefore, further research is needed using several degrees of exercise's frequency and regularity, considering also the above mentioned related factors and bigger number of sample size, to obtain the true benefit of blood pressure reduction and more accurate precision.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19090
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdurrachman
"Pelayanan darah merupakan upaya pelayanan kesehatan yang memanfaatkan darah manusia sebagai bahan dasar dengan tujuan kemanusiaan dan tidak untuk tujuan komersial. Pengolahan dan penyampaian darah pada orang sakit harus di kelola secara profesional. Yang sosial adalah darahnya yang berasal dari donor sukarela, tetapi pemrosesan darah donor tersebut harus secara profesional untuk menjamin keamanan darahnya dan ini memerlukan biaya yang besar. Pengelolaan darah ditugaskan kepada Palang Merah Indonesia. Pengelolaan darah adalah usaha mendapatkan darah sampai dengan darah siap pakai untuk orang sakit, yang meliputi merekrut donor, mengambil darah donor, melakukan pemeriksaan uji saring, memisahkan darah donor menjadi komponen darah, melakukan pemeriksaan golongan darah, melakukan pemeriksaan kecocokan darah donor dan
pasien.

Blood Services is a health ministry effort that utilizes human blood as a raw material for the purpose of humanity and not for commercial purposes. Processing and delivery of blood to the sick must be managed professionally. That
the social is derived from the donor blood is voluntary, but the processing of donor blood should be professionally to ensure the safety of the blood, and this requires a huge cost. Blood management was assigned to the Indonesian Red Cross. Blood management is an attempt to get blood through the blood readymade for the sick, which includes recruit donors, collect blood donor screening examination, separate donor blood into blood components, blood group examination, examine suitability of blood donors and patients."
Depok: [Fakultas Hukum Universitas Indonesia;, ], 2011
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Jusuf Susanto
"Pada setiap kerja otot akan terjadi kenaikan tekanan darah, baik itu kerja isotonik ataupun kerja isometrik. Kenaikan tekanan darah sewaktu kerja isometrik lebih tinggi daripada sewaktu kerja isotonik. Yang dimaksud dengan kerja isotonik atau kerja dinamis adalah kerja dimana terjadi pemendekan otot yang sedang berkontraksi. Sedangkan pada kerja isometrik atau statis tidak terjadi pemendekan otot.
Gerak otot-otot tubuh kita dalam kehidupan sehari-hari tidak ada yang bersifat murni isotonik atau isometrik. Pergerakan tubuh biasanya merupakan gabungan dari keduanya. Tergantung kerja yang dilakukan maka dapat lebih bersifat isotonik atau isometrik. Olahraga lari dan renang mempunyai lebih banyak komponen isotonik, sedangkan angkat besi dan push-up lebih banyak komponen isometrik.
Penyelidikan mengenai respons kardiovaskuler sewaktu kerja dinamis telah banyak dilakukan, tetapi penyelidikan mengenai respons tersebut sewaktu kerja statis belum cukup banyak. Dalam kehidupan kita sehari-hari kadang-kadang kita melakukan berbagai kerja isometrik yang bervariasi beratnya seperti mengangkat atau membawa barang yang berat, mendorong perabotan rumah tangga atau membuka pintu atau jendela yang sulit dibuka. Semuanya itu kita lakukan tanpa menyadari bahwa kerja itu dapat merupakan beban yang berat bagi jantung dan pembuluh darah terutama pada orang tua atau mereka yang berpenyakit jantung.
Di negara-negara yang mengalami musim salju seringkali dilaporkan adanya orang yang meninggal dunia segera sesudah membersihkan jalan atau halaman dari salju dengan sekop. Mereka tidak mengira bahwa bila mereka menyekop salju basah dengan kecepatan 10 x semenit selama 1 menit, energi yang dibutuhkan sama dengan naik tangga sampai lantai ke tujuh selama 1 menit. Membawa koper seberat 20 kg selama 2 menit dapat menaikkan tekanan sistolik sampai 45 mmHg dan tekanan diastolik sampai 30 mmHg.
Penggunaan alat-alat olah raga yang banyak memerlukan kerja isometrik seperti barbel dan dumbel juga mengandung resiko bagi mereka yang kesanggupan kardiovaskulernya terbatas. Apa lagi memang kegunaan alat-alat tersebut untuk meningkatkan efisiensi kardiovaskuler atau kemampuan aerobik serta kesegaran jasmani sangat terbatas. Kerja isotonik seperti berjalan atau berlari merupakan kegiatan yang rutin dikerjakan sehari-hari. Orang dengan kemampuan kardiovaskuler yang terbatas dapat segera menghentikan kegiatan itu jika merasa lelah tanpa melampaui batas kesanggupannya?"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>