Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 111258 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Haris E. Santoso
"RINGKASAN EKSEKUTIF
Metode analisis harga saham ada dua yaitu analisis fundamental dan analisis teknik. Investor dengan berbagai motif membeli saham dapat melakukan analisis harga saham dengan mempergunakan kedua analisis secara bersamaan. Metode analisis fundamental dapat dilakukan dengan urutan analisis sebagai berikut
a. Analisis rasio keuangan.
b. Analisis produktifitas
c. Analisis posisi perusahaan di industrinya.
d. Analisis teknologi atau sistem operasi.
e. Analisis manejemen dan sumber daya manusia.
f. Public responsibility.
Analisis teknis dapat dilakukan dengan membuat formulasi model penentuan daerah kritis harga saham menggunakan metode Box - Jenkins. Prosedur dari metoda ini dilakukan dengan tahapan:
1. Tahap identifikasi.
2. Tahap estimasi parameter.
3. Tahap uji diagnostik.
4. Tahap peramalan.
Keuntungan metode ini adalah:
a. Dapat mengidentifikasikan pola deret waktu harga saham.
b. Dapat membuat ramalan harga saham dimasa mendatang baik peramalan jangka pendek (harian) maupun jangka panjang.
c. Dapat mengidentifikasikan daerah dimana investor disarankan untuk menjual saham dengan acuan batas atas harga saham dan daerah dimana investor disarankan untuk membeli saham dengan acuan batas bawah harga saham. Alternatif-alternatif yang terjadi adalah sebagai berikut:
1. Apabila harga saham disekitar garis peramalan maka investor disarankan
menunggu perkembangan, jadi pilihannya boleh membeli atau tidak membeli saham.
2. Apabila harga saham disekitar batas atas atau di atas batas atas maka investor disarankan untuk menjual sahamnya.
3. Apabila harga saham disekitas batas bawah atau dibawah batas bawah maka investor disarankan untuk membeli saham
Untuk mengimplementasikan model yang dibangun, maka dilakukan pemrosesan data harga saham perbankan yang telah terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Dibawah hipotesa hasil analisis fundamental akan sama dengan hasil analisis teknis, maka perbandingan kedua analisis dari industri perbankan adalah sebagai berikut:
a. Analisis fundamental
Bank-bank yang di rekomendasi baik adalah
1. BDNI
2. Bank Niaga.
3. Panin Bank.
Sedangkan untuk bank lainya direkomendasikan untuk menunggu perkembangan lebih lanjut.
b. Analisis teknis.
Bank - bank yang direkomendasikan harganya cenderung naik adalah
1. BDNI
2. BII
3. Bank Danamon
Berdasarkan perbandingan kedua analisis diatas maka BDNI merupakan bank yang oleh kedua analisis dinilai balk, Bank Bali, BUN, Bank Duta, Lippo Bank oleh kedua metode analisis disarankan untuk mengamati situasi lebih lanjut. Terdapat perbedaan penilaian antara analisis teknik dan fundamental terhadap Bank Niaga, Panin Bank dan Bank Danamon. Untuk Bank Danamon dapat dijelaskan bahwa volume transaksi untuk bulan terakhir relatif kecil oleh sebab itu disarankan untuk mengamati perkembangan lebih lanjut, jika volume transaksi tetap kecil maka lebih baik menunggu perkembangan dan disarankan untuk tidak melakukan transaksi terlebih dahulu. Untuk Bank Niaga dan Panin Bank oleh analisis fundamental direkomendasi baik sedang analisis teknis Box-Jenkins menunjukkan bahwa harga saham kedua bank tersebut cenderung menurun selama masa perama1an (12 hari), oleh sebab itu tindakan yang dapat disarankan bagi investor adalah sebaiknya investor menjual harga saham atau tidak membeli sampai situasi dimana analisis teknis memberikan informasi harga mulai cenderung naik, karena berdasarkan analisis fundamental menunjukkan bahwa Bank Niaga dan Panin Bank mempunyai penilaian yang baik sehingga dalam jangka panjang kedua bank ini akan dapat memberikan dividen atau capital gain yang besar. Dengan demikian dapat dilihat penggunaan kedua analisis secara bersamaan yang satu sama lainnya saling mengisi.
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shirin Amira Sutomo
"ABSTRAK
BUMN Indonesia masih memiliki tantangan untuk menerapkan mekanisme tata kelola perusahaan karena pengaturan kelembagaan masih lemah. Tujuan dari penelitian adalah memberikan analisis yang mendalam tentang bagaimana hubungan konsentrasi kepemilikan, kepemilikan institusi, kepemilikan asing dan ukuran direksi terhadap kinerja BUMN. Subjek dari riset ini merupakan BUMN publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2018, yang menghasilkan total observasi sebanyak 120. Regresi data panel dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian dan hasilnya ditemukan bukti bahwa konsentrasi kepemilikan, kepemilikan institusional, kepemilikan asing dan ukuran dewan direksi memiliki pengaruh yang beragam terhadap kinerja perusahaan. Penelitian ini memberikan kontribusi terhadap literatur dengan objek penelitian pengaruh tata
kelola perusahaan terhadap kinerja BUMN.

ABSTRACT
Indonesian State-Owned Enterprises still have challenges to implement corporate governance mechanisms due to weak institutional arrangements. The purpose of the study is to provide an in-depth analysis of how the relationship of ownership concentration, institutional ownership, foreign ownership and board size on the performance of State-Owned Enterprises. The subject of this research is public State-Owned Enterprises listed on the Indonesia Stock Exchange for the period 2013-2018, which produced a total of 120 observations. Panel data regression was conducted to test the research hypothesis and the results found evidence that ownership concentration, institutional ownership, foreign ownership and board size has mixed results towards firm performance. This research contributes to the
corporate governance literature by adding the State-Owned Enterprises as the research object."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evodius Purwoko
"Elton, Gruber dan Padberg memperkenalkan metode sederhana penentuan kombinasi aktiva yang optimum dan metode ini dikenal dengan nama Simple Ranking Device yang terdiri atas dua model yalcni model Single Indeks (Single Index Model - SLM dan model Korelasi Konstan (Constant Correlation - CC). Penelitlan ini bertujuan untuk mencari kombinasi saham yang optimum dari saham-saham likuid yang tercantum dalam indeks LQ45 Bursa Efek Jakarta dengan menggunakan metode simple ranking device.
Dengan dasar model pasar sederhana Sharpe, nilai beta masing-masing saham dihitung dengan menggunakan metode regresi linier sederhana. Data penelitian diperoleh dari data indeks harian saham individual (IHSI) dan indeks harian LQ45 Bursa Efek Jakarta. Perhitungan beta dilakukan dengan piranti lunak SPSS versi 10 sementara perhitungan nilai CutOff Rate kedua model baik Single lndeks Model maupun Constant Correlations menggunakan spreadsheet Excel yang sederhana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perhitungan sederhana Simple Ranking Device dengan model SIM menghasilkan 12 saham yang terpilih untuk masuk dalam portfolio sedangkan model CC mendapatkan 8 saham terpilih. Evaluasi perbandingan expected return portfolio menunjukkan bahwa portfolio Model SIM menghasilkan return yang lebih baik tapi tingkat risiko yang lebrh besar dibandingkan dengan portfolio Model CC. Evaluasi kinerja dengan Treynor Measme dan Sharpe Measure menunjukan preferesi portfolio yang tidak konsistert Treynor Measure menunjukkan relum portfolio bentukan model SIM lebih baik daripada model CC, tapi Sharpe Measure menunjukan yang sebaliknya. Evaluasi kinerja portfolio dengan menggunakan data 1 dan 2 tahun berikutnya menunjukkan bahwa dengan model SIM saham-saham terpilih memberikan return yang lebih kecil daripada saham-saham tidak terpilih. Untuk model Constant Correlation, saham-saham terpilih menghasilkan return portfolio yang lebih besar dibandingkan dengan saham-saham yang tidak terpilih."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T16995
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Wibowo
"ABSTRAK
Pasar modal merupakan alternatif tempat investasi yang menguntungkan disamping pasar uang, obligasi, emas, tanah dan lain-lain. Pasar modal menarik untuk dianalisis karena instrumen pasar modal yaitu harga saham sering berfluktuasl sehingga merupakan sarana yang tepat bagi investor untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya.
Salah satu kunci sukses dari investasi dalam saham di pasar modal adalah pengetahuan tentang pasar saham, trend dan tindakan yang tepat untuk memanfaatkan momentum pasar saham. Untuk mencapai tujuan tersebut, investor memerlukan sistem atau metode. yang cocok untuk menganalisis harga saham secara menyeluruh. Dalam analisis saham terdapat dua pendekatan, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Masing-masing pendekatan mempunyai cara yang berbeda dan kelebihan yang dapat digunakan dalam seleksi saham. Analisis fundamental menggunakan top down analysis, yaitu analisis makroekonomi, industri dan keadaan keuangan perusahaan. Dasar analisisnya adalah keadaan keuangan perusahaan tahun-tahun yang lampau dan proyeksinya yang meliputi forecast earnings, deviden dan sales growth. Analisis teknikal sebaliknya, hanya memperhatikan trend harga dengan memprediksikan harga saham yang akan datang dalam bentuk charting dan indikator saham yang terjadi. Analisis teknikal, selain digunakan dalam analisis saham, dapat juga dipakai pada analisis obligasi, pasar komoditi, pasar uang dan pasar derivatif.
Dalam karya akhir ini dibahas metode analisis teknikal. Model analisis yang dipakai adalah model simple moving average, relative strength index dan candlestick. Ketiga model ini dipakai karena dapat mewakili analisis teknikal secara umum yang meliputi charting, indikator dan oscillator. Masalahnya adalah manakah dari ketiga model tersebut atau kombinasi dari model-model tersebut yang paling efektif digunakan investor sebagai model pemilihan saham untuk investasinya.
Dengan menggu nakan analisis teknikal dari ketiga model inl, investor dapat memprediksi trend pasar baik bullish atau bearish, menghitung relatif return yang didapat tiap model, dan membandtngkan dengan kondisi ideal perdagangan yaitu model maximum profit untuk mendapatkan tingkat efisiensi tiap modeL Kondisi ideal perdagangan adalah keuntungan maksimum yang dldapat dengan membeli saham pada harga terendah dan menjual kembali saham pada harga tertinggi untuk setiap siklus transaksinya.
Pemilihan sa ham PT. Telkom didasarkan pada pertimbangan bahwa saham tersebut aktif diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta" Perolehan data didapat dari harga penutupan saham PT Te!kom. Periode data yang ditentukan adalah dari tanggal 14 November 1995 sampai dengan tanggal 3 Mel 1999. HasH analisis dengan menggunakan data tersebut sebagai masukan adalah untuk model simple moving average, candlestick dan relative strength index rnempero!eh return berturut-turut sebesar 52.62%, 40,58%, dan i 3,07"/o per tahun.
Kesimpulan yang didapat dari hasH analisis ini adalah model simple moving average dan candlestick dapat memprerliksi harga saham dengan baik, karena menunjukkan return yang tinggL Return kedua modet ini masih lebib tinggi jika dibandingkan dengan retum ratarata deposito pada kondisi ekonomi normal. Sedartgkan untuk model relative strength index menunjukkan return yang rendah, sehingga mode! rt:/ative strenglh index akan lebih baik digunakan jika digabungkan dengan model analisis lafn sebagai intOrmasi tambahan.
Masing-masing model analisis mempunyai beberapa kelebihan jika dibandingkan antara satu model dengan model lainnya. Kelebihan model simple moving average adaiah model ini relatif sederhana dan basil analisisnya cukup baik. Kelebihan model candlestick ada!ah dapat digunakan untuk mengidentifikasikan pola yang terjadi sebagai support dan resistance daJam memprediksi barga saham, Sedangkan kelebihan model relative strength index adalab dapat digunakan untuk menentukan supply dan demand pada sabam tersebut.
Disamping kelebihan tersebut terdapat juga beberapa ke!emahan dari masing-masing modeL Kelemahan simple moving average adalah tidak di!akukan pembobotan pada data yang terbaru sedangkan data terbaru mempunyai .nilai informasi yang iebih baik dari data lama. Kelemahan candlestick adalah sulitnya dalam ·pengelompoklcan pola. Pola yang terbentuk di model candlestick sangat bervariasi sebagai akibat jenis variasi candlestick yang banyak Sedangkan kelemahan relative strength index adaiah pada umumnya basil re111rnnya rendah. Kesimpulan umum dari basil analisis dengan rnempergunakan metode analisis teknikat adalah pasar saham akan tetap sempurna meskipun semua investor menggunakan metode analisis teknikal dalam melak:ukan analisis pasar. Distorsi harga dalam pasar saham dapat terjadi sebagai akibat prediksi harga saham yang hanya berdasarkan pada sinyal bullish dan sinyal bearish.
Dengan basil analisis di atas. rekomendasi yang diberikan dari penggunaan metode analisis teknikal untuk memprediksi harga pasar adalah sebaiknya investor memakai model simple moving average. Keputusan investasi yang dilakukan investor dengan menggunakan model simple moving average akan menghasilkan return yang tinggi~ apalagi jika penggunaannya digabungkan dengan model candlestick dan model relative strength index."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Okta Zuriani Eka Putri
"Stock split dilakukan oleh manajemen perusahaan dengan berbagai tujuan, antara lain untuk mempertahankan harga saham pada kisaran yang optimal, memberikan sinyal mengenai prospek saham di masa yang akan datang dan untuk meningkatkan likuiditas saham.
Tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis ini adalah untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan likuiditas saham setelah stock split diberlakukan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan menggunakan parameter depth to spread.
Objek dari penelitian ini adalah saham-saham yang melakukan stock split di Bursa Efek Jakarta dari Januari 2002 sampai dengan Juli 2005. Data dalam penelilian ini dianalisis menggunakan uji beda rerata dan regresi model.
Pada penelitian ini penulis mendapatkan :
1. Terdapat penurunan likuiditas saham sampel yang berubah fraksi harga sahamnya setelah split.
2. Event stock split tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas setelah dikontrol dengan variabel lainnya.

Stock split is done by corporate managements with the purposes are optimal price trading range, signaling future prospect and to improve the liquidity of their stocks.
The aim of his study is to prove is there an improvement of stock?s liquidity alter stock split event at Jakarta Stock Exchange, by using depth to spread as parameter.
The object of this study are shares that done stock split at Jakarta Stock Exchange from January 2002 until July 2005. The data analyzed by compare mean test and regress the models.
The result of this study are :
1. There is a decrease in liquidity of stock which has tick size changed alter split.
2. The event of stock split doesn?t have any effect to stock?s liquidity after there was controlled by another variables.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17001
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Aryanti
"Likuiditas saham merupakan indikator penting dalam menggambarkan kinerja saham di bursa efek. Secara fundamental likuiditas saham tergantung pada kinerja perusahaan, yang diukur berdasarkan; 1) ROE (Return On Equity), 2) Kebijakan dividen, 3) Pemberian saham bonus. Tingkat likuiditas saham ini diukur berdasarkan nilai frekuensi perdagangan saham yang terjadi di Bursa Efek Jakarta.
Periode penelitian ini adalah dari tahun 1994 sampai dengan 1996. Penelitian ini dilakukan atas; pertama, kelompok emiten yang memberikan sekaligus saham bonus, dividen tunai, dan mengumumkan ROE. Kedua, kelompok emiten yang hanya dilihat pada setiap variabel bebas tanpa mengabaikan ada tidaknya variabel bebas lainnya. Ketiga, kelompok emiten yang hanya dilihat pada setiap variabel dalam kondisi variabel bebas lain tidak muncul.
Dengan menggunakan pendekatan analisis regresi majemuk (sampel kelompok pertama) dan regresi individual (sampel kelompok kedua dan ketiga), penelitian ini membuktikan bahwa secara serentak (regresi majemuk) ROE, dividen tunai dan saham bonus ternyata tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas saham di Bursa Efek Jakarta. Sedangkan secara individual (regresi dua variabel) hanya dividen tunai yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas saham di Bursa Efek Jakarta, baik dalam kondisi emiten memberikan saham bonus maupun tidak. Pengaruh dividen tunai ini bersifat negatif. Rrtinya kenaikan nilai dividen tunai menyebabkan terjadinya penurunan likuiditas saham."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deddy Fezantino
"Banyaknya media yang muncul setelah era reformasi membuat persaingan antar media makin ketat dan memaksa perusahaan media melakukan berbagai cara untuk bertahan dalam persaingan, termasuk dalam memperoleh dana. Masuk ke pasar modal merupakan salah satu caranya. Sampai saat ini, dimulai oleh Tempo awal tahun 2001 sudah hanyak perusahaan media yang mencari dana dengan melepas saham ke Bursa Efek Jakarta. Namun sayang kinerja mereka ternyata tidaklah begitu bagus, karena harga saham perusahaan-perusahaan media terus merosot dan imbal hasil (return) saham perusahaan media yang diperoleh tidak menarik bagi para investor.
Penelitian ini memfokuskan pada empat perusahaan media, dua perusahaan media cetak (PT Tempo Inti Media Tbk dan PT Abdi Bangsa Tbk) dan dua perusahaan media eleklronik (PT Indosiar Visual Mandiri Tbk dan PT Surya Citra Media Tbk), dan bertujuan meneliti seberapa jauh pengaruh kapitalisasi pasar dan volume perdagangan saham perusahaan media terhadap imbal hasil saham perusahaan media.
Penelitian-penelitian sejenis yang dilakukan sebelumnya, seperti yang dilakukan oleh Ying, Karpoff, Fama & French, Gallant, Rossi & Tauchen dan Lin, menunjukkan adanya pengaruh dari volume perdagangan dan kapitalisasi pasar terhadap imbal hasil saham. Namun menurut Schwert, untuk beda kala harian tingkat imbal hasil investasi saham besok hari ditentukan oleh tingkat imbal/hasil investasi saham hari ini.
Hasil penelitian yang dilakukan dengan metode Vector Autoregression (VAR) menunjukkan bahwa ternyata pengaruh lag kemarin lebih besar daripada lag dua hari yang lalu untuk PT Tempo Inti Media Tbk dan PT Indusiar Visual Mandiri Tbk, sementara untuk PT Abdi Bangsa Tbk dan PT Surya Citra Media Tbk berlaku scbaliknya. Ini menunjukkan bagaimana pengaruh kedatangan informasi perdagangan bagi para investor terhadap keempat perusahaan media yang diteliti.
Terhadap variabel bebas yang diteliti, volume perdagangan dan kapitalisasi pasar ternyata tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap imbal hasil saham, baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri untuk PT Tempo Inti Media Tbk, PT Indosiar Visual Mandiri Tbk dan PT Surya Citra Media Tbk. Sementara untuk PT Abdi Bangsa volume perdagangan dan kapitalisasi pasar mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap imbal hasil saham.

The rising number of mass media since reform era makes media companies compete tighter. Listing into capital market is one of the common ways to solve the problem. At this moment, started by Tempo in early 2001, there are many media companies sitars their stocks to Jakarta Stock Exchange. Unfortunately. their performance is not as good as expected, because their stock price tends to decrease. Ii implies their stock return does not interest the investors.
This research focused on four media companies, two printed media companies, namely PT Tempo Inti Media Tbk and PT Abdi Bangsa Tbk and two television companies, namely PT Indosiar Visual Mandiri Tbk and PT Surya Citra Media Tbk. The objective was to find out the influence of market capitalization and trading volume to stock return of media companies.
Previous researches. such as done by Ying, Karpoff, Fama & French. Gallant, Rossi & Tauchen and Lin, found that there was significant influence from trading volume and market capitalization to stock returns. On the other hand, according to the research done by Sehwert, in Daily time lag stock return rate for tomorrow influenced by today stock return rate.
This research, processed by Vector Autoregression (VAR) method, found that first lag had more influence than second lag for PT Tempo Inti Media Tbk and PT Indosiar Visual Mandiri Tbk. Meanwhile, for PT Abdi Bangsa Tbk and PT Surya Citra Media Tbk forted the other way. It showed the influence of thud coming of trading information of all four media companies for investor.
It also found that trading volume and market capitalization had no significant influence to stock return, neither simultaneously nor stand alone for PT Tempo Inti Media Tbk, PT Indosiar Visual Mandiri Tbk and PT Surya Citra Media Tbk. Meanwhile, they had significant influence to stork return for PT Abdi Bangsa Tbk, either simultaneously or stand alone.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T 13916
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Mardiyati
"ABSTRAK
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan ditemukan adanya kecenderungan underpricing saham perdana di berbagai bursa efek. Padahal seharusnya harga perdana ditetapkan secara wajar, sehingga tidak merugikan investor dan emiten. Underpricing saham perdana ini tentunya disebabkan berbagai hal. Salah satu teori yang mendasari underpricing adalah risk-averse underwriter.
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Jakarta, dengan periode pengamatan/penelitian tahun 1994 - 1996. Pemilihan periode pengamatan didasarkan pertimbangan setelah swastanisasi BEJ, dari Januari tahun 1994 sampai dengan Mei 1995 IHSG cenderung bergerak turun ( bear market) dan dari Juni 1995 sampai dengan Desember 1996 IHSG cenderung bergerak naik ( bull market).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji perilaku harga saham perdana, khususnya perbedaan underpricing-nya, baik antara bear market dengan bull market, antar kelompok industri, antar berbagai kelompok kapitalisasi pasar, antar kelompok offering size, maupun antar kelompok BE/ME.
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 85 perusahaan, yaitu perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana pada tahun 1994 sebanyak 47 perusahaan, tahun 1995 sebanyak 22 perusahaan dan tahun 1996 sebanyak 16 perusahaan. Dan 85 penawaran perdana itu, 54 termasuk dalam periode bearish, 31 bullish.
Underpricing saham perdana ditentukan oleh besarnya rata-rata initial return (IR) dan rata-rata abnormal return ( AR ) yang meliputi AR hari ke-1, AR minggu ke-1, AR minggu ke-2, AR minggu ke-3 dan AR minggu ke-4, baik dengan pendekatan market adjusted maupun dengan pendekatan market model.
Pengujian terhadap perbedaan underpricing saham perdana pada bear market dan pada bull market dilakukan dengan uji z (untuk sampel besar) dan uji t ( untuk sampel kecil ). Sedangkan pengujian terhadap perbedaan underpricing saham perdana antar industri, antar kelompok kapitalisasi pasar, antar kelompok size, dan antar kelompok BE/ME dilakukan dengan metode statistik parametrik ( t-test dan analysis of variance ) dan metode statistik non parametrik ( Mann-Whitney dan Kruskall Wallis ).
Dari analisis yang dilakukan ternyata underpricing saham perdana pada bear market tidak lebih besar dari underpricing saham perdana pada bull market, baik dilihat dari rata-rata IR maupun dilihat dari rata-rata AR ( baik pendekatan market adjusted maupun pendekatan market model ).
Underpring saham perdana pada berbagai industri juga tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan, kecuali pada minggu ke-4 setelah saham diperdagangkan di pasar sekunder. Tidak terdapat pola tertentu yang menunjukkan suatu industri tertentu mempunyai rata-rata IR atau rata-rata AR tertinggi (terendah ).
Perbedaan underpricing saham perdana antar kelompok kapitalisasi pasar sangat signifikan jika dilihat dari rata-rata IR, tetapi menjadi tidak signifikan jika dilihat dari rata-rata AR. Secara urnum rata-rata IR dan rata-rata AR tertinggi terjadi pada kelompok saham yang berkapitalisasi pasar paling besar, tetapi rata-rata IR dana rata-rata AR terendah yang terjadi pada kelompok saham yang berkapitalisasi pasar paling kecil adalah JR, AR hari ke-1 dan AR Minggu ke-1. Dari pengujian yang dilakukan terhadap kelompok saham yang mempunyai kapitalisasi pasar paling besar dengan kelompok saham yang mempunyai kapitalisasi pasar paling kecil mendukung hasil tersebut. Sedangkan antara IR dan kapitalisasi pasar mempunyai hubungan yang positif dan signifikan.
Perbedaan underpricing saham perdana pada berbagai kelompok offering size ternyata juga sangat signifikan jika dilihat dan rata-rata IR. Sedangkan bila dilihat dari rata-rata AR, perbedaan tersebut signifikan setelah 1 minggu dan 2 minggu saham diperdagangkan di pasar sekunder. Hasil tersebut juga didukung oleh pengujian terhadap dua kelompok offering size yang ekstrim, yaitu kelompok offering size terbesar dan kelompok offering size terkecil. Jika dilihat dari koefisien korelasi, maka IR dan offering size mempunyai hubungan yang positif dan signifikan.
Underpricing saham perdana antar kelompok BE/ME ditemukan adanya perbedaan yang signifikan bila dilihat dan rata-rata IR ( diuji dengan Kruskal-Wallis ). Pengujian terhadap kelompok BE/ME yang ekstrim juga mendukung basil tersebut (uji Anova dan Kruskal-Wallis ). Rata-rata IR dan rata-rata AR tertinggi terjadi pada kelompok BE/ME terkecil, dan terendah terjadi pada kelompok BE/ME paling besar tetapi hanya untuk IR dan AR hari ke-1. Adapun hubungan antara IR dan BE/ME adalah negatif dan signifikan.
Dengan pendekatan market adjusted, pola cumulative average abnormal return pada kedua pasar mempunyai kecenderungan yang berbeda, yaitu pada bear market CAR cenderung stabil dan mulai menunjukkan penurunan setelah minggu ke-25. Sedangkan pada bull market, pada awal perdagangan di pasar sekunder menunjukkan peningkatan dan berlanjut sampai minggu ke-5, kemudian cenderung menurun, dan mulai meningkat lagi pada minggu ke-26. Pola / kecenderungan tersebut terjadi juga jika digunakan pendekatan market model. Dengan demikian speculative-buble hypothesis terbukti berlaku pada periode bearish, sedangkan pada periode bullish hipotesis tersebut tidak berlaku, namun pembuktian signifikansinya perlu diadakan penelitian lebih lanjut.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Kurniawan Sudjatmiko
"Penelitian empiris yang dilakukan oleh Elton dan Gruber (1970) memberikan pandangan yang menarik tentang price behavior saham-saham yang memberikan deviden, ketika ex dividend date. Dikatakan bahwa harga saham yang membagikan deviden akan turun sebesar jumlah deviden yang dibagikan setelah dikurangi pajak, ketika ex dividend date. Hal ini sama seperti yang dikemukakan oleh R. Bali (1998), Grammatikos (1984), dan Michaely (1991), atas hasil penelitian empiris yang mereka lakukan pada bursa New York Stock Exchange dari Nasdaq. Di lain pihak, penelitian yang dilakukan oleh Green dan Rydqvist (1999) pada instrumen Swedish Lottery Bonds memberikan hasil yang berbeda, di mana mean penurunan harga saham saat ex dividend date secara statistik lebih besar dari dividend after tax yang diberikan.
Terdapat perbedaan hasil penelitian yang sejenis mendasari dilakukannya penelitian serupa di Bursa Efek Jakarta dengan menambahkan variabel dua kondisi pasar yang berbeda, yaitu pasar bearish di tahun 2000 dan pasar bullish di tahun 2004.
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menguji apakah terjadi proses penurunan harga saham ketika ex dividend date dan mengukur apakah penurunan yang terjadi lebih besar dari dividend after tax yang diberikan untuk kedua kondisi pasar tersebut.
Menggunakan metode perhitungan Raw Price Ratio (RPR), Market Adjusted Price Ratio (MAPR), Raw Price Drop (RPD) dan Market Adjusted Price Drop (MAPD), diperoleh hasil secara keseluruhan bahwa harga saham saat ex dividend date mengalami penurunan yang secara rata-rata sama dengan jumlah dividend after tax yang diberikan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Elton dan Gruber sebelumnya.

Empirical research that has been done by Elton and Gruber open a new interesting point of view about price behavior of stock that gives away cash distributions in terms of dividends, on the ex dividend date. Elton and Gruber said that stocks that gives away cash dividends to their shareholder, would experience a decline movement on their price of stock which equal to the amount of dividend after being deducted by tax, on the ex dividend date. The same results being announced by R.Bali, Grammatikos, and Michaely, based on their empirical research on New York Stock Exchange and Nasdaq. Contrarily, the research that being done by Green and Rydqvist gave different result, based on the average statistic of down movement stock price on the ex dividend date, the price of stock moves deeper than the cash dividend after tax that being distributed to the share holder.
That different kind of result on the same kind of research are the foundation of why the author doing the same kind research on Jakarta Stock Exchange, and with two different kind of conditions added as a new variable, which are conditions of market bearish in years 2000 and market bullish in years 2004.
The goals of these research is to test whether there has been a decline on the stock price movement on the ex dividend date and to measure the large of the movement and compare it to the dividend after tax that has been given to the shareholder on those two kinds of market conditions.
Using the formula of Raw Price Ratio (RPR), Market Adjusted Price Ratio (MAPR), Raw Price Drop (RPD) and Market Adjusted Price Drop (MAPO), the overall result shows that the stock price on the ex dividend date experience an equal percentage decline with the dividend after tax on the ex dividend date. This result is consistent with the research of Elton and Grubber before.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18247
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dihin Septyanto
"ABSTRAK
Pasar modal merupakan alternatif sumber pendanaan bagi perusahaan terutama untuk jangka panjang dan apabila alternatif sumber dana lainnya terbatas, yaitu dengan cara menjual sebagian saham perusahaan kepada masyarakat (go public). Penjualan saham perdana oleh perusahaan, sejak diaktifkannya pasar modal.melalui deregulasi-deregulasi tampaknya mulai ada kecenderungan penurunan harga sahamnya setelah tercatat di B E J. Hal tersebut tampak, bahwa dalam bulan Juni 1994, dari 182 saham yang tercatat sampai dengan akhir bulan Mei 1994, ternyata 113 saham (62,09 %) mengalami penurunan harga dan sepertinya telah terjadi koreksi pasar terhadap saham perdana.
Dalam penelitian ini, gejala koreksi pasar terhadap harga perdana dilihat pada perkembangan imbalan saham perdananya, yaitu imbalan bagi pemodal yang membeli saham di pasar perdana dan menjuainya lagi di pasar sekunder dengan jangka waktu kepemilikan sampai dengan 12 ( dua belas ) bulan. Selain hal tersebut, pada penelitian ini juga diamati perbedaan aantara saham perdana dengan saham sekunder, yaitu untuk mengamati kecenderungan adanya perubahan harga saham perdana setelah tercatat di pasar sekunder. Disamping itu diamati pula tentang reaksi dari harga saham-saham tersebut terhadap adanya informasi yang baru.
Hasil analisis data terhadap 47 saham perdana yang tercatat di Bursa Efek Jakarta sejak bulan Januari 1991 sampai dengan bulan Oktober 1993, menunjukkan bahwa memang terjadi perbedaan yang signifikan antara saham perdana dan sekunder. Dalam analisis data juga menunjukkan bahwa semakin lama saham baru dimiliki semakin naik imbalan sahamnya dan untuk kemudian turun kembali. Selain hal tersebut tampak pula bahwa semakin lama saham baru dimiliki pemodal, maka semakin besar pula resiko penyimpangannya.
Hasil penelitian ini menunjukkan pula bahwa para pemodal masih dapat memperoleh abnormal return satu bulan setelah saham-saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder serta masih dijumpai,adanya abnormal return yang negatif dan signifikan pada bulan keenam dan keduabelas, yang berarti terjadi peningkatan pada harga. Adanya kecenderungan para pemodal masih bisa memperoleh abnormal return tersebut, menunjukkan bahwa efisiensi pasar modal dalam bentuk setengah kuat, masih belum terpenuhi di Bursa Efek Jakarta. Dengan semakin berkembangnya peraturan, diharapkan masyarakat pemodal semakin mampu dalam mencerna dan menganalisis suatu informasi, yang relevan yang tersedia bagi mereka, sehingga efisiensi pasar modal dapat tercapai.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>