Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 142313 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chandra Svaras
" PENDAHULUAN
Pada anak, obstruksi primer ureter biasanya terjadi pada Ureteropelvic Junction (UPJ) dan Ureterovesical Junction (UVJ) Obstruksi pada UPJ merupakan kelainan kongenital tersering. Diagnosis seringkali terlambat sampai akhirnya terjadi infeksi saluran kemih berulang dan hidronefrosis (4,6,8)
Oleh karena obstruksi pada saluran kemih bisa menyebatkan kerusakan ginjal dan penurunan fungsi ginjal secara perlahan-lahan dan progresif, maka diperlukan diagnosis dan rekonstruksi secara dini, sehingga diharapkan kerusakan ginjal yang terjadi tidak berlanjut dan fungsi ginjal dapat membaik kembali.
Berikut ini akan dilaporkan satu kasus Iidronefrosis dan Megaureter yang disebabkan oleh obstruksi pada UPJ dan obstruksi pada UVJ pada seorang anak laki berusia 2,5 tahun dan dilakukan tindakan rekonstruksi berupa pyeloplasty dan ureteroneocystostomi
"
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramlan Halimi
"Obstruksi ureteropelvico junction (UPJ) didefinisikan sebagai hambatan aliran urin dari pelvis ginjal ke ureter proksimal. Pieloplasti terbuka meurpakan salah satu teknik yang paling sering digunakan untuk mengatasi hidronefrosis yang disebabkan obstruksi UPJ. Tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi tingkat kesuksesan dan komplikasi pasca pieloplasti di departemen urologi RSAB Harapan Kita antara tahun 2014 sampai 2017.Ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan retrospektif. Data dikumpulkan dari rekam medis pasien anak yang didiagnosa dengan unilateral atau bilateral obstruksi UPJ yang dilakukan pieloplasti terbuka antara 2014-2017 di RSAB Harapan Kita. Dari 16 pasien, 10 pasien anak laki laki dan 6 pasien anak perempuan, dengan 56,25% berusia kurang dari 1 tahun. Semua pasien didiagnosa dengan USG, 81,25% menunjukkan unilateral obstruksi UPJ. Preoperative diameter pyelum >30mm pada 81,25% pasien, dan 87,50% pasien di operasi karena hidronefrosis yang progresif. Preoperatif nephrostomy dilakukan pada 62,5% pasien, dan semua pasien yang dilakukan teknik Anderson-Hynes pyeloplasty, dilakukan insersi DJ stent. Komplikasi setelah operasi berupa demam (15,7%), dan urosepsis (10,5%). Diameter pyelum postoperative setelah pelepasan DJ stent sebesar >30 mm pada bulan ke 1 dan ke 3, dan < 20 mm pada bulan ke 6 (77.78%).Anderson-Hynes Pyeloplasty (Dismembered pyeloplasty) merupakan teknik yang sering dipilih dalam mengeatasi obstruksi UPJ dengan 94% tingkat kesuksesannya. Komplikasi yang paling sering muncul adalah demam. Penelitian lebih lanjut dengan sampel penelitian yang lebih banyak dan periode evaluasi yang lebih panjang diperlukan untuk konfirmasi kesimpulan dari penelitian ini.

UPJ obstruction defined as narrowing of uretero-pelvic junction that obstructs urine flow from renal pelvis to proximal ureter. Open pyeloplasty is one of the most common techniques used to treat hydronephrosis caused by UPJ obstruction. The aim of this study is to evaluate success rate and complications post pyeloplasty in Urology Department of Harapan Kita Mother and Children Hospital between 2014 to 2017. This is a descriptive study with retrospective approach. Data were collected from medical records of pediatric patients diagnosed with either unilateral or bilateral UPJ-Obstruction underwent open pyeloplasty between 2014 to 2017 in Harapan Kita Mother and Children Hospital. From 16 patients, 10 were boys and 6 were girls, with 56.25% aged <1 years old. All patients were diagnosed with USG, 81.25% of which showed unilateral UPJ obstruction. Pre-operative pyelum diameter was >30 mm in 81.25% patients, and 87.50% patients were operated due to progressive hydronephrosis. Pre-operative nephrostomy were done in 62.5% patients, and all patients undergone the same Anderson-Hynes pyeloplasty technique with insersion of double J stents. Complications after surgery were fever (15.7%) and urosepsis (10.5%). Post-operative pyelum diameter after double J stent removal were > 30 mm in 1 & 3 month, and < 20 mm in 6 months(77.78%). Anderson-Hynes Pyeloplasty (Dismembered pyeloplasty) is the preferred technique used to treat UPJ obstruction with 94.8% success rate, with fever as the most common complication. Research with more samples and evaluation time is needed to confirm conclusion of this study."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58595
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iradini
"Pada tesis ini membahas Perancangan dan Analisa Efek Avalanche pada p-n junction. Efek Avalanche hanya dapat dilakukan pada keadaan reverse bias dan konsentrasi p-n juntion doping tinggi, sedangkan untuk mendapatkan lebar depletion layer yang lebih besar, diperlukan penambahan sebuah lapisan diantara p-n junction, yang gunanya untuk mendapatkan efek Penggandaan.
Akhirnya analisa dari proses Avalanche ini menghasilkan suatu kesimpulan bahwa Arus maksimum pada doping konsentrasi sekitar 1x1016 cm -3 adalah sekitar 4,7 Amper dengan Daya maksimum 290,5 Watt.

This thesis would be designed and analyzed about p-n junction with focus the Effect Avalanche. The Effect Avalanche only able to do in the reverse bias and high doping concentration. While for to get the wider depletion layer, needed to increase carrier multiplication effect.
Finally analysis of Avalanche process has obtain result that the maximum current on doping concentration 1x1016 cm -3 is about 4,7 Ampere with maximum power 290.5 Watts.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14681
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S38666
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasnil Mubarak
"Pendahuluan dan tujuan: Obstruksi pada persimpangan ureteropelvic dapat ditangani dengan pembedahan atau laparoskopi. Laparoskopi pieloplasti (LP) menunjukkan hasil yang lebih baik dari pada pembedahan. Penelitian ini bertujuan untuk melaporkan pengalaman pertama dari laparoskopi pieloplasti sebagai penanganan pada UPJO. Bahan dan metode: Pengumpulan data retrospektif dilakukan di Rumah Sakit Adam Malik, Medan dari tahun 2017 hingga 2019. Pasien didiagnosa dengan UPJO melalui renogram atau CT Scan dan gejala yang muncul ditawarkan untuk dilakukan LP sebagai pilihan terapi. Surat persetujuan didapatkan setelah adanya penjelasan terkait resiko, alternative dan ilmu baru dari Teknik laparoskopi. Status selama operasi, yakni lama operasi, kehilangan darah, serta segala luaran yang negative, dilakukan pencatatan. Hasil: didapatkan total 10 pasien yang dilakukan LP dengan usia rerata adalah 6.10 (+ 3.64) tahun; pria dan wanita didapatkan sebanyak delapan (80%) dan dua (20%). Rata-rata waktu operasi adalah 291,00(+22,828) menit, sedangkan jumlah kehilangan darah selama operasi adalah 56.00 (+18,97)ml, dan lama perawatan adalah 5,7(+0,95) hari. Rerata waktu yang dibutuhkan untuk melakuakn aktifitas kembali adalah 7,30(+0,95) hari. Tiak ditemuan komplikasi setelah operasi pada seluruh pasien. Kami melakukan evalausi dengan USG dan menemukan adanya hidronefrosis ringan pada enam pasien (60%) dan sedang pada empat pasien (40%). Kesimpulan: Dari pengalaman pertama melakukan LP, Teknik ini ditemukan berpotensi sebagai terapi pilihan untuk pieloplasti pada kasus UPJO. Kami menemukan hasil yang sebanding dengan penelitian lain dalam hal waktu operasi dan jumlah kehilangan darah selama operasi yang lebih baik. LP dapat digunakan sebagai opsi lini pertama pada penanganan UPJO.

Introduction and objectives: Ureteropelvic junction obstruction (UPJO) can be treated with surgery or laparoscopy. Laparoscopic pyeloplasty (LP) has been shown to provide better results than surgery. This study aims to report our first experience of laparoscopy pyeloplasty as the management of UPJO. Materials and methods: Retrospective data collection were done in Adam Malik General Hospital, Medan from 2017 to 2019. Patients with UPJO diagnosed by renogram or CT scan and symptoms were offered LP as the treatment option. Informed consent was obtained after explanation about risks, alternatives, and novelty of the laparoscopic technique. Intraoperative status, including duration of operation, blood loss, and all negative outcome, was documented.

Results: A total of 10 patients underwent LP with the average of age was 6.10 (± 3.64) years old; male and female patients were eight (80%) and two (20%). The mean of operation time was 291.00 (±22.828) minutes, while intraoperative blood loss was 56.00 (±18.97) mL, and the length of stay was 5.70 (±0.95) days. The average time to perform daily activities was 7.30 (±0.95) days. No postoperative complication was found in all of our patients. We performed an USG evaluation and revealed mild hydronephrosis in six patients (60%) and moderate hydronephrosis in four patients (40%). Conclusion: From our first experience in performing LP, this technique was found to be a potential treatment option in pyeloplasty for UPJO. We found the comparable result to other studies in term of operative times and a better intraoperative blood loss. LP could be used as the first line option for management of UPJO."

Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Riyanti
"Sistem Mobile WiMAX di Indonesia direncanakan bekerja pada frekuensi 2,3 GHz dengan menggunakan teknologi Time Division Duplex (TDD). Pada TDD, transmitter dan receiver menggunakan satu pita frekuensi yang sama. Hal yang harus diperhatikan pada TDD adalah pemisahan antara sinyal yang ditransmisikan dengan sinyal yang diterima.
Fungsi coupler pada RF WiMAX dirancang sebagai pemisah sinyal yang ditransmisikan dengan yang diterima. Pada branch line coupler terdapat dua output yang bernilai sama besar dengan beda fasa sebesar 90_. Perbedaan fasa inilah yang digunakan sebagai pemisah antara transmitter dengan receiver.
Pada skripsi ini dirancang microstrip branch line coupler dengan TJunction yang bekerja pada frekuensi 2,3 GHz dengan nilai kedua ouput sebesar - 3dB dan beda fasa 90_. Tahapan yang dilakukan adalah merancang panjang dan lebar untuk setiap saluran impedansi pada microstrip branch line coupler dengan menggunakan substrat FR4 yang memiliki konstanta dielektrik sebesar 4,6 dengan ketebalan 1,6 mm.
Dari hasil perancangan didapat frekuensi kerja dari microstrip branch line coupler adalah 2,300 GHz, output port pada port 2 adalah - 2,754dB dan pada port 3 adalah - 3,298, beda fasa kedua output sebesar 90,038_, besarnya return loss adalah -30,689 dB, isolasi sebesar -31,185 dB, VSWR sebesar 1,060, dan bandwidth sebesar 200MHz.

Mobile WiMAX system in Indonesia operates at 2,3 GHz frequency by using Time Division Duplex (TDD) technology. In TDD, the transmitter and the receiver use the same single frequency band. In TDD, thing that must be considered is the separation between the transmitted signals with the received signals.
The function of the coupler in RF WiMAX is to separate the transmitted signal to the received signal. At the branch line coupler there are two equal output values with the phase difference of 90_. The phase difference is used as the separator between the transmitter and the receiver.
In this paper, a microstrip branch line coupler with a T-Junction will be designed which is operated at 2,3 GHz frequency with two equal output values of - 3dB and 90 _ phase differences. In here also the length and width for each impedance line of the microstrip branch line coupler using FR4 substrate with a dielectric constant of 4,6 and a thickness of 1,6 mm are calculated.
It is shown from the results that the microstrip branch line coupler operates at 2,300 GHz, the output port on port 2 is ' 2,754 dB and at port 3 is ' 3,298 dB, phase shift between the two output is 90,038_, the return loss is -30,689 dB, the isolation is -31,185 dB, the VSWR is 1,060, and the bandwidth is 200 MHz.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51258
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Catherine Nastasya
"Lokasi pada pembuluh darah yang memiliki peluang paling besar terjadinya pengendapan plak aterosklerosis adalah zona bifurkasi (percabangan) pada pembuluh darah arteri karotis. Fluida non-Newtonian darah memiliki karakteristik fluida shear-thinning. Simulasi CFD digunakan untuk menganalisis hemodinamik pada aliran pembuluh darah arteri karotis yaitu menggunakan software ANSYS Fluent Student dengan metode finite volume. Geometri percabangan arteri disederhanakan menjadi model benbentuk T-junction dimana merupakan model geometri ideal pembuluh darah dan paling sederhana. Selain itu, fitur alirannya menunjukkan perilaku yang paling umum pada bifurkasi arteri. Digunakan Metode desain eksperimen 2k faktorial untuk menginvestigasi pengaruh ukuran domain aliran masuk dan keluar, dan juga derajat bifurkasi terhadap respons variabel yg berupa nilai kecepatan, Wall Shear Stress (WSS), dan Oscillatory Shear Index (OSI). Hasil dari simulasi ini dapat sangat membantu para ilmuwan medis untuk lebih mudah memprediksi area yang berpotensi untuk membentuk plak aterosklerosis di dalam sistem peredaran darah.

The blood vessel that has the greatest chance of atherosclerotic plaque deposition is the bifurcation zone (branching) in the carotid artery. The non-Newtonian fluid of blood has the characteristics of a shear-thinning fluid. CFD simulation was used to analyze hemodynamics in carotid artery flow using the ANSYS Fluent Student software with the finite volume method. The branching geometry of the arteries is simplified into a T-junction model which is the ideal blood vessel geometry model and the simplest to perform simulations. Moreover, its flow features exhibit the most common behavior in arterial bifurcations. The 2k factorial experimental design method was used to investigate the effect of the inflow and outflow domain sizes, as well as the degree of bifurcation on the response variables in the form of velocity values, Wall Shear Stress (WSS), and Oscillatory Shear Index (OSI). The results of this simulation can greatly help medical scientists to more easily predict areas that have the potential to form atherosclerotic plaques in the circulatory system."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Udhiarto
"Salah satu karakteristik penting bahan semikonduktor untuk aplikasi solar sel yang menentukan tingginya tingkat efisiensi adalah kofisien absorpsi (a) bahan terhadap cahaya. Setiap semikonduktor menyerap cahaya dengan koefisien yang berbeda-beda. Satu bahan semikonduktor juga memiliki daya absorpsi yang berbeda terhadap cahaya yang memiliki panjang gelombang berbeda. Cahaya biru memilik intensitas paling besar dibandingkan dengan cahaya lain [1]. Pada tesis ini dilakukan sebuah perancangan dan simulasi divais silikon solar sel untuk mengoptimalkan peran cahaya biru, yaitu dengan cara menempatkan pusat persambungan pn pada kedalaman 0,7 µm, dan menambahkan sebuah lapisan tipis dengan doping konsentrasi tinggi pada masing-masing permukaan emiter dan basis serta dengan membentuk struktur permukaan dengan pola piramida tegak dengan ketinggian 4 µm dan sudut kemiringan sebesar 65°. Dari simulasi menggunakan perangkat lunak PCID58 didapatkan konsentrasi doping untuk tipe-p sebesar 2,64 x 10zo cm3 dan untuk tipe-n sebesar 2,9 x 10Z0 cm3. Pasivated emitter diberikan pada bagian emiter untuk mengurangi rekombinasi permukaan [2]. Dan simulasi dan analisa rancangan, berhasil diperoleh sebuah rancangan divais silikon solar sel dengan efisiensi 15,17%, berdaya keluaran basis maksimum sebesar 2,055 W, dengan arus basis short-circuit sebesar -3,356 A dan tegangan basis open-circuit sebesar 0,5676 V. Dengan mengasumsikan bahwa perhitungan efesiensi yang dilakukan oleh Allen Jiun-Hua Gou adalah benar, maka tingkat efisiensi dari rancangan solar sel akan menjadi lebih besar dari 20,55% dengan ketebalan sel sebesar 30 pm. Se!uruh simulasi dilakukan terhadap rancangan solar sel dengan luas permukaan 100 cm2.

One of the important parameters from semiconductor material in solar cell application is absorption coefficient material toward the light. Every semiconductor has its own absorption coefficient. A semiconductor material was absorbed differently toward different wavelength of light. Blue light has biggest intensity than others light [1]. In this thesis, we design a silicon solar cell to optimize role of blue light by placing the center of injunction at depth of 0.7 µm, add the thin of n-type at front surface and thin of p-type at rear surface with heavy doping also by applying pyramid structured at surface with depth of 4 µm and angle of 65°. By using software PC1D58 we obtain doping concentration for p-type is 2.64 x 1016 cm 3 and for n-type is 2.9 x 1026 cm-3. Pass: gated emitter is introduced to reduce surface recombination [2]. From simulation and analysis, we have succeed developed a solar cell structure design with efficiency of 15.17%, where the maximum base power out is 2.055 W; the base current short-circuit is -3.356 A and voltage base open-circuit is 0.5676 V. By assuming that calculation of efficiency that recommended by Allen Jiun-Hua Gou is valid, the efficiency of solar cell will be more than 20.55% and the thickness of cell is 30µm. Solar cell was designed with area of 100 cm2."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14742
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prihatina Dwi Rahmatika
"Aplikasi divais optoelektronika banyak diterapkan pada bidang teknologi dan industri. Salah satunya adalah photodetector yang difungsikan sebagai sensor cahaya. Sensor cahaya melakukan deteksi cahaya berdasarkan panjang gelombang dari sinar yang diterimanya. Pemilihan bahan dasar sensor turut menentukan spesifikasi sensor yang dihasilkan.
Sensor infra merah adalah sensor cahaya yang sensitif terhadap panjang gelombang infra merah. Sensor infra merah biasa dirangkaikan bersama dengan LED infra merah untuk mengisolasi rangkaian terintegrasi—yang dikenal dengan istilah optocoupler atau optoisolator. Perancangan sensor dari bahan dasar silikon yang memiliki sensitivitas pada panjang gelombang infra merah dilakukan dengan mengatur letak junction dari difusi tipe-n pada kedalaman absorbsi sinar infra merah untuk silikon. Dengan menggunakan software PC1D5.9, parameterparameter perancangan seperti konsentrasi bahan, kedalaman junction, ketebalan sel, serta ketinggian dan kemiringan struktur piramida disimulasikan pada nilai yang berbeda-beda.
Dari simulasi, diperoleh nilai-nilai parameter perancangan terbaik yang menghasilkan spectral response yang optimal dan sensitivitas sensor yang diinginkan. Pada skripsi ini diperoleh disain sensor berbahan dasar silikon dengan memanfaatkan struktur pn-junction yang memiliki sensitivitas pada panjang gelombang near infrared antara 830-950 nm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S54250
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanjung, Taqwa
"Telah dilakukan studi pengaruh perubahan nilai setiap komponen penyusun rangkaian Osilator Sensor tipe Colpitts pada perubahan Frekuensi Osilasi. Penelitian ini merupakan kelanjutan penelitian sebelumnya yang membahas pengembangan osilator sebagai pengkondisi sinyal sensor pada sistem instrumentasi. Pengamatan menunjukkan elemen induktif pada rangkaian resonan dominan mempengaruhi frekuensi osilasi sehingga jenis transduser yang dikembangkan pada penelitian ini bersifat induktif. Dari pengembangan osilator Colpitts sebagai pengkondisi sinyal dalam sensor pergerakan, terlihat sensitivitas yang dihasilkan 0,0068 MHZ/mm.

A study about the effect of frequency changes caused by electric parameter's change on Colpitts oscillator have been done. This research is a continuation of previous studies that discuss about the development of oscillators as signal conditioning on the instrumentation system. This research shows that an inductive element in the dominant resonant series affecting the frequency of oscillation, so the type of transducer that was developed in this study is inductive. By the development of Colpitts' oscillator as the signal conditioning of displacement sensor, the result of the sensitivity is 0,0068MHz/mm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S29379
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>