Ditemukan 112199 dokumen yang sesuai dengan query
I.W. Pantja Sunjata
Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1996
390 WAH k
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Ajatrohaedi, 1939-2006
"Awal tahun enam puluhan merupakan masa awal saya berkenalan dengan ilmu yang bernama epigrafi. Dalam salah satu prasasti yang ketika itu dijadikan bahan kuliah, ditemukan dua kata yang cukup menarik bagi saya, yaitu runwas (prasasti Polengan 4) dan wangkyul (prasasti Polengan 2). Saya mencoba mengajukan pendapat akan adanya kemungkinan bahwa kedua kata tersebut sekarang dikenal dalam bentuknya yang "baru", yaitu rimbas dan cangkul. Kata rimbas dikenal dalam bahasa Sunda, sedangkan cangkul dalam bahasa Indonesia (Melayu). Namun, segera saya diperingatkan agar jangan terlalu berani mengambil simpulan, mengingat datanya masih sangat kurang. Saya segera menyadari kedudukan saya sebagai mahasiswa yang barn belajar epigrafi, dan boleh dikatakan tanpa pengetahuan linguistik sedikit pun. Apa yang saya petik dari peringatan itu adalah, agar kita tidak terlalu tergesa-gesa menyimpulkan apa yang kita temukan, terutama jika bahannya tidak mencukupi.
Ketika kamus Jawa Kuna yang paling lengkap terbit, kata rimbas dan rimwas tercatat sebagai jejar 'entri'; rimbas ditemukan dalam naskah Udyogaparwa. 6.25: "tang wenang ikang patuk rimbas ri sarira nikang daityd"; 6.29: "aster bajropama iku rimbas pin.akasar`rjatanyu"; dan -Kidung Harsawijaya 4.65a: "(ni.babad) antau'a wadung timbers garut"; sedangkan kata rimwas ditemukan dalam prasasti Polengan 4 (877 N1) 1111: "rintu'as I rradung I patuk-pattrk. I lukai 1". Kata itu sering ditemukan dalam prasasti (Zoetmulder 1982:1551). Demikian juga halnya dengan kata wangkyul, tercantum sebagai jejar, terdapat dalam prasasti Polengan 2 (875 M) 1A9: "Haggis .1 wangkyut I gulumi I". Kata itu pun sering ditemukan dalam prasasti (kys.:2197)."
PGB 0070
UI - Pidato Universitas Indonesia Library
Alderman, Ellen
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
320.973 Ald m
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Danesi, Marcel, 1946-
Yogyakarta: Jalasutra, 2012
302.2 DAN p
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Ajip Rosidi, 1938-
Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1988
808.81 AJI n
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Tawalinuddin Haris
"
ABSTRAKDalam penelitian ini diungkapkan berbagai aspek berkenaan dengan Komplek Taman Narmada yang berlokasi di Desa Lémbuak, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Permasahannya adalah apa dan bagimana fungsi bangunan ini hubungan dengan keberadaan bangunan-bangunan yang bernilai sakral diantara bangunan-bangunan yang bernilai profaan. kapan taman Namada dibangun, oleh siapa dan unltuk apa. Dengan demikian penelitian bertujuan untuk memberikan informasi dan sumbangan berkenaan dengan peninggalan bersejarah yang berlatar belakang agama Hindu di Lombok.
Untuk menjawab permasalahan penelitian, dilakukan studi kepustakaan terhadap sumber-sumber kolonial yang selama ini belum banyak digarap dalam kajian-kajian sebelumnya untuk melengkapi data lapangan maupun sumber-sumber lokal."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian Universitas Indonesia Library
Ach Hakiki
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tradisi kupatan lebaran yang dibawa diaspora Muslim Jawa ke Malaysia. Tradisi Kupatan merupakan tradisi yang ada pada umat Islam Jawa yang diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga pada masa Kerajaan Demak untuk proses Islamisasi kala itu. Tradisi Kupatan dilaksanakan tujuh hari setelah hari Raya Idul Fitri, dalam bahasa Jawa ketupat atau kupat diartikan sebagai “Jharwa dhosok” yang juga berarti “ngaku Lepat” yakni seseorang harus mampu meminta maaf ketika melakukan suatu kesalahan. Dalam tradisi kupatan, ketupat menjadi hidangan utama, ketupat berbahan dasar beras, dibungkus dengan janur atau daun kelapa muda dengan bentuk persegi empat. Hadirnya tradisi kupatan di Malaysia karena dibawa oleh komunitas diaspora muslim Jawa, masyarakat lokal Malaysia menerima tradisi kupatan karena mereka memiliki beberapa kesamaan dalam tradisi, seperti bahasa, budaya, dan agama, oleh karena itu tradisi kupatan diterima dengan baik dan menghasilkan nilai-nilai positif bagi masyarakat lokal Malaysia. Pada perkembangannya tradisi kupatan lebaran muslim Jawa dalam diaspora muslim Jawa mengalami akulturasi, namun tidak mengubah hal yang bersifat esensial atau makna pada tradisi tersebut, terbukti bahwa tujuan diadakannya tradisi kupatan lebaran masih sesuai dengan makna dan tujuan awal. Tradisi kupatan lebaran diaspora muslim Jawa di Malaysia menjadi sebuah identitas tersendiri bagi diaspora muslim Jawa, karena masyarakat diaspora muslim lain tidak melakukan itu, dan mempunyai ciri khas yang berbeda. Penulis mengambil studi kasus tradisi kupatan lebaran dalam diaspora muslim Jawa di Malaysia untuk mengetahui bagaimana tradisi tersebut mengalamai akulturasi dan sejauh mana tradisi tersebut menjadi identitas bagi diaspora muslim Jawa di Malaysia. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan sumber data kepustakaan. Konsep yang digunakan adalah akulturasi budaya dan identitas budaya.
This study aims to analyze the Eid kupatan tradition brought by the Javanese Muslim diaspora to Malaysia. The Kupatan tradition is a tradition that existed among Javanese Muslims which was introduced by Sunan Kalijaga during the Demak Kingdom for the Islamization process at that time. The Kupatan tradition is carried out seven days after Eid al-Fitr, in Javanese, ketupat or kupat is interpreted as "Jharwa dhosok" which also means "admit Lepat" that is, one must be able to apologize when one makes a mistake. In the kupatan tradition, ketupat is the main dish, a rice-based ketupat wrapped in janur or young coconut leaves in a rectangular shape. The presence of the kupatan tradition in Malaysia was brought about by the Javanese Muslim diaspora community, the local Malaysian community accepted the kupatan tradition because they have several similarities in tradition, such as language, culture and religion, therefore the kupatan tradition was well received and produced positive values for Malaysian local community. In its development, the Javanese Muslim Eid kupatan tradition in the Javanese Muslim diaspora has acculturated, but does not change essential things or the meaning of the tradition, it is evident that the purpose of holding the Eid Kupatan tradition is still in accordance with the original meaning and purpose. The tradition of Eid kupatan for the Javanese Muslim diaspora in Malaysia has become a separate identity for the Javanese Muslim diaspora, because other Muslim diaspora communities do not do that, and have different characteristics. The author takes a case study of the Eid kupatan tradition in the Javanese Muslim diaspora in Malaysia to find out how this tradition has acculturated and to what extent this tradition has become an identity for the Javanese Muslim diaspora in Malaysia. The author uses qualitative research methods, with library data sources. The concept used is cultural acculturation and cultural identity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Jakarta: Nuansa Madani , 1999
297.5 NIL
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Dwi Hartanti
"Definisi CSR sejatinya telah diuraikan semenjak tahun 1950-an. Semanjak itu definisi CSR berkembang luas di kalangan bisnis. Namun demikian katan$an akademisi dan pendidikan memandans perlu untuk metakukan kajian ilmiah terhadap CSR karena terlihat bahwa CSR sefaagar suatu konsep berkembang luas yang berdampak pada kepentingan stakeholder perusahaan, dalam hal ini masyarakat umum,"
2006
EBAR-III-SeptDesl2006-113
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library