Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 93490 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Mulyana
"ABSTRAK
Disertasi ini berjudul "Melintasi Pegunungan, Pedataran, Hingga Rawa-Rawa Pembangunan Jalan Kereta Api di Priangan 1878-1924". Spasial yang diteliti adalah Priangan sebagai suatu keresidenan sedangkan periodisasi yang digunakan adalah periode pembangunan jalan kereta api pada awal hingga akhir pembangunan. Masalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimana jalan kereta api dibangun? Metodologi yang digunakan adalah pendekatan struktural. Dalam pendekatan struktural sejarah dilihat sebagai proses perubahan yang ditulis secara deskriptif-analitis. Pembangunan jalan kereta api merupakan bagian dari perubahan teknologi transportasi.
Berdasarkan masalah penelitian yang diajukan tersebut ditemukan jawaban-jawabannya yang merupakan temuan dari penelitian ini. Temuan tersebut yaitu pertama, latar belakang pembangunan kereta api di Priangan dilatarbelakangi oleh kepentingan ekonomi dan pertahanan militer. Kedua, seluruh lajur kereta api di Priangan dibangun oleh pemerintah atau Staatsspoorwegen (SS). Banyak pihak swasta yang mengajukan konsesi tetapi mereka tidak mampu melaksanakan pembangunan. Hal ini disebabkan, keterbatasan dana yang dimiliki oleh pihak swasta. Pembangunan jalan kereta api di Priangan membutuhkan dana yang sangat besar karena kondisi geografis Priangan sebagian besar merupakan daerah pegunungan atau dataran tinggi. Ketiga, lajur kereta api yang dibangun meliputi lajur utama dan lajur simpangan. Arah pembangunan lajur utama yaitu dari barat ke timur, sedangkan lajur simpangan banyak yang mengarah ke selatan terutama ke daerah-daerah perkebunan. Keempat, pembangunan jalan kereta api di Priangan banyak melibatkan tenaga kerja. Tenaga kerja yang terlibat meliputi tiga golongan yaitu orang pribumi, Cina dan Eropa. Orang pribumi sebagian besar bekerja sebagai kuli. Katagori kuli yang bekerja pada pembangunan jalan kereta api yaitu kuli wajib, kuli bebas tetap dan kuli bebas tidak tetap atau musiman. Kuli yang terlibat dalam pembangunan jalan kereta api sebagian besar diperoleh dari daerah sekitar lokasi pembangunan. Ada pula kuli yang didatangkan dari daerah lain, manakala di daerah lokasi pembangunan tidak cukup tersedia kuli atau masyarakat sekitar menolak untuk menjadi kuli. Ketertarikan orang pribumi mau menjadi kuli disebabkan oleh pembayaran upahnya lebih besar dibandingkan dengan menjadi kuli pekerjaan lainnya. Selain itu, ada pula orang pribumi yang bekerja selain menjadi kuli. Orang Cina terlibat sebagai pemborong dan ada pula yang menjadi kuli. Hal yang diborongkan kepada orang Cina yaitu pekerjaan pembangunan dan bahan material pembangunan. Orang Eropa bekerja dalam pembangunan jalan kereta api sebagai Insinyur dan pemborong. Barang-barang yang diborongkan kepada orang Eropa sebagian besar merupakan barang-barang berat seperti besi yang didatangkan dari Eropa. Barang dan pekerjaan yang dilelangkan baik kepada orang Cina maupun kepada orang Eropa dilakukan rnelalui proses pelelangan. Lelang yang dilakukan meliputi lelang terbuka dan lelang gelap. Kelima, pembangunan jalan kereta api di Priangan menghadapi beberapa kesulitan. Kesulitan-kesulitan tersebut disebabkan oleh faktor geografis lokasi pembangunan dan musim atau cuaca yang berlangsung ketika proses pembangunan. Faktor kesulitan tersebut berpengaruh pula kepada kesulitan pengerahan tenaga kerja."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
D558
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iman Sulaeman
"
ABSTRAK
Relief-relief yang dipahatkan pada kepurbakalaan abad 10 - 15 Masehi di Indonesia bergaya naturalis, dinamis maupun tokoh pipih adalah merupakan salah satu hiasan ornamental. Hal ini sesuai di dalam kitab Manasara, yang di dalamnya tidak mengatur ketentuan tentang jenis yang dipahatkan pada suatu bangunan suci, hanya disebutkan bahwa bangunan suci dapat diberi hiasan agar terlihat indah.
Berdasarkan latar belakang permasalahan penelitian, timbulah pertanyaan penelitian sebagai berikut, Apakah sebagai hiasan ornamental, relief cerita terlepas dan aturan-aturan yang ada dalam masyarakat pendukungnya ?
Metode yang digunakan untuk menjawab portanyaan penelitian diatas adalah sebagai berikut : 1. Pengumpulan pustaka yang relevan dan memanjang data di lapangan 2. Studi lapangan dan perekaman data di lapangan. 3. 1nterpretasi data. Alasan dipilihnya kepurbakalaan abad 10 - 15 masehi dalam penelitian adalah sebagai berikut : a. Jenis-jenis relief cerita yang terdapat dalam periode ini lebih beragam. B. Kepurbakalaan yang berasal dari periode ini lebih banyak dihiasi oleh relief cerita. Hasil akhir dari penelitian ini adalah, walaupun hanya sebagai hiasan ornamental, relief cerita ternyata dalam pemahatannya memiliki kecenderungan-kecendenmgan sebagai berikut, 1. Dalam hal penempatan di bangunan, relief cerita tokoh manusia selalu ditempatkan lebih utama ( di atas) dibandingkan relief cerita tokoh binatang. Seandainya relief cerita tokoh manusia dan binatang pada sebuah bangunan, ada dalam posisi yang sejajar maka proporsi ruang yang diberikan pada cerita tokoh mamusia lebih besar dibanding cerita binatang. 2. Dalam hal arah pembacaan, baik relief cerita tokoh manusia maupun binatang adalah prasawya. Hal ini dimungkinkan karena tema cerita pada masa Jawa Timur adalah ruwat. Teori lain menyebutkan kebiasaan tulis dan baca sutra Jawa Kuna diterapkan dalam pembacaan relief 3. Dalam hal jumlah adegan, relief cerita tokoh manusia lebih banyak ( 463 adegan dari 15 cerita) sedangkan relief cerita tokoh binatang hanya 61 adegan dari 11 cerita. Hal ini sangat dimungkinkan karena seniman pada masa itu telah mengenal asas tema dan tata jenjang.
"
Lengkap +
1997
S11759
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maharani Qadarsih
"Skripsi ini membahas tentang tinjauan keletakan dan bentuk bangunan-bangunan sudut di Bandung pada tahun 1900-1940 dengan meninjau dari segi bentuk dan keletakan. Jumlah objek penelitian yang digunakan adalah 50 bangunan sudut. Metode penelitian yang dilakukan dengan cara mangelompokan bangunanbangunan sudut dalam keletakan, yaitu letak di persimpangan jalan (pertigaan, perempatan, perlimaan jalan), dan bentuk, (denah, keberadaan menara, bangunan bertingkat, jumlah tampak muka, keberadaan halaman depan) di setiap sektor. Hasil analisis berupa jumlah dominan bangunan sudut di setiap kelompok dan sektor. Setelah itu hasilnya dikaitkan dengan perkembangan kota dan arsitektur di Bandung.

Focus of this undergraduate thesis is about observation location and form of corners building at Bandung in 1900 until 1940. Total objects of this research are fifty corners building at Bandung. Method used in this research make groups of corners building in two parts, such as location (locate building at crossroad) and form (ground plan, have a tower, high building, total fa_ade, and have yard in front of building) each sector. Analysis result indicated that is total dominant of corners building each groups and sector. Then, analisys result relate with development of city and architecture at Bandung."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S11749
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tanda Rizky Gani
"Skripsi ini membahas tentang dampak dari beroperasinya jalur kereta api dan dampaknya terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Priangan (1921-1930). Karya penelitian ini berbeda dengan karya sebelumnya yang hanya membahas pembangunan jalur kereta api Banjar-Cijulang. Sementara itu, karya penelitian ini lebih memfokuskan kepada dampak dari beroperasinya jalur kereta api Banjar-Cijulang terhadap sosial ekonomi masyarakat di Priangan. Dari hasil penelitian ini dapat menjelaskan bahwa beroperasinya kereta api berdampak langsung terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Priangan. Hal tersebut tidak dapat dilepaskan dari masyarakat yang kemudian mulai terbiasa menggunakan moda transportasi kereta api. Setelah jalur kereta api Banjar-Cijulang selesai dibangun dan mulai beroperasi, daerah yang sebelumnya terisolasi di sekitar Timur dan Tenggara Priangan dapat terhubung dengan daerah-daerah lainnya di pulau Jawa. Pada penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian sejarah. Skripsi ini menggunakan data yang didapatkan oleh penulis melalui studi literatur berupa arsip, koleksi terjilid, buku, karya yang belum diterbitkan, koran, gambar, dan peta.

This thesis discusses the impact of the railway and its impact on the socio-economic life of the people in Priangan (1921-1930). This research is different from the previous which only discussed the construction of the Banjar-Cijulang railway line. Meanwhile, this research focuses more on the operation of the Banjar-Cijulang railroad on the socio-economic community in Priangan. From the results of this study can be discussed that the operation of the railroad has a direct impact on the socio-economic life of the people in Priangan. This can not be separated from the people who then start using railroad transportation modes. After the Banjar-Cijulang railroad was built, East and Southeast Priangan can connect with other regions on the island of Java. In the discussion of this thesis, the author uses historical research methods. This thesis uses data obtained by the author through literature studies consisting of archives, bound collections, books, unpublished research works, newspapers, images, and maps."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia,
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afra Ghaniy Yoko Putri
"Istana Ali Marhum Kantor di Pulau Penyengat merupakan bangunan cagar budaya peninggalan masa Kesultanan Riau-Lingga (1900–1912) yang belum pernah difungsikan kembali secara permanen sejak ditinggalkan oleh Kesultanan Riau-Lingga. Bangunan ini mengalami degradasi fisik ringan secara konstan seperti pengelupasan cat bangunan, lepasnya lantai-lantai kayu, serta kotornya dinding yang ditutupi lumut-lumut dan jamur yang dibiarkan dan dibersihkan menyeluruh ketika ada pemugaran (biasanya setiap 10 tahun sekali). Bangunan ini juga memiliki riwayat pemugaran yang menyalahi panduan pelestarian karena menghilangkan ornamen Melayu pada fasad bangunan. Artinya, dengan tidak dimanfaatkannya bangunan ini mengancam pelestarian dan otentisitas bangunan itu sendiri. Oleh karena itu, melalui pendekatan manajemen sumber daya, sebuah bentuk alternatif pemanfaatan diajukan sebagai upaya optimalisasi bangunan Cagar Budaya. Penelitian terapan ini menggunakan tahapan penelitian Sharer dan Ashmore (2010), yakni formulasi, implementasi, pengumpulan data, pengolahan data, analisis, dan interpretasi. Alternatif pemanfaatan dikaji berdasarkan rekomendasi pengelolaan Cagar Budaya yang dirumuskan oleh UU CB (2010) dan BPCB Sumbar (2017) serta studi komparatif dengan Istana Kampong Gelam Singapura. Keduanya merupakan bangunan cagar budaya tingkat nasional yang memiliki keterkaitan latar belakang sejarah dan budaya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk alternatif pemanfaatan sebagai Pusat Informasi Kebudayaan Melayu dapat diterapkan di Istana Ali Marhum Kantor.

The Istana Ali Marhum Kantor, a cultural heritage building on Penyengat Island, dates back to the Riau-Lingga Sultanate era (1900-1912). Despite its historical significance, the structure has remained unused since the Sultanate's departure. It has experienced gradual physical degradation, including peeling paint, detached wooden floors, and moss-covered walls. Past restoration efforts have removed Malay ornaments from the facade, further jeopardizing its preservation and authenticity. To address these challenges, a resource management approach is proposed for the optimal utilization of the Cultural Heritage building. Following the research stages by Sharer and Ashmore (2010), an alternative utilization plan is developed. It aligns with recommendations for Cultural Heritage management, adhering to the Cultural Heritage Law (2010) and the Regional Center for Cultural Heritage Preservation of West Sumatra (2017). A comparative study is conducted with the Istana Kampong Gelam in Singapore, another national-level cultural heritage building. The results of this study indicate that an alternative form of utilization as an Information Center for Malay Culture can be implemented at the Ali Marhum Palace Office."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Olivia Chairinnisa Suyono
"Novel Kereta Semar Lembu menampilkan cerminan realitas berupa peristiwa sejarah yang terjadi di Pulau Jawa pada era kolonialisme Belanda hingga Orde Baru. Realitas ini digambarkan melalui sudut pandang tokoh imajiner, yaitu Semar Lembu, yang diposisikan sebagai penyintas dari sejumlah peristiwa sejarah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana peristiwa sejarah digambarkan dalam novel Kereta Semar Lembu, serta persoalan yang hendak disuarakan dengan menampilkan realitas ini melalui sudut pandang tokoh Semar Lembu sebagai penyintas. Untuk mencapai tujuan penelitian, dilakukan telaah terhadap novel Kereta Semar Lembu menggunakan pendekatan struktural, sosiologi karya sastra, serta metode deskriptif interpretatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa novel Kereta Semar Lembu menyoroti lima peristiwa besar yang terjadi pada masa kolonialisme Belanda hingga Orde Baru, yaitu tanam paksa, kerja paksa, revolusi kemerdekaan, pergerakan PKI dan tragedi 1965, serta pelanggaran HAM pada masa Orde Baru, khususnya penembakan misterius. Dengan menggambarkan kelima peristiwa ini melalui sudut pandang Semar Lembu sebagai penyintas, novel ini hendak menyuarakan problem dehumanisasi yang terjadi secara berkelanjutan, sekaligus memberikan kritik terhadap pihak-pihak tertentu dalam peristiwa sejarah.

The Kereta Semar Lembu novel reflects reality in the form of historical events that occurred on Java Island during the Dutch colonialism to the New Order period. This reality is described through the lens of an imaginary character, Semar Lembu, who plays the role of a survivor of several historical events. This study seeks to identify how history is portrayed in Kereta Semar Lembu, as well as the issues that are intended to be voiced by presenting this reality through the lens of Semar Lembu. This study uses structural and sociology of literature approaches and descriptive-interpretive methods. The results of this study show that Kereta Semar Lembu displays five major events that occurred during the Dutch colonialism to the New Order period, namely forced planting (tanam paksa), forced labor (romusa), the revolution of independence, the PKI movement and the 1965 tragedy, and human rights violations during the New Order era, especially mysterious shootings. By depicting these five events through the lens of Semar Lembu, this novel intends to voice the dehumanization issue that occurs continuously while simultaneously providing criticism of certain parties at historical events."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Esti Utami
"Pada bangunan-bangunan kuna yang mempunyai halaman serta pager berlapis-lapis biasanya akan ditemukan gapura atau pintu gerbang yang berfungsi sebagai pintu masuk maupun pintu penghubung antar halamannya. Bangunan-bangunan tersebut pada umumnya memakai gapura candi bentar sebagai pintu gerbang pertama kemudian untuk rnemaauki_ halaman kedua dan seterusnya digunakan gapura bentuk paduraksa. Penelitian gapura-gapura yang terdapat pada kompleks bangunan kraton Yogyakarta bertujuan untuk rnengetahui adanya hubungan antara bentuk gapura dengan bangunan_bangunan di sekitarnya, bagaimana bentuk hubungan tersebut serta untuk mengetahui hubungan antara bentuk gapura dengan keletakannya di dalam kompleks kraton. Adapun metode penelitian yang digunakan meliputi tahap pengumpulan data, pengolahan data dan tahap eksplanasi. Pertama-tama, dilakukan pengumpulan data kepustakaan kemudian ke-16 gapura kraton dicatat, diukur dan dipotret. Pada tahap pengalahan data dilakukan pemilahan-pemilahan bentuk serta ragam hias gapura kemudian dicari hubungan antara gapura dengan bangunan di sekitarnya. Pada tahap eksplanasi diadakan tinjauan bentuk, keletakan dan tinjauan kronologi gapura kraton. Hubungan antara gapura dengan bangunan-bangunan di sekitarnya terlihat pada persamaan penggunaan nama, bentuk asap tradisional rumah Jawa, ragam hias serta adanya penyelarasan bentuk serta ukuran antara gapura dengan pagar dan bangunan di dalamnya. Penerusan tradisi seni bangunan Hindu pada gapura-_gapura kompleks kraton Yogyakarta ternyata hanya terlihat pada bentuk gapuranya saja, yaitu dengan dikenalnya gapura candi bentar dan gapura paduraksa. Sedangkan pengaruh tradisi tentang bentuk dan ketetakan sudah tidak terlihat lagi karena gapura A dan gapura M yang merupakan pintu masuk pertama dari arah utara dan selatan memiliki bentuk paduraksa. Tata letak gapura tersebut mungkin terjadi akibat dari perkembangan jaman"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S11849
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mia Setyani Sudarmadji
"ABSTRAK
Konsep Kota Kreatif yang dibawa oleh Charles Landry dan Fransco Bianchini telah menjadi tren di dunia sekitar sepuluh tahun terakhir. Dalam kota, terdapat sumber daya yang krusial, yaitu sumber daya manusia. Kota kreatif, mencoba mendorong dan mengakomodir kreativitas warganya. Kreativitas merupakan sesuatu yang berharga, yang memberi dukungan bagi keberhasilan kota. Beberapa kota di dunia, cenderung mengembangkan kawasan bersejarahnya dalam usaha menuju kota kreatif. Nilai sejarah pada kawasan bersejarah dapat menjadi magnet untuk mendatangkan orang dari kota maupun negara lain. Di lain sisi, sejarah dapat menjadi inspirasi dan ilham untuk kreativitas. Kawasan bersejarah memiliki potensi lain yang dapat mendukung sebuah kota menjadi kota yang kreatif. Hal ini dapat dilihat dari keempat aspek, yaitu ekonomi, sosial, budaya.

ABSTRACT
Creative city concept which bring by Charles Landry and Fransco Bianchini, now being tren at least in ten last year. City has critical resource, that is the human. Creativi city is try to push and accommodate their citizen?s creativity. Creativity is precious thing, to support the successful of the city. Some city in the world prefer develop their historical place in work to be creative city. Historic values in historical places can be magnet to invite people from other
city and country. In other side, history can be inspiration for creative thinking. Historical places has other potency that can be support for a city to be creative city. It?s look by four aspect, economy, social, culture, and environment."
Lengkap +
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1694
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsul Bakri
"Penelitian ini merupakan hasil penelitian sejarah yang bertujuan untuk merekonstruksi kemunculan dan tumbuhnya pergerakan di Surakarta pada masa kolonial. Penelitian ini menjawab pertanyaan mengenai dinamika dan pergerakan di Surakarta, yang meliputi: (1) faktor yang melatarbelakangi dinamika dan pergerakan di Surakarta pada masa kolonial, dan (2) bentuk dinamika dan pergerakan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang terdiri dari empat tahapan yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Paradigma sejarah yang digunakan adalah John Tosh, yaitu merekonstruksi sejarah dengan memahami latar belakang sosial dan keadaan yang menyebabkan berkembangnya suatu peristiwa, serta arah perubahannya. Sedangkan untuk rekonstruksi masa lalu, penelitian ini menggunakan model lingkaran pusat. Dalam model ini diasumsikan bahwa kejadian di pusat lingkaran akan menimbulkan akibat di sekitarnya. Pada gilirannya, pusat lingkaran dan sekitarnya akan mengarah pada pusat baru disekitarnya yang juga akan menimbulkan gejala baru. Teori yang digunakan adalah teori konflik, gerakan sosial, dan ideologi perlawanan. Penggunaan teori-teori sosial penting agar kajian sejarah dapat meluas dalam ruang (sinkron), di samping tetap berada pada pola dasar dasar sejarah yang meluas dalam waktu (diakronis). Kajian ini menemukan fakta sejarah bahwa dalam penggalan sejarah pergerakan di Indonesia, terdapat berbagai faktor dan bentuk dinamika pergerakan di Surakarta pada masa kolonial. Dinamika dan pergerakan di Surakarta dilatarbelakangi oleh faktor eksternal (tekanan imperialisme Barat) dan faktor internal (meningkatnya perjuangan organisasi pribumi dan media modern). Bentuk dinamika dan pergerakan di Surakarta bersifat melingkar terpusat, kompleks dan saling terkait dalam berbagai bidang yaitu bidang sosial budaya, agraria, ekonomi, politik dan agama. Hasil penelitian ini telah memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan bagi disiplin ilmu sejarah, khususnya dalam pemaparan dan rekonstruksi sebuah penggalan sejarah tentang dinamika dan pergerakan kaum pribumi (masyarakat adat) dalam pemberontakan imperialisme. Selain itu, peran gerakan agama dalam membentuk situasi yang bergerak ditemukan dalam penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini juga dapat memberikan kontribusi pada disiplin ilmu Sejarah Kebudayaan Islam."
Lengkap +
Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, 2018
297 JPAM 31:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadhan Arsy Putra Makarti
"DKI Jakarta memiliki potensi wisata seperti wisata sejarah. Banyaknya peristiwa bersejarah yang terjadi di DKI Jakarta pada masa lalu, membuat DKI Jakarta memiliki banyak area wisata sejarah. Masing-masing area wisata sejarah di DKI Jakarta memiliki tingkat daya tarik yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat daya tarik area wisata sejarah di DKI Jakarta serta mengetahui hubungan antara tingkat daya tarik area wisata sejarah di DKI Jakarta dengan jumlah wisatawan dan karakteristik wisatawan. Metode yang digunakan adalah analisis areal differentiation dan analisis deskriptif secara keruangan serta menggunakan uji statistik chi square untuk mencari hubungan antara tingkat daya tarik dengan jumlah wisatawan dan karakteristik wisatawan. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat daya tarik area wisata sejarah di DKI Jakarta sebagian besar berada pada kelas rendah. Berdasarkan hasil uji statistik chi square, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat daya tarik area wisata sejarah di DKI Jakarta dengan jumlah wisatawan dan karakteristik wisatawan. Hal tersebut menyatakan bahwa tidak semua area wisata sejarah di DKI Jakarta yang memiliki tingkat daya tarik tinggi akan dikunjungi banyak wisatawan, begitupun sebaliknya. Meskipun tidak ada hubungan yang signifikan, pada realitanya tetap ada area wisata sejarah yang memiliki tingkat daya tarik tinggi dan memiliki jumlah wisatawan yang banyak, atau area wisata sejarah yang memiliki tingkat daya tarik rendah dan memiliki jumlah wisatawan yang sedikit. Selain itu, tingkat daya tarik area wisata sejarah di DKI Jakarta juga tidak memengaruhi karakteristik wisatawan yang mengunjungi area wisata sejarah tersebut.

DKI Jakarta has tourism potential such as historical tourism. The number of historical events that occurred in DKI Jakarta in the past has made DKI Jakarta has many historical tourism areas. Each historical tourism areas in DKI Jakarta has a different level of attractiveness. This study aims to determine the level of attractiveness of historical tourism areas in DKI Jakarta and to determine the relationship between the level of attractiveness of historical tourism areas in DKI Jakarta with the number of tourists and tourist characteristics. The method used is a areal differentiation and descriptive analysis spatially and uses the chi square statistical test to find the relationship between the level of attractiveness and the number of tourists and tourist characteristics. The results showed that the level of attractiveness of historical tourism areas in DKI Jakarta is mostly in the low class. Based on the results of the chi square statistical test, there is no significant relationship between the level of attractiveness of historical tourism areas in DKI Jakarta with the number of tourists and tourist characteristics. This states that not all historical tourism areas in DKI Jakarta that have a high level of attractiveness will be visited by many tourists, and vice versa. Although there is no significant relationship, in reality there are historical tourist areas that have a high level of attractiveness and have a large number of tourists, or historical tourism areas that have a low level of attractiveness and have a small number of tourists. In addition, the level of attractiveness of historical tourism areas in DKI Jakarta also does not affect the characteristics of tourists visiting these historical attractions."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>