Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173010 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maria Handayani
"Adanya kecenderungan investor untuk melakukan investasi pada portfolio yang secara sosial dapat dipertanggungjawabkan serta meningkatnya ketertarikan investor pada investasi yang didasarkan indeks dibandingkan dengan bergantung pada active portfolio manager di Amerika, telah menjadi latar belakang penelitian Hakim dan Rashidian (2002) tentang risiko dan imbal hasil Dow Jones Islamic Market Index (DJIMI) terhadap W5000 dan 3m Tbill. Sedangkan semaraknya perkembangan yang terjadi pada industri perbankan Syariah di Indonesia, yang kemudian menuju ke arah meningkatnya kebutuhan akan instrumen keuangan Syariah di pasar modal Indonesia telah menjadi latar belakang penulis untuk mereplikasi penelitian Hakim dan Rashidian mengenai risiko dan imbal hasil Jakarta Islamic Index (JII) terhadap IHSG, LQ45, dan SBI. Kedua penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana kinerja indeks saham Syariah, sebagai indeks yang calon emitennya perlu menjalani proses seleksi yang berdasarkan prinsip Syariah, jika dibandingkan dengan indeks saham konvensional dan alternatif investasi lain yang bebas risiko, dan kemudian mencoba menganalisis apakah terdapat hubungan kausalitas jangka pendek maupun jangka panjang di antara data lime-series. Untuk menganalisis kinerja antara JII, IHSG, LQ45, dan SBI periode Januari 2001 s/d Desember 2004 akan digunakan statistik deskriptif dan sharp ratio. Untuk menguji hubungan kausalitas, terlebih dahulu akan dilakukan uji unit root; dengan metode Augmented Dickey Fuller (ADF), dan uji kointegrasi; dengan prosedur yang dikembangkan oleh Johansen dan Juselius (1990) pada keempat data time-series. Sedangkan uji kausalitas akan dilakukan dengan mengestimasi dan menspesifikasi Vector Error Correction Model (VECM). Hasil penelitian yang dilakukan penulis tidak dapat memberikan dukungan sepenuhnya pada penelitian yang dilakukan oleh Hakim dan Rashidian (2002), hal ini dikarenakan adanya perbedaan karakteristik pada pasar modal dan pasar uang Amerika dan Indonesia. Tidak hanya itu, proses seleksi calon emiten indeks saham Syariah di Amerika berbeda dengan di Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15631
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kuncoro Jati
"Pasar modal (capital market) menjadi bagian yang sangat penting bagi perkembangan perekonomian suatu negara, karena jika kondisi pasar modal suatu negara baik, dalam arti perkembangan harga saham relatif naik, maka dapat dikatakan bahwa perekonomian Negara tersebut juga baik, Pada masa krisis moneter hebat-hebatnya yaitu periode Januari 1998 sampai dengan Desember 2000, bursa saham mengalami tekanan yang sangat hebat, hal tersebut terlihat dari penurunan harga-harga saham yang luar biasa drastis. Hal tersebut tentunya sangat merugikan investor.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sebetulnya hubungan antara variabel-variabel ekonomi makro terhadap Imbal Hasil yang akan diterima oleh investor dalam hal ini diwakili oleh Imbal Hasil 1HSG dan Imbal Hasil LQ45. karena kedua indeks' tersebut mampu mewakili kinerja perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia khususnya yang listing di bursa saham.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh dari variabel-variabel makro tersebut tidaklah bersifat individu, namun secara bersama. Model untuk menduga hubungan antara Imbal Hasil IHSG dengan variabel ekonomi makro, sebaiknya menggunakan lag (Sakhowi, 1999; Suripno, 2002), sedangkan Imbal Hasil LQ45 menggunakan model tanpa lag."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T20596
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mira Octavia
"Menurut Kenneth Lahn dan Anil K. Makhija dalam tulisannya yang berjudul ?EVA & MVA as Performance Measures and Signals For Strategic Change?, pengukuran kinerja perusahaan berdasarkan nilai buku pada laporan keuangan seperti Return on Equity (ROE), tidak dapat mengukur penciptaan nilai perusahaan. Dengan kata lain, ROE tidak dapat menggambarkan penciptaan value bagi shareholders secara eksplisit. Kondisi ini yang menyebabkan kesulitan dalam mengambil kebijakan yang dapat memuaskan manajer maupun shareholders. Di satu sisi, manajer merasa tidak mendapat insentif yang sesuai dengan kinerjanya sehingga timbul kekecewaan yang dapat memicu moral hazard. Sedangkan di sisi lain, penilaian atau persepsi yang keliru dari shareholders terhadap kinerja perusahaan dapat mengakibatkan terganggunya laju kenaikan nilai saham perusahaan.
Pengukuran kinerja yang dipercaya mampu mengatasi hal tersebut adalah Economic Value Added (EVA). EVA dianggap mampu karena EVA dapat mengukur penciptaan nilai bagi kekayaan shareholders. Manajer akan dihargai sesuai dengan kemampuannya dalam menambah penciptaan value bagi shareholders sehingga memacu manajer dalam bertindak seolah-olah sebagai shareholders untuk selalu berusaha menambah penciptaan value perusahaan. Hal ini menguntungkan shareholders dengan memperoleh return yang terus meningkat.
Hal tersebut juga didukung adanya penelitian yang dilakukan Kenneth Lehn dan Anil K. Makhija (1996) bahwa EVA berkorelasi positif dengan tingkat pengembalian investasi dalam saham dengan korelasi yang lebih tinggi dibanding ROA (Return on Asset), ROE, dan ROS (Return on Sales) yang digunakan sebagai alat ukur kinerja perusahaan.
Pada tesis ini dipilih industri perbankan karena perbankan mempunyai peranan yang strategis dalam mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu, perbankan harus sehat agar dapat menjalankan fungsi dan peranannya sebagai bank seperti menghimpun dana (giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, serta tabungan); memberikan kredit, menerbitkan surat pengakuan utang; membeli; menjual atau menjamin surat-surat berharga, dan sebagainya.
Untuk mengetahui apakah, bank tersebut sehat atau tidak, maka bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi. Pengumuman neraca dan perhitungan laba rugi merupakan cerminan dari kinerja bank pada periode waktu yang tertera dalam laporan tersebut sedangkan bagaimana pengukuran penciptaan value bagi shareholders masih merupakan masalah karena bank masih menggunakan pengukuran kinerja yang tradisional. Oleh karena itu, EVA diyakini mampu memberikan solusi terhadap permasalahan tersebut.
Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian dalam thesis ini ingin menguji tiga hal. Pertama, apakah EVA perbankan yang telah go public berkorelasi dengan return sahamnya. Kedua, apakah terdapat pengaruh dari ROE terhadap return sahamnya. Ketiga, apakah benar pengaruh EVA lebih signifikan dibanding ROE terhadap return sahamnya. Penelitian mengambil sampel pada perbankan yang telah melakukan emisi dan terdaftar sebagai emiten secara berkelanjutan di Bursa Efek Jakarta selama 5 periode yaitu dari 1999 sampai dengan 2003. Data sekunder lainnya selain laporan keuangan yang telah diaudit adalah harga penutupan harian harga saham masing-masing perbankan dengan periode tahun yang sarna, Indeks Harga Saham Gabungan, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, dan country risk premium.
Berkenaan dengan hal pertama, pengujian dilakukan dengan tingkat keyakinan sebesar 95% dengan menggunakan analisis korelasi antara EVA dengan return sahamnya. Sedangkan pengujian untuk hal kedua dan ketiga adalah dengan menggunakan Multiple Linier Regression dan tingkat keyakinan sebesar 95%.
Setelah melakukan pengujian, maka didapat hasil sebagai berikut guna menjawab permasalahan dalam penelitian:
1. Sebanyak 2/5 dari 5 tahun penelitian membuktikan bahwa tidak ada korelasi antara EVA perbankan yang telah go public dengan return sahamnya. 3/5-nya membuktikan bahwa korelasi antara EVA perbankan yang telah go public dengan return sahamnya adalah negatif. Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat korelasi antara EVA perbankan yang telah go public dengan return sahamnya, dimana korelasi tersebut adalah negatif.
2. Sebanyak 3/5 dari 5 tahun penelitian membuktikan bahwa tidak ada pengaruh dari ROE terhadap return sahamnya. Sedangkan sisanya, yaitu 2/5 membuktikan bahwa terdapat pengaruh dari ROE terhadap return sahamnya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh dari ROE terhadap return sahamnya.
3. Sebanyak 2/5 dari 5 tahun penelitian menunjukan bahwa EVA lebih signifikan dibanding ROE terhadap return sahamnya. Sedangkan masing-masing sisanya, yaitu 1/5-nya menunjukan bahwa EVA dan ROE tidak signifikan terhadap return sahamnya, ROE lebih signifikan dibanding EVA terhadap return sahamnya, dan EVA dan ROE sama-lama signifikan terhadap return sahamnya Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa EVA lebih signifikan dibanding ROE terhadap return sahamnya.
Hasil penelitian tersebut bukanlah sesuatu yang absolut, mengingat penelitian ini hanya menggunakan 11 bank sebagai sampel. Hal ini dikarenakan hanya terdapat 11 bank yang telah melakukan emisi dan terdaftar sebagai emiten berkelanjutan di BEJ selama 5 periode dari 1999-2003 sesuai dengan jangka waktu pengamatan. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperbanyak sampel penelitian dan jangka waktu penelitian yang lebih panjang. Alasannya, dengan mendapatkan sampel yang lebih banyak dan jangka waktu pengamatan yang lebih panjang akan menghasilkan kesimpulan yang lebih baik. Kesimpulan tersebut dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan yang lebih baik bagi pihakpihak yang berkompeten.
Selain itu, industri yang dipilih untuk penelitian selanjutnya tidak terbatas pada industri perbankan saja. Hal ini bertujuan untuk membuktikan apakah EVA akan berkorelasi positif dengan return saham dan masing-masing perusahaan yang telah go public yang berada dalam industri yang berbeda."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15680
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Indroyono
"Untuk mengukur perekonomian suatu negara, salah satu tolok ukurnya adalah tingkat investasinya dimana makin banyak investasi yang dilakukan di negara tersebut makin tinggi pula tingkat perekonomiannya. Berbicara mengenai investasi, banyak cara yang dapat dilakukan untuk melkkukan investasi di pasar modal. Seperti deposito, saham, obligasi, kurs, dan banyak instrumen lainnya yang menawarkan keuntungan bagi para investor. Yang menjadi subyek penelitian pada penelitian ini adalah investasi pada saham khususnya saham pads sektor rokok.
Dari data-data harga saham sektor rokok pada Bursa Efek Jakarta, dapat dilakukan perhitungan regresi sehingga dapat dilihat perbandingannya terhadap Indeks Harga Saharn Gabungan (IHSG) untuk mengukur tingkat expected return dan risk dari suatu sekuritas. Salah satu caranya dengan menggunakan metode yang sudah cukup popular seperti CAPM. Metode CAPM dapat membantu menentukan tingkat return dan risk dan suatu saham. Capital Asset Pricing Model ( CAPM) adalah suatu model keseimbangan yang menentukan hubungan antara risiko dan tingkat return."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18209
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianipar, Lanni Palmitha Rosetty
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa tentang momen imbal hasil pasar di Indonesia yaitu volatilitas, kecondongan dan keruncingan (volatility, skewness dan kurtosis) dan meneliti mana di antara mereka yang mampu menangkap eksposur risiko. Dengan bantuan cross section dari tingkat imbal hasil, penulis ingin melihat momen pasar mana yang bisa menangkap eksposur risiko. Ada dua pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama, dengan melihat pergerakan imbal hasil portofolio yang telah disusun berdasarkan koefisien delta volatilitas, delta kecondongan dan delta keruncingan yang didapat dari rumus univariate dan multivariate dan pendekatan yang kedua adalah dengan melihat pergerakan Jensen's alpha yang telah dihitung menggunakan Fama-French Three Factor Model. Ada empat periode yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu periode 2002-2012, periode sebelum krisis, periode krisis dan periode setelah krisis. Hasil penelitian di Indonesia menyatakan bahwa keruncingan dari imbal hasil pasar perbulan yang menggunakan rumus univariate mampu menangkap eksposur risiko, baik itu average return maupun Jensen?s alpha.

This study analyzes moments of market return in Indonesia, they are volatility, skewness and kurtosis and analyzes which one of them is able to capture exposure of risk. With the help of cross-section of stock return, authors want to see which one from three moments of market return can capture risk. There are two approaches in this study. The first one is by looking at the movement of the portolio return that had been prepared based on the coefficient of delta volatility, delta skewness and delta kurtosis obtained from univariate and multivariate formula and the second one is by looking at the movement of Jensen's alpha that had been calculated using Fama-French Three Factor Model. There are four period used in this study, those are 2002-2012, before crisis period, crisis period, and after crisis period. The results in Indonesia stated that the kurtosis of monthly market returns using univariate formula is able to capture the exposure of risk, both average returns and Jensen's alpha."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S46528
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haryo Dewanto
"Di lingkungan bisnis yang sangat kompetitif saat sekarang, tanggung jawab perusahaan dalam memanfaatkan modal yang diperolehnya dari pasar modal tidaklah mudah, karena perusahaan tersebut dituntut pula untuk memberikan peningkatan keuntungan bagi para pemodal yang telah ikut menginvestasikan dananya ke perusahaan. Kemudian, perkembangan selanjutnya menghendaki perusahaan untuk tidak hanya bertumpu pada peningkatan keuntungan perusahaan sendiri melainkan lebih jauh untuk meningkatkan nilai bagi para pemodal atau investor.
Terhadap latar belakang tersebut di atas tidak heran jika pada tahun-tahun belakangan ini pengukuran berdasarkan nilai atau value based banyak mendapat perhatian. Sistem pengukuran baru ini bertujuan untuk mengukur kinerja secara periodik dalam konteks perubahan dalam nilai. Mengingatkan nilai berarti sama dengan meningkatkan hasil investasi pemegang saham jangka panjang, sehingga ukuran kinerja keuangan yang didasarkan pada laba akuntansi saat ini sudah dianggap tidak memadai lagi.
Nilai tambah ekonomis ( Economic Value Added = EVA) merupakan suatu pendekatan yang telah dipatenkan oleh Stewart & Company yang digunakan untuk mengukur kinerja suatu perusahaan, dimana EVA menghitung economic profit dan bukan accounting profit dan present value nilai EVA secara periodik di masa depan dikenal dengan Market Value Added (MVA). Selain EVA, tolok ukur lain yang banyak digunakan untuk mengetahui kinerj a perusahaan adalah Residual Income dan Arus kas Operasi (cash flow operation).
Penelitian ini mempunyai tujuan : (1) menganalisis secara parsial pengaruh economic value added, market value added, residual income dan arus kas operasi (cash flow operation) terhadap Imbal Hasil Saham yang diterirna oleh pemegang saham perusahaan publik sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan (2) menganalisis secara simultan pengaruh economic value added, market value added, residual income dan arus kas operasi (cash flow operation) terhadap Imbal Hasil Saham yang diterirria oleh pemegang saham perusahaan publik sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
Metode yang digunakan untuk melihat kontribusi pengaruh masing-masing variabel diatas terhadap Imbal Hasil Saham digunakan analisis regresi linier sederhana (uji t) dan untuk mengetahui pengaruh kesemua variabel secara simultan terhadap Imbal Hasil Saham digunakan analisis regresi berganda (uji F).
Dari hasil uji t terhadap saham sektor pertambangan periode 1995 - 2004 disimpulkan bahwa secara parsial dihasilkan bahwa EVA, MVA, Residual Income dan Arus Kas Operasi (cash flow operation) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Imbal Hasil Saham dan mempunyai hubungan positif terhadap Imbal Hasil Saham. Sedangkan dari hasil uji F terhadap variabel , MVA, Residual Income dan Arus Kas Operasi (cash flow operation) secara simultan dihasilkan bahwa ke empat variabel tersebut secara bersama-sama secara signifikan tidak mempengaruhi Imbal Hasil Sahara, sehingga keempat variabel tersebut bukanlah faktor utama yang menentukan imbal hasil saham maupun dividen.
Dari hasil kesimpulan di atas, maka disarankan sebagai berikut:
1. Dilakukan uji statistik terhadap ke empat variabel tersebut dengan mengasumsikan bahwa ke empat variabel babas tersebut saling berhubungan satu sama lain (korelasi), dimana pada penelitian ini diasumsikan tidak saling berhubungan.
2. Agar model REVA (Refined Economic Value Added) dipakai sebagai salah satu altematif tolok ukur terhadap Imbal Hasil Saham.

Today business environment getting competitive, the company responsibility of exploiting capital that obtained from market capital not so easy, because company have to give more advantage for all investor in the company. F or next development, company will be not only focus in improvement company advantage only, but will be more raised the investor value.
From that reason, no wonder if measurement base value getting a lot of attention lately. This measurement system aim to measuring periodic performance when the value changes. Improving value means as same as improving result of long term investment from stockholder. So measurement of finance performance base on accountancy profit is not adequate in this time.
Economic Value Added is approach which has been patented by Stewart & Company, it used to measure a company performance. EVA calculated the economic profit not calculated the accounting profit. And the periodical of present value in EVA, it called Market Value Added (MVA). The other measure rods to calculate the company performance beside EVA are Residual Income and Cash Flow Operation.
This research have purpose : (I) Analyzing by partial a Influence of Economic Value Added, Market Value Added, Residual Income and Cash Flow Operation to Rate of Return accepted by public company stockholder specially in a mining company that enlisted at Jakarta Stock Exchange or BEJ. (2) Analyzing by simultaneous a Influence of Economic Value Added, Market Value Added, Residual Income and Cash Flow Operation to Rate of Return accepted by public company stockholder specially in a mining company that enlisted at Jakarta Stock Exchange or BEJ
The Method that I used to see influence contribution of each variable above to Rate of Return, it is a modest Tinier regression analysis (T test) and to know influence from all the variable by stimulant to Rate of Return used doubled regression analysis (F test).
Result from T test to share of mining company at period 1986 until 2004, concluded by partial are EVA, MVA, Residual Income, and Cash Flow Operation haven't positive influence to Rate of Return and have positive relation to Rate of return. While result from F test to variable such as MVA, Residual Income, and Cash Flow Operation by simultaneous that the forth variant together not influence Rate of Return so signification. That's mean the forth variable are not the main factor determining Rate of Return and dividend also.
From the conclusion result above, I give some following suggestion are:
1. I Suggestion to used statistical test with assuming the variables each other have correlation, which in this research assumed no correlation among variables.
2. I Suggestion to used Refined Economic Value Added (REVA) model as a one of alternative measuring to Rate of Return.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22227
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ario Wiriandhi
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi volatilitas pergerakan saham individual pada sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi sejak Januari 1998 sampai dengan Desember 2005. Model yang digunakan untuk mengetahui volatilitas tergantung dari hasil uji terhadap varian residual yang digunakan. Jika varian residual tersebut bersifat tidak konstan maka menggunakan model Autoregressive Heteroskedastic (ARCH) dan Generalized Autoregressive Heteroskedastic (GARCH). Namun bila varian dari residual konstan akan menggunakan model Ordinary Least Square, dalam penelitian ini model yang sesuai adalah AutoRegressive Moving Average (ARMA).
Berdasarkan hasil pengolahan data selama periode penelitian ditemukan bahwa terdapat enam emiten yang volatilitasnya bersifat hornoscedastic, yaitu PT Berlian Laju Tanker (BLTA), PT Bukaka Utama (BUKK), PT Citra Marga Nusapala (CMNP), PT Petrosea (PTRO), PT Zebra (ZBRA) dan PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM). Untuk kondisi demikian maka digunakan model AutoRegressive Moving Average (ARMA).
Sementara terdapat enam emiten yang bersifat heteroseedastic yaitu PT Centris Multi Persada (CMPP), PT Humpus Intermoda (HITS), PT Indosat (ISAT), PT Rigs Tender (RIGS), PT Mitra Rajasa (MIRA) dan PT Steady Safe (SAFE), sehingga digunakan model ARCH dan GARCH. Selain itu, terdapat emiten yang memiliki ARCH/GARCH yang volatilitasnya bersifat persisten yang ditandai dengan nilai a + I yaitu RIGS (1998, 1999, 2000, 2001, 2002, 2004, 2005) HITS (1999), CMPP (2000). Adanya persistensi dalam volatilitas mengurangi kestabilan model ARCH/GARCH. Hal ini disebabkan sepanjang periode penelitian data return saham tersebut bersifat stagnan atau pergerakan return yang sangat tinggi dan tajam.

The objectives of this research are to recognize and measure factors affecting the volatility of individual shares movement in infrastructure, utility and transportation sector during January 1998 - December 2005. Model used to identify volatility depend on the result of the test of the varian of residual on the used data. Should the varian of the residual act inconstantly then we use Autoregressive Heteroskedastic (ARCH) and Generalized Autoregressive Heteroskedastic (GARCH) model. But if the varian of the residual act constantly then we use Ordinary Least Square model, which in this research the model that fit the data is AutoRegressive Moving Average (ARMA) model.
Base on the result of the data processing on the research period, it is found that there are six emitens whose volatility is homoscedastic, which are PT Berlian Laju Tanker (BLTA), PT Bukaka Utama (BUKK), PT Citra Marga Nusapala (CMNP), PT Pelrosca (PTRO), PT Zebra (ZBRA) dan PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM). Therefore model used for these emitens is Auto Regressive Moving Average (ARMA) model.
While there are six emitens whose volatility is heteroscedastic which are PT Centris Multi Persada (CMPP), PT Humpus lntermoda (HITS), PT Indosat (ISAT), PT Rigs Tender (RIGS), PT Mitra Rajasa (MIRA) dan PT Steady Safe (SAFE). Therefore model used for these emitens are either Autoregressive Heteroskedastic (ARCH) or Generalized Autoregressive Heteroskedastic (GARCH) model.
It is also found within the research that there are six emitens whose models has a value of a + b ≥ 1, which depicts a persistency. They are RIGS (1998, 1999, 2000, 2001, 2002, 2004, 2005) HITS (1999), CMPP (2000). The presence of a persistency of a model may decrease the stability of the ARCHIGARCH model. This problem may occur due to the movement of the data which are very fluctuate or too stagnant."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T19735
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwansyah
"Hutang ribawi berbasiskan bunga merupakan sebuah dilema yang sedang dihadapi umat muslim dewasa ini. Keberadaan hutang tersebut mendapat tentangan dari sebagian ahli hukum Islam, tetapi penggunaannya sudah sedemikian meluasnya (built-in) diberbagai bidang perekonomian. Melihal fakta tersebut, sebagian ahli hukum Islam membolehkan penggunaan hutang ribawi dengan alasan darurat.
Karya akhir ini mencoba melihat pengaruh keberadaan hutang ribawi terhadap kinerja keuangan yang diwakili oleh tingkat imbal hasil bagi pemilik modal (ROE) dan total aset secara keseluruhan (RUI), efektifitas kinerja operasional yang diwakili oleh tingkat margin keuntungan operasi (OPM) dan pergerakan harga saham perusahaan yang diwakili oleh harga pasar terhadap nilai buku perusahaan (PBV).

The Interest hearing debt has become a dilemma for moslem society recently. Some of Islamic jurists are against its existence, but the use of interest bearing debt has become pervasive in the economic activity. As a consequence, majority of Islamic jurist allowed interest bearing debt for emergency reason.
This thesis tries to explore the effect of interest bearing debt to the firm's financial performance represented by return on equity (ROE), the effectiveness of interest bearing debt allocation to the firm's operational performance represented by operating profit margin (OPM) and market value of firm's share price represented by book to market value ratio (PBV).
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11869
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Prakoso
"Prospek investasi saham berdasarkan syariah di Indonesia diperkirakan akan terus berkembang seiring dengan kesadaran masyarakatnya yang sebagian besar beragama Islam. Pada dasarnya prinsip syariah adalah suatu perjanjian ataupun kontrak yang berdasarkan hukum Islam antara pemilik dana dengan peminjam dana untuk pengelolaan dana, keperluan pembiayaan usaha, atau kegiatan lain yang sesuai dengan prinsip syariah, mengandung unsur pembagian basil berdasarkan nisbah ekuivalen atau bagi basil (mudharabah).
Karp akhir ini untuk mencari faktor yang paling berpengaruh dari perubahan ekonomi makro terhadap perubahan return Jakarta Islamic Indeks dan Indeks Harga Saham Gabungan. Maka peneliti akan mencoba mencari korelasi perubahan Jakarta Islamic Indeks dan indeks Harga Saham Gabungan yang dipengaruhi oleh perubahan variabel makro ekonomi mulai tahun 2001 sampai tahun 2005.
Hasil analisa data dapat terlihat bahwa kurs dan inflasi yang terdistribusi normal sedangkan rJIJ, rihsg, rsbi dan rri2 tidak terdistribusi normal. Hasil uji satasioner dapat dilihat bahwa data return Jakarta Islamic Indeks (JII), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), inflasi, kurs, m2 adalah stasioner sedangkan rsbi (1 bulan) tidak stasioner !arena probability adalah 0.7436 lebih besar dari 0,05 maka perlu dilakukan transfonnasi first difference yaitu dari ordo 0 menjadi ordo 1.
Dan analisa data dapat dilihat bahwa inflasi dan sbi 1 bulan terdapat korelasi yang lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0.228342, Kurs dan uang beredar (M2) juga terdapat korelasi lcbih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0.600638. Uang beredar (M2) terdapat korelasi yang lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,098219. Hal ini menunjukan bahwa antar variabel tersebut mernpunyai korelasi positif atau terjadi multikolinieritas. Peningkatan nilai inflasi maka pemerintah akan mena&kan suku bunga untuk mengendalikan laju inflasi. Dengan adanya kenaikan suku bunga maka masyarakat akan cenderung untuk menabung daripada untuk mcmbclanjakannya sehingga uang yang beredar (M2) akan naik pula. Hal ini menunjukan bahwa antar variabel tersebut terjadi multikolinieritas. Walaupun terdapat korclasi antar variabel diatas dan signifikan, namun tetap dimasukan regresi karma salah satu penyelesaian bila terdapat korelasi antar variabel adalah dengan mendiamkan saja atau tetap memasukkan variabel tersebut ke dalam model regresi (Gujarati,2003).
Hasil uji D-W menunjukkan bahwa Jakarta Islamic Index dan Index Harga Saham Gabungan diarca tidak ada autokorelasi. Dari basil analisa berdasarkan E-views 5.0, temyata yang signifikan pada a = 5% adalah kurs dengan probability dibawah 0,05 (0.00330) untuk Jll dan probability dibawah 0,05 (0.00250) untuk IHSG. Hubungan antara return Jakarta Islamic Index dan return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan variabel makro dapat dilihat dari persamaan seperti dibawah ini:
Rill = 0.0153 - 0.2999 inflasi - 0.8384 kurs + 0.7582m2 - 8.75796dsbi
RIHSG = 0.0156 - 0.2290 inflasi - 0.7454 kurs + 0.4028 m2 - 10.6913 dsbi
Analisis dilakukan dengan menggunakan Granger causality test bahwa hubungan return Jll dengan sbi terdapat pengaruh, dimana probabilitasnya di bawah 5% (Ho ditolak) hanya untuk lag 1, begitu sebaliknya antara sbi dengan return ill terdapat pengaruh, dimana probabilitasnya di bawah 5% (Ho ditolak) hanya untuk lag 1 sedangkan antara return Jll dengan variabel ekonomi makro Iainnya (kurs, inflasi, uang beredar) tidak terdapat pengaruh, dimana probabilitasnya lebih dari 5% (Ho diterima).

The prospect of investment in Islamic stock exchange in Indonesia is expected to grow due to the fact that most Indonesians arc Moslems. The basis of Islamic (Syariah) principle is an agreement or contract base on Islamic law between lender and borrower for fund management, business financing, or any other activity, which contain a profit sharing.
The purpose of this study is to find out what element in macro economics change which is the most influencing factor towards the return of Jakarta Islamic Index (JIl) and the IHSG. In this study I try to look for the correlation between the changes in .111 and II-ISG which are influents by the change in macro economic variables since the year 2001 to 2005.
We could see from the result of data analysis that exchange rate and inflation were distributed normally while 011, rihsg, rsbi, and rm2 were not distributed normally. From the stationary test we could see that the data of return .Ill, IHSG, inflation, exchange rate, m2 were stationer, while return of sbi (I month) is not stationary. The probability of rsbi was 0.7436 (more than 0.05), so it is necessary to perform first difference transformation from order 0 to order I .
Data analysis showed that correlation of inflation and sbi (I month) is 0.228342, correlation of exchange rate and m2 is 0.600638, and correlation of m2 is 0.098219, all three are larger than 0.05. The data revealed that those variables have a positive correlation or multi colinierity. With an increase of inflation rate, the government will increase the saving rate to control the inflation. Rather than spending it, people tend to save their money when the saving rate increased, which will have an effect on the m2, so there are multi colinierity for those variables. Those variables are included in the regression because the solution of correlation of variables is to leave it or to include the variables into the regression (Gujarati, 2003).
D-W test result revealed that there is no auto correlation of i l l and IHSG. E-views 5.0 analysis showed that variables which are significant at a = 5% is exchange rate, with probability less than 0.05 (Ml = 0.00330 and IHSG = 0.00250).
Formula ofill and IHSG are:
R11l = 0.0153 - 0.2999 inflation - 0.8384 exchange rate + 0.7582 m2 -- 8.7579 dsbi R1 HSG = 0.0156 - 0.229 inflation -0.7454 exchange rate + 0.4028 m2 - 10.6913 dsbi
Analysis is completed using Granger causality test which showed influence of sbi to return ill and vice versa for lag 1 (probability less than 5%, Ho rejected). There is no influence of other variables (exchange rate, inflation, m2) to return ill (probability more than 5%, Ha accepted)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19716
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Peter Umar
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pasar modal syariah yang terbentuk melalui saham-saham syariah yang tercatat pada Jakarta Islamic Index (JII) sudah merupakan pasar modal yang efisien. Pasar modal yang efisien di mana harga yang terbentuk menyesuaikan secara cepat dengan informasi yang diterima merupakan pasar yang ideal yang sangat sesuai dengan syariah Islam.
Dalam penelitian ini dilakukan dengan metode event study dan kejadian atau informasi yang dilakukan pengamatan adalah tanggal pengumuman dividen oleh emiten yang terdaftar pada JII dan disebut tanggal kejadian (event date).
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengumuman dividen yang dilakukan oleh emiten syariah tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap return dari saham-saham yang terdaftar pada Ill atau tidak terdapat abnormal return (excess return) yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa pasar modal syariah belum merupakan pasar modal yang efisien karena adanya informasi pengumuman dividen tidak tercermin dalam harga maupun return dari saham-saham yang terdaftar pada JII.
Dari tujuh emiten yang termasuk dalam sampel rata-rata abnormal return tertinggi hanya mencapai 1,01% yang dicapai pada hari ketiga setelah tanggaI kejadian dan kerugian terbesar yang terjadi mencapai sebesar 1,16% yang dicapai pada had kelima sebelum tanggal kejadian.
Dui 21 hari pengamatan hanya 10 hari mencatat adanya abnormal return sedangkan 11 hari justru mencatat kerugian. Sedangkan dari perhitungan terhadap cumulative abnormal return tercatat hanya 5 hari yang mencatat cumulative abnormal return positif sedangkan 16 hari lainnya tercatat negatif."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T17722
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>