Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 142137 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Nainggolan, Roy Charles
"ABSTRAK
Pengolahan sampah organik, dapat berjalan dengan baik apabila sampah tersebut mempunyai kadar air dan komponen organik besar. Karakteristik sampah di kawasan PT. Bumi Serpong Damai yang terbanyak adalah sampah organik, yaitu mencapai 80 % dari seluruh sampah yang dihasilkan.
Dengan adanya pengolahan sampah organik sistem composting di PT. Bumi Serpong Damai, maka sampah-sampah yang seharusnya di buang ke tempat pembuangan akhir (TPA) dapat dimanfaatkan kembali untuk dijadikan kompos.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan nilai C/N rasio dalam sampah organik dan proses pengomposan yang optimal agar proses pengomposan dapat berjalan dengan baik serta kompos yang dihasilkan mengandung unsur hara yang besar.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampah organik yang ada di kawasan Bumi Serpong Damai, dengan perlakuan sebagai berikut : sampah organik C/N.rasio maksimal (> 20-40 : 1) dengan terowongan bambu (PSO.BSD-1), sampah organik C/N rasio optimal (20-40 : 1) dengan terowongan bambu (PSO.BSD-2), sampah organik C/N rasio minimal (< 20-40 : 1) dengan terowongan bambu (PSO.BSD-3), sampah organik C/N rasio maksimai (> 20-40 1) tanpa terowongan bambu (PSO.BSD-4), sampah organik C/N rasio optimal (20-40 : 1) tanpa terowongan bambu (PSO.BSD-5), sampah organik C/N rasio minimal (< 20--40 : 1) tanpa terowongan bambu (PSO.BSD-6). Kemudian diulang sebanyak lima kali.
Sampah organik yang telah berubah menjadi kompos, berwarna kehitaman setelah mengalami pembusukan secara aerob sulit dikenali lagi dari bahan asal dan terjadi perubahan sifat kimianya.
Komposisi sampah organik (perbandingan C/N rasio) berpengaruh positif dengan lama proses pengomposan dan kandungan unsur hara dalam kompos (N, P, K, Ca, Mg, C, C/N). Sedang proses pengomposan berpengaruh negatif dengan lama proses pengomposan.
Kandungan logam berat dalam kompos menunjukkan bahwa pada semua perlakuan menghasilkan kompos yang mengandung logam berat jauh di bawah standar US Environmental Protection Agency (EPA).
Menerapkan pengolahan sampah organik dengan sistem komposting dengan bahan baku yang mempunyai perbandingan C/N rasio optimal (sampah buah-buahan), di PT. Bumi Serpong Damai.
ABSTRACT
The Effect of Organic Waste Variation C/N Ratio by This organic processing plant runs well only when the waste contains water and main organic component. The organic waste at PT. Bumi Serpong Damai reaches as high as 80 percent of the total garbage.
With the existence of this compost system organic waste processing plant, PT. Bumi Serpong Damai can recycle the organic waste and make use of the resulted compost. And such an advantage prevents the waste from being disposed at the final garbage dump.
Specific study had been conducted to figure out the C/N ratio contained in the organic waste and in the optimal compost process so that the compost process ran in order and the compost had sufficient fertile substances.
The raw material used in such a specific study was the organic waste found at PT. Bumi Serpong Damai. This organic waste had certain characteristics and went through the following treatment : organic waste having maximum C/N ratio of being > 20 - 40 : 1 with bamboo tunnel (PSO.BSD-1), organic waste having optimum C/N ratio of being 20 - 40 : 1 with bamboo tunnel (PSO.BSD-2), organic waste having minimum C/N ratio of being < 20 - 40 : 1 with bamboo tunnel (PSO.BSD-3), organic waste having maximum C/N ratio of being > 20 - 40 : 1 without bamboo tunnel (PSO.BSD-4), organic waste having optimum C/N ratio of being 20 - 40 : 1 without bamboo tunnel (PSO.BSD-5), organic waste having minimum C/N ratio of being c 20 - 40 : 1 without bamboo tunnel (PSO.BSD-B). This treatment is subject to a five-time repetition.
The resulted compost has dark and blackish color after going through the decaying process and its origin becomes unidentifiable, due to the chemical characteristic changes.
Organic waste composition, or the C/N ratio, influences the length of the compost process and the fertile substances contained in the resulted compost such as N, P, K, Ca, Mg, c, and C/N. On the other hand, the compost process negatively affects its length.
The treatment applied in the processing plant has produced compost in which the amount of heavy metal substances contained in the compost is lower than the EPA standard.
The use of compost system organic waste processing plant with raw material of having optimum C/N ratio (disposed fruits) at PT. Bumi Serpong Damai.
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sarah Audadi Ilham
"ABSTRAK
Oksidasi amonia dalam lingkungan dikenal sebagai proses nitrifikasi terdiri atas dua tahap, yaitu proses oksidasi amonia menjadi nitrit dan selanjutnya nitrat. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi rasio C/N terhadap kemampuan sedimen Muara Karang dalam mengoksidasi amonia. Parameter yang diukur adalah konsentrasi amonia, nitrit, nitrat, nilai pH, suhu, dan kadar oksigen terlarut. Identifikasi isolat bakteri nitrifikasi dari sedimen dilakukan menggunakan VITEK 2. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan rasio C/N memberikan perbedaan signifikan pada penurunan konsentrasi amonia antar kelompok perlakuan ? = 0,05, sementara tidak ada pengaruh terhadap konsentrasi nitrit ? = 0,05 dan nitrat ? = 0,001. Proses oksidasi tercatat terjadi pada suhu 26.6 mdash;28.9 C, dalam rentang pH 6,8-7,2 dan kadar oksigen terlarut 5,2 mdash;8,6 mg/L. Tiga isolat telah berhasil diidentifikasi menggunakan VITEK 2 sebagai Acinetobacter ursingii, Shewanella putrefaciens dan Pseudomonas aeruginosa dengan probabilitas 88, 91, dan 99.

ABSTRACT
Oxidation of ammonia in the environment is known as nitrification. The process itself is a two step process which oxidizes ammonia into nitrite then nitrate. Research was conducted to figure out the effect of C/N ratio variation in oxidizing ammonia by sediments collected from Muara Karang. Parameters measured during the research are ammonia, nitrite, and nitrate concentration using colorimetric method, pH, temperature, and dissolved oxygen DO. Identification of the isolate from sediments was done by using VITEK 2. The results revealed a significant difference 0,05 in ammonia concentration between treated groups, whilst no differences are noted in nitrite 0,05 and nitrate 0,001 concentration. The oxidation of ammonia recorded in the systems occurred at 26.6-28.9 C, with pH value 6,8-7,2 and 5,2-8,6 mg L of dissolved oxygen noted in the system. Isolates identified using VITEK 2 are described as Acinetobacter ursingii 88, Pseudomonas aeruginosa 99, and Shewanella putrefaciens 91. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Latifa Marla Widadri
"Gas merupakan salah satu bentuk produk hasil metabolisme mikroorganisme, dapat disebut sebagai biogas. Biogas berupa gas metana diketahui dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan. Produksi gas metana oleh bakteri terjadi pada siklus metanogenesis dengan tiga tahap yaitu, hidrolisis, asetogenesis, dan metanogenesis. Proses ini umumnya dilakukan oleh bakteri dalam lingkungan dengan kondisi anaerob. Sedimen Sungai Muara Karang dengan kondisi tercemar materi organik dan rendah oksigen berpotensi sebagai habitat mikroba anaerob dengan kemampuan metanogenesis. Kemampuan mikroba sedimen dalam produksi biogas diuji dengan menginokulasi sedimen Muara Karang pada medium Methanogen Enrichment Barker broth dengan variasi rasio C/N sumber karbon glukosa untuk mengetahui kemampuan produksi biogas. Parameter kemampuan produksi biogas oleh mikroba sedimen Muara Karang dilakukan dengan perhitungan total karbon, total nitrogen, volume biogas, chemical oxygen demand COD, dan pH. Diperoleh dua isolat yaitu, isolat I dan isolat II. Identifikasi dilakukan menggunakan VITEK 2 compact. Hasil penelitian menunjukkan rasio C/N 25:1 menghasilkan biogas terbesar, namun tidak menurunkan kadar COD dengan baik. Isolat I diidentifikasi sebagai Methylobacterium spp. dan isolat II diidentifikasi sebagai Dermacoccus nishinomiyaensis.

Gas is one form of metabolism microorganisms products, it can be identified as biogas. Biogas in the form of methane gas can be utilized as a renewable energy source. The production of methane gas by bacteria occurs through methanogenesis with three stages namely, hydrolysis, acetogenesis, and metanogenesis. This process is generally performed by bacteria in anaerobic environment. The Muara Karang River Sediments contaminated with organic matter and low oxygen potential as anaerobic microbial habitat with metanogenesis ability. The ability of sediment microbes in biogas production is tested by inoculating Muara Karang sediment in Methanogen Enrichment Barker broth medium with variation of C N ratio with glucose as carbon source to analyze biogas production. The parameter of biogas production by Muara Karang sediment microbe is performed by calculating total carbon, total nitrogen, biogas volume, chemical oxygen demand COD, and pH. Two isolates were obtained, namely isolate I and isolate II. Isolates identified by VITEK 2 compact. The result showed that C/N 25:1 ratio produced the largest biogas, but did not lower COD level well. Isolate I was identified as Methylobacterium spp. and isolate II was identified as Dermacoccus nishinomiyaensis."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Matualaga, Evani Gloria Riska
"Bekatul merupakan produk samping dari proses penggilingan padi yang dimanfaatkan dalam bentuk minyak bekatul karena mengandung senyawa bioaktif yang baik untuk kesehatan, salah satunya tokotrienol. Tokotrienol merupakan salah satu komponen vitamin E yang larut dalam lemak serta memiliki sifat antioksidan yang sangat kuat. Peningkatan kandungan tokotrienol pada minyak bekatul dapat dilakukan dengan proses fermentasi menggunakan kapang Aspergillus terreus. Faktor yang memengaruhi proses fermentasi bekatul di antaranya waktu inkubasi dan rasio C/N. Penelitian ini memvariasikan waktu inkubasi pada proses fermentasi selama 3, 4, 5, 6, dan 7 hari, serta rasio C/N sebesar 25, 30, 35, 40, dan 45 melalui penambahan glukosa dan pepton. Bekatul hasil fermentasi diekstraksikan dengan menggunakan metode Green Bligh-Dyer untuk memperoleh minyak bekatul. Bekatul diekstraksikan dengan pelarut etil asetat, etanol, dan KCl 0,58% dalam aquades dengan rasio 48:17:35 (v/v/v). Kandungan tokotrienol pada minyak bekatul dianalisis menggunakan instrumen High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa waktu inkubasi terbaik untuk meningkatkan kadar tokotrienol dalam minyak bekatul adalah selama 5 hari, dengan peningkatan sebesar 421,74% (b/v). Sementara itu, variasi rasio C/N tidak berpengaruh terhadap peningkatan kadar tokotrienol dalam minyak bekatul.

Rice bran is a by-product of the rice milling process which is utilized in the form of rice bran oil, because it contains bioactive compounds that are good for health. One of the bioactive ingredients in bran oil is tocotrienols. Tocotrienols are a component of fat-soluble vitamin E and have very strong antioxidant properties. Enhancement of the tocotrienol content in rice bran oil can be carried out by a fermentation process using Aspergillus terreus. Some factors that affect the rice bran fermentation process are incubation time and ratio of C/N. This study varied the incubation time in the fermentation process for 3, 4, 5, 6, and 7 days, as well as a C/N ratio of 25, 30, 35, 40, and 45 through the addition of glucose and peptone. Fermented rice bran was extracted through the Green Bligh-Dyer method to obtain rice bran oil. Rice bran was extracted by ethyl acetate, ethanol and KCl 0,58% in aquades with the ratio of 48:17:35 (v/v/v). Tocotrienol content in rice bran oil was analyzed using High Performance Liquid Chromatography (HPLC) instruments. The results of this study indicated that the best incubation time for increasing tocotrienol levels was 5 days, with an increase of 421,71% (w/v). Meanwhile, variation of C/N ratio did not affect the increase in tocotrienol levels in rice bran oil."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Taufik Hidayat
"Bahan anti karat (pelindung organik) yang digunakan sebagai pelapis untuk melindungi bagian body kendaraan bermotor, dibuat dengan proses yang sederhana yaitu dengan memanaskan bitumen sampai titik leleh dan menambahkan filler (talk) dan pelarut (toluena) dalam jumlah tertentu. Proses di atas memiliki beberapa kekurangan seperti pemborosan material dan membahayakan pekerja oleh karena itu dilakukan perubahan proses. Pada proses baru bitumen tidak dipanaskan melainkan langsung dilarutkan baru kemudian filler (talk) dimasukan dan diadulc. Untuk mendapatkan karakteristik yang minimal sama dengan proses lama, dilalculcan dengan mengvariabel jumlah lallf. Untuk maksud pemasaran yang lebih luas, karalcteristik produk proses baru selaln dibandinglcan dengan produk proses lama (stahl kote) juga dibandingkan dengan produk impor (dunlop). Hasil penelitlan menunjukan bahwa perubahan proses tidak mempengaruhi daya lekat, pelepuhan dan pembentukan pin hole namun dapat menurunkan ketahanan korosi (meningkatkan lebar karaaj, yaitu dari 2,5 mm menjadi 3,5 mm (untuk waktu elcspose 48 jam) dan dari 6,5 mm menjadi 7 mm (untuk waktu ekspase 144 jam). Selain itu juga menurunlcan lcetahanan abrasi (menurunkan jumlah pasir yang dibutuhkan untuk mengikis I mils tebas, yaitu dari 0,13 liter/mikron menjadi 0,086 lirerv'mikron. Pengaruh penambahan talk pada komposisi pelindung organik yang ditelili, ternyata menurunlcan kerahanan korosi, abrasi dan pembentulcan pin hole namun tidak mempengaruhi daya lekat. Karakteristik produk impor (dunlop). seperti ketahanan korosl, abrasi dan pembentukan pin hole lebih bail: dari baik produk dengan proses lama maupun baru. Sedangkan untuk daya lekatnya relatif sama. Adapun pelepuhan yang lergfadi bukan sebagai pengaruh perubahan proses maupun penambahan talk, namun semata-rnata hanya karena adanya kehilangan daya lekat pelindung organik dengan permukaan logamnya pada beberapa bagian daerah tertentu."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47845
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Vitriana
"Sampah makanan memiliki kecenderungan timbulan semakin besar dan apabila tidak dikelola dengan tepat maka menimbulkan masalah kesehatan masyarakat dan kebersihan lingkungan. Salah satu upaya mengolah dan menambah nilai sampah tersebut yaitu pengomposan. Dengan campuran daun kering dari halaman Fakultas Teknik Universitas Indonesia, sampah makanan yang berasal dari kantin fakultas tersebut dikomposkan secara in vessel. Karena rasio C/N bahan baku kompos penting maka didisain 18, 20, dan 22, dengan perbandingan sampah makanan terhadap daun berturut-turut sebesar 3:1, 1:1, dan 1:3. Pengomposan selama 60 hari menunjukkan rasio C/N memengaruhi salinitas, konduktivitas, kadar air, volatile solids, karbon, nitrogen, volume lindi, dan warna kompos, secara signifikan. Berdasarkan kualitas kompos pada SNI 19-7030-2004, rasio C/N sebesar 20 optimal digunakan.

Food waste has an increasing trend line in generation and if it is not managed properly, it will make problem in public health and environment clean. One of action to treat and add its value is composting. By mixing dry leaves from yard in Engineering Faculty Universitas Indonesia and food waste from canteen in the same faculty, they were composted in vessel. Because of ratio C/N feedstock is important, so it was designed into 18, 20, and 22, with ratio of the food waste to dry leaves in a path were 3:1, 1:1, and 1:3. Composting during 60 days showed that the ratio C/N affected salinity, electric conductivity, water content, volatile solids, carbon, nitrogen, leachate volume, and colour of compost, significantly. Based on compost quality in SNI 19-7030-2004, ratio C/N feedstock in 20 is optimal to use."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57496
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>