Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 92920 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Marti Maria Salea
"Stres kerja dapat memberikan dampak negatif, baik bagi individu maupun bagi perusahaan, sehingga perlu diminimalisasi. Untuk itu, perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja sehingga dengan melakukan penanganan terhadap faktor-faktor tersebut diharapkan dapat mengurangi stres kerja. Penelitian difokuskan pada wanita karena jumlah tenaga kerja wanita semakin meningkat, sehingga memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap produktivitas perusahaan.
Responden penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu 100 perawat yang mewakili bidang kerja tradisional, dan 80 pekerja komputer yang mewakili bidang kerja non-tradisional. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari Job Stress Survey (Spielberger, 1991) untuk mengukur intensitas, frekuensi, dan tingkat sires kerja, Personal Attributes Questionnaire (Spence & Helmreich, 1974) untuk mengukur orientasi peran jender, dan The Coping Proactive Scale (Greenglass, dick., 1999) untuk mengukur kemampuan coping proaktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bidang kerja, orientasi peran jender dan coping proaktif memberikan pengaruh yang signifikan terhadap frekuensi stres kerja. Orientasi peran jender dan coping proaktif memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat stres kerja. Sifat maskulinitas memberikan sumbangan terbesar dan bermakna, serta berkorelasi negatif dengan frekuensi dan tingkat stres kerja. Femininitas dan coping proaktif juga memberikan pengaruh yang positif dan bcnnakna terhadap frekuensi dan tingkat stres kerja. Bidang kerja tidak memberikan pengaruh yang bermakna terhadap frekuensi dan tingkat stres kerja. Wanita yang bekerja di bidang kerja tradisional menunjukkan tingkat stres yang sama dengan wanita yang bekerja di bidang kerja non-tradisional.
Stres kerja, baik pada wanita di bidang kerja tradisional maupun nontradisional, Iebih banyak berasal dari "lack of support" dibandingkan dengan "job pressure"."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T17984
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maharsi Anindyajati
"ABSTRAK
Konflik peran merupakan suatu kondisi yang dapat menyebabkan stres pada atlet
mahasiswa. Stres yang dialami oleh atlet mahasiswa berpengaruh pada unjuk
kerjanya dalam kegiatan akademik dan olahraga. Stres dapat menurunkan unjuk
kerja dan menimbulkan berbagai gangguan emosi, fisik, dan tingkah laku. Di sisi
lain, stres dapat meningkatkan unjuk kerja. Upaya untuk membatasi efek negatif
stres menurut Greenberg adalah melalui manajemen stres.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara sebagai
metode pengumpulan data yang utama. Metode penunjang yang digunakan
adalah observasi. Dalam penelitian ini juga digunakan berbagai alat bantu,
seperti, pedoman wawancara, lembar observasi, dan alat perekam. Subyek dalam
penelitian ini adalah empat orang atlet mahasiswa Universitas Indonesia yang
berasal dari fakultas dan program studi yang berbeda.
Hasil penelitian terhadap keempat atlet mahasiswa menunjukkan bahwa mereka
mengalami konflik peran dengan intensitas dan kualitas yang berbeda. Keempat
subyek juga memiliki persepsi yang berbeda terhadap konflik peran. Konflik
peran pada atlet mahasiswa timbul karena adanya tuntutan dari dalam diri dan
lingkungan subyek untuk dapat menjalankan dua perannya dengan baik.
Kesulitan yang dialami subyek dalam memenuhi tuntutan tersebut akan
menimbulkan stres pada dirinya. Walaupun seluruh subyek mengahadapi sumber
stres yang sama, namun respons yang diberikan berbeda pada tiap subyek. Dari
hasil penelitian juga ditemukan bahwa stres yang disebabkan oleh konflik peran
tidak selalu membawa efek negatif, tetapi juga positif. Untuk mengatasi efek
negatif stres, setiap subyek melakukan manajemen stres yang berbeda.
Intensitas dan kualitas konflik peran mempengaruhi persepsi subyek terhadap
konflik peran. Intensitas dan kualitas konflik peran yang tinggi menyebabkan
persepsi negatif terhadap konflik peran. Konflik peran ini terjadi terutama karena
adanya tuntutan dari dalam diri keempat subyek untuk dapat menjalankan
kegiatan akademik dan olahraganya dengan baik. Untuk mengatasi efek negatif
stres, intervensi terhadap situasi yang merupakan sumber stres adalah teknik
manajemen stres yang paling sering dilakukan oleh keempat subyek. Peranan
berbagai pihak yang terkait sangat diperlukan dalam memberikan pelatihan
khusus dan sosialisasi berbagai teknik manajemen stres bagi para atlet mahasiswa."
2001
S3060
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putricaya Windiarti
"Kehamilan yang tidak diinginkan sebagai akibat dari seks pranikah yang dilakukan oleh remaja wanita umumnya berakhir pada aborsi. Kehamilan tersebut merupakan stresor yang mengancam kesejahteraan mereka dan menjadikan aborsi satu-satunya solusi untuk menghindari risiko dan tanggung jawab sosial, finansial, dan psikologis yang ada apabila kehamilan tersebut dilanjutkan. Akan tetapi, aborsi sendiri merupakan stresor besar bagi mereka, disebabkan adanya risiko komplikasi medis dan penghujatan sosial karena stigma sosial dan ilegalitas aborsi di Indonesia.
Penelitian kualitatif ini mengungkapkan bahwa derajat stress yang dialami oleh partisipan remaja wanita yang melakukan aborsi adalah moderate stress dan cara mereka menghadapi stres akibat aborsi adalah emotion-focused coping yang merupakan cara terbaik dalam menghadapi stresor yang tidak dapat dimodifikasi. Lain halnya dalam menghadapi stres akibat kehamilan, segala tindakan mereka mengarah kepada problem-focused coping yang pada dasarnya berusaha mengubah atau mengeliminasi stresor, dalam kasus ini, kehamilan. Kesimpulannya, partisipan penelitian ini menunjukkan penyesuaian diri yang baik terhadap aborsi dan juga dalam hidup setelahnya.

Unwanted pregnancies resulted from premarital sex amongst female adolescence generally ended in abortion. Since the pregnancies became a stressor to them that threatens their well-beings, it makes abortion an only solution to avoid social, financial, and psychological risks and responsibilities they will have to endure by sustaining their pregnancies. However, abortion itself is a great stressor to them, owing to the fact that it has risks of medical complications and social condemnation to them, since abortion is illegal and also a social stigma in Indonesia.
This qualitative research shows that the stress level experienced by the participants that had abortions is somewhat moderate and the way they cope with the stress caused by abortion is emotion-focused coping which is the best way to cope with unalterable stressors. On the contrary, in dealing with the stress caused by unwanted pregnancies, all their actions lead to problem-focused coping, which essentially tries to modify or in this case, eliminate stressor, the pregnancy itself. In conclusion, the participants of this research showed good adjustments to the abortion, and to their lives after it."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini berfokus pada kepuasan kerja pada polisi wanita yang berdinas di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Aspek yang ingin dilihat dari penelitian ini adalah hubungan stres dan kepuasan kerja. Stres dalam penelitian ini ada dua, yaitu stres kerja dan work-family conflict. Pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan kuisioner dengan menitipkannya kepada rekan yang memiliki kenalan polisi wanita dan memberikan kuisioner di empat Polres, yaitu Polres Jakarta Timur, Polres Jakarta Pusat, Polres Jakarta Barat, dan Polres Depok. Dari 126 kuisioner yang disebar, hanya 88 partisipan yang datanya dapat diolah karena memenuhi kriteria partisipan dalam penelitian ini. Teknik statistik yang digunakan adalah korelasi Pearson, yang betujuan untuk melihat adanya hubungan yang berarti dari dua variabel (Guilford & Frutcher, 1978).
Dari analisis terhadap hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: 1) Terdapat hubungan yang negatif signifikan antara stres kerja dan kepuasan kerja. Hal ini berarti, semakin tinggi stres kerja yang dialami oleh polisi wanita maka semakin rendah kepuasan kerjanya dan sebaliknya; 2) Terdapat hubungan yang negatif signifikan antara work-family conflict dan kepuasan kerja. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi work-family conflict maka semakin rendah kepuasan kerjanya dan sebaliknya.

This research focused on job satisfaction in policewomen works in Jakarta and surrounds. There are two aspects of stress this research seeks, the effect of work stress and work-family conflict on job satisfaction. The information acquired from questionnaire given to policewomen in two ways. First way is by giving them through some contact persons. Secondly, researcher came directly to four Police Resorts (Three Police Resorts in Jakarta and one Police Resort in Depok). From 126 questionnaires given, only 88 can be counted statistically because they met the requirements of this study. By using Pearson's Product Moment Correlation, researcher can find out the correlation between two variables (Guilford & Frutcher, 1978).
The following are two research results: 1) there are negative and significant correlations between stress work and job satisfaction. This means higher stress work correlated with lower job satisfaction and reverse; 2) there are negative and significant correlations between work-family conflict and job satisfaction. It refers that higher work-family conflict correlated with lower job satisfaction and reverse."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
158.7 MAG h
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Kusmawati
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1995
S2011
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Zhafirah Zhafarina Irawan
"Peran wanita saat ini semakin luas, karena tidak hanya bertanggungjawab dalam keluarga, namun juga turut berperan aktif dalam bekerja. Perencanaan untuk memiliki peran yang seimbang antara keduanya tidak lepas dari antisipasi munculnya konflik antar peran atau yang disebut dengan antisipasi konflik kerja-keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek trait kepribadian dan self efficacy work-family conflict terhadap antisipasi konflik kerja-keluarga pada wanita. Penelitian nonexperimental ini menggunakan anticipated work-family conflict scale untuk mengukur AWFC, Big Five Inventory untuk mengukur trait kepribadian dan work-family conflict self efficacy scale untuk mengukur work-family conflict self efficacy. Partisipan penelitian ini sebanyak 148 orang wanita pada tahap emerging adulthood M = 20.10, SD = 1.551 yang belum bekerja dan berumah tangga. Hasil yang didapatkan berdasarkan analisis mulitple regression menunjukkan bahwa trait conscientiousnessberperan terhadap time based anticipated family interfere work, trait neuroticismberperan terhadap strain based anticipated work interfere family/ family interfere work dan trait agreeablenessberperan terhadap behavior based anticipated family interfere work. Tidak ditemukan pengaruh dari self efficacy terhadap anticipated work-family conflict. Adapun trait kepribadian memiliki kontribusi yang lebih besar dibandingkan self efficacy work-family conflict.

Women rsquo s role is increasing on our society, which is not only responsible in their family as housewife but they also play an active role as a worker. Have balanced life between the two role can rsquo t be separated from the expectation that there will be conflict emerged between roles, which called anticipated work family conflict. This study aims to see the effect of personality trait and self efficacy on anticipated work family conflict among women. This study is nonexperimental study that used Anticipated Work Family Conflict Scale, Big Five Inventory BFI and Work Family Conflict Self Efficacy. Based on women N 148 in their emerging adulthood M 20.10, SD 1.551 , current paper found that conscientiousness significantly predicted time based anticipated family interfere work, neuroticism predicted strain based anticipated work interfere family family interfere work, and agreeableness predicted behavior based anticipated family interfere work. There was no role of self efficacy on anticipated work family conflict. In general, personality trait contributed extensively on anticipated work family conflict more than self efficacy."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T50884
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
S.N.N. Sulistyorini
"Sex dan gender kerap diidentifikasi sebagai hat yang sama. Kerancuan ini berpengaruh besar dalam kehidupan manusia. Secara biologis, manusia dibedakan menjadi dua sex, laki-laki dan perempuan. Sementara gender adalah aspek non-fisiologis dari sex yang memiliki harapan budaya terhadap femininitas dan maskulinitas (Lips, 1988 dalam Stevenson 1994). Salah satu bidang yang terimbas oleh kerancuan sex dan gender adalah bidang kerja. Vianello et al. (1990) menggambarkan stereotip yang ada dalam masyarakat ikut mengimbas dunia kerja. Pada dasarnya dunia kerja Iebih dipengaruhi oleh peran gender, bukan perbedaan jenis kelamin. Sementara, bidang kerja terbagi menjadi bidang kerja tradisional (didominasi nilai femininitas) dan nontradisional (didominasi nilai maskulinitas). Di dalam sebuah pekerjaan, keberhasilannya menuntut adanya kedua peran gender disaat yang bersamaan (Parsons dan Bales, 1955 dalam Spence dan Buckner, 1995 dan Megawangi, 1999).
Salah satu karakteristik bidang kerja tradisional adalah tidak memerlukan komitmen jangka panjang (Van Dusen dan Sheldon, 1976, dalam Basow, 1980). Ini cukup menarik jika melihat mayoritas pekerja di bidang kerja tradisional bekerja dalam jangka waktu yang cukup panjang. Untuk meneliti jenis komitmen apa yang mengikat mereka konsep Tiga Komponen Komitmen Kerja (Meyer, Allen, dan Smith, 1993) dirasa akan dapat menjawab.
Selain mempengaruhi bidang kerja, peran gender juga memiliki orientasi yang unik dalam diri tiap manusia. Orientasi peran gender adalah kepemilikan seseorang atas sifat-sifat kepribadian stereotip maskulin dan feminin yang diharapkan masyarakat (Tang dan Tang, 2001), karakteristik yang nampaknya memiliki harapan sosial yang berbeda pada tiap-tiap jenis kelamin (Spence dan Helmreich, 1978 dalam Robinson, 1995), atau persepsi seseorang tentang maskulinitas dan femininitas dalam dirinya (Raguz, 1991). Maka saat orientasi peran gender seseorang tidak memenuhi harapan sosial yang telah ditetapkan masyarakat atau dirinya sendiri, individu ini dapat mengalami stress akibat peran gender. Stress ini merupakan bentuk unik dari distress yang timbul akibat suatu situasi yang dipersepsikan sebagai pelanggaran terhadap peran gender tradisional (Eisler, 1995 dalam Efthim, Kenny, dan Mahalik, 2001).
Berdasarkan penjabaran ini timbullah beberapa pertanyaan, seperti: bagaimana jika seseorang memiliki orientasi peran gender yang berbeda dengan harapan yang telah terbentuk dalam masyarakat? Apakah ia akan mengalami suatu tekanan (stress)? Apakah orang yang orientasi peran gendernya sesuai dengan harapan masyarakat tidak mengalami stress? Bagaimana jika seseorang laki-laki dengan dominasi feminin yang tetap bekerja di bidang non-tradisional dan perempuan dengan dominasi maskulin yang tetap bekerja di bidang tradisional, karena menuruti kelaziman masyarakat? Apakah mereka akan mengalami stress? Akankah mereka memiliki komitmen terhadap pekerjaannya tersebut? Bagaimana halnya dengan pekerja yang bekerja di bidang yang sesuai dengan orientasi peran gendemya? Apakah mereka tidak akan mengalami stress? Apakah komitmen mereka terhadap pekerjaan lebih tinggi dibandingkan kelompok pertama? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang kemudian memicu penelitian ini.
Dari runtutan penjabaran dan pertanyaan diatas, dapat diasumsikan bahwa terdapat pengaruh antara orientasi peran gender dan stress akibat peran gender secara bersama-sama terhadap komitmen kerja pada pekerja di bidang kerja tradisional. Walaupun pada hasil pengolahan data tidak ditemukan korelasi maupun pengaruh yang signifikan diantara variabel-variabel tersebut, beberapa teori pendukung penelitian ini dapat dibuktikan kebenarannya. Diduga terdapat variabel perantara yang dapat menghubungkan variabel bebas ke variabel terikat sehingga terdapat pengaruh dan korelasi yang signifikan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18616
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>