Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6046 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Nuning Sintya Defa
"Tesis ini membahas kebijakan European Financial Stability Facility EFSF yang dikeluarkan pada tahun 2010 oleh Uni Eropa berdasarkan kesepakatan negara-negara anggota Zona Euro bersama European Central Bank ECB dan International Monetary Fund IMF dalam merespon krisis ekonomi yang terjadi di Yunani, Irlandia dan Portugal pada masa Krisis Ekonomi Zona Euro. Kebijakan EFSF yang dibahas pada tesis ini adalah hal-hal yang melatarbelakangi dikeluarkannya kebijakan EFSF. Hal-hal yang melatarbelakangi tersebut didasarkan kepada kerangka pemikiran neoliberal institusional. Berdasarkan kerangka pemikiran neoliberal institusional, tesis ini menetapkan kelemahan institusional oleh Uni Eropa, European Monetary Union EMU, dan ECB yang tidak memiliki regulasi dan sistem pengelolaan krisis ekonomi telah membuat negara-negara anggota Zona Euro mencari solusi dengan meratifikasi kebijakan EFSF dengan melibatkan IMF sebagai solusi krisis ekonomi yang terjadi di tahun 2010. Tesis ini juga melihat bagaimana implikasi EFSF bagi perekonomian negara-negara Zona Euro yang mengalami krisis, melihat sejauh mana harapan negara anggota Zona Euro dapat direalisasikan.

ABSTRACTThis thesis discusses about the European Financial Stability Facility EFSF policy established in 2010 by the European Union under the agreement of Eurozone member states together with the European Central Bank ECB and the International Monetary Fund IMF as the response of economic crisis in Greece, Ireland and Portugal during the Eurozone Economic Crisis. The EFSF policy discussed in this thesis is the underlying issue of EFSF policy. The underlying things are based on neoliberal institution framework. Based on neoliberal institution framework, this thesis conclude the institutional weaknesses by the European Union, the European Monetary Union EMU, and the ECB which has no regulation and economic crisis management system has made the Eurozone member states seek the solution by ratifying the EFSF policy by involving the IMF as a solution to the economic crisis that occurred in 2010. This thesis also looks at how the EFSF implications for the economy of Eurozone member states in crisis to see how far the expectations can be realized."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ville, Ferdi de
London: Palgrave Macmillan, 2016
337.142 VIL r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Ihsan
"Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa curah hujan dan gempa bumi adalah dua mekanisme utama yang memicu tanah longsor (Keefer, 1984; Schuster et al, 1996;. Crosta, 2004). Untuk tanah longsor disebabkan gempa, banyak telah dilakukan penelitian mendalam tentang identifikasi dan deskripsi tanah longsor coseismal, terutama yang disebabkan oleh gempa bumi bencana ( Keefer, 1984; Harpa et al, 1991;. Jibson et al, 1994;. Harpa dan Jibson, 1996; Khazai dan Sitar, 2004). Pada Rabu,September 30, 2009, jam 5:16, sebuah gempa 7,6 Mw melanda pantai barat Sumatera, yang menyebabkan tanah longsor bidang di tiga desa di Kanagarian Tandikat dan menelan korban jiwa 360 orang.
Penelitian ini mengkaji metode perkiraan untuk menentukan pengaruh infiltrasi pada stabilitas lereng dari dua lapisan dan akibat gempa. Ada dua pendekatan: 1.Analisa matematika dengan kondisi jenuh menggunakan model Hijau-Ampt, 2.Analisa numerik dengan kondisi jenuh menggunakan.
Hasilnya adalah perpindahan akibat meningkatnya variasi kohesi, Dalam kondisi hujan lebih besar dari kapasitas infiltrasi, hal ini ditunjukkan oleh respon yang lebih besar sebelum hujan dan setelah hujan, dan perpindahan pada bagian lereng lebih besar dari bagian datar. Hal ini berarti variasi kohesi yang disimulasikan infiltrasi air hujan pada tiga kondisi, menyebabkan amplifikasi lokal, hal ini lebih berbahaya karena keberadaan air. Yang paling berisiko tanah longsor jika ada air tanah di lapisan batuan yang memisahkan pasir karena akan berisiko karena bidang tanah longsor mengikuti aliran air tanah.

Previous studies have shown that rainfall and earthquakes are two main mechanisms that trigger landslides (Keefer, 1984; Schuster et al., 1996; Crosta, 2004). For earthquake induced landslides, many studies have been concerned with the identification and description of coseismal landslides, particularly those caused by catastrophic earthquakes (see, for example, Keefer, 1984; Harp et al., 1991; Jibson et al., 1994; Harp and Jibson, 1996; Khazai and Sitar, 2004). On Wednesday September 30, 2009,at 5:16 p.m., an Mw 7.6 earthquake struck the west coast of Sumatra that caused landslides fields in three villages in Kanagarian Tandikat a lost life of about360 victims.
This study examines an approximate method for determining the influence of infiltration on the stability of the two superficial layers of slope. There are two approaches: mathematical 1.Analyse unsaturated conditions with the Green- Ampt model, 2.Numerical analysis of saturated conditions using the program FLAC 3D.
The result is displacement increased as the variation of cohesion In the condition when the rain greater than capacity infiltration showed a greater response conditions before the rain After the rain, and the displacement at the slope section greater than flat section. its means variation of cohesion which is simulated rainwater infiltration at all three conditions, causes amplification of the amplification local, is more dangerous because of the presence of water. Who is most at risk of landslides if there is groundwater in the rock which separates the sand it would be risky because the field of landslides following the flow of groundwater.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T29925
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Bank Indonesia, 2014
332 FSR
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliadi Kadarmo
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T25545
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry Irawan
"Dalam beberapa tahun terakhir, terutama setelah terjadinya krisis keuangan, perhatian pemerintah di berbagai negara terhadap financial instability semakin besar. Perhatian tersebut antara lain karena semakin disadari arti penting dan peran strategis sektor perbankan pada umumnya dan sistem keuangan pada khususnya dalam suatu perekonomian, dan terdapat kecenderungan terjadinya peningkatan financial instability selama 30 tahun baik di negara berkembang maupun negara maju. Beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, Swedia dan Finlandia, telah mengalami krisis keuangan atau resesi yang biasanya diiringi dengan menurunnya harga aset-aset dan berbagai permasalahan di sektor perbankannya. Hal ini telah diungkapkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Borio, Kennedy dan Prowse (1994), Bank for International Settlements (1998) dan IMF (2000).
Dalam World Economic Outlook tahun 1998, IMF memberikan gambaran tentang biaya yang harus ditanggung oleh perekonomian sebagai akibat krisis keuangan. Pada saat terjadi krisis mata uang, secara rata-rata, pertumbuhan ekonomi kembali ke trendnya dalam jangka waktu sekitar I-1,5 tahun, dan kumulatif output lost untuk setiap krisis sekitar 4,25%. Untuk krisis mata uang yang parah output lost-nya bahkan mencapai sekitar 8.25%. Sementara Krisis Perbankan, relatif membutuhkan waktu recovery yang lebih Iama dan output lost yang lebih banyak dibandingkan currency crisis: secara rata- rata membutuhkan waktu sekitar tiga tahun untuk pertumbuhan output kembali ke trendnya, dan ourpur loss yang terjadi bisa mencapai sekitar 1 l,5%.
Apa yang diuraikan di atas sangat relevan untuk dipertimbangkan dalam menganalisis berbagai pemasalahan ekonomi yang terjadi di Indonesia pada saat terjadi krisis keuangan menghantam pada tahun 1997. Dari peristiwa-peristiwa yang terjadi selama krisis ekonomi, penulis melihat dua fenomena yang menarik untuk diteliti, yang berkaitan tentang keterkaitan antara upaya untuk mencapai stabilitas harga dengan stabilitas sistem keuangan.
Fenomena pertama, upaya pemerintah untuk mempertahankan stabilitas sistem keuangan dengan memberikan batuan likuiditas bagi bank-bank yang mengalami masalah likuiditas telah mendorong meningkatnya laju inflasi. Dengan kata lain upaya untuk mempertahankan stabilitas sistem keuangan telah mengorbankan stabilitas harga.
Fenomena kedua, upaya bank Sentral dalam mengendalikan inflasi telah menyebabkan terjadinya fenomena credit crunch di Indonesia. Dengan kata lain, upaya untuk mencapai stabilitas harga telah menyebabkan stabilitas sistem keuangan menjadi terganggu.
Diskusi tentang bagaimana keterkaitan antara kebijakan moneter dalam mencapai stabilitas harga serta dampaknya pada stabilitas sistem keuangan sebenarnya sudah terjadi antara pengambil kebijakan dengan ekonom dan antar ekonom sendiri, misalnya Svensson (1996), Taylor (1996), Bean (1998) dan Goodfriend (2001) juga Bernanke dan Gertler(1999).
Sehubungan dengan uraian di atas, tulisan ini mencoba meneliti beberapa pertanyaan yang sebelumnya belum pernah dilakukan. Pertama, pengaruh shock pada tingkat suku bunga, dalarn upaya untuk mencapai stabilitas harga, pada peningkatan financial instability Indonesia. Kedua, pengaruh shock yang berasal dari pertumbuhan kredit, saat terjadi ganguan stabilitas harga, pada peningkatan financial instability Indonesia. Ketiga, pengaruh shock pada harga pada peningkatan financial instability Indonesia. Keempat, meneliti konsistensi antar stabilitas harga sebagai suatu sasaran akhir kebijakan moneter dengan upaya untuk menghindari financial instability. Kelima, meneliti meneliti apakah terdapat pengaruh yang asymmetric pada hubungan antara tingkat suku bunga, harga dan kredit dengan financial instability.
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas, dibangun model VAR yang biasa dipergunakan dalam analisis kebijakan moneter secara quatitatif dengan memasukkan variabel yang mengukur financial instability. Berdasarkan model tersebut di dapat beberapa kesimpulan sebagai berikut: Shock positif yang berasal dari suku bunga, kredit dan harga memberikan pengaruh pada meningkatnya financial instability Indonesia. Peningkatan suku bunga sebagai instrumen yang dipergunakan untuk mengendalikan harga merupakan komponen terbesar yang menjadi sumber peningkatan financial instability. Price stability dan financial stability merupakan dua hal yang dapat sekaligus dicapai sebagai sasaran dalam pelaksanaan kebijakan moneter di Indonesia. Kenaikan yang berasal dari variabel harga, tingkat suku bunga dan kredit memberikan magnitude yang relatif lebih besar pada peningkatan derajat financial instability dibandingkan dengan penurunan ketiga variabel tersebut terhadap penurunan derajat financial instability. Atau dengan kata lain terdapat pengaruh yang asymmetric pada hubungan antara tingkat suku bunga, harga dan kredit dengan financial instability."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
D668
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Since the financial crisis of 2008-09, central bankers around the world have been forced to abandon conventional monetary policy tools in favour of unconventional policies such as quantitative easing, forward guidance, lowering the interest rate paid on bank reserves into negative territory, and pushing up prices of government bonds. Having faced a crisis in its banking sector nearly a decade earlier, Japan was a pioneer in the use of many of these tools.
Unconventional Monetary Policy and Financial Stability critically assesses the measures used by Japan and examines what they have meant for the theory and practice of economic policy. The book shows how in practice unconventional monetary policy has worked through its impact on the financial markets. The text aims to generate an understanding of why such measures were introduced and how the Japanese system has subsequently changed regarding aspects such as governance and corporate balance sheets. It provides a comprehensive study of developments in Japanese money markets with the intent to understand the impact of policy on the debt structures that appear to have caused Japan’s deflation. The topics covered range from central bank communication and policymaking to international financial markets and bank balance sheets.
This text is of great interest to students and scholars of banking, international finance, financial markets, political economy, and the Japanese economy."
London: Routledge, 2020
e20534483
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"The Stability of Islamic Finance main focus is on the question of the sources of financial instability which seems inherent in the conventional system. As a core component of this focus, the book will consider episodes of turbulence and instability in a historical context recalling the occurrence of such events from mid-19th century to the present. It will present various theoretical explanations along with solutions and alternative financial systems that avoid instability provided by various scholars dating back to mid-19th century to present.
The book then will present and discuss the architecture of an Islamic financial system and show that at its core, this system shares many characteristics of an stable financial system proposed by Western scholars throughout history to avoid the inherent instability of the present dominant system. Particular emphasis will be placed on the present financial crisis and its causes as well the financial crisis of the 1997 in Southeast Asia, Russia, and Latin America relating these episodes to the fundamental features of the dominant system. The debt crisis of the low income countries will also be part of this discussion. It will then argue that these crises could be mitigated under an Islamic system or any other system with similar architecture."
Singapore : John Wiley & Sons, 2010
332 STA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>