Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12652 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hermawan Kartajaya, 1947-
Jakarta: MarkPlus&Co, 2006
650 HER t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hermawan Kartajaya, 1947-
Jakarta : Mark Plus, 2006
332.1 HER t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit P. Nugroho
"Restrukturisasi utang sebagai upaya untuk menyelesaikan kredit bermasalah tidak hanya merupakan masalah perbankan saja, akan tetapi sudah merupakan masalah nasional, sehingga perlu penanganan secara seksama dan penyelesaian secara konsepsional dan komprehensif berdasarkan ketentuan hukum positif yang berlaku. Ketidakpastian hukum tampaknya semakin menjadi kendala bagi penyelesaian kredit bermasalah. Salah satu contohnya adalah kasus restrukturisasi utang bermasalah pada PT. Bank BNI Tbk sebagai kreditor, dengan PT. Sekar Laut Tbk, sebagai debitor. Untuk segera menyelesaikan masalah ini diperlukan langkah pemecahan yaitu restrukturisasi atau penyelesaian hutang yang menguntungkan semua pihak yang terkait. Mengingat pentingnya masalah penyelesaian utang ini sebagai salah satu tujuan pengajuan PKPU maka penulis mencoba melakukan analisis terhadap alternatif penyelesaian utang melalui restrukturisasi utang melalui PKPU pada Pengadilan Niaga, untuk mengetahui apakah restrukturisasi utang dengan pola konversi piutang menjadi saham dapat diselesaikan melalui mekanisme PKPU dimaksud dan apakah diperlukan instrumen hukum berupa peraturan perundang-undangan yang lebih memadai yang dapat memberikan opsi yang lebih cepat, komprehensif serta memberi kepastian dan jaminan hukum dalam penyelesaian utang dengan pola konversi piutang menjadi saham.

Loan restructuring as a tool to settle Non-Performing Loan or NPL, which is not only a banking issue but also a national issue, needs to be handled thoroughly and comprehensively based on the regular positive law practices. The law uncertainty seems to be main problem of NPL settlements. One of the examples is the loan restructuring in PT Bank BNI Tbk as a creditor and PT Sekar Laut Tbk as a debitor. In order for an immediate settlement, restructuring or loan settlement that benefits all parties involved needs to be done. Looking at the importance of this matter as an objective of submitting PKPU, therefore the writer tries to do an analysis towards alternatives of loan settlement through loan restructuring through PKPU in Business Court, in order to know whether or not stocks can be used as a PKPU mechanism mentioned and whether or not law instruments such as law enforcement can give quicker options, more comprehensive as well as to give certainty and law guarantee in loan settlement with receivable conversion to stocks."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2008
T25719
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit P. Nugroho
"ABSTRAK
Restrukturisasi utang sebagai upaya untuk menyelesaikan
kredit bermasalah tidak hanya merupakan masalah
perbankan saja, akan tetapi sudah merupakan masalah
nasional, sehingga perlu penanganan secara seksama dan
penyelesaian secara konsepsional dan komprehensif
berdasarkan ketentuan hukum positif yang berlaku.
Ketidakpastian hukum tampaknya semakin menjadi kendala
bagi penyelesaian kredit bermasalah. Salah satu
contohnya adalah kasus restrukturisasi utang bermasalah
pada PT. Bank BNI Tbk sebagai kreditor, dengan PT. Sekar
Laut Tbk, sebagai debitor. Untuk segera menyelesaikan
masalah ini diperlukan langkah pemecahan yaitu
restrukturisasi atau penyelesaian hutang yang
menguntungkan semua pihak yang terkait. Mengingat
pentingnya masalah penyelesaian utang ini sebagai salah
satu tujuan pengajuan PKPU maka penulis mencoba
melakukan analisis terhadap alternatif penyelesaian
utang melalui restrukturisasi utang melalui PKPU pada
Pengadilan Niaga, untuk mengetahui apakah
restrukturisasi utang dengan pola konversi piutang
menjadi saham dapat diselesaikan melalui mekanisme PKPU
dimaksud dan apakah diperlukan instrumen hukum berupa
peraturan perundang-undangan yang lebih memadai yang
dapat memberikan opsi yang lebih cepat, komprehensif
serta memberi kepastian dan jaminan hukum dalam
penyelesaian utang dengan pola konversi piutang menjadi
saham.

ABSTRACT
Loan restructuring as a tool to settle Non-Performing Loan or NPL, which is not
only a banking issue but also a national issue, needs to be handled thoroughly and
comprehensively based on the regular positive law practices. The law uncertainty
seems to be main problem o f NPL settlements. One o f the examples is the loan
restructuring in PT Bank BNI Tbk as a creditor and PT Sekar Laut Tbk as a debitor.
In order for an immediate settlement, restructuring or loan settlement that benefits
all parties involved needs to be done. Looking at the importance o f this matter as an
objective o f submitting PKPU, therefore the writer tries to do an analysis towards
alternatives o f loan settlement through loan restructuring through PKPU in Business
Court, in order to know whether or not stocks can be used as a PKPU mechanism
mentioned and whether or not law instruments such as law enforcement can give
quicker options, more comprehensive as well as to give certainty and law guarantee
in loan settlement with receivable conversion to stocks."
2008
T37177
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lyra Erlinda Vitayala
"Dalam industri perbankan produk-produk dan jasa yang ditawarkan hampir serupa dengan yang ditawarkan oleh bank pesaing. Dengan kondisi demikian nasabah dapat melakukan perbandingan atas tawaran produk dan jasa dan memilih mana yang terbaik bagi mereka. Hanya bank yang memiliki kualitas jasa dan memenuhi kepuasan atas nilai-nilai yang dibutuhkan oleh nasabahnya, yang akan terpilih menjadi bank unggulan. Titik pusat perhatian sistem organisasi bagi bank yang besar adalah mengenai komunikasi atau mekanisme umpan balik dari nasabah mengenai bagaimana kualitas pelayanan yang telah diberikan agar dapat diketahui apakah selama ini bank telah mampu memenuhi harapan nasabah terhadap berbagai bentuk pelayanan yang telah dijanjikan atau tidak.
Untuk mengetahui umpan balik dari nasabah, dilakukan penelitian kuantitatif mengenai tingkat kepuasan nasabah. Desain penelitian adalah berbentuk riset statistik deskriptif dan statistik inferensi. Riset Deskriptif yaitu tipe riset konklusif yang bertujuan utama mendeskripsikan karakteristik dan fungsi pasar. Sedangkan Riset Inferensi yang dilakukan adalah analisis yang mengarah untuk membantu pengambilan keputusan.
Melalui penelitian dalam karya akhir ini, diperoleh analisis output yang menyatakan bahwa tingkat pemenuhan harapan mengenai kepuasan nasabah bank dari Bank BNI secara keseluruhan belum maksimal, walaupun tidak dapat dikatakan buruk. Nasabah Bank BNI memiliki loyalitas tinggi, yang disebabkan oleh terpenuhinya dimensi reliability bahwa Bank BNI dapat dipercaya keandalannya untuk memberikan pelayanan jasa perbankan. Hal ini cukup masuk akal mengingat bahwa bank BNI adalah bank besar, sebagai bank pertama di Indonesia dan sudah teruji oleh waktu lebih dari setengah abad sejak tahun 1946.
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bank BNI dalam usahanya mencapai misi perusahaan sebagai bank kebanggaan nasional yang unggul dalam layanan, kinerja dan menghantarkan nilai kepuasan dan kenyamanan bagi nasabahnya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T15706
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhadini
"Kredit sebagai salah satui usaha pokok bank mempunyai pengaruh yang sangat luas dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Kredit yang selektif dan terarah dapat menunjang terlaksananya pembangunan sesuatu negara sehingga bermanfaat bagi masyarakat. Dalam penulisan skripsi ini, penulis mencoba menbahas segi-segi hukum yang ada hubungannya dengan perkreditan dimana yang menjadi masalah pokok adalah miengenai perjanjian kredit dalam prakteknya pada Bank BNI. Oleh karena kredit erat kaitannya dengan hukum, maka segi-segi yuridis dibidang perkreditan harus mendapat perhatian yang lebih serius. Karena itu bagi bank jika ingin mengamankan kredit yang diberikannya, maka dalam pemberian kredit tersebut harus disertai dengan jaminan, setiap perjanjian kredit harus dibuat perjanjian kreditnya. Juga tujuan jaminan tersebut penting untuk menjaga keselamatan uang yang dipinjamkan oleh bank kepada nasabahnya. Dengan dipenuhinya ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku diharapkan dapat membantu melancarkan pengembalian kredit yang diterima oleh seorang nasabah. Juga penting bagi nasabah untuk mengetahui akibat hukum yang dapat menimbulkan kerugian baginya jika ia lalai mamenuhi kewajibannya."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1989
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulita Assamadi
"Pembiayaan merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Salah satu sumber dana untuk pembiayaan tersebut, yang sejak beberapa tahun terakhir ini menunjukkan peningkatan, adalah kredit perbankan. Kredit yang selektif dan terarah akan dapat menunjang terlaksananya pembangunan suatu negara yang bermanfaat bagi masyarakat. Mengingat pentingnya hubungan bank dengan nasabah dalam pemberian kreditnya, sangat diperlukan adanya suatu perjanjian kredit. Hal ini berkaitan dengan kemungkinan adanya wanprestasi, dimana pihak debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya untuk mengembalikan uang pinjaman yang telah diberikan oleh pihak kreditur (bank). Selain memperhatikan faktor kelayakan usaha nasabahnya, pihak perbankan sering mempersyaratkan ketersediaan jaminan atau agunan tambahan. Bentuk jaminan ini biasanya bersifat fisik, baik berupa benda tetap maupun benda bergerak. Jaminan ini biasanya mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan lebih tinggi daripada besarnya nilai kredit kepada calon nasabah, serta mudah diuangkan. Dengan semakin ketatnya persaingan antar bank, terutama sejak deregulasi perbankan, menjadikan bank kurang memperhatikan kualitas pinjaman yang diberikannya sehingga sering mengabaikan proses penilaian kredit yang layak. Kredit macet menjadi ancaman serius bagi tingkat kesehatan bank. Bank BNI sebagai salah satu bank pemerintah juga Clapat mengalami kondisi kredit macet, baik yang disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor internal tersebut khususnya merupakan manajemen dan sumber daya manusianya Sedangkan faktor ekstemal berkaitan dengan Suku bunga pinjaman. belum adanya standarisasi bentuk dan isi perjanjian kredit (aspek hukum) dan perilaku debitur. Dalam hal teqebut, Bank BNI melakukan langkah-langkah pemecahan kredit yang bermasalah sesuai dengan kolektibilitas kreditnya yang berupa kurang lancar, diragukan dan macet. Penyelesaian yang dilakukan oleh Bank BNI dilaksanakan melalui tiga tahap. Tahap pertama dilakukan dengan pendekatan persuasif seperti surat teguran. melunasi menjual sendiri barang jaminan, dan rescheduling. Tahap kedua dilakukan dengan tekanan/ancaman psikologis seperti dengan peringatan tertulis disertai ancaman eksekusi melalui pengadilan negeri dan somasi melalui pengadilan. Tahap ketiga dilakukan dengan eksekusi terhadap jaminan apabila pertama atau tahap kedua tidak membawa hasil. Khusus terhadap hipotik, eksekusi tersebut dilakukan dengan menggunakan grosse akta dimana grosse akta itu sendiri mempunyai kekuatan yang sama dengan putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Hal ini menunjukkan bahwa Pengadilan Negeri wajib menjalankan eksekusi atas setiap grosse akta yang diajukan padanya sehingga tidak ada kewenangan baginya untuk menilai kelayakan grosse akta yang diajukan padanya Akan tetapi pendapat tersebut dibantah oleh Mahkamah Agung yang mengatakan bahwa Ketua Pengadilan Negeri mempunyai kewenangan untuk menilai sah atau tidaknya grosse akta tersebut. Dengan ketiga tahap tersebut, Bank BNI dapat menekan risiko kerugian karena adanya kredit macet tersebut. Bagaimanapun, untuk menekan kemungkinan terjadinya kredit macet, diperlukan kehati-hatian dan keprofesionalan bank dalam mendisain, menilai dan mengevaluasi kreditnya. Hal ini perlu didukung pula dengan adanya keseragaman atau standarisasi perjanjian kredit dan penyelesaian dualisme dalam grosse akta Pada akhirnya, mengingat pentingnya peranan kredit perbankan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia, maka perlindungan terhadap perbankan perlu mendapat perhatian."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1993
S20550
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rike Farita Riskiany
"ABSTRAK
Denyut kebangkitan perkembangan ekonomi Islam ke-2 sesungguhnya sudah mulai terasa kontraksinya sejak pertengahan abad ke-20 yang lalu. Perkembangannya yang semakin
pesat sampai saat ini, membangkitkan kembali kesadaran umat Islam untuk menegakan sistem syariah Islam dalam praktek-praktek dan kegiatan berekonomi sehari-hari. Terutama dalam hal ini praktek-praktek di lembaga keuangan atau dunia perbankan, dimana mulai ditandai dengan berdirinya bank-bank Islam yang menerapkan prinsip syariah dalam sistem dan pola operasionalnya.
Untuk dapat bersaing dalam industri perbankan, maka berbagai kegiatan pemasaran harus tetap dilakukan meskipun kesadaran umat Islam akan sistem syariah ini belum sepenuhnya. !klan Bank banyak muncul di TV, surat kabar dan majalah. Adanya persaingan yang kuat antar bank, baik bank konvensional, bank syariah ataupun bank dengan dual system banking. Pada penelitian ini lebih ditekankan pada iklan dari BNI Syariah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efektifitas !klan BNI Syariah terhadap keputusan menjad nasabah. Efektifitas disini maksudnya adalah iklan tersebut dapat
mengkomunikasikan pesannya dengan baik, sehingga dapat membentuk persepsi konsumen dan (attitude) sikap dari konsumen sehingga konsumen tersebut berkeinginan untuk menjadi nasabah seperti yang diharapkan oleh perusahaan.
Pada karya akhir ini lebih ditekankan pada riset mengenai iklan, dengan melakukan riset melalui riset deskriptif (riset survey). Batasan penelitian lebih ditekankan pada nasabah BNI Syariah yang melakukan transaksi di kantor Cabang BNI Syariah Fatmawati dan Pondok Bambu.
Iklan BNI Syariah ini cukup menarik perhatian dari penenma pesan (responden). Layout (Keseluruahan dari tampilan iklan) menarik perhatian responden untuk merangsang emosi responden dalam bentuk emosi yang positif dari gambar yang menarik perhatian dan slogan yang melekat dalam ingatan responden sehingga mempengaruhi responden untuk mengeatahui lebih lanjut mengenai bank syariah ini.
Iklan yang efektif adalah iklan yang memproduksi efek keinginan atau basil dari
keinginan. Pada bagian akhir tulisan ini dapat disimpulkan bahwa iklan Bank BNI Syariah cukup efektif. Tingkat awareness yang diperoleh cukup tinggi, namun BNI Syariah perlu berhati-hati jika terjadi ketidakpuasan responden (nasabah) maka nasabah akan berpindah ke Bank Syariah Mandiri sebagai bank syariah kedua terbanyak yang diketahui dan diingat oleh nasabah. Secara keseluruhan sebagian besar responden menyukai dan tertarik dengan iklan tersebut. Meskipun demikian evaluasi mengenai kreatifitas iklan, terutama mengenai isi dari pesan iklan belum dapat ditangkap dengan baik oleh responden. Iklan BNI syariah dinilai cukup menarik, terutama bagian yang paling menarik adalah Layout atau keseluruhan dari tampilan iklan.
Iklan BNI Syariah juga dapat dikatakan efektif dilihat dari evaluasi pengaruhnya terhadap perilaku nasabah. Pada hal ini, sebagian besar dari respond en (>90%) tertari k dengan iklan tersebut sehingga mempengaruhi mereka untuk mengetahui lebih lanjut informasi bank sampai ke tahap menjadi nasabah BNI Syariah. Namun, !klan BNI Syariah pada kenyataannya juga belum merupakan interpretasi dari kepuasan yang diinginkan oleh nasabah. Iklan tersebut belum dapat mengajak dan memberikan pemahaman yang cukup bagi nasabah untuk memahami produk-produk layanan dari BNI Syariah itu sendiri.
Dalam hal ini iklan BNI Syariah memiliki andil dalam mempengaruhi para nasabah untuk mengambil keputusan BNI Syariah sebagai bank yang terpercaya bagi mereka. Artinya melalui iklan, para nasabah telah tereksposure dengan iklan BNI S yariah yang sederhana dan cukup menarik tersebut. Iklan BNI Syariah inipun telah mendorong para nasabah untuk memberikan perhatian dalam pencarian informasi lebih lanjut, meskipun hanya sedikit ±-10% yang masuk ke tahap attention ini.
Persepsi responden yang dimunculkan oleh iklan BNI Syariah itu sendiri sudah cukup baik. Hal ini sesuai seperti yang diungkapkan oleh responden, bahwa mereka lebih mempercayai BNI Syariah dibandingkan bank lain.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwidjo Anggono
"ABSTRAK
Bank BNI merupakan salah satu BUMN yang tidak termasuk dalam
kategori Bank dilikuidasi, sehingga masih memiliki peluang untuk dapat
berkembang dalam industri jasa perbankan di Indonesia.
Masalah utama yang dihadapi oleh Bank BNI, yaitu adanya
perubahan lingkungan strategi perusahaan. Kondisi politik dan ekonomi
yang relatif stabil sebelum pertengahan tahun 1997, kini telah berubah
total. Oleh karena itu dalam kondisi Iingkungan strategis perusahaan
sedang berubah dan dengan sumber daya yang terbatas, agar dapat
melaksanakan misinya diperlukan suatu strategi yang tepat.
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengevaluasi (kaji ulang)
strategi yang sedang dijalankan oleh Bank BNI dan menjelaskan strategi
alternatif yang dapat digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan daya
saing pada masa mendatang.
Penelitian ini diawali dengan menganalisis kondisi Iingkungan
internal dan eksternal perusahaan. Dalam menganalisis tersebut digunakan
metode Proses Hirarki Analitik (PHA) untuk membobot derajat kepentingan
setiap faktor. Sedang untuk menentukan posisi bersaing Bank BNI
digunakan General Electric Matrix.
Dari uji PHA dan GE Matrix diperoleh posisi bersaing Bank BNI
pada kuadran Il GE Matrix yang artinya Bank BNI berada di area usaha
growth and build (tumbuh dan bangun). Berdasarkan posisi bersaing
tersebut dengan melihat , kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
serta tujuan perusahaan maka alternatif strategi yang cocok adalah
strategi penetrasi pasar.
Setelah strategi ditetapkan, untuk menyusun program atau
penjabaran strategi yang lebih detil diberikan usulan strategi fungsionalnya.
yaitu strategi untuk memperkuat setiap fungsi dalam perusahan.

"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kiryanto
"ABSTRAK
Krisis ekonomi yang melanda negara-negara di kawasan Asia, termasuk
Indonesia, telah berdampak kurang menguntungkan bagi sektor perbankan. Berbagai
pandangan berkembang menjadi polemik berkepanjangan menyusul terjadinya krisis
ekonomi dan perbankan di negara-negara tersebut dengan segala argumentasinya.
Sebelumnya krisis yang sama juga pernah terjadi di negara-negara Amerika Latin
(Brasil, Chile, Meksiko, Argentina).
Bahkan krisis ekonomi di Argentina yang tak dapat dikendalikan oleh
pemerintahnya mengejutkan seantero dunia menyusul mundurnya Presiden dan
kabinet pemerintahan atas desakan rakyat yang semakin merana karena didera oleh
krisis. Adalah tumpukan utang luar negeri yang (sekitar 130 milyar dolar AS) yang
menyebabkan hancurnya kredibilitas pemerintah Argentina di mata rakyatnya
sebingga mendesak dilakukannya pemilihan Presiden baru beserta kabinetnya.
Untuk kawasan Asia, bermula dari krisis ekonomi yang dipicu oleh gejolak
nilai tukar di Thailand yang pada gilirannya mengimbas ke negara-negara di
sekitarnya, termasuk Indonesia. Pada saat itu tak seorang pun memperkirakan bahwa
krisis ekonomi akan menjalar ke krisis perbankan dengan segala akibatnya.
Keterpurukan perbankan Indonesia semakin mendalam ketika terapi yang
dijalankan pemerintah, yakni melikuidasi 16 bank swasta dan membekukan kegiatan
usaha sejumlah bank lainnya, temyata direspon negatif oleh masyarakat luas. Tak
sedikit pengamat dan analis dari dalam dan luar negeri mengecam langkah pemerintah
yang dinilai berani itu. Sejak saat itu, kepercayaan masyarakat dalam dan luar negeri
terhadap perbankan Indonesia mulai menurun. Ditolaknya sejumlah letter of credit
(LOC) yang diterbitkan oleh bank-bank di Indonesia dalam transaksi perdagangan
internasional, menunjukkan turunnya kepercayaan internasional.
Kendati Dana Moneter Interniasional (IMF) yang mulai masuk ke Indonesia
pada bulan Oktober 1997 berada di belakang kebijakan yang tidak populer itu, namun
kecaman dan sorotan tetap saja tertuju kepada pemerintah. Jatuhnya rezim
pemerintahan Orde Baru tak pelak lagi merupakan akumulasi puncak kekecewaan
masyarakat atas langkah-langkah yang ditempuh pemerintah yang dinilai justru
semakin menjauhkan masyarakat dari level kesejahteraan yang memadai.
Keputusan pemerintah untuk menambah modal bank-bank yang bermasalah
melalui program rekapitalisasi pada akhirnya bisa diterima semua pihak, kendati
sebelumnya sempat terjadi polemik mengenai keputusan pemerintah tersebut.
Keputusan politis yang diberikan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengakhiri
polemik itu, disusul langkah pemerintah menerbitkan obligasi senilai hampir Rp 500
trilyun untuk keperluan menambah modal bank-bank bermasalah.
Proses restrukturisasi perbankan mencakup restrukturisasi bidang operasional
dan keuangan merupakan tahapan pealing dalam percepatan penyehatan perbankan,
khususnya PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Universal Tbk.
Pemilihan Bank BNI sebagai representasi bank milik pemerintah dan Bank Universal
sebagai representasi bank swasta nasional dimana keduanya merupakan bank publik
rasanya cukup tepat dan bisa dipenanggungjawabkan.
Didukung kebijakan-kebijakan ekonomi yang lebih propasar, program
rekapitalisasi perbankan diharapkan dapat mendorong pemutihan sektor perbankan
nasional yang pada gilirannya diharapkan dapat mengembalikan kepercayaan
masyarakat.
Yang lebih kritikal untuk menyehatkan perbankan adalah komitmen dan
konsistensi manajemen bank-bank dalam menjalankan Business Plan dimana
didalamnya mencakup target-target kuantitatif dan kualitatif yang harus dicapai
(milestone). Hal ini sesual dengan Final Peformance Contract atau Kontrak Kinerja
yang ditandatangani oleh manajemen bank-bank dan Pemerintah yang diwakili oleh
Manteri Keuangan.
Dalam peIaksanaan restrukturisasi perbaikan memang dihadapkan pada
berbagai hambatan dan kendala baik yang datang dan internal bank maupun eksternal
bank. Kalau kinerja usaha Bank BNI dan Bank Universal pasca rekapitalisasi
dijadikan sebagai studi kasus, hal ini cukup menarik mengingat ternyata kinerja yang
dihasilkan diantara keduanya relatif berbeda.
Perbedaan yang mencolok tampaj pada kinerja tahun 2000 dan semester 1/
2001 dimana Bank BNI secara kuantitatif mampu membukukan hasil usaha yang jauh
lebih baik dibandingkan Bank Universal. Hal ini terutama tampak dari indikator laba
bersih dan rasio kecukupan modal (CAR). Pada gilirannya perbedaan semakin tampak
manakala Pemerintah memutuskan untuk menggabungkan Bank Universal dengan
empat bank swasta nasional lainnya (Bank Bali, Bank Prima Ekspres, Bank Patriot,
Bank Artha Media).
Secara umum dapat dikatakan bahwa tekanan yang dihadapi Bank BNI relatif
lebih ringan dibandingkan yang dihadapi Bank Universal. ini terutama kalau mengacu
pada masalah aktivitas kredit, dimana Bank Universal memiliki eksposur kredit yang
besar kepada kelompok usaha sendiri sehingga melanggar, bukan saja melampaui,
ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit atau BMPK (Legal Lending Limit
LLL).
Bank Universal dihadapkan pada kesulitan untuk merestrukturisasi kreditnya
karena sebagian besar tertanam di kelompok usaha sendiri. Hal ini berbeda dengan
yang dihadapi Bank BNl, yang relatif lebih mudah dalam merestrukturisasi kreditnya
karena tidak ada pelanggaran atas ketentuan BMPK. Restrukturisasi kredit menjadi
salah satu faktor kunci dalam mendorong percepatan penyehatan bank.
Kemampuan Bank BNI dan Bank Universal mencetak laba positif pada tahun
2000 (masing-masing sebesar Rp 295 milyar dan Rp 3,5 milyar) dan per Juni 2001
(masing-masing sebesar Rp dan 1,05 trilyun dan Rp 6,2 milyar ) dan secara khusus
kemampuan Bank BNI membukukan laba bersih yang mengesankan pada kuartal
III/2001 (sebesar Rp 1,3 trilyun) cukup memberikan petunjuk bahwa pencapaian
kinerja Bank BNI relatif jauh lebih baik dibandingkan Bank Universal, kendati
pendapatan Bank BNI dari hasil bunga obligasi rekapitalisasi cukup dominan.
Kendati studi kasus ini hanya mencakup dua bank rekap, namun tetap menarik
untuk mengkaji kenapa satu bank rekap (Bank BNI) secara relatif lebih berhasil dalam
memperbaiki kinerjanya setelah direkap dibandingkan bank lainnya (Bank Universal).
Ditambah dengan kajian singkat tentang perkembangan terakhir (per November 2001)
kinerja bank-bank rekap, semakin mengukuhkan kesimpulan bahwa berhasil tidaknya
manajemen bank-bank dalam meningkatkan kinerja usahanya pasca rekapitalisasi
terpulang kembali kepada kapabilitas manajemen dalam mengimplementsikan
Business Plan secara konsisten dan committed.
Menghadapi ikiim usaha yang diliputi ketidakpastian sebagaimana dinyatakan
secara resmi oleh Gubernur Bank Indonesia pada awal tahun 2002, manajemen Bank
BNI dan Bank Universal (sambil menunggu keputusan final mergernya) dituntut
untuk mampu menyikapi perubahan Iingkungan usaha yang bergerak dinamis untuk
menjaga dan meningkatkan kinerjanya."
2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>