Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1253 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"ABSTRAK
GFRP (Glass-fiber Reinforced Plastic) merupakan material anisotropik, yang sifat mekaniknya tidak sama pada sumbu x,y dan z dibentuk oleh dua komponen utama yaitu serat penguat dan resin. Kombinasi jenis dan bentuk serat penguat maupun jenis resin memungkinkan adanya beberapa struktur GFRP dengan beban tertentu. "
Surabaya : Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya-ITS, {s.a}
050 JP
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Perhubungan. Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan, [date of publication not identified]
387 JPTL
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
M. Aris Supriyanto
"Pelayanan Angkutan Umum di Jakarta sangat buruk yang dapat dilihat ketidaktepatan, ketidaknyamanan yang mengakibatkan masyarakat yang biasanya menggunakan moda pribadi enggan berpindah (shifted) ke Angkutan Umum. Dari kondisi yang demikian akan mengakibatkan kinerja jaringan jalan menjadi buruk. Oleh karena hal itu perencanaan dan penataan transportasi yang baik sangat diperlukan. Salah satu alternatif untuk mengurangi kemacetan tersebut adalah penggunaan moda Busway, yakni moda baru dengan pelayanan yang berbeda dari angkutan umum yang sudah ada, sehingga diharapkan dengan adanya publik transit yang mempunyai pelayanan yang bagus pengguna angkutan pribadi akan berpindah ke moda Busway tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis probabilitas pemilihan moda antara bus-way dan kendaraan pribadi pada koridor Blok M-Kota. Dalam penelitian ini dipakai asumsi bahwa pengguna angkutan umum tidak elastic terhadap pemilihan busway. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah stated preference dengan metode estimasi parameter adalah maximum likelihood. Model yang digunakan untuk menganalisis pemilihan moda digunakan model binomial probit dan model binomial logit. Untuk model binomial probit akan dianalisis dengan dua pendekatan yakni, menggunakan simulasi Monte Carlo dan Aproxiniasi Clark. Hasil selanjutnya diuji dengan alat uji statistik untuk mendapatkan parameter model yang terbaik.
Dari hasil analisa terlihat bahwa ke tiga metode menghasilkan model yang sama baiknya. tint-A model Logit perhitungan secara matematis relatif mudah tetapi akurasi yang didapat kurang. Sedangkan model approximasi Probit Clark lebih akurat bila dibandingkan dengan model Logit, tetapi secara matenatis perhitungannya lebih sulit dari model Logit. Model Probit simulasi Monte Carlo menghasikan model yang paling akurat, hal ini karma model ini sudah memperhitungkan error terms, akan tetapi perhitungan secara matematis dari model ini paling rumit dan memerlukan waktu yang lama serta ketelitian yang tinggi.
Terlihat juga bahwa ada responder yang captive untuk tetap menggunakan kendaraan pribadi meskipun utilitas yang ditawarkan oleh busway sudah maksimum. Responden yang captive untuk pengguna mobil sebesar 14%, sedangkan pengguna sepeda motor adalah sebesar 12%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14673
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Prisno Jogiara
"Pelayanan angkutan umum di Jakarta pada umumnya adalah sangat buruk, hal ini terlihat dari tidak nyaman, tidak aman serta tidak terjadual baik. Alasan ini yang banyak dikemukakan pengguna angkutan umum yang enggan menggunakan angkutan umum. Kondisi jalan yang "mix traffic" juga mengakibatkan semakin semrawutnya kondisi lalu lintas. Untuk itulah ditawarkan suatu moda baru busway dengan pelayanan yang lebih baik dari angkutan umum yang sudah ada.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemilihan moda antara busway dengan angkutan umum pada koridor Blok M - Kota. Data yang digunakan adalah data sekunder hasil survey stated preference, metode estimasi parameter digunakan maximum likelihood Model yang digunakan untuk menganalisis pemilihan moda adalah model logit binary dan probit binary dengan melakukan simulasi Monte-Carlo dan pendekatan Clark. Sedangkan untuk mengetahui besarnya yang sifting dengan melakukan pembebanan pada koridor Blok M --Kota menggunakan model Stochastic Taxonomi User Equilibrium.
Dari hasil estimasi parameter dapat dilihat bahwa pada dasarnya pelayanan moda busway lebih disukai dari pada angkutan umum, hal ini terlihat dari konstanta bertanda positif pada fungsi utilitas yang berarti preferensi relatif ada pada moda busway. Dapat dilihat juga bila nilai utilitas maksimum tetapi probabilitas tidak sama dengan satu karena adanya pengguna angkutan yang captive sehingga didapat sebuah nilai parameter lamda.
Dari hasil pembebanan terlihat bahwa travel time pada jalur bukan bus-way relatif sama dengan jalur busway yang diasumsikan adalah 0,75 jam sehingga rata-rata yang pindah dari angkutan umum ke busway adalah 3.200 orang."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14674
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohd. Husnal Yudian
"Didalam pemodelan jaringan pembebanan transportasi akan menghasilkan suatu model transportasi yang (pada umumnya) berbentuk matematis. Model ini merupakan refleksi pendekatan terhadap kejadian yang terjadi di jaringan transportasi yang ditinjau. Untuk mengetahui apakah model tersebut benar dan sesuai dengan apa yang terjadi pada kondisi nyata jaringan jalan tersebut, maka perlu dilakukan suatu uji yang disebut uji keabsahan atau uji validasi.
Validasi adalah suatu keharusan untuk menilai keabsahan suatu model. Proses validasi merupakan serangkaian pemeriksaan yang memerlukan usaha dan waktu. Validasi terhadap model pembebanan jaringan biasanya dilakukan berdasarkan data volumenya, akan tetapi bisa juga dilakukan dengan menggunakan variabel lain, seperti waktu tempuh (atau kecepatan). Secara umum, proses validasi pembebanan jaringan dikatakan absah jika perbandingan antara data volume atau waktu tempuh atau kecepatan dari hasil pemodelan pembebanan jaringan jalan dengan data volume atau waktu tempuh atau kecepatan yang sesuai dengan kondisi di lapangan, adalah sama atau mendekati sama nilainya.
Proses validasi diatas merupakan validasi terhadap demand, akan tetapi sebenarnya keabsahan basil model tidak hanya dilihat dari sisi demand tetapi juga ditentukan oleh baik atau tidak sisi supplynya. Sisi supply maksudnya adalah model jaringan jalannya. Jaringan jalan yang diterima perencana pada umumnya, diterima begitu saja tanpa memperhatikan kebenarannya secara lebih detail.
Untuk mengetahui apakah model jaringan yang dibuat sudah absah, sesuai serta mewakili jaringan jalan yang sebenarnya diperlukan suatu langkah-langkah untuk menguji keabsahan jaringan jalan tersebut. Jadi artinya, proses validasi terhadap model pembebanan jaringan itu sendiri terbagi dalam 2 bagian, yaitu sisi pemeriksaan model jaringan (sisi supply) dan sisi validasi terhadap model pembebanan jaringan (sisi demand).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memformalkan atau membakukan langkah-langkah atau tahapan untuk melakukan proses validasi pada pembebanan jaringan (assignment) transportasi, dengan penekanan pada sisi supplynya. Tahapan prosedur yang dilakukan didalam proses validasi adalah berupa pemeriksaan yang terdiri dari pemeriksaan jaringan jalan (titik simpul, ruas dan konektor centroid), pemeriksaan karateristik jalan (panjang jalan, tipe dan kapasitas jalan, moda kendaraan, link performance function, jumlah lajur jalan dan lain-lain), pemeriksaan hasil model setelah dilakukan pembebanan jaringan transportasi dan yang terakhir adalah validasi terhadap hasil model pembebanan.
Penelitian ini memanfaatkan penggunaan teknologi gps, yang disebut dengan ITS- toolkit -probe car, dalam pengambilan data lapangan. Dengan alat ini data yang diperoleh adalah berupa waktu tempuh (atau kecepatan yang merupakan fungsi dari jarak dan waktu tempuh), sehingga dalam pengaplikasian prosedur validasi terhadap model pembebanan jaringan tidak berdasarkan data volume tetapi data kecepatan. Selain itu, jika menilik kondisi urban atau perkotaan, waktu tempuh (kecepatan) merupakan ukuran yang sangat sensitif untuk menentukan rute perjalanan dari satu zona ke zona lainnya.
Jarak antara asal dan tujuan yang lebih dekat atau pendek tidak menjamin bahwa waktu tempuh atau kecepatan pada rute tersebut lebih cepat dibandingkan dengan rute yang lebih panjang. Hal ini dikarenakan, waktu tempuh atau kecepatan perjalanan sangat tergantung pada karakteristik pada ruas-ruas yang dilalui. Dengan demikian, dalam penerapan prosedur validasi ini dicoba dengan menggunakan variabel kecepatan.
Dengan adanya langkah-langkah yang harus dilakukan seperti yang terurai diatas serta menggunakan bantuan perangkat keras dan lunak komputer, hasil penerapan prosedur dapat diketahui kesalahan-kesalahan yang terjadi pada jaringan jalan dengan lebih mudah sehingga dapat diperbaiki dengan cepat. Dengan kondisi model jaringan jalan yang sesuai atau sedekat mungkin mewakili kondisi lapangan yang sebenarnya, diharapkan memberikan hasil model pembebanan jaringan yang baik dan seakurat mungkin. Dan hasil validasi yang diperoleh terhadap ruas-ruas jalan yang ditinjau, menunjukkan bahwa perbedaan kecepatan antara hasil model dan survei sebagian besar berada dibawah 20 persen dengan tingkat korelasi sebesar R2=0,9821 yang berarti memiliki hubungan korelasi yang baik."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16069
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Nurhayati
"Sumber utama pendanaan atau pembiayaan angkutan umum berasal dari penerimaan tarif. Tarif yang berlaku saat ini adalah tarif yang ditentukan pemerintah. Bagi operator, tarif tersebut tidak adil secara ekonomi karena tidak sebanding dengan biaya operasi yang relatif lebih besar dibandingkan tarif yang berlaku. Disamping itu biaya operasi kendaraan masih dibebani dengan berbagai pungutan legal (retribusi) dan illegal, sehingga tidak dapat mewujudkan struktur tarif yang realistis yang dapat memberi keuntungan kepada operator. Masalah tarif angkutan umum merupakan masalah penting yang melibatkan kepentingan berbagai pihak, seperti pengguna, operator dan regulator. Ada berbagai faktor penyebab kegagalan sistim tarif yang ada saat ini, seperti pendekatan yang tidak relevan, manajemen yang kurang baik dan komponen biaya yang tidak realistis. Dengan dasar permasalahan diatas, penelitian ini membahas suatu strategi penetapan tarif dengan pendekatan regulasi yang optimal, yaitu pendekatan yang dapat mengoptimalkan kepentingan ketiga pihak diatas, dengan mempertimbangkan skala ekonomi, kemampuan membayar (sensitivitas permintaan) dan lingkup ekonomi.
Pendekatan ini merupakan basis dalam penentuan tarif. Oleh karena itu ada beberapa langkah atau tahapan yang dlakukan:
a. menentukan biaya rill bus kota
b. memperkirakan elastisitas permintaan
c. melakukan analisis tarif
d. melakukan simulasi.
Hasil studi menunjukkan, dengan tarif yang berlaku sekarang (Rp.300), pengelolaan bus kota reguler dengan monopoli tidak menguntungkan secara ekonomi hingga load faktor 2. Oleh karena itu pengelolaannya sebaiknya dimonopoli pemerintah. Pengelolaan bus Patas Non AC dengan monopoli memberi keuntungan secara ekonomi pada load faktor minimal I. Oleh karena itu pengelolaannya dapat diserahkan kepada operator swasta dengan konsekuensi tarif tidak diatur pemerintah. Konsekuensinya pemerintah hams dapat menetapkan standar mutu pelayanan operator (quality licensing) yang tegas. Pengelolaan Patas AC memberi keuntungan pada load faktor minimal 0,6. Oleh karena itu , pengelolaan bus Patas AC sebagian dapat diserahkan kepada swasta dengan quality licensing yang tegas dari pemerintah. Sebagian lagi dikelola pemerintah untuk mensubsidi pengelolaan bus reguler. Biaya operasi bus dengan pengelolaan secara bersama (economies of scope) lebih murah. dibandingkan dengan pengelolaan secara terpisah. Dengan model pengelolaan seperti ini dapat terjadi subsidi silang antar pelayanan.
Dari basil penelitian, maka dasar penetapan tarif adalah :
- tingkat pelayanan atau load faktor,
- sensivitas atau elastisitas permintaan.
Penetapan tarif tersebut hams dikendalikan lewat peraturan atau regulasi dari pemerintah, seperti adanya standar mutu pelayanan operator (quality licensing)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Rahardjo
"Model probit dan model logit pada hakekatnya adalah sama-sama untuk
menentukan besarnya probabilitas, akan letapi kedua model ini mempunyai sifat
beberapa kemantapan yang berbeda satu sama lainnya. Untuk mengetahui
model mana yang Iebih sesuai untuk suatu kondisi tertentu, maka perlu
dilakukan perbandingan kedua model.
Karya tulis ini bertujuan untuk membandingkan penggunaan Model Probit
dan Model Logit Dalam Menghitung Probabilitas Pilihan Menggunakan
Kendaraan Pribadi dan Angkutan Umum.
Sebagai kasus pembandingan model Probit dan model Logit , dipilih lokasi
penelitian daerah Kotamadya Semararig. Data yang digunakan dalam
perhitungan ini berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan dan merupakan
data sekunder dari hasil penelitian di Kotamadya Semarang pada tahun 1999-
2000. Dari hasil pengujian korelasi antar variabel, didapat variabel-variabel
waktu perjalanan, umur pelaku perjalanan dan jarak tempuh memiliki korelasi
dengan variabel dependennya. Dalam menganalisis besarnya probabilitas,"
Iangkah pengembangan tergantung dari derajat ketertarikan seseorang, yang di
jabarkan dalam fungsi utilitas dan dis utilitas. Kemudian hasil perhitungah
tersebut di kalibrasi terhadap masing-masing model, dan melakukan validasi
model terhadap kondisi di Iapangan. `
Hasil analisis dan perhitungan dalam menguji variabel-variabel yang
berpengaruh menggambarkan bahwa Model Probit yang diterapkan untuk
menghitung perkiraan orang dalam memilih moda sesuai dengan jenis pilihannya
terutama di kotamadya Semarang ternyata Iebih teliti dibandingkan model Logit."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T6470
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jennie Kusumaningrum
"Meningkatnya tingkat kebutuhan masyarakat terhadap angkulan umum terutama pada jam jam sibuk pagi dan sore hari, menyebabkan keberadaan omprengan semakin berkembang dan menjadi fenomena tersendiri untuk ikut berperan dalam sistem transportasi perkotaan. Keberadaan omprengan sebenamya sangat membantu masyarakat terutama didaerah yang tingkat pelayanan angkutan umumnya masih rendah dan secara tidak langsung juga ikut membantu Pemerintah dalam upaya mendukung kebijakan pergeseran moda, karena dengan waktu tempuh dan biaya perjalanan yang relatif lebih cepat dan murah yang dimilikinya, diharapkan dapat menarik para pemilik kendaraan pribadi untuk lebih menggunakan omprengan. Namun perkembangan selanjutnya memperlihatkan terjadinya perubahan fungsi peruntukan dan awalnya omprengan sebagai kendaraan pribadi, berubah menjadi layaknya angkutan umum biasa, sehingga dikhawatirkan bisa menimbulkan kecemburuan di antara para pengelola dan pengemudi angkutan umum resmi. Kenyataan ini pada akhimya menimbulkan polemik antara kepentingan berdasarkan aspek legalitas dengan kepentingan yang berdasarkan fungsi pelayanan yang diperlukan masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keberadaan omprengan dalam sistem transportasi di Jabodetabek secara lebih jelas, dengan mengadakan pengkajian secara lebih lanjut terhadap aspek legalitas angkutan umum dan mengungkap comparative advantages antara omprengan, angkutan umum dan kendaraan pribadi serta menelaah keberadaan omprengan sebagai salah satu alternatif moda transportasi perkotaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan antara waktu tempuh dan biaya perjalanan antara omprengan, angkutan urnum dan kendaraan pribadi adalah periling dan sangat signifikan, sehingga keberadaan omprengan dapat dijadikan sebagai daya tarik tersendiri bagi para pemilik kendaraan pribadi untuk lebih menggunakan omprengan daripada kendaraan yang dimilikinya.

The increase number of demands people for public transportation mainly in rush hour in the morning and in the afternoon, make omprengan develops and has its own phenomena among people to participate in the urban transportation system. The existence of omprengan itself has been very helpful to the people especially in low public transportation service area and it has indirectly contribute to the government in an attempt to support capital movement policy, where faster travel time and relatively cheapher fee can attract private vehicle owner to use omprengan Further development has caused the changing in the function of omprengan. At first omprengan function as private vehicle, but now it has change into no more than common public transportation. This may cause personal omprengan envy among the legal owner of public transportation. This situation may grow polemic between interests on the basis of aspect legality with interest on the basis of the function of service needed by the people.
Therefore, this study aimed to analyze the existence of omprengan in related to the provision of Jabodetabek transportation system clearly by analyzing more on the legality aspect of omprengan, to conduct an field-study to identify comparative advantages of omprengan to public transportation and private vehicle, to review the existence of omprengan as an alternative mode in the provision of urban public transportation. The result of this study shows that the difference from travel time and travel cost between omprengan, public transportation and private vehicle are important and significant with high correlation level, therefore omprengan can be an indicator to attract private vehicle owner to use omprengan.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14976
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Wulandari
"Kereta Rel Listrik (KRL) merupakan transportasi yang sangat disukai bagi banyak pengguna jasa di wilayah Jakarta. Harga tiket yang murah dan bebas dari kemacetan di jalan raya menjadi salah satu alasan mengapa KRL sangat diandalkan. Untuk dapat melayani calon penumpangnya terutama pada waktu sibuk maka perlu dilakukan penelitian untuk menentukan headway dan jumlah armada yang harus disediakan.
Tahap Pertama yang dilakukan di dalam penelitian ini adalah melakukan peramalan jumlah penumpang untuk lima tahun kedepan selanjutnya melakukan simulasi dengan menggunakan ProModel. Lamanya headway dan jumlah bus yang diperoleh dari hasil simulasi akan menjadi hasil akhir dari penelitian ini.

Kereta Rel Listrik (KRL) or Electrical Rail Train is one of Jakarta urban peopleā€Ÿs favorite transport modes. Its fair-price ticket and traffic-jam-free way make this mass rapid transport highly dependable. In order to be able to serve the passengers during peak time, the project need to have a research in term of time headway and number of trains should be placed.
First phase of this thesis is to forecast the number of passengers for the next five years, than build scenario using ProModel simulation. The headway period and number of trains that shoud be placed from the simulation will be resulting this thesis.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T29775
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tjoeng Chayahin
"Bus Rapid Transit (BRT) Busway ditujukan untuk menjadi backbone sistem tranportasi di Jakarta. Pelayanan yang baik merupakan salah satu faktor kunci pelaksanaan BRT. Karena itu penting untuk dilakukan peningkatan pelayanan dalam sistemnya. Salah satu koniponen dalarn sistem tersebut adaiah halte. Contoh pelayanan yang dilakukan di halte adaiah menjaga agar tingkat kepadatan halte tidak berlebihan dan waktu tunggu penumpang di dalam halte tidak lama. Komponen pengendalian kedua macam pelayanan tersebut adalah headway (waktu antar kedatangan bus). Tujuan penelitian ini adaiah menentukan headway bus ideal untuk mengatasi kedua masalah tersebut pada rancangan Harmoni Central Busway (HCB) sebagai salah satu halte transit terbesar antara 3 koridor busway. Fokus penelitian ini adaiah pada waktu sibuk transportasi. Penelitian ini diawali dengan survey lapangan pada 3 halte transit pengganti HCB sebelum fungsi transit ketiganya digabungkan dalam HCB. Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan simulasi komputer. Aplikasi komputer yang digunakan adaiah Promodel. Penggunaan simulasi komputer dalam pemecahan masalah rancangan sistem memiliki beberapa keunggulan, antara lain memiliki biaya yang lebih murah jika dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan apabila percobaan dilakukan pada dunia nyata dan menggambarkan lebih jelas mengenai masalah-masalah yang ada. Hasil dari penelitian ini menunjukkan tidak terdapat masalah pelayanan pada waktu sibuk pagi hari sementara waktu sibuk sore akan mengalami masalah pada kedua pelayanan yang akan diberikan. Untuk mengatasinya, headway bus koridor 1, 2 dan 3 berturut-turut perlu dipercepat hingga 155 detik, 94 detik dan 91 detik pada jam sibuk sore. Output lainnya dalam penelitian ini adalah kombinasi penggunaan pintu-pintu menuju bus dengan tipe bus yang berhenti di pintu tersebut.

Bus Rapid Transit (BRT) Busway will be used as transportation backbone system in Jakarta. Service is one of the key factors in implementing BRT. Therefore it is important to improve the system service. One of the components in the system is bus stop place, called halte. The seivices to be done in halte are to keep the pedestrian density in halte and pedestrian waiting time within a certain level of service. The component used to control both of the services is bus headway (bus inter-arrival time). The purpose of this research is to determine the ideal bus headway to solve the two problems at Harmoni Central Busway (HCB) system design. HCB is one of the biggest transit halte between 3 corridors of busway. The research focused on rush hour season. First the research is conducted by holding direct surveys in the current HCB substitute transit halte before the data from the survey were brought to the computer simulation. The computer application used is Promodel. Computer simulation has a great advantage in lower experiment cost than conducting the real time research, and in visualizing a better perspective to the problem faced. This research showed that there is no service problem during the morning rush hour, while on the other hand, there will be a bad service given during the afternoon rush hour for both of the services type. To solve the problem, the bus headway for 1st, 2nd and 3rd corridors, respectively, need to be accelerated to 155 sec., 94 sec., and 91 sec. during the afternoon rush hour. The other output from this research is the combination the doors lead to the buses with the bus type stopped in front of the door."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S50048
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>