Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 61253 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tatik Windari
"Potensi pariwisata sebagai salah satu alternatif dalal upaya peningkatan perekonomian daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan suatu hal yang menarik untuk diteliti. Keberadaan pariwisata yang rentan terhadap situasi keamanan, politik, ekonomi dan lainnya membuat pariwisata pasang surut seiring pasang surutnya situasi tersebut. Keberadaan pariwisata didukung oleh sektor-sektor yang ada dalam perekonomian; artinya, pariwisata tidak muncul sebagai sektor tersendiri, tetapi lebih merupakan suatu kegiatan yang ditopang oleh berbagai sektor yang ada.
Penelitian ini berusaha mencari jawaban atas pertanyaan mengenai peran pariwisata terhadap perekonomian daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk itu, metodologi yang dipakai dalam penelitian ini meliputi analisis deskriptif, analisis input output dan analisis simulasi.
Hasil yang didapat dari analisis deskriptif adalah : (1) keberadaan pariwisata Yogyakarta terkait dengan kondusif tidaknya situasi Jakarta dan Bali. Hal itu dikarenakan secara geografis Yogyakarta terletak di antara keduanya; (2) kunjungan wisman paling banyak pada bulan Januari, Juli dan Desember, sedangkan wisnus pada bulan Juli; (3) pola belanja wisman dan wisnus berbeda, wisman mengalokasikan uangnya terbanyak untuk akomodasi dan wisnus paling banyak membelanjakan uangnya untuk transportasi; (4) pasar potensial wisman berasal dari Belanda, Jepang, Perancis, Jerman dan Amerika Serikat , sedangkan wisnus berasal dari DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan DIY sendiri.
Hasil analisis input output memperlihatkan bahwa peran pariwisata terhadap output Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2004 sebesar 5,89%, Sedangkan terhadap upah dan gaji sebesar 6,04%. Dalam hal output, sektor yang paling banyak menerima dampak dari pariwisata adalah sektor 3 (industri pengolahan) dan dalam hal upah dan gaji, sektor 12 (jasa lain) menerima dampak terbesar dari pariwisata ini. Secara umum, peran pariwisata Yogyakarta terhadap penciptaan output maupun upah dan gaji daerah masih relatif kecil.
Hasil analisis simulasi memperlihatkan bahwa kenaikan jumlah wisman 5% dan wisnus 15% lebih besar pengaruhnya terhadap upah dan gaji maupun output daerah dibandingkan dengan kenaikan belanja wisatawan yang naik masing-masing 10% ke sektor perdagangan, restoran, hotel, angkutan dan jasa lain.
Pencitraan daerah sebagai daerah tujuan wisata yang aman dan nyaman harus diwujudkan dengan kerjasama antar daerah, promosi ke negara/daerah selain pasar potensial dan peningkatan lama tinggal wisatawan merupakan bebepara implikasi kebijakan yang direkomendasikan dari hasil penelitian ini."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17191
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Nourman
"Sabang merupakan bagian dari Propinsi Daeralt lstimewa Aceh yang terletak dl ujung paling barat Republik IndoneSia. Kota kecil tni secara historis pernah jaya sebagai kota pelabuhan baik pada masa penjajahan maupun setelah Indonesia merdeka. Namun demikian kejayaan itu hanya bcrtahan sampai pertengahan tahun delapan pufuhan benepatan dengan dicabutnya starus Sabang sebagai pelabuhan bebas.
Sejak saat itu perekonomian Sabang turun drastis. Kota Sabang yang dulunya ramai dikunjungi orang, seketika menjadi sepi. Melihat keadaan yang demikian, Pemda Sa bang berusaha menggali potensi-potensi yang ada untuk dapat dikembangkan. Dengan berbagai pertimbangan dan beberapa keunggulan yang dimHiki maka. sektor pariwisata menjadi andalan bagi pengembangan selanjutnya.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun,
pengembangan pariwisata yang dilakukan tidak berjalan seperti yang diharapkan.
sehingga berpengaruh pada arus kedatangan wisatawan. Keadaan yang demikian tentu saja dapat menghambat pengembangan pariwisata-itu sendirL
Untuk pengembangan pariwisata lebih lanjut, Pemda Sabang seharusnya dapat memperhatikan kendala kcndala tersebut dan mengambil Iangkah antisipatif Dengan mendatangkan investor misalnya. tmtuk lebih mengoptirnalkan pernanfaatan potensi-potensi wisata yang ada sehingga dapat berguna bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T5006
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alveriansyah Hazham Mulya
"Pariwisata adalah salah satu industri yang menjanjikan di Indonesia selama beberapa tahun ini. Namun, beberapa jurnal penelitian mengenai pariwisata jarang sekali menggunakan Indonesia sebagai objek penelitian. Tujuan dari penelitian saat ini adalah untuk melihat bagaimana destination image berdampak kepada turis domestik dan mancanegara yang telah mengunjungi Yogyakarta. Metode penelitian kuantitatif saat ini menggunakan survei online dan akan menganalisis data dengan menerapkan PLS-SEM. Hasil analisis data dari 254 wisatawan menggambarkan bahwa seluruh dimensi destination image memiliki dampak positif pada kepuasan wisatawan dan memprediksi perilaku masa depan mereka. Dimensi yang paling berpengaruh adalah affective image sedangkan cognitive image menjadi yang paling kecil pengaruhnya terhadap overall image dari Yogyakarta.

Tourism has been one of the promising industries in Indonesia for several years. However, the study of tourism in Indonesia as an object of the research is still lacking. This study shows the most important dimension of destination image among domestic and international tourists in Yogyakarta. The data was collected between February-May 2020 through an online survey and was analyzed by applying partial least structural equation modeling (PLS-SEM). The analyses of data collected from 254 tourists depicted that all destination image's dimensions positively affect tourist's satisfaction and their future behaviors. The most influential dimension was affective image while cognitive image became the least effective. Managerial implications are discussed with limitations and future recommendations in the last section of this paper."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Meirisa Anggia
"Tesis ini membahas mengenai program kampanye pariwisata "Jogja Never I Ending Asia". Dimulai dari perencanaannya berupa riset terhadap wisatawan, pelaku rl industri pariwisata, kompetitor maupun terhadap instansi dinas pariwisata ilu sendiri.
Dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa Yogyakarta masih belum memiliki citra ! yang baik di mata wisatawan sebagai daerah tujuan wisata. Untuk itu Dinas 1 Fariwisata Yogyakarta membuat suatu riset untuk merumuskan pasar wisata agar program kampanye nantinya dapat tepat sasaran dan mendapatkan hasil yang ditargetkan. Setelah menjalankan riset, maka program kampanye pariwista "Jogja Never Ending Asia" pun dijalankan. Dimulai dengan gcncamya promosi melalui media massa, perbaikan sarana dan prasarana untuk umum di tempat tujuan wisata, kemudian mengadakan event-event pertunjukan seni dan budaya yang menarik untuk ditonton oleh wisatawan. Kekayaan Yogyakarta. akan seni budaya dan wisata alamnya yang menarik menjadi modal tersendiri bagi Yogyakarta untuk rnemajukan sektor pariwisaza mereka yang merupakan sektor andalan. Kesemuanya itu jika dipadukan dengan strategi kampanye yang bcnar akan dapat mencapai semua target yang hendak dicapai oleh Dinas Pariwisata Yogyakarta
This research tells about the evaluation of "Jogja Never Ending Asia" Tourism Campaign Programme by D1 Yogyakarta Tourism Department. Started #om the planning phase which auditing the tourist, the stakeholders which having the tourism business, competitors and also the communication programme by the Tourism Department itself.
From the result of the research, we can know that Yogyakarta still not having a good images as a traveling destination in tourist 's view. For that reasons, Tourism Departement of Yogyaltarta made a research to formulating tourism market so that the campaign programme could reach the aim and get the result which had targeted Ajler the research, so then the campaign programme applied Started with promotion by the mass media, reparations of the general infrastructure for the tourists, then arrange and organize of cultural events to attract tourists. Yogyakartais cultural and natural wealth which is attractive to have became an capitaljbr Yogyalcarta to progressing tourism sector that their trade on.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1994
303.4 IND d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Nur Rokhim
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji persepsi wisatawan lokal, nasional, dan internasional tentang manajemen pariwisata berkelanjutan. Selanjutnya, penelitian ini juga meneliti persepsi wisatawan tentang kontribusi, pengungkapan, dan kelengkapan indikator untuk pengungkapan manajemen pariwisata berkelanjutan. Penelitian ini adalah dilakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan periode 2017-2019 dan total
sampel 384 responden. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada persepsi yang sama di antara mereka kelompok wisatawan mengenai pengelolaan pariwisata berkelanjutan mungkin karena kesadaran tinggi para wisatawan yang sudah mereka miliki tentang keberlanjutan secara umum. Namun, ada perbedaan persepsi antara kelompok wisatawan dalam hal kontribusi, pengungkapan, dan kelengkapan indikator untuk pengungkapan berkelanjutan manajemen Pariwisata. Wisatawan internasional memiliki persepsi tertinggi dalam hal kontribusi, seperti membeli produk lokal. Selain itu, wisatawan internasional juga punya persepsi yang lebih tinggi tentang pengungkapan dan kelengkapan indikator untuk pengungkapan pariwisata berkelanjutan mungkin karena wisatawan internasional sudah terbiasa mendapatkan pengungkapan informasi di negara mereka. Dengan penelitian ini, maka Diharapkan keterlibatan para pemangku kepentingan dalam pengelolaan pariwisata berkelanjutan akan meningkat, dan manajer pariwisata akan mengungkapkan kontribusi yang diberikan oleh wisatawan dan/atau manajemen pariwisata secara keseluruhan.

This study aims to examine the perceptions of local, national and international tourists about sustainable tourism management. Furthermore, this study also examined tourist perceptions about the contribution, disclosure, and completeness of the indicators for the disclosure of sustainable tourism management. This research was conducted in the Special Region of Yogyakarta with the period 2017-2019 and in total a sample of 384 respondents. This research shows that there is a similar perception among those groups of tourists regarding the management of sustainable tourism it might be due the high awareness of the tourists they already have about sustainability in general. However, there are differences in perceptions between groups of tourists in terms of contribution, disclosure, and completeness of the indicators for the ongoing disclosure of Tourism management. International tourists have the highest perception in terms of contributions, such as buying local products. In addition, international tourists also have Higher perceptions about disclosure and the completeness of indicators for disclosure of sustainable tourism may be due to international tourists already accustomed to getting information disclosed in their country. With this research, it is hoped that the involvement of stakeholders in sustainable tourism management will increase, and tourism managers will reveal the contribution made by tourists and/or tourism management as a whole."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herman Widyananda
"Mandataris MPR-RI sejak Sidang Umum MPR tahun 1973, Presiden Soeharto pada Pidato Kenegaraan tanggal 16 Agustus 1989, mengemukakan babwa Indonesia akan melakukan perjuangan habis-hablsan untuk tiga sektor, yakni perpajakan. Ekspor non migas, dan pariwisata. Ketiga sektor tersebut, merupakan sektor yang paling terkait dengan masalah lingkungan. Karena itu, sektor pariwisata sangat beralasan umuk dikaji bagi upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 1995, sektor pariwisata menduduki peringkat ke dua dalarn pertumbuhan pada kurun waktu tahun 1983-1993. Bila pada tahun 1983, pertumbuhannya sebesar 14,70%, maka pada tahun 1993 naik menjadi 16,80%. Demikianpula sumbangan sektor pariwisata terhadap devisa negara pada tahun 1993 menduduki peringkat ke dua setelah industri pengolahan. Dari struktur ekonomi yang digambarkan Lersebut, secara riil sektor pariwisata sangat prospektif dalam memberikan kontribusinya bagi pembangunan nasional.
Namun, industri pariwisata juga mempunyai dampak yang kurang menguntungkan, khususnya bagi masyarakat yang belum siap menerirna kehadiran sektor ini, seperti masyarakat di Kepulauan Seribu, Jakarta Utara. Padahal kawasan Kepulauan Seribu juga merupakan penyangga perkembangan lingkungan daratan Jakarta, balk lingkungan fisik maupun sosial-ekonomi. Pada perkembangan terakhir relah terjadi percepatan p~ncernaran di perairan tersebut, akibat limbah darl daratan Jakarta dan sekitarnya.
Di sisi lain, sejak tahun 1982 (berdasarkan SK Mentan No. 527/KPTS/UMn/1982), ditetapkan adanya Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (TNL-KS) seluas 110.000 Ha. Selanjutnya sejak tahun 1989, Pemda DKI Jakarta (SK Gub. No. 1814/1989) secara hukum dan konsepsional menerapkan Kepulauan Seribu sebagai kawasan pengernbangan pariwisata.
Kondisi dan kebljakan tersebut telah menyebabkan semak:in terbarasnya area lahan mata pencaharian penduduk Kepulauan Seribu. PadahaJ upaya pelestarian kawasan Kepulauan tersebut ditentukan oleh kemampuan masyarakat setempat untuk mengelola lingkungannya, di mana sangat terkait dengan kondisi perekonomian masyarakar setempat.
Tujuan dari penelitian ini untuk mencari darnpak industri pariwisata terhadap perekonomian masyarakat, dikaitkan dengan upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan di Kepulauan Seribu.
Untuk mendukung tujuan penelitian tersebut, maka dipergunakan hipotesis sebagai berikut:
1. Terdapat keterkaitan antara pertumbuhan industri pariwisata dan perekonomian masyarakat di Kepulauan Seribu.
2. Terdapat keterkaitan dalam tingkat yang relatif rendah antara meningkatnya industri pariwisata dengan angkatan kerja yang terserap pada sektor rersebut.
3. Terdapat dampak ekonomis dari industri pariwisata terhadap masyarakat di Kepulauan Seribu.
4. Kondisi geografis dan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat merupakan penghambat unruk mempertautkan peningkatan industri pariwisata sebandiog dengan pertumbuhan ekonomi masyarakat di Kepulauan Seribu.
Untuk menganalisis dan membuktikan hipotesis di atas. maka dalam penelitian ini akan diukur dan dianalisis beberapa peubah, antara lain :
1. Tingkat pendapatan masyarakat sebelurn dan sesudah berkembangnya industri pariwisata. 2. Perkembangan sumbangan sektor pariwisata Kepulauan Seribu terhadap pendapatan daerah Jakarta Ulara.
3. Pertumbuhan industri pariwisata ( = pertumbuhan jumlah kunjungan wisata) di Kepulauan Seribu.
4. Perkembangan tenaga kerja yang terserap di sektor pariwlsta di Kepuiauan Seribu.
Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kepala keluarga (KK), di mana berdasarkan lapangan pekerjaan utama diperoleh gambaran bahwa 73,04% bekerja sebagai nelayan, 4,96% pedagang, 6,35% KK bekerja sebagai buruh dan jasa. sedangkan 15.65% KK bekerja sebagai Pegawai Negeri/ABR! dan pekerja sektor lainnya.
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus : 4 IP x 0) s - dimana:
S = jumlah sampel;
P = persentase populasi nelayan;
Q = persentase populasi bukan nelayan;
Sd = starular deviasi (ditetapkan 10%)
Dengan menggunakan rumus di atas, maka diperoleh sampel terhitung masingmasing 78,76 KK untuk nelayan dan 21,24 KK untuk bukan nelayan. Selanjutnya dilakukan penggenapan sehingga sampel yang diambil terdiri dari 158 KK nelayan dan 42 KK. bukan nelayan, dengan sebaran menurut proporsi kelurahan.
Penarikan sampel di!akukan secara acak. Untuk sampel nelayan, setelah dilakukan peneiitian pendahuluan ternyata dalam kelompok ini terdapat stratifikasi tersendirl, yakni antara pemilik dan pekerja, di mana pola kehidupannya berbeda. Karena itu, guna akurasi penelitian dilakukan penarikan sampel berdasarkan stratiflkasi tersebut.
Selanjutnya, digunakan asumsi, bahwa setiap nelayan pemi1ik mempunyai 1 buah armada, dan I armada berdasarkan penga!aman masyarakat setempat, dipergunakan untuk rata-rata 3 pekerja, Di samping itu didasarkan pula pada perbandingan antara jumlah armada dengan jumlah kepala keluarga.
Dari basil pene1itian didapatkan, kecuali semakin meningkatnya investasi yang berdampak positif mengundang investasi pada sektor pendukungnya. secara umum pertumbuhan industri pariwisata di kawasan Kepulauan Seribu belum membawa dampak positif bagi perekonomian masyarakat nelayan; bahkan telah menyebabkan menurunnya pendapatan masyarakat tersebut.
Berdasarkan temuan penelitian ini, dapat disimpu!kan bahwa penurunan pendaparan nelayan dapat berasal dari :
1. Penurunan jumlah tangkapan rata-rata sebesar 28,48% dari sebelurn berkembangnya industri pariwisata;
2. Semakin jauhnya area penangkapan ikan yang dikemukakan o!eh 51,27% responden; 3. Semakinjauhnya area penangkapan, menyebabkan sebagian nelayan mengurangi frekuensi melaut perminggu dari rata-rata 5,76 hari/minggu menjadi 4,80 hari/ minggu;
4. Meningkatnya waktu melaut dari rata-rara 5,93 jam/hari menjadi 8,16 jam/hari, yang tentu meningkatkan biaya operasi.
Industri pariwisala sangat rendah merespon produk nelayan setempat. Dari penelitian, diperoleh gambaran bahwa pembeli basil tangkapan nelayan Kepulauan Seribu terdiri dari sebesar 46,84% tengkulak, tempat pelelangan ikan sebesar 32.91%, penduduk setempat sebesar 13,29%, industri pariwisata menyerap sebesar 5,70% dari total hasil tangkapan responden dan koperasi sebesar 3,16%.
Hasil penelitian pada responden bukan nelayan memang menyiratkan adanya darnpak positif pada perekonomian. Sebesar 85,71% responden menyatakan berdarnpak positif pada penyerapan tenaga kerja, kemudian sebesar 7,14% dari respond en menyatakan berdampak positif pada pemasaran produk setempat, dan juga sebesar 7,14% menyatak:an berdampak positif pada peningkatkan pendapatan.
Berdasarkan data 5 tahun terakhir (1990-1995), kecuali tahun 1992, adanya kecenderungan peningkatan penyerapan tenaga kerja rata-rata sebesar 11,48%. Peningkatan penyerapan tenaga kerja industri pariwisata tersebut adalah naik sebesar 11.58% pada tahun 1991; turun sebesar 28,53% pada tahun 1992; kernudian naik sebesar 27,81% pada tahun berikutnya, dan tahun 1994 kern bali naik sebesar 35,06%.
Bila dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan, sangat fluktuatif sejak diamati tahun 1988. Bila pada tahun 1989 terjadi kenaikan sebesar 33,68%; turun sebesar 0,92% pada tahun 1990; pada tahun 1991 turun sebesar 0,13%; tahun 1992 mengalami kenaikan sebesar 10,16%; pada tahun 1993 rurun sebesar 3,17%, dan tahun 1994 naik kembali sebesar 11,07%. Dengan demikian, rata-rata perturnbuhannya naik sebesar 4,25% pertabun.
Dari sisi pendapatan Pemda Jakarta Utara, secara keseluruhan mengalami kenaikan. Dari pengamatan tabun 1990-1994, pertumbuhan pendapatan pajak dan retribusi dari Kepulauan Seribu rata-rata mengalami kenaikan sebesar 51,83%, yakni pada tahun 1991 naik sebesar 9,64%; tabun 1992 naik sebesar 21,68%; tahun 1993 naik sebesar 84,15%, dan tabun 1994 mengalami kenaikan sebesar 91,86%. "
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ranty Putri
"Dengan semakin ditinggalkannya perekonomian berbasis sektor ekstraktif, kini pariwisata menjadi salah satu sektor yang memiliki peluang sangat besar untuk dijadikan sumber pertumbuhan ekonomi alternatif mengingat Indonesia memiliki potensi wisata yang sangat besar. Pemerintah di tingkat pusat maupun daerah pun gencar melakukan usaha pengembangan sektor pariwisata. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara lebih dalam dan mendetil bagaimana peranan sektor pariwisata dalam perekonomian Indonesia menggunakan analisis Model Input-Output dengan data I-O nasional tahun 1995, 2000, 2005, dan 2008.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum, sektor pariwisata merupakan sektor yang memiliki peran cukup penting dalam perekonomian Indonesia karena memiliki angka keterkaitan dan pengganda yang relatif tinggi. Dengan kata lain, permintaan atas barang dan jasa yang diproduksi oleh sektor ini, terutama restoran, hotel dan angkutan darat akan menggerakkan perekonomian secara keseluruhan.

With the abandonment of the extractive sector-based economy, tourism has now become one of the sectors that have a great opportunity to be a new source of economic growth since Indonesia has many tourism potentials. Government at central and regional levels are now start intensively developing the tourism sector. Therefore, this study aimed to analyze more deeply how does the tourism sector affect Indonesia‟s economy using Input-Output model.
The research concludes that in general, tourism sector has an important role in the Indonesian economy because it has a relatively high linkages and multiplier. In other words, the demand for goods and services produced by this sector, especially restaurants, hotels and land transportation will drive the overall economy.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S59945
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Rifai Sapta
"Sebagai daerah rawan bencana, pengembangan pariwisata di Indonesia menghadapi berbagai tantangan dengan adanya bencana yang terjadi karena faktor alam maupun faktor manusia. Dengan menggunakan data panel, penelitian ini mencoba menelusuri bagaimana berbagai bencana seperti epidemi, bencana alam, dan terorisme berkorelasi dengan kunjungan wisman. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data tahunan kunjungan wisman dari 19 (sembilan belas) negara dan 9 (sembilan) pintu masuk selama periode tahun 2008 hingga 2020. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai jenis bencana berkorelasi negatif dengan kunjungan wisman secara berbeda dalam hal tingkatan maupun signifikansi. Selain itu, terdapat dampak yang lebih panjang pada beberapa bencana, yang terlihat dari korelasi negatif yang signifikan pada tahun setelah terjadinya bencana. Penelitian ini juga menemukan adanya keragaman korelasi bencana dengan kunjungan wisman berdasarkan negara asal wisman yang menggambarkan wisman dari negara mana yang sensitif atau tidak sensitif terhadap bencana.

Indonesia's tourism development faces various disaster challenges as a disaster-prone area due to natural factors or human factors. Using a panel data approach, this research built a model on understanding the correlation between disasters such as epidemic, natural disasters, and terrorism with foreign tourist arrivals. The research used data set of annual foreign tourist arrivals from 19 (nineteen) countries and 10 (ten) ports of entry from 2008 to 2020. The results showed that different types of disasters have negatively correlated with inbound tourists differently in terms of magnitude and significancies. In addition, there was a more prolonged impact on some disasters, which can be seen from the significant negative correlation in the year following the disaster. Our estimates also found a heterogeneous correlation based on tourist origin countries describing which one was sensitive or insensitive to disaster."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elly Fatimah
"Penelitian dengan judul Desentralisasi Bidang Pariwisata Di Daerah : Studi Kasus Peletakan Kewenangan Pengelolaan Taman Wisata Candi Prambanan Di Daerah Istimewa Yogyakarta ini dilatarbelakangi oleh keluarnya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pernerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Dalam pasal 9 UU No. 22 Tahun 1999 disebutkan bahwa Propinsi sebagai Daerah Otonom mempunyai kewenangan dalam bidang pemerintahan yang bersifat lintas kabupaten dan kota serta kewenangan bidang pemerintahan tertentu lainnya. Selain itu termasuk juga kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan Daerah Kabupaten/Kota. Sedangkan kewenangan Daerah Kabupaten/Kota mencakup semua kewenangan selain kewenangan yang dikecualikan dalam pasal 7 tentang kewenangan Pemerintah Pusat dan yang diatur dalam pasal 9.
Pariwisata sebagai salah satu sub sektor yang penting peranannya bagi perekonomian nasional maupun daerah, ofeh Pemerintah Propinsi DIY maupun Pemerintah Kabupaten Sleman ditetakkan sebagai sektor unggulan daerah yang diharapkan dapat menjadi penggerak perekonomian daerah setempat. Candi Prambanan yang merupakan obyek wisata penting bagi sektor pariwisata di DIY dimana pengelolaannya saat ini dilakukan oleh suatu BUMN, telah diperebutkan kewenangan pengelolaannya baik oleh Pemerintah Propinsi DIY dan Pemerintah Kabupaten Sleman maupun antara Pemerintah Kabupaten Sleman dan Pemerintah Kabupaten Klaten. Hal ini disebabkan karena lokasi obyek wisata tersebut terletak antara Kabupaten Sleman dan Kabupaten Klaten yang merupakan perbatasan Propinsi Sawa Tengan dengan Propinsi DIY. Belum adanya peraturan yang mengatur tentang kewenangan pengelolaan Taman Wisata Candi Prambanan (TWCP) di era desentralisasi saat ini, mengakibatkan terjadinya konflik perebutan kewenangan antara Pemerintah Propinsi DIY dengan Pemerintah Kabupaten Sleman.
Dari latar belakang tersebut maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah pada tingkat pemerintahan manakah pengelolaan Taman Wisata Candi Prambanan sebaiknya diletakkan serta model pengelolaan bagaimanakan yang dapat menjawab tuntutan desentralisasi dari pemerintah daerah pada saat ini? Permasalahan tersebut penulis coba selesaikan dengan pendekatan model desentralisasi fiscal dari Anwar Shah (1994), bahwa untuk menentukan letak suatu kewenangan dapat diukur dengan kriteria-kriteria desentralisasi yaitu : a. economies of scale, b. economies of scope, c. benefit-cost spinout, d. consumer sovereignty, e. political proximity dan d. economic evaluation of sectoral choice.
Sedangkan untuk menentukan model pengelolaan terbaik yang dapat menjawab tuntutan desentralisasi dari pemerintah daerah, penulis mengajukan 3 alternatif model pengelolaan yaitu 1. Pengelolaan TWCP secara mandiri oleh pemerintah daerah setempat, 2. Pengelolaan TWCP secara bersama-sama antara pemerintah pusat dan daerah melalui kepemilikan saham, 3. Pengelolaan TWCP oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah dapat bagi basil (statusquo). Sesuai dengan pendapat World Bank (1998) bahwa untuk meletakan suatu kewenangan hams dilihat juga kemampuan kelembagaannya yang terdiri dari kemampuan sumber daya manusia dan kemampuan keuangan, maka masing-masing tingkat pemerintahan dilihat juga ampek kelembagaanya, sesuai dengan tuntutan persyaratan model yang ditawarkan. Tuntutan persyaratan model 1 antara lain adalah tercapainya skala ekonomi dan terpenuhinya kualitas sumber daya manusia, Model 2 menuntut kemampuan keuangan dari pemerintah daerah untuk membeli saham yang ditawarkan. Sedangkan model 3 tidak menuntut persayaratan tertentu.
Setelah dilakukan penelitian di lapangan dengan menyebarkan kuessioner kepada responden (expert) dan wawancara mendalam maka tingkat pemerintahan yang paling tepat untuk mengelola TWCP adalah Pemerintah Pusat. Hal ini terutama disebabkan karena Masan economic evaluation of sectored choice, yaitu bahwa TWCP peranannya sangat penting bagi perekonomian nasional, regional maupun lokal, sehingga perlu dikelola oleh pemerintah pusat. Ada faktor non ekonomi yang juga sangat menentukan bahwa pemerintah pusat harus mengelola TWCP, yaitu bahwa Candi Prambanan merupakan salah satu world heritage yang ada di Indonesia, dimana pengelolaannya diawasi oleh UNESCO. Karena itu ada kekhawatiran jika kewenangan pengelolaan TWCP diserahkan sepenuhnya kepada pemda setempat akan terjadi eksploitasi terhadap obyek wisata tersebut demi untuk peningkatan PAD, yang pada akhirnya akan merusak keutuhan dan keaslian Candi Prambanan.
Selanjutnya setelah dilakukan analisa terhadap laporan keuangan, maka model pengelolaan terbaik yang dapat menjawab tuntutan desentralisasi adalah model pengelolaan secara bersama-sama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah meialui kepemilikan saham. Hanya saja yang menjadi kendala untuk saat ini adalah bahwa pemerintah daerah setempat (Pemerintah Propinsi DIY dan Pemerintah Kabupaten Sleman) belum mampu untuk membeli sejumlah saham yang ditawarkan. Sedangkan model pengelolaan yang ditempuh oleh pemerintah pusat saat ini yaitu bagi hasil, di mana kewenangan pengelolaan ada di pemerintah pusat dan pemerintah Kabupaten Sleman bersama-sama Pemerintah Kabupaten Klaten mendapatkan bagi hasil sebesar 5,65% dan 4,35% dari retribusi obyek wisata Prambanan belum memuaskan semua pihak. Pemerintah Propinsi DIY dan Pemerintah Propinsi Sawa Tengah sebagai pihak yang mempunyai kewenangan untuk menyelenggarakan suaka peninggalan sejarah dan purbakala Candi Prambanan serta promosi wisata belum mendapatkan kontribusi keuangan dari retribusi obyek wisata tersebut. Oleh karena itu penulis sarankan agar perlu adanya kontribusi keuangan dari retribusi obyek wisata TWCP terhadap pemerintah propinsi setempat, mengingat kemampuan keuangan pemerintah propinsi saat ini sangat kecil."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T1795
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>