Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179887 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ida Kartini
"Dalam upaya pengendalian harga dan mengantisipasi terjadinya kelangkaan pasokan semen di seluruh wilayah Indonesia khususnya pada kondisi dimana produksi semen di dalam negeri masih terbatas dalam memenuhi kebutuhan nasional, pasokan semen impor cukup berperan untuk mensupply kebutuhan tersebut. Guna pengamanan ketersediaan stok semen di dalam negeri sehingga tidak terjadi kelangkaan dan melonjaknya harga semen telah dikeluarkan beberapa kebijakan Pemerintah dalam penentuan harga (harga eceran tertinggi/HET dan kernudian Harga Pedoman Setempat/HPS) menurut wilayah pemasaran tertentu serta diatur dan diawasi pelaksanaan ekspor semen yang dapat mengakibatkan terganggunya stok semen dalam negeri.
Semakin berkembangnya industri semen dengan didirikannya pabrik semen baru baik yang dikelola oleh swasta maupun pemerintah di beberapa wilayah, peranan semen impor semakin berkurang dan terjadi pergeseran produksi semen selain memenuhi kebutuhan dalam negeri juga dipasarkan ke luar negeri dengan tingkat harga yang cenderung lebih menguntungkan.
Berkenaan dengan penulisan tesis ini, akan dibahas dan dianalisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan semen dan ekspor semen yang dapat berakibat terganggunya pengadaan semen di dalam negen serta upaya pencapaian efektifitas dan efisiensi distribusi semen. Pengumpulan data diperoleh melalui instansi terkait dan lembaga-lembaga lainnya yang turut terlibat dalam distribusi semen. Sedangkan alat analisis data yang digunakan antara lain analisis regresi berganda dengan bantuan komputer melalui Program Statistical Package Social Science (SPSS) dan Program Linier (Model Tranportasildengan bantuan komputer melalui Program Quantitative System for BusinessPlus (QSB+). Dari hasil analisis dalam penelman ini disimpulkan bahwa permintaan semen seoara keseluruhan dipengaruhi oleh faktor kondisi ekonomi nasional antara lain perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB), investasi Nasional dan Nilai Tambah Bruto sektor konstruksi. Untuk itu diperlukan dukungan Pemerintah dalam menciptakan kondisi perekonomian yang semakin membaik dan bagi para produsen atau peiaku niaga semen diharapkan dapat memanfaatkan peluang pasar baik di dalam negeri maupun luar negeri. Disamping itu guna tercapainya efisiensi dan efektifitas distribusi semen, hendaknya ditunjang dengan tersedianya sarana dan prasarana serta infrastruktur dalam menunjang kelancaran distribusi semen agar pemasaran semen dapat terlaksana sesuai mekanisme pasar yang mengarah pada persaingan bebas."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ngadenan
"Krisis ekonomi tahun 1997 membawa perubahan yang mendasar dalam tata niaga semen dalam negeri. Pemerintah melalui Menteri Perindustrian dan Perdagangan mengeluarkan surat nomor 48/MPP/1/1998 tanggal 21 Januari 1998 mencabut peraturan tetang tata niaga semen di dalam negeri. Pemerintah juga mengesahkan Undang-undang Nomor 5 tahun 1999 tanggal 5 Maret 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Konsekuensi dari diambilnya kebijakan tersebut adalah pernerintah menyerahkan tata niaga perdagangan semen dalam negeri kepada proses mekanisme pasar. Pemerintah tidak lagi menetapkan harga semen dengan mekanisme HPS (Harga Patokan Setempat) yang selama ini dilakukan. Penelitian ini bertujuan menganalisis: (1) terjadinya perubahan struktur dalam industri semen dalam negeri, dan (2) terjadinya Perubahan conduct dalam industri semen dalam negeri akibat berakhirnya tata niaga tersebut.
Penelitian ini menggunakan data sekunder periode 1995-2004. Analisis dilakukan secara diskriptis dengan menggunakan pendekatan Structure, Conduct and Performent Analysis untuk mengetahui adanya perubahan struktur dan conduct perusahaan dalam industri semen di Indonesia. Pengujian perubahan struktur dengan menguji perubahan jumlah perusahaan, konsentrasi rasio, indek herfindalh dan indeks lerner dalam industri semen. Dalam pasar yang kompetitif akan ditunjukkan dengan jumlah pelakunya akan semakin banyak, rasio konsentrasi, indeks herfindalh dan indeks lerner yang semakin mengecil.
Sedangkan pengujian perubahan perilaku (conduct) dengan rnenguji terjadinya prektek limit price dan leadership price dalam industri semen. Pasar yang kompetitif akan ditunjukan dengan terjadinya praktek limit price atau leadership price yang bersaing dalam industri semen, sebaliknya pelaku pasar yang monopolis akan ditunjukan dengan praktek leadership yang kolusif.
Berakhirnya kebijakan tata niaga semen tidak mengakibatkan terjadinya perubahan struktur pasar dalam industri semen tetapi berakhirnya kebijakan tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan perilaku (conduct) perusahaan dalam industri semen. Perilaku perusahaan berubah dari perilaku oligopoli kolusif menjadi perilaku oligopoli yang bersaing. Perubahan tersebut di dukung dengan perubahan indeks lerner dan rasio keuntungan yang menunjukan penurunan dari tahun ke tahun selama periode penelitian."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T16971
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asterina Zarnia
"ABSTRAK

Permenperind No.12 Tahun 2012 mengungkapkan bahwa industri semen di Indonesia diharapkan mampu menurunkan emisi spesifiknya sebesar 2% pada tahun 2015 dan 3% pada tahun 2020. Dalam mendukung tercapainya target ini, pemerintah dapat membuat berbagai kebijakan terkait. Salah satu kebijakan yang dapat dipilih oleh pemerintah adalah Pajak Karbon. Penelitian in bertujuan mengetahui dampak dari penerapan pajak karbon pada industri semen. Analisa kebijakan dimodelkan secara dinamis dengan menggunakan perangkat Powersim melalui beberapa skenario kebijakan. Melalui model dinamis yang dibuat, ditemukan bahwa pajak karbon optimal pada industri semen di Indonesia adalah sebesar Rp 810.000 per kelebihan CO2 dari ambang batas. Pajak karbon ini layak diterapkan karena memiliki dampak fiskal yang kecil dan mampu membuat industri semen menurunkan emisi nya sesuai target yang ditetapkan.


ABSTRACT

Ministry of industry decree No.12/2012 stated that Indonesia cement industry can reduce its emission by 2% voluntarily in 2015, and 3% obligatory in 2020. In order to support reaching that targets, government can make a lot of policies. One of the policy that can be chosen by government is carbon tax. The objective of this research is determine the impacts of carbon tax design implementation on Indonesia cement industry. Policy analysis is modelled dynamically using Powersim software through some policy scenarios. By the dynamic model, found that the optimal carbon tax on cement industry is Rp 810.000 per excess CO2 from the threshold. This carbon tax is feasible to implement because it has small fiscal impacts and capable to reduce Indonesia cement industry’s emissions corresponding to the target assigned.

"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S60064
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilmi Rahman Ibrahim
"Privatisasi industri semen merupakan kebijakan pemerintah dalam mengantisipasi perkembangan ekonomi di Indonesia pasca krisis ekonomi. Privatisasi bagi pemerintah merupakan upaya pemulihan ekonomi dan perbaikan kinerja BUMN terutama pada industri semen. Namun, privatisasi yang dilaksanakan pemerintah terhadap PT Indosemen Tunggal Prakarsa Tbk. telah mengundang perhatian publik, karena selain dapat berdampak pada struktur industri semen di Indonesia juga dapat menciptakan terjadinya kenaikan harga semen dalam negeri.
Privatisasi industri semen di Indonesia banyak mendapat kritikan dari masyarakat karena proses privatisasinya dilakukan melalui penjualan langsung dengan menjual saham kepada swasta asing, yaitu Heidelberger. Adanya kekhawatiran masyarakat akan kemungkinan terjadinya kartelisasi sebagai bagian dari kerjasama yang melibatkan pemain global seperti Cemex, Holcim, Heidelberger dan Laparge mungkin dapat terjadi, melihat peran yang ditunjukkan dalam penguasan produsen semen di berbagai kawasan.
Argumen ini didasarkan pada kemampuan dan kekuatan jaringan keempat pemain besar tersebut. Kasus Filipina patut dijadikan pengalaman berharga dalam program privatisasi semen di Indonesia. Harga semen di Filipina sebelum dikuasai mayoritas sahamnya oleh pemain global, relatif terjangkau oleh masyarakat, namun ketika saham itu didominasi oleh swasta asing, maka kenaikan harga semen pun tidak dapat dihindari lagi. Harga semen di Filipina bergerak naik dari harga US$ 30 perton menjadi 70-80 dollar perton.
Oleh karena itu, privatisasi industri semen yang dilaksanakan pemerintah harus mempertimbangkan kepentingan jangka panjang. Kenaikan harga semen dapat diakibatkan karena adanya kertelisasi regional dimana harga semen di Indonesia akan disesuaikan dengan harga produsen semen yang ada di beberapa negara ASEAN, sebagai bentuk aliansi strategis dengan produsen besar lainnya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T3098
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Soca Fahreza Isma'i
"PT. SBI (Solusi Bangun Indonesia) merupakan salah satu anak perusahaan induk pabrik produksi semen se-Indonesia yang memiliki bisnis utama dalam produksi semen. Pabrik milik Owner/Client ini terletak di garis pantai utara Pulau Jawa tepatnya di Desa Merkawang, Kecamatan Tambakboyo, Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur dan terletak sekitar 30 km ke arah barat Kota Tuban. Owner/Client sudah memiliki pabrik produksi yang mengoperasikan 2 tungku pembakar produksi yang masing-masing berkapasitas 1.7 juta semen ton per tahun (total produksi sekitar 3.4 juta semen ton per tahun) yang terdiri dari beberapa type semen yaitu PPC (Portland Pozzolona Cement), OPC (Ordinary Portland Cement), dan RFP (Recycled Fine Powder). Pabrik milik Owner/Client juga memiliki berbagai infrastruktur pendukung produksi semen diantaranya adalah existing jetty & trestle dengan kapasitas 15.000 DWT dengan berbagai sistem peralatan yang ada. Dengan adanya peluang bisnis untuk ekspor semen tipe V dengan volume 500.000 tpa (ton per tahun) pada tahun 2023 maka Owner/Client memerlukan pembagunan fasilitas infrastruktur baru untuk menunjang hal tersebut. Kontraktor PT. Hutama Karya telah memenangkan tender proyek tersebut dengan nilai kontrak total sebesar 1.1 Trilliun Rupiah yang mana terdiri dari beberapa paket pekerjaan antara lain yaitu; a. pembagunan struktur/penambahan jetty & trestle kapasitas 50.000 DWT dengan dimensi trestle yang sudah ada adalah 13 x 260 m2 serta dimensi penambahan platform jetty 30 x 250 m2, b. bangunan pendukung operasional untuk penambahan platform jetty berupa 1 (satu) compression room, 1 (satu) electrical room, 1 (satu) operator room, dan 1 (satu) office building, c. berbagai bagunan silo yaitu 1 (satu) blending silo kapasitas 1 x 8.000 tons, 1 (satu) clinker silo kapasitas 1 x 15.000 tons, 2 (dua) cement silo kapasitas 2 x 18.000 tons, d. bangunan pendukung di dalam pabrik termasuk 1 (satu) ruang kompresor blending silo area, 1 (satu) ruang kompresor cement silo area, 1 (satu) ruang elektikal di cement silo area. e. berbagai transport system termasuk tube conveyor dan air slide, f. berbagai instalasi peralatan control instrument dan elektrikal. Pada Laporan Praktek Keinsiyuran dengan judul “Analisis dan Evaluasi Perbandingan Desain Struktur Bottom Air Slide Cement Silo Dan Top Air Slide Cement Silo Pada Proyek Perluasan Cement Production Plant” penulis hendak menjabarkan dan akan menjelaskan secara rinci mengenai hal tersebut.

PT. SBI (Solusi Bangun Indonesia) is a company entity under holding company of the biggest cement production which its core business is producing cement. Owner/Client’s production plant is located at north java coastal line precisely at Desa Merkawang, Kecamatan Tambakboyo, Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur located at about 30 kilometers toward west side of Tuban City. Owner/Client’s production plant has existing production plant that operating 2 production kiln and having capacity reaching 1.7 milion cement tonne per annum (total production of 3.4 million cement tonne per annum) and producing several type of cement incl. PPC (Portland Pozzolona Cement), OPC (Ordinary Portland Cement), dan RFP (Recycled Fine Powder). Owner/Client’s production plant has several existing infrastructures for supporting cement production including existing jetty & trestle with capacity of 15.000 DWT with various equipment system. There is a business opportunity for exporting cement type V within 500.000 tpa (tonne per annum) capacity in year 2023, thus Owner/Client need to build new facilities to achieve production target. Contractor PT. Hutama Karya had won the tender project for amount IDR 1.1 Trillion consist of several job packages including; a. constructing jetty & trestle extension capacity 50.000 DWT with dimension extension trestle of 13 x 260 m2 and dimension extension jetty platform of 30 x 250 m2 , b. supporting building for operational of extension jetty platform consist of 1 (one) compression room, 1 (one) electrical room, 1 (one) operator room, and 1 (one) office building, c. various silos building consist of 1 (one) blending silo capacity 1 x 8.000 tons, 1 (one) clinker silo capacity 1 x 15.000 tons, 2 (two) cement silo capacity 2 x 18.000 tons, d. supporting building for operational inside plant consist of 1 (one) compressor room blending silo area, 1 (one) compressor room cement silo area, 1 (one) electrical room cement silo area. e. transport system incl. tube conveyor system, f. electrical installation & process control. In this field report titled “Analisis dan Evaluasi Perbandingan Desain Struktur Bottom Air Slide Cement Silo Dan Top Air Slide Cement Silo Pada Proyek Perluasan Cement Production Plant” author would like to explain detailed about those subjects. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Florencia Irena Chandra
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas hubungan antara karakteristik industri semen dengan potensi terjadinya kartel dalam industri tersebut. Selain itu, dilakukan juga analisis kasus kartel terhadap tiga negara, yaitu Uni Eropa, India, dan Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain wawancara dan grounded theory. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pembuktian kartel bukanlah hal yang mudah dan meskipun secara teori dan konsep membenarkan adanya hubungan positif antara potensi kartel dengan karakterisitik industri semen, namun perlu analisis lebih lanjut akan adanya faktor penting lain yang dapat mempengaruhi, yaitu tingkat substitusi. Selain itu, hasil penelitian menyarankan Indonesia lebih memahami teori dan konsep ekonomi dalam rangka menggunakan bukti ekonomi dalam pembuktian kartel, terutama berdasarkan contoh empiris di dua negara lainnya yang berhasil menangani kasus kartel semen tersebut.

ABSTRACT
This thesis described the interrelationship between the characteristics of cement industry in Indonesia with some of the factors that promote cartel within the cement industry. Furthermore, cases analysis are carried out by doing case studies in solving cement cartel in European Union, India and Indonesia. The research in this thesis used qualitative analysis with design interview and grounded theory. The investigation concludes that proving the existence of cartel is not easy and even though there is a strong possibility of cartel formation due to the characteristics of the cement industry, further analysis is needed to display other practical important factor such as the demand level of substitutes. Besides that, the investigation suggests Indonesia learns more about the theory and concept of economics in using economics evidence as the evidence to prove cartel, especially from the empirical cases in European Union and India that have proven to be effective in solving cartel formation with all its pro"
2016
S64131
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adrian S. Herlambang
"ABSTRAK
Industri semen di Indonesia sekarang sedang mengalami pertumbuhan yang
sangat pesat, karena peningkatan permintaan semen disertai dengan perluasan
kapasitas perusahaan-perusahaan semen di Indonesia. Pada tahun 1993 Indo
nesia akan mengalami kelebihan kapasitas kurang lebih 9.502 ribu ton yang harus
dicarikan pasar di pasar internasional. Itu berarti tiga kali peningkatan ekspor
semen tahun 1989.
Tetapi selama ini ekspor semen dari Indonesia, yang telah mampu menunjang
perolehan devisa sejak tahun 1985, mengalami hambatan dari dalam negeri
sendiri yaltu bila pasar dalam negeri mengalami kekurangan semen dan harga
membumbung tak terkendali pemerintah menghentìkan ekspor semen. Bahkan
pada bulan Oktober 1990 penghentian ekspor semen disertai dengan pembebasan
bea masuk untuk impor.
Situasi semacam ini bila dibiarkan terus-menerus tanpa dicarikan jalan
keluar dan ditangani secara nasional, akan merusak citra produsen semen
Indonesia dimata mitra dagangnya di luar negeri. Bila eksportir semen Indonesia
di luar negeni tidak dapat dipercaya lagi, maka dalam jangka panjang akan
sangat membahayakan.
Bila melihat potensi permintaan pasar semen internasional dan potensi In
donesia untuk melakukan ekspor, sebetulnya Indonesia mempunyai kekuatan yang
sangat besar untuk melakukan ekspor semen. Untuk wilayah Asia, Indonesia
mempunyai biaya transport yang paling murah. Padahal di dalam industri semen,
biaya angkutan merupakan unsur biaya yang dominan. Di samping faktor
kelebihan kapasitas, secara ekonomis pasar ekspor lebih menarik dìbandingkan
pasar di dalam negeri, karena pada pasar domestik harga telah ditentukan
pemerintah melalui HPS (Harga Pedoman Setempat).
Indocement sebagai perusahaan semen terbesar dengan lokasi produksi
terletak berdekatan dengan wilayah pemasaran domestik yang paling potensial
yaitu DKI dan Jawa Barat dan dengan fasilitas-fasilitas penunjang ekspor seperti
fasilitas transportasi menuju pelabuhan ekspor yang dimiliki sangat berkepentingan
untuk menyelesaikan masalah ekspor semen karena bila pasar di dalam negeri
mengalami stagnasi, maka akan berpengaruh buruk terhadap Indocement. Masalah
ini harus diselesaikan secara terpadu dengan memperbaiki kelancaran pasok
semen di dalam negeri terlebih dahulu, yaltu dengan melakukan pemantauan
produksi semen nasional, sehingga risiko eksportir Indonesia dapat diperkecil.
Kekosongan semen didalam negeri sebaiknya tidak diatasi dengan penghentian
ekspor semen, tetapi sebaiknya diatasi dengan cara impor, sehingga kontrak
ekspor yang telah disepakati tidak tertanggu dan reputasi eksprotir semen In
donesia diluai negeri tetap terjaga dengan balk. Cara lain yang dapat ditempuh
adalah dengan melakukan investasi pabrik di negara lain sehingga pasar internasbflal
dapat dipasok balk dan indonesia maupun dan negara lain tempat didirikanflya
pabrik milk produsen semen Indonesia tersebut.
"
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inna Indriati
"Banyak negara di wilayah regional Asia Pasifik termasuk Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 mengalami dampak memburuknya kondisi ekonomi, terutama karena depresiasi mata uang negara-negara tersebut. Akibat utamanya adalah langkanya likuiditas, tingginya tingkat bunga dan kurs mata uang asing. Kondisi ini mencakup pula pengetatan penyediaan kredit dan penghentian atau penundaan pelaksanaan proyek konstruksi tertentu.
Dalam menghadapi kondisi ekonomi yang masih belum stabil yang ditandal dengan masih berfluktuasinya kurs mata uang asing dan harga saham di pasar modal, manajemen masing-masing perusahaan dalam industri semen mengambil langkah-langkah antara lain; menaikkan harga jual, melakukan ekspor, melakukan penghematan biaya, melakukan investasi sesuai skala prioritas dan mencari alternatif dengan membeli produk-produk lokal dengan kualitas yang sama dengan komponen impor mesin dan suku cadang.
Dampak negatif krisis yang berkepanjangan berimbas pada kinerja perusahaan perusahaan yang bergerak dalam industri semen. Penurunan kinerja terutama dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
Industri ini dipengaruhi oleh jatuh bangunnya sektor property. Akibat krisis yang terjadi menimbulkan keterpurukan sektor ini diinana terjadi penundaan proyek konstruksi dan berkurangnya daya bell masyarakat.
Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing menyebabkan semakin besarnya beban hutang luar negeri yang harus ditanggung perusahaan. akibat beban bunga yang jumlahnya besar.
Krisis ekonorni yang terjadi memberikan tekanan negatif terhadap laju perkembangan konsumsi senen nasional indonesia. Konsumsi semen nasional menurun menjadi 19,24 juta ton tahun 1998, kemudian menurun kembali ke 18,77 juta ton di tahun 1999. Untuk tahun 2000, konsumsi semen nasional menìngkat ko 22,33 juta ton tetapi masih jauh di bawah tingkat konsumsi yang pemah dicapai pada tahun 1997.
Perkembangan sektor perumahan, sektor komersil dan berbagai proyek industri merupakan tiga faktor kunci berkembangnya penggunaan semen di Indonesia. Konsumsi semen berkorelasi positif dengan keadaan umum, aktivitas ekonomi khususnya sektor konstruksi. Adapun penelitian dilakukan melalui studi pustaka yaitu berdasarkan laporan keuangan yang diterbitkan masing-masing perusahaan selama periode krisis moneter dan artikel beberapa media yang berhubungan dengan topik yang diteliti.
Kinerja ketiga perusahaan mengalami penurunan dari tahun 1997 hingga 2000 dan pada tahun 2001 mengalami peningkatan. Harga saham INTP dan SMCB overvalue sedangkan harga saharn SMGR undervalue. Dari ketiga perusahaan yang diteliti, Semen Gresik memiliki kinerja yang cukup baik karena dapat bertahan selania masa krisis meski mengalami penurunan laba bersih, sedangkan PT Semen Cibinong sebaiknya perlu melakukan efisiensi mengingat perusahaan belum mampu bekerja secara optimal dalam menggunakan sumber daya yang ada disamping besamya beban hutang dalam mata uang asing yang ditanggung. Dengan keberhasilan restrukturisasi hutang (debt to equity) yang dilakukan PT Indocement prakarsa, perusahaan ini mampu memperbaiki kinerja keuangannya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T3094
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aminzar Rifky Z
"ABSTRAK
Refleksi tinggìnya pertumbuhan ekonomi salah satunya terlihat dari meningkatnya
aktivitas investasi pada pembangunan sektor rill. Meningkatnya pembangunan pada sektor rill
memerlukan industri pendukung agar kelancaran pembangunan dapat berjalan sesuai dengan
perencanaan. Industri semen sebagai industri komoditi strategis merupakan industri pendukung
yang sangat vital dalam menunjang realisasi investasi pada sektor rit terutama pada sektor
konstruksi.
Permintaan semen di masyarakat terus meningkat dan tahun ke tahun dengan peningkatan
yang sangat signifikan besar tiap tahunnya. Tingginya permintaan ini seringkali menimbulkan
permasalahan tidak tercukupinYa pasokan semen di masyarakat. Kondisi ini membuat
pemerintah harus melakukan intervensi dikarenakan semen merupakan komoditi yang erat
kaitannya dengan inflasi.
Mengingat begitu pentingnya komoditas strategis ini sebagai motor kelancaran
pembangunan nasional perlu adanya studi mengenai karakter industri ini terhadap kondisi
industri secara keseluruhan. Adapun tujuannya untuk mçngetahui berapa besar resiko pada
industri ini terhadap sikius bisnis di Indonesia, pengadaan bahan mentah, peraturan pemerintah
serta terhadap posisi dalam perekonomian di Indonesia yang dapat mempengaruhi kinerja
keuangan para pemainnya. Pada akhirnya dapat disimpulkan resiko kredit pada industri semen
di Indonesia sesuai dengan judut dan karya akhir ini yaitu Analisa Kredil Pada Industri Padat
Modal Khususnya pada Industri Semen.
Adapun sampel perusahaan yang diambil dalam penelitian ini íalah 3 perusahaan semen
yang sudah go public yaitu PT, Indocement Tunggal Prakarsa, PT. Semen Cíbinong, dan PT.
Semen Gresik dengan data-data pada periode tahun 1992-1996. Pemilihan ketiga perusahaan ini
sebagai studi kasus dalam mewakili pemain-pefliain lainnya di industri ini atas dasar kapasitas
terpasang produksi nasional dimana 87,1 % dikuasai oleh ketiga penisahaan tersebut, yaitu PT.
Semen Gresik 38,73%, PT. Indocement Tunggal Prakarsa 37,85% dan PT. Semen Cibinong
10,5%. Dan hash penelitian ketiga perusahaan dapat ditarik benang merah yang
menggambarkafl secara global kondisi industri semen di Indonesia.
Pada penelitian ini digunakan 2 pendekatan analisa dalam mencapal tujuan dan penulisan
ini yaitu:
1. Analisa industri berdasarkan lima kekuatan bersaing dan Michael E. Porter yaitu
peninjauan perusahaan terhadap ancaman pembeli, pemasok, persaingan antar pemain
produk substitusi dan pendatang baru.
2. Analisa keuangan dengan meninjau raslo keuangan dan anis kas perusahaan. Rasio
keuangan dilihat dan rasio likuiditas, profitabilitas, manajemen aset dan manajemen hutang
perusahaafl sedangkan anis kas di analisa terhadap anus kas hasil kegiatan usaba, anis kas
yang digunakan investasi dan arus kas hash pembiayaan perusahaan.
Dari hasil analisa 5 kekuatan bersaing (Michael E. Porter) pada ketiga perusahaan
tersebut maka industri semen mempunyal empat kekuatan yaitu kekuatan terhadap ancaman
pembeli, ancaman produk substitusi, ancaman persaingan antar pemain dan ancaman terhadap
pendatang baru serta satu kelemahan yaitu kelemahan terhadap ancaman pemasok. Dimana
kekuatan tersebut sangat melindungi para produsen dalam bermain di industri ini. Kondisi ini
terlihat dengan adanya hambatan-hambatan masuk yang besar bagi pemain baru, adanya asosiasi
(ASI) yang anggotanya para pemain itu sendiri yang mengatur alokasi pasar, kuota produksi
dan harga jual, belum adanya produk pengganti yang mempunyai manfaat dan kemampuan yang
sama.
Dengan lingkungan usaha yang ada sekarang ¡ni meinbuat para pemain mengenyam
keuntungan yang besar. Kondisi ¡ni dapat terlihat dan keuangan perusahaan para pemain
tersebut yaitu tingginya tingkat likuiditas dan profit yang dinikmati para pemain walaupun
pengelolaan aset-aset perusahaan masih belum efisien dimana investasinya menggunakan dana
hutang yang besar.
Dapat disimpulkan bahwa keuntungan-keuntungan yang dinikmati para pemain dalam
industri ¡ni dikarenakan struktur pasar pada industri semen yang oligopoli dan mengarah pada
monopoli regional serta adanya praktek kartel sehingga para pemain dalam industni ini
mempunyai resiko default yang kecil apabila lingkungan usahanya tidak berubah. Tetapi apabila
kondisi lingkungan usahanya berubah yaltu dengan terbukanya pasar dan tidak adanya praktek
kartel maka persaingan akan meningkat dan akan sulit bagi para pemain untuk mengatur harga
jual semennya sehingga akan berdampak kesulitan dalam mengembalikan hutang-hutang yang
besar. Kondisi ¡ni akan mengakibatkan resiko default pada industni semen alcan meningkat."
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>