Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 99244 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sugeng Rahardjo
"Recharges simulation on groundwater in Depok : Paved areas extension were analysed by pricipal component analysis and canonical correlation analysis.The result indicated that urbanization, especially in the commercial region, are increasing in Depok. According to the simulation on dynamic model. It is known that the carrying capacity of shallow groundwater will besustain five up to 10 years letter, if urban land use could be controllied become 73.79 percent of the Depok's spatial palnning 2010"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
SAIN-7-1-2002-31
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Syamsu Rosid
"Suatu kajian tentang kemungkinan adanya sistim mata air di lingkungan kampus UI Depok telah dilakukan dengan melakukan pengukuran geolistrik tahanan jenis. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan konfigurasi elektroda model Schlumberger. Dengan mengukur parameter-parameter arus I dan tegangan V serta jarak antar elektroda, diperoleh harga variasi tahanan jenis lapisan tanah dan ketebalannya pada setiap titik sounding. Pengolahan data dilakukan dengan software Res1D Modeling dan Grapher menggunakan komputer PC. Pengukuran hanya dilakukan pada 8 titik sounding, dengan panjang bentangan kabel arus AB/2 hanya mencapai ± 100 meter. Mapping resistivity tidak penulis lakukan. Dari ke delapan titik sounding tersebut diperaleh suatu gambaran estimasi tentang sebaran lapisan akifer. Lapisan ini berada pada kedalaman ± 20 m di daerah FT dan FISIP, mendangkal menjadi ± 10 m di sekitar FMIPA dan FILM, dan makin mendangkal lagi menjadi ± 5 m di lingkungan Politeknik. Kedalaman lapisan ini penulis hitung dari permukaan tanah. Dari gambaran ini ada kemungkinan lapisan ini munculltersingkap di sekitar Politeknik. Dan ini bisa berpotensi menjadi mata air yang diduga ada di sekitar danau antara FMIPA dan Politeknik."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ari Fauzi
"Potensi air bawah tanah di wilayah Kampus UI Depok dapat dihitung berdasarkan ketebalan akuifer, luas akuifer dan porositas lapisan akuifer di daerah tersebut. Untuk mendapatkan target di atas, dilakukan pengukuran Resistivitas DC Schlumberger. Sebelumnya dibuat disain pengukuran yang terdiri dari 3 lintasan dan 14 titik VES yang memanjang dari selatan ke arah utara.
Interpretasi data VES dengan menggunakan program computer RS1D menghasilkan bentuk kurva sounding yang lebih kompleks didasarkan pada bentuk kurva dasar pendekatan kuantitatif. Setelah itu, korelasi 2-dimensi dari beberapa titik sounding pada setiap lintasan menghasilkan model penampang hidrogeologi. Pada penampang tersebut terlihat bahwa wilayah Kampus UI Depok secara berurutan dari lapisan bawah ke atas terdiri dari Formasi Bojongmanik (ρ>100 ohm-meter), lapisan pasir yang merupakan akuifer (ρ=10-50 ohm-meter) dan lapisan tanah penutup (ρ=10-150 ohm-meter).
Selain itu, penampang hidrogeologi dapat menjelaskan arah aliran fluida dari setiap lintasan yang bergerak dari selatan ke arah utara. Model hidrogeologi secara 3-dimensi dapat mengetahui lebih jelas arah aliran fluida secara lokal di wilayah Kampus UI Depok. Model 3-dimensi ini dibuat dari bagian bawah lapisan akuifer yang berbatasan dengan Formasi Bojongmanik pada penampang hidrogeologi 2-dimensi.
Berdasarkan studi ini, perkiraan potensi air bawah tanah dengan ketebalan akuifer 55 m dan luas akuifer 3.610.000 m2 dengan asumsi porositas batuan 40% yaitu sebesar 79.420.000 m3. Dari potensi ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan pengambilan kebijakan pemanfaatan air bawah tanah di wilayah Kampus UI Depok.

The groundwater potential at the Universitas Indonesia (UI) campus, Depok can be assessed by measuring the aquifer thickness and width, and porosity of aquifer layer of the area. A DC Schlumberger Resistivity measurement is therefore conducted which is preceded by making a measurement design consisting of 3 tracks and 14 VES points that lie from south to north.
The VES data interpretation made by using RS1D computer program is illustrated in a more complex sounding curve compared to the quantitative approach basic curve. Then, the two-dimensional correlation of some sounding points on each track creates a hydrogeology section model. The section shows that the UI area is composed of, from the lower to upper layer, Bojongmanik Formation (ρ>100 ohm-meters), a sand layer which functions as aquifer (ρ=10-50 ohm-meters), and top soil layer (ρ=10-150 ohm-meters).
The hydrology section can also explain the direction of fluid of each track that flows from south to north. Three-dimensional, hydrological model can determine more clearly the direction of fluid flow locally at the UI area. This three-dimensional model is created in the lower part of the aquifer layer which is adjacent with Bojongmanik Formation on the two-dimensional hydrology section.
Based on the study, it is estimated that the groundwater potential with the aquifer thickness of 55 meters and width of 3,610,000 m2 and with the assumed rock porosity of 40% is 79,420,000 m3. This potential is expected to be a reference in the policy making of groundwater utilization at the UI area.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S28890
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamid
"Pembangunan kota Jakarta yang semakin pesat mengakibatkan kebutuhan air bersih menjadi semakin meningkat. Produksi Perusahaan Air Minum (PAM) Jaya yang masih sangat terbatas (sekitar 60%) belum dapat memenuhi kebutuhan pengguna/pemakai air baik untuk dornestik maupun komersil. Hal ini menyebabkan pemanfaatan airtanah menjadi semakin besar dan tidak terkendali.
Suatu perkiraan keseimbangan airtanah di Jakarta, oleh Bank Dunia (1990) menyebabkan bahwa konsumsi air dari sumur dangkal sebesar 200 juta m3 per tahun dan sumur bor sebesar 95 juta m3 per tahun, sedangkan resapan air hanya sebesar 114 juta m3 per tahun. Dengan demikian terjadi ketidakseimbangan antara pengambilan dengan ketersediaan air, yaitu terdapat kekurangan sebesar 181 juta m3 air resapan per tahun. Perhitungan ini mengindikasikan bila konsumsi air terus seperti sekarang, maka ketersediaan airtanah di Jakarta hanya cukup untuk 10 tahun lagi.
Pesatnya laju penggunaan airtanah yang berlebihan atau tidak terkendali ini, akan berdarnpak bagi kawasan Jakarta, seperti penurunan muka airtanah, intrusilpenyusupan air lautlasin, dan penurunan permukaan tanah atau amblesan. Instrusi/penyusupan air asin menyebabkan kualitas airtanah menjadi terkontaminasi sehingga berubah dari tawar menjadi payau sampai asin. Untuk itu perlu segera diantisipasi terjadinya perluasan wilayah sebaran intrusi air asin di Jakarta, antara lain dengan mengetahul kondisi lingkungan wilayah sebaran intrusi air asin tersebut baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka secara khusus dapat dirumuskan masalahnya, yaitu:
1. Di wilayah mana terdapat airtanah dangkal yang terintrusi air asin di wilayah Jakarta.
2. Bagaimana kondisi lingkungan pada wilayah airtanah dangkal yang terintrusi air asin di wilayah Jakarta.
Tujuan yang ingin dicapai dalam tesis ini adalah:
1. Untuk mengetahui wilayah airtanah dangkal yang terintrusi air asin di wilayah Jakarta
2. Untuk mengetahui kondisi lingkungan pada wilayah airtanah dangkal yang terintrusi air asin di wilayah Jakarta.
Hipotesis: Airtanah dangkal yang terintrusi air asin di Jakarta terdapat di wilayah dengan kondisi lingkungan (1) curah hujan yang kering, (2) sifat fisik tanah dan batuan yang lambat menyeraplmeiuluskan air, (3) letaknya dekat dengan pantai, (4) muka airtanah berada di bawah laut, (5) luas lahan terbangunnya tinggi, (6) penduduknya padat.
Metode Penefitian:
1. Kriteria Tingkat Keasinan Airtanah
Dalam menganalisis intrusi air asin dengan pendekatan kualitas airtanah digunakan klasifikasi keasinan airtanah Jakarta yang telah disepakati oleh Panitia Ad Hoc Intrusi Air Asin (PAHIAA) di Jakarta pada tahun 1986 oleh beberapa instansi terkait, seperti Direktorat Geologi Tata Lingkungan, Lembaga Geoteknologi LIPI, PAM Jaya dan Puslitbang Pengairan. Adapun kriteria tersebut adalah Daya Hantar Listrik (DHL) air tawar (< 1500 umhos/cm), air agak payau (>1500 - < 5000 umhos/cm), air payau (> 5000 - < 15000 umhos/cm), air asin (> 15000 - < 50000 umhos/cm), brine (> 50000 umhos/cm), dan Klorida air tawar (< 500 mg/l), air agak payau (> 500 - < 2000 mg/l), air payau (> 2000 - 5000 mg/l), air asin (> 5000 - 19000 mg/l), brine (> 19000 mg/l).
2. Metode korelasi peta (Overlay peta) merupakan metode dengan melakukan pertampalan peta, dalam hal ini peta wilayah intrusi air asin dengan peta kondisi lingkungan di Jakarta. Hasil dari analisis tersebut dapat menjelaskan korelasi kondisi lingkungan yang ada pada wilayah airtanah dangkai yang terintrusi air asin.
Kesimpulan : Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah:
1. Wilayah airtanah dangkal yang terintrusi air asin tersebar di seluruh kecamatan pada bagian utara Jakarta, dan sebagian lagi berada di bagian barat dan timur Jakarta, serta di bagian tengah (pusat) Jakarta.
2. Kondisi Lingkungan fisik pada wilayah airtanah dangkal yang terintrusi air asin di Jakarta adalah: muka airtanah berada di bawah muka laut (< 0 dml), curah hujan yang kering ( < 1600 mm -1800 mm), sifat fisik tanah dan batuan kurang/lambat menyerap/meluluskan air (lempung, permeabilitas lambat, drainase terhambat, tekstur flatus), letaknya dekat dari pantai Sedangkan kondisi lingkungan binaan dan Iingkungan sosiat pada wilayah airtanah dangkal yang terintrusi air asin sebagian besar luas lahan terbangunnya sangat luas (> 80%) dan penduduknya kurang padat (< 12.385 jiwa/km2) sampai sangat padat (> 41.117 jiwa/km2).
Berdasarkan data dan kesimpulan tersebut di atas, maka penggunaan airtanah di Jakarta khususnya airtanah dangkal yang sangat tinggi terutama di dalam menunjang aktivitas kehidupan penduduknya perlu dilakukan upaya-upaya pengendalian, penghematan dan pemantauan. Jika kondisi ini terus berlangsung akan memberikan dampak terhadap ketersediaan dan ketersinambungan sumberdaya air di Jakarta. Untuk perlu dilakukan beberapa langkah yang dapat menjaga kelestarian airtanah dan terpenuhinya kebutuhan penduduk akan air bersih, antara lain melalui :
1. Pengendalian penggunaan airtanah dengan melaksanakan penghematan atau membatasi penggunaan airtanah, seperti:
- Meningkatkan kemampuan PAM Jaya untuk dapat melayani kebutuhan air bersih penduduk dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat
- Menjadikan airtanah sebagai komoditi ekonomi yang bernilai tinggi, sehingga bukan lagi sebagai barang yang gratis.
2. Pemantauan terhadap penggunaan airtanah harus dilakukan oleh semua pihak yang terkait baik masyarkat, dunia usaha dan pemerintah, sehingga semuanya menyadari pentingnya fungsi, peran dan keberadaan airtanah.
3. Penetapan zona konservasi airtanah yang membagi Jakarta ke dalam wilayah-wilayah yang boleh, boleh tetapi dengan perlakuan khusus, dan tidak boleh dimanfaatkan airtanahnya, merupakan suatu yang sangat tepat, Tetapi dalam pelaksanaannya perlu dibarengi dengan disiplin, sanksi dan peraturan yang mengikat semua pihak dan aspek kehidupan.
4. Pemberlakuan yang lebih ketat dan tegas terhadap Keputusan Gubernur No. 17 Tahun 1992 tentang pembuatan sumur resapan. Walaupun pemberlakuan keputusan tersebut baru pada tahun 1992 dan ditujukan pada pemohon ijin Mendirikan Bangunan (IMB), tetapi hendaknya pada rumah-rumah yang telah dibangun sebelum tahun 1992 hendaknya terus dihimbau dan dipantau untuk dapat pula membuat sumur resapan atau melaksanakan penghijauan di halaman rumah atau daerah terbuka hijau dengan jenis tanaman yang mampu menyerap air.
5. Pengalihan fungsi lahan terbuka hijau atau lahan-lahan yang berfungsi sebagai daerah resapan air hendaknya tidak terjadi lagi, karena selain dapat menghambat proses peresapan air ke dalam tanah, juga dapat meningkatkan penguapan air dan memperbesar air larian.
6. Penyuluhan akan pentingnya arti dan peran keberadaan airtanah sebagai bagian dari siklus hidrologi, sehingga penggunaannya harus dihemat, efektif dan efisien dapat dilakukan meialui lembaga-lembaga sosial masyarakat, sekolah, Ulama, dan pertemuan-pertemuan yang sifatnya informal yang dilakukan oleh tokoh-tokoh masyarakat setempat.

The ever rapid development of Jakarta resulted in an ever Increasing water need. The limited product of Municipal Water Works (PAM) Jaya cannot fully meet the requirement of water users for domestic and commercial purposes only 60% is presently. That's why groundwater utility increase and became ever uncontrollable.
Balanced prediction of Jakarta groundwater by World Bank (1990) indicated that water consumption of shallow groundwater is 200 million m3 per year and deep well is 95 million m3 per year while water infiltration is only around 144 million per year. Hence, there is an imbalance between water consumption and water storage. There is a deficit of 181 million m3 of water that need to infiltrate and percolate per year. This calculation indicated that if water consumption continue to remain as it is to day, hence, the availability of groundwater storage in Jakarta will only be enough for ten more years.
The growth of groundwater uncontrolled use will have an impact on Jakarta area, like decreasing water table , salt water Intrusion, and subsidence of soil surface. Salt water intrusion contaminate groundwater and thus lowering the quality and change the taste of fresh water with the increase of groundwater usage therefore, the extent of salt water enrichment will grow.
Based on the above background, therefore the problem area of the research follows:
1. Which area contain salt water intrusion of shallow groundwater in Jakarta
2. How is the environmental condition in areas of shallow groundwater with intrusion by salt water.
Objectives of this study are:
1. To know the areas of shallow groundwater with intrusion by salt water in Jakarta
2. To know the environmental condition in areas of Jakarta with shallow groundwater where intrusion by salt water has occurred.
Hypothesis: Shallow groundwater intrusion by salt water in Jakarta was found in areas with the following environmental condition (1) dry rainfall, (2) physical characteristics of soil and rock that cannot absorb water, (3) situated near a beach, (4) the water table is below sea water level, (5) highest built up area, (6) high population density.
Research Methodology:
Groundwater salinity level criteria.
In analyzing salt water intrusion using groundwater quality as salt water classification as agreed by the ad hoc salt water intrusion committee (PAHIAA) in Jakarta 1986, such as The Directorate for Environment system geology, Institute of Geo technology (LIPI), Municipal Water Works (PAM) Jaya and Irrigation Research Center of the Public Work Department are: conductivity (DHL) fresh water (<1500 umhos/cm), fresh brackish (>1500 - <5000 umhos/cm), brackish (>5000 - <15000 umhoslcm), salty (>15000 - <50000 umhos/cm), brine (> 50000 umhos/cm), and chloride (CI) fresh water (< 500 mg/l), fresh brackish (> 500 - < 2000 mg/1), brackish (> 2000 - 5000 mg/l), salty (> 5000 - 19000 mg/l), brine (> 19000 mg/l).
Map correlation method (overlays) is a method that carry out map overlays which in this case is represented by a map of salt water intrusion area and a map of environmental condition in Jakarta. The result of analysis can clarify correlation of environmental condition in shallow groundwater area intrusion by salt water.
Conclusion : Based on the results and analysis therefore, the conclusions of this research are:
1. The Area of shallow groundwater intrusion by salt water covered all of the subdistric in north Jakarta, part of west and east Jakarta as well as central Jakarta.
2. The environmental condition of shallow groundwater intrusion by salt water is common around areas with physical environment containing water table below sea level (< 0 m), dry rainfall (< 1600 mm up to 1800 mm), physical characteristic of soil and rock that cannot absorbed water (clay, slow permeability, fine texture, poorly drainage), and near of the beach , human made environment: higher built up area (> 80%), and social environment : low population density (< 12.385 person! km2) to higher population density (> 41.117 person/ km2).
Based on the founding it could be concluded that groundwater use in Jakarta especially shallow groundwater to support peoples activity need to be controlled, economized and monitored. if this condition continue, then it would give an impact on storage and continued availability of Jakarta water resources. Therefore, several steps have to be taken to guard the preservation of groundwater and fulfillment of population water need, including:
1. Controlled, thrifty and efficient groundwater use or limited use such, as :
- To raise the ability of municipal water works (PAM) Jaya to expand the distribution networks to all people in Jakarta.
- To make groundwater an economic commodity of high value,
2. Monitoring of groundwater use has to be carried out by all parties such as the people, industry and government so that all realized the important function, role and storage of groundwater.
3. Establish a conservation zone dividing Jakarta in zones of permitted, zone of permitted with special activity and zone of unpermitted use of groundwater. In its realization, sanctions have to be enforced.
4. In accord with the decision number 17, 1992 about the construction of reabsorption well, even though valid since 1992 for permit applications of construction (1 M B) but it is hoped that it would be also valid for constructions before 1992 for constructions. Beside that to construct well absorption or carry out greening in the garden of the house or in open space area with vegetation can function as water absorption.
5. Land conversion of open space area should not occur anymore, because it cannot function as water absorption in soil but increasing evaporation and runoff instead.
6. Communication information and education on the important role of groundwater storage as part the hydrology cycle so that its efficient and effective use can be carried out through social institution, school, formal and informal leader.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The rapid development of many sectors at the Bandung - Soreang Groundwater basin has increased the demand for clean water. It si estimated that approximately 70 per cent of the clean water demand is still fulfilled by ground water .... "
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Samsuhadi
"Air tanah Jakarta adalah tumpuan harapan warga Jakarta dalam pemenuhan kebutuhan air bersihnya. Sistem penyediaan air bersih yang ada tidak mampu menjangkau semua warga, sehingga opsi yang diharapkan adalah memanfaatkan air tanah. Cara pandang yang menganggap bahwa air 'tanah adalah sumber yang tidak terbatas, membenarkan ekstraksi air tanah tanpa terkendali. Akibatnya, beban yang ditanggung oleh air tanah sangat berat, ekstraksi air tanah sudah melebihi batas amannya (safe yield).
Dari segi neraca air tanah, pada tahun 2002 akuifer basin Jakarta diperkirakan menerima resapan air hujan kurang lebih 1230 - 1590 juta m3/tahun, sedangkan konsumsi air tanah pada tahun yang sama diperkirakan sebesar kurang lebih 1027 juta m3/tahun. Konsumsi air tanah ini akan meningkat sejalan dengan waktu akan tetapi area resapan akan menurun karena pemanfaatan Iahan meningkat.
Secara hidrogeologis akuifer air tanah Jakarta memperlihatkan bahwa angka kelaluannya sangat kecil, Sehingga aliran air tanah dari daerah imbuhan di selatan Jakarta sangat Iambat. Karena jauhnya jarak antara daerah pengisian dengan kawasan kota, maka terjadi kerucut depresi yang sangat dalam. lnsiden turunnya muka tanah juga berlangsung di sekitar area depresi kerucut.
Untuk pengentasan masalah tersebut, pemanfaatan air tanah dalam harus dilarang. Sebagai kompensasi larangan ini, sistem penyediaan air bersih yang berbasiskan air permukaan secara mutlak harus diupayakan. Untuk mengembalikan depresi kerucut di kawasan kota, direkomendasikan untuk memasukkan air kedalam tanah secara mekanik yang dimaksudkan untuk menaikkan muka air tanah, sehingga diharapkan penurunan muka tanah dapat ditahan dan intrusi air Iaut dapat dicegah.

The Jakarta groundwater is one of the water resources in which people rely on it in great deal. With the limitation of the Water Supply Company to serve its user, groundwater becomes very valuable and dependable resource. The mislead of preseption toward groundwater makes it has been exploited very heavily. The magnitude of extraction reaches out above it?s save yield.
In the year of 2002 about 1230 to 1590 millions cubic meters water were accumulated from precipitation. Approximately of 1027 million cubic meters each year about to be consumed by the people of Jakarta. The groundwater consumption tend to increase while the land capability to absorb groundwater decreasing as the land development expanding.
Hidrologically the hydraulic conductivity of the Jakarta groundwater aquifer system is very low, so that the groundwater flowrate from the south region of Jakarta basin is also low. With the magnitude of extractions very havily, the cone of depression incident has been occurring in the north Jakarta region. Along with this incident, a land subsidence was also occurring in the neighboring area.
To overcome these problems, the assessment of the artificial recharge to the Jakarta aquifer particularly at the critical locations has been done. Schemes of the artificial recharges were simulated. Locations and magnitudes of these schemes were recommended to prevent further depression and saltwater intrusions.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
D687
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Neng Tasih
"Penelitian ini bertujuan menggambarkan kebijakan pengendalian pemanfaatan air tanah di Kabupaten Sukabumi dan kendala yang dihadapi dalam melakukan pengendalian. Penelitian kualitatif ini menggunakan pengumpulan data dengan wawancara mendalam dan studi dokumen. Hasil penelitian ini menemukan bahwa Pemerintah Kabupaten Sukabumi mengeluarkan tiga kebijakan terkait pengendalian pemanfaatan air tanah. Kebijakan pertama adalah Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi No 14 Tahun 2010 Tentang Air Tanah. Bagian penting dari peraturan daerah tersebut adalah perizinan, kegiatan pengendalian dan pengawasan. Kebijakan kedua adalah Peraturan Bupati No 28 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Perhitungan Nilai Perolehan Air (NPA) yang di dalamnya mengatur denda bagi pemegang izin yang menggunakan air tanah melebihi debit yang diizinkan. Kebijakan ketiga adalah Keputusan Bupati No 546.2/Kep.430- DPESDM/2013 Tentang Harga Air Baku (HAB) yang menetapkan kenaikan HAB, dan kendala yang dihadapi dalam melakukan kebijakan tersebut adalah perubahan Undang-Undang No 32 Tahun 2004 menjadi Undang-Undang No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang berdampak pada hilangnya kewenangan Kabupaten Sukabumi dalam melakukan pengendalian air tanah.

This study describes about the policy of controlling the use of groundwater in Sukabumi and its obstacles. This study using qualitative method by in-depth interviews and literarure study. The results of this study found that the Government of Sukabumi issued Results of the study found that the Government of Sukabumi issued three related policies controlling the use of groundwater. The first policy is Local Regulation No 14 Year 2010 about Groundwater. An important part of the local legislation is the licensing, monitoring and control activities. The second policy is the Regent Regulation No 28 Year 2011 about Procedure for Calculating the Value of Acquisition of Groundwater (NPA) in which set fines for license holders who use groundwater exceed the permitted discharge. The third policy is the Regent Decree No546.2/Kep.430-DPESDM /2013 about Standard Water Price (HAB) which sets the rise of HAB, and the obstacles encountered in conducting the policy is a change of Law No. 32 of 2004 into Law No. 23 of 2014 which impact to the loss of authority in Sukabumi Regency to control groundwater.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Seizarwati
"Kebutuhan air baku di wilayah DKI Jakarta yang terus meningkat telah menyebabkan pengambilan air tanah yang berlebihan. Hal ini berdampak pada turunnya Muka Air Tanah (MAT) hingga level tertentu dan memunculkan kerucut penurunan MAT di sejumlah wilayah. Pengelolaan air tanah sebagai upaya memulihkan level MAT membutuhkan suatu sistem pemantauan air tanah yang terpadu. Pada saat ini
terdapat sekitar 161 sumur pantau air tanah di Cekungan Air Tanah (CAT) Jakarta. Sumur-sumur tersebut pada umumnya dikategorikan sebagai jaringan sekunder, karena ditentukan berdasarkan aktivitas pengambilan air tanah. Sementara itu, jaringan primer yang representatif untuk memantau kondisi alamiah air tanah di tiap lapisan akuifer belum tersedia secara lengkap. Metode estimasi spasial Inverse Distance Weighting (IDW) diterapkan untuk menentukan jumlah dan distribusi sumur pantau primer berdasarkan geometri akuifer menggunakan perangkat lunak Groundwater Modeling System (GMS). Berdasarkan geometri akuifer yang dihasilkan dapat disusun zona-zona pemantauan dan jumlah sumur pantau di tiap zona. Terdapat 9 zona pemantauan di CAT Jakarta yang terdiri dari 1 zona dengan 1 sumur pantau, 2 zona dengan 2 sumur pantau, 3 zona dengan 3 sumur pantau, dan 3 zona dengan 4 sumur pantau, sehingga total sumur pantau primer untuk memantau kondisi alamiah air tanah CAT Jakarta adalah 26 sumur pantau. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemangku kepentingan untuk menentukan jaringan sumur pantau yang representatif berdasarkan geometri akuifer dalam pengelolaan air tanah secara berkelanjutan. "
Bandung : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2019
551 JSDA 15:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Erlinna
"Depok merupakan salah satu kota yang sebagian penduduknya masih menggunakan air bersih sebagai sumber air untuk memenuhi kebutuhan sehariharinya. Hal ini dikarenakan PDAM Kahuripan yang merupakan milik kota Bogor belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Depok secara menyeluruh. Tidak terkecuali masyarakat di wilayah pemukiman sekitar TPA Cipayung Depok, mereka menggunakan air bersih untuk kegiatan sehari-hari tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Air bersih yang masih alami tanpa gangguan akibat kegiatan manusia kualitasnya belum tentu bagus. Terlebih lagi air bersih yang sudah tercemar oleh kegiatan manusia, salah satunya adalah pembuangan limbah padat ke area landfill. Penelitian pada air bersih ini dilakukan di wilayah pemukiman sekitar TPA Cipayung Depok dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh dari keberadaan TPA Cipayung Depok terhadap kualitas air bersih di wilayah sekitarnya. Pada penelitian ini paramter yang diteliti adalah besi, mangan, suhu, pH, dan DO. Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter besi dan mangan yang telah diperiksa berada di bawah baku mutu PP No 82 th. 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Hal ini menandakan bahwa keberadaan TPA Cipayung Depok tidak menurunkan kualitas air bersih di wilayah sekitarnya karena kondisi fisik TPA Cipayung, kegiatan operasional, serta sarana penunjang yang mampu mencegah terjadinya pencemaran terhadap air bersih.

Depok is a city that most people still use groundwater as a source of water to meet daily needs. This is because the PDAM Kahuripan which is owned by the city of Bogor has been unable to meet the needs of society as a whole Depok. No exception to the public in residential areas around the landfill Cipayung Depok, they use ground water for their daily activities without prior processing. Pristine groundwater without interference from human activities is not necessarily good quality. Moreover groundwater contaminated by human activities, one of which is the disposal of solid waste to the landfill area. Research on ground water was conducted in residential areas around the landfill Cipayung Depok in order to determine the effect of the presence of TPA Cipayung Depok on the quality of groundwater in the surrounding area. In this study the parameter studied were iron, manganese, temperature, pH, and DO. The results showed that iron and manganese parameters that have been examined under the quality standard PP 82 th. 2001 on Water Quality Management and Air Pollution Control. This indicates that the presence of TPA Cipayung Depok not degrade groundwater quality in the surrounding area due to the physical condition of the landfill Cipayung, operational activities, as well as supporting facilities are able to prevent contamination of ground water."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42021
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>