Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 79664 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad
"Telah dilakukan penelitian tentang efeklifitas penggunaan sumber radiasi neutron Ra-ik pada perkecambahan biji jagung. Tujuan penelitian ini untuk mengelahui pengaruh radiasi neutron Radium- Berillium (Ra-Be) terhadap perkecambahan biji jagung (Zea maize) dengan variasi waktu radiasi dan media tanam yang berbeda. Benih-benih dari lanaman jagung yang digunakan dalam penciltian ini diperoleh dari benih-benih yang dijual di pasaran. Adapun media uji yang digunakan adalah media uji kertas merang, kapas, dan pasir. Biji-biji tersebut dimasukkan ke dalam tabung reactor Ra-lie untuk men dapatkan radiasi dengan perlakuan wakiu yang berbeda-beda. Penelitian ini menggunakan metode uji langsung. diniana pengamatan terhadap gejala pertumbuhan benih dilakukan unluk tiap-tiap benih pada seliap unit percobaan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penyinaran radiasi neulron terhadap biji jagung pada ketiga jenis media tanam dengan variasi waktu dapat mempengaruhi perkecambahan. Waktu penyinaran sclama 9 jam menunjukkan pertumbuhan batangnya rala-rala lebih tinggi. Pertumbuhan akar lebih panjang dengan serabut akarnya Iebih banyak, sedangkan penyinaran yang Iebih lama yailu 15 jam dan 24 jam. Pertumbuhan batangnya lebih rendah akar lebih pendek dengan serabut yang lebih sedikit."
2003
SAIN-8-1-2003-23
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rahayu K
"ABSTRAK
Penggunaan fungisida bertujuan untuk melindungi benih dari serangan cendawan patogen penyebab penyakit sehingga benih dapat disimpan lama serta memberantas cendawan penyebab penyakit pada tanaman.
Dua macam penelitian dilakukan di Laboratorium dan rumah kaca PAU IPB di Dermaga Bogor untuk mengetahui pengaruh fungisida folirfos pada beberapa konsentrasi (0,04%, 0.12% dan 0,20%) serta fungisida ridomil pada konsentrasi 1,16%, 1,54% dan 2,31%.
Penelitian pertama dilakukan untuk mengetahui pengaruh fungisida terhadap perkecambahan benih jagung SD II dan perkecambahan spora cendawan mikoriza arbuskula. Metode yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 ulangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan fungisida folirfos pada konsentrasi rendah, sedang dan tinggi tidak menghambat perkecambahan benih jagung dan perkecambahan spora Gigaspora rosea serta perkecambahan Glomus manihotis. Penggunaan ridomil menghambat perkecambahan benih jagung, tetapi tidak menghambat perkecambahan spora Gigaspora rosea dan Glomus manihotis.
Penelitian kedua untuk mengetahui pengaruh fungisida terhadap infeksi spora CMA pada akar tanaman jagung dan jumlah spora CMA pada tanah basah dan kering bekas pertanaman jagung dengan metode rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 ulangan. Pengaruh fungisida dan mikoriza terhadap jumlah daun dan tinggi tanaman jagung menggunakan rancangan acak lengkap (faktorial) dengan 3 ulangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan fungisida tidak berpengaruh terhadap infeksi CMA pada akar tanaman jagung dan jumlah spora CMA pada tanah basah dan tanah kering. Kombinasi perlakuan fungisida dan spora CMA juga tidak berpengaruh terhadap jumlah daun dan tinggi tanaman jagung.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan fungisida folirfos dapat diberikan pada benih jagung dan pada spora Gigaspora rosea dan Glomus manihotis, sedangkan fungisida ridomil tidak dapat diberikan pada benih jagung, namun dapat diberikan pada spora Gigaspora rosea dan Glomus manihotis.
Untuk keberadaan CMA pada tanaman jagung penggunaan fungisida tidak mempengaruhinya. Sedarigkan jumlah dan tinggi tanaman jagung tidak dipengaruhi oleh penggunaan fungisida dan mikoriza.

ABSTRACT
One of the purposes of using fungicides is to protect seeds against the attack of pathogenic fungi that cause diseases, so that seeds can be stored longer and fungi that cause disease can be eliminated.
Two experiments were performed in a green house of PAU IPB Bogor, Dermaga, to find out the influences of folirfos fungicide with low concentration (0.04%), medium concentration (0,12%) and high concentration (0,20%), and ridomil fungicide with low concentration (1,16%), medium concentration (1,54%) and high concentration (2,31%) to SD II variety of sweet corn seed germination, to the spore germination of vecsicular - arbuscular (VA) mycorrhizal fungi, Gigaspora rosea and Glomus manihofis, VA mycorrhizai fungi infection on roots, the number of VA mycorrhizal fungi spores on wet soil and dry soil, the number of leaves and the height of corn trees.
The first experiment was performed to find out the influences of folirfos fungicide and ridomil to corn seeds germination and germination of VA mycorrhizal fungi spores.
The results showed that the use of folirfos fungicide with low, medium and high concentrations did not inhibit the the germination of corn seeds, whereas ridomil fungicide with low, medium and high concentrations inhibited the germination of corn seeds. For the germination of Gigaspora rosea, folirfos fungicide with low, medium and high concentrastiens did not inhibit the germination of Gigaspora rosea, whereas ridomil fungicide with medium and high concentrations did not inhibit the germination of Gigaspora rosea either. Ridomil fungicide with low concentration (F4) was still able to increase the germination of Gigaspora rosea amounting to 64,16%, whereas for the germination of Glomus manihofis, the use folirfos and ridomil fungicide could increase the germination of Glomus manihofis spores. Ridomil fungicide with medium concentration (F5) was still able to increase the germination of Glomus manihotis spores amounting to 22,5%.
The second experiment was performed to find out the influences of folirfos fungicide to the VA mycorrhizal fungi on roots of corn trees, and the amount of VA spores on wet soil and dry soil which were previously planted with corn trees, as well as the influences of both fungicides and a mycorrhizal inoculum to the number of leaves and the height of corn trees.
The results showed that folirfos fungicide and ridomil did not influence the infection of VA mycorrhizal fungi on the roots of corn trees and the amount of VA spores on wet soil and dry soil. The combination of treatment of fungicide and VA spores did not significantly influence (p>0,05) the number of leaves and the height of corn trees, 1 can be concluded, from the fisrt experiment, that the use of folirfos fungicide with any level of concentration can be given to the seeds of corn because it did not inhibit germination, whereas ridomil fungicide with low, medium and high concentrations can not be given to the seeds of corn because it inhibit germination. As for the germination of VA mycorrhizal fungi, ridomil fungicide with low concentration (F4) can be given to Gigaspora rosea, because the spores were still able to germinate up to 64,14%.
From the second experiment I can conclude that folirfos fungicide as well as ridomil fungicide with any level of concentration can be used for corn trees containing mycorrhizal fungi, because both fungicide did not influence the existence of VA mycorrhizal fungi on the trees, the number of leaves as well the height of the corn trees.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Genetic parameters of bisma maize population under different levels of fertilizer application. I. Additive-dominant variance of grain yield. Sutoro, Abdul Bari, Subandi, and Sudirman Yahya. New maize varieties could be obtained through improvement of their plant populations. The method used in selection in the crop improvement was based on values of their genetic parameters. Bisma is one of the maize varieties that has a broad genetic background. New maize varieties be obtained by improving their population through selection under different environmental conditions. Genetic parameter value were estimated by conducting an experiment under NCD II crossing at Bogor. Twenty seven sets, which were developed from three females and three males of S1 as parents of each set, were evaluated under three different fertilization schemes. Results of the experiment showed that the additive genetic variance was significanlty different from zero, and so among the different levels of fertilizer applications .."
JURAGBIO 2 (2) 2006
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
I Gusti Agung Ayu Jayanthi Wulan Utami
"Tujuan : Pembangunan pusat pelayanan radioterapi sampai saat ini belum menjadi prioritas utama khususnya di negara berkembang. Tingginya biaya yang dihabiskan untuk pusat pelayanan merupakan salah satu alasannya. Biaya terkait sumber daya manusia (SDM) berhubungan erat dengan biaya operasional yang dikeluarkan. Pengetahuan terkait produktivitas yang mencakup beban SDM dan penggunaan pesawat radiasi merupakan dasar untuk terciptanya pelayanan radioterapi dengan biaya efektif. Oleh karena itu, digagaslah penelitian tentang produktivitas SDM dan penggunaan pesawat radiasi di pusat pelayanan Onkologi Radiasi di Indonesia sebagai bagian dari penelitian terkait biaya radioterapi. Metode : studi deskriptif cross sectional. Subjek penelitian merupakan seluruh pusat pelayanan Onkologi Radiasi di Indonesia yang telah melakukan pelayanan selama setahun. Subjek diberikan kuesioner secara digital yang berisikan pertanyaan terkait ketersediaan SDM dan pesawat radiasi. Data yang didapat kemudian dimasukkan ke dalam Radiotherapy Resources and Cost Calculator (RRCC) v.20 serta dilakukan penghitungan dengan asumsi aktual sesuai kondisi di Indonesia. Hasil : beban kerja Dokter Spesialis, Fisika Medis, dan RTT di Indonesia bervariasi dengan rerata beban kerja secara berurutan sebesar 92,5% (asumsi aktual), 97,7%, 107,6%, dan 80,8%. Beban kerja SDM secara statistik lebih tinggi pada pusat pelayanan dengan brakhiterapi dan pusat pelayanan dengan jumlah pasien yang tinggi. Rerata penggunaan pesawat radiasi sebesar 104,1% dan 138% secara statistik signifikan lebih tinggi pada rumah sakit pemerintah dan jumlah pasien tinggi. Jumlah pasien memiliki korelasi kuat dengan jumlah kebutuhan dokter spesialis (r=0,927), fisika medis (r=0,838) dan RTT (r=0,886). Jumlah pasien dapat menjadi prediktor untuk menentukan kebutuhan Dokter Spesialis dengan adjusted R2 = 72,1% dan 80%, kebutuhan fisika medis adjusted R2 = 69,3%, dan kebutuhan RTT dengan adjusted R2 = 83,3%.Kesimpulan : produktivitas SDM dan penggunaan pesawat radiasi pada pusat pelayanan Onkologi Radiasi di Indonesia bervariasi. Penghitungan produktivitas dengan RRCC v.20 dapat diaplikasikan pada pusat pelayanan Onkologi Radiasi di Indonesia.

Objective: The development of a radiotherapy center has not been a top priority, especially in developing countries. The high cost spent on service centers is one of the reasons. Human resource costs are inextricably linked to operational expenses. Knowledge related to productivity, which includes the workload of human resources and the use of radiation equipment, is the basis for creating cost-effective services. Therefore, research was initiated on human resource productivity and the use of radiation equipment at radiotherapy centers in Indonesia as part of research related to radiotherapy costs. Method: descriptive cross-sectional study. The research subjects were all radiotherapy centers in Indonesia that had been running for a year. Subjects were given a digital questionnaire containing questions related to the availability of human resources and radiation equipment. The data obtained is then entered into the Radiotherapy Resources and Cost Calculator (RRCC) v.20, and calculations are carried out with actual assumptions according to conditions in Indonesia. Results: The workload of specialists, medical physicists, and RTTs in Indonesia varies, with an average workload of 92.5% (actual assumption), 97.7%, 107.6%, and 80.8%, respectively. HR workload is statistically higher in centers with brachytherapy and in centers with a high number of patients. The mean use of radiation equipment was 104.1% and 138%, respectively, statistically significantly higher in government hospitals, and centers with a high number of patients. The number of patients has a strong correlation with the number of specialists (r = 0.927), medical physics (r = 0.838), and RTT (r = 0.886). The number of patients can be a predictor for determining the need for specialist doctors with adjusted R2 values of 72.1% and 80%, medical physics needs with adjusted R2 values of 69.3%, and RTT needs with adjusted R2 values of 83.3%. Conclusion: HR productivity and the use of radiation equipment at radiation oncology service centers in Indonesia vary. The calculation of productivity with RRCC v.20 can be applied to radiotherapy centers in Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Hanum Puspita
"Penelitian ini menguji fitotoksisitas nanopartikel perak (NP Ag) hasil biosintesis pada perkecambahan padi dan jagung. Terdapat 5 kelompok perlakuan yaitu kontrol; NP Ag konsentrasi 5, 10, 15 mg/L; dan AgNO3 0,01 M. Paparan NP Ag dilakukan dengan merendam biji dalam larutan NP Ag selama 24 jam, lalu dikecambahkan selama 14 hari dalam kondisi gelap. Toksisitas NP Ag dianalisis dengan tiga parameter. Pertama, parameter perkecambahan terdiri dari daya kecambah (DK%), laju perkecambahan (LP), dan indeks kecepatan perkecambahan (IKP). Kedua, parameter biometrik dianalisis dengan mengukur panjang tunas dan akar; serta berat segar dan kering kecambah. Terakhir, parameter fisiologis yaitu kadar H2O2 daun. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan NP Ag cenderung memiliki pengaruh yang tidak berbeda signifikan dengan kontrol dalam parameter perkecambahan, biometrik, dan fisiologis padi dan jagung. Namun, biji padi dan jagung dengan NP Ag 15 mg/L cenderung mengalami penurunan pada DK%, IKP, dan panjang tunas. Padi dengan perlakuan NP Ag 15 mg/L mengalami penurunan IKP yang berbeda signifikan dengan kontrol. Selain itu, terjadi penurunan berat segar seiring peningkatan konsentrasi NP Ag di padi dan jagung. Di sisi lain, diketahui kandungan H2O2 dalam padi yang terpapar NP Ag secara bertahap cenderung meningkat seiring peningkatan konsentrasi NP Ag, serta pada jagung dengan perlakuan NP Ag 15 mg/L memiliki kadar H2O2 yang cenderung lebih tinggi dari kontrol.

This study tested the phytotoxicity of biosynthetic silver nanoparticles (AgNPs) on rice and corn germination. There are 5 treatment groups, control; AgNPs concentration 5, 10, 15 mg/L; and 0,01 M AgNO3. Exposure to AgNPs was carried out by soaking the seeds in a solution of AgNPs for 24 hours, then germinated for 14 days in the dark. The toxicity of AgNPs was analyzed by three parameters. First, the germination parameters consisted of germination rate (DK%), germination rate (LP), and germination rate index (IKP). Second, biometric parameters were analyzed by measuring shoot and root length; and fresh and dry weight of sprouts. Last, the physiological parameter is the leaf H2O2 level. The results showed that the AgNPs treatment tended to have no significant effect with the control in germination, biometric, and physiological parameters of rice and corn. However, rice and corn seeds with AgNPs 15 mg/L tended to decrease in DK%, IKP, and shoot length. Rice treated with AgNPs 15 mg/L experienced a decrease in IKP which was significantly different from the control. In addition, there was a decrease in fresh weight as the concentration of AgNPs in rice and maize increased. On the other hand, it is known that the H2O2 content in rice exposed to AgNPs gradually tends to increase as the concentration of AgNPs increases, and corn with 15 mg/L AgNPs treatment has H2O2 levels which tend to be higher than the control."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
"Program yang lengkap dalam menghadapi penggunaan sumber radiasi untuk maksud jahat memerlukan beberapa pertimbangan yang meliputi: ketepatan desain dan pabrikasi dari sumber radiasi berbagai maksud dari akuisisi sumber radiasi,pencegahan penggunaan sumber radiasi yang diperlukan dan penggunaan efek yang disebabkab oleh sumber radiasi dalam mengenai proses mmenentukan tingkat keamanan yang di perlukan oleh sumber radiasi dalam seluruh kegiatan dan penetapan tindakan keamanan untuk sumber radiasi berdasarkan tingkatan kinerja yang dipersyaratkan untuk menghalangi,medeteksi dan jika perlu respon terhadap pencurian zat radioaktif."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Margi Hartanto
"ABSTRAK
Sebagai tanaman obat yang bernilai penting, budidaya Centella asiatica (L.) Urban sulit dilakukan karena bijinya mengalami dormansi. Studi mengenai perkecambahan biji C. asiatica telah dilakukan untuk mengetahui proses-proses yang terlibat dalam dormansi biji tersebut. Biji C. asiatica dikecambahkan pada medium agar 0,7% dan diberi 3 kombinasi perlakuan yaitu fotoperiodesitas (0 jam dan 12 jam), skarifikasi asam (biji yang diskarifikasi asam dengan yang tidak), dan pemberian hormon GA3 (0 μM, 5 μM, dan 10 μM). Berdasarkan hasil pengamatan morfologi biji, embrio pada biji C. asiatica yang sudah matang masih perlu tumbuh terlebih dahulu sebelum radikulanya muncul. Sementara itu, hasil eksperimental menunjukkan bahwa pemberian hormon GA3 sebanyak 10 μM berhasil mengecambahkan biji C. asiatica meskipun dalam persentase yang kecil (2%—4%). Tingkat perkecambahannya akan meningkat apabila pemberian hormon tersebut dikombinasikan dengan perlakuan fotoperiodesitas 12. Hasil eksperimen tersebut, ditambah dengan pengamatan morfologi biji selama perkecambahan, mengindikasikan bahwa biji C. asiatica memiliki tipe dormansi morfofisiologi.

ABSTRACT
As an important medicinal plant, the cultivation of Centella asiatica (L.) Urban generatively is inconvenient because of seed dormancy. In this study, experiment using in vitro seed germination protocol has been carried out to investigate any physiological process involved in the breakdown of seed dormancy in C. asiatica. Seeds of C. asiatica are germinated on 0,7% agar medium and treated with 3 combinational treatment: photoperiodicity (0 h & 12 h), acid scarification (whole and scarified seed), and GA3 hormone treatment (0 μM, 5 μM, & 10 μM). The result showed that 10 μM GA3 independently germinated the seed but in small percentage. The germination rate is enhanced if 10 μM GA3 combined with 12 h photoperiod treatment. Also, there is an evidence that scarified seed may germinate in 12 h photoperiod without hormone treatment. In conclusion, based on experimental result and morphological observation, it is strongly proven that C. asiatica seed is undergo morphophysiological dormancy"
2014
S53924
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>