Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13980 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Samsuridjal Djauzi
"HIV exposure among health workers is still quite rare, including in Indonesia. Nevertheless, with the increase in new HIV cases due to intravenous drug abuse, there should be more health workers caring for HIV cases. To avoid exposure, universal precaution has to be implemented. If exposure occurs, the HIV stale of the patient, as the source of body fluid should be determined, while the exposed health care worker needs to undergo counseling. Anti retroviral agents should be administered prior to 36 hours following exposure. Sero-conversion monitoring must be performed during exposure, also 3 months, 6 months, and 12 months following exposure- There have been 9 cases of HIV exposure due to accidents among health workers reported to the Working Group on AIDS (Kelompok Studi Khusus - Pokdiksus AIDS) Faculty of Medicine of the University of Indonesia - Cipto Mangunkusumo General Central National Hospital. Six of them received AZT prophylactic treatment, while the remaining 3 chose not to use any prophylactic treatment. After six months following exposure, all anti HIV test were negative
The number of HIV cases in the last two years has shown a tremendous increase. AT the end of February 2002, the Department of Health recorded 2/50 cases of HIV/AIDS in Indonesia.1 As new cases increase among intravenous drug abuse, the number of HIV cases is estimated to increase further in the future, bearing in mind that experts have estimated that number of drug abusers in Indonesia have reached 2 million people. Those infected with HIV, especially those already in the AIDS stage, often require hospitalization for treatment of opportunistic infections. Thus, health workers have to prepare themselves to face the increasing problem of HIV infection.
To avoid contagion of HIV, Hepatitis B, and Hepatitis C thai may reside in the patient's body fluids to another person, the Center for Disease Control (CDC> recommends universal precaution. This guideline from C DC should be continuously distributed to allow health workers to continue to work with a feeling of security.
Nevertheless, there is still the possbility of accidents among health workers at work in the form of needle prick or direct exposure to body fluids from an HIV-infected individual.
"
2002
AMIN-XXXIV-1-JanMar2002-33
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Handayani
"Transmisi seksual adalah faktor utama pertumbuhan epidemi HIV/AIDS di dunia. Kasus HIV/AIDS paling banyak adalah pada pria dan kelompok umur 20-39 tahun. Upaya untuk menekan pertumbuhan epidemi tercepat adalah menurunkan insiden HIV dengan mengubah perilaku berisiko menjadi aman dan mengurangi stigma/diskriminasi terhadap ODHA. Penelitian terdahulu menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan HIV/AIDS dengan sikap dan perilaku berisiko HIV. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan HIV/AIDS terhadap sikap positif dan perilaku aman HIV/AIDS. Desain studi cross-sectional menggunakan data SDKI 2012. Hasil penelitian menunjukkan pria kawin dan pria belum kawin dengan tingkat pengetahuan tinggi berpeluang lebih besar untuk memiliki sikap positif dan perilaku aman HIV/AIDS dibanding pria dengan tingkat pengetahuan rendah.

The major factor of HIV spreading is sexual transmission. Most cases happened on men and people in 20-39 years old range. One of HIV-growth suppressing effort is to reduce HIV incidence. It can be done by switching the risk behaviour into safe behaviour and decreasing the stigma towards PLWHA. The earlier studies showed that there are association between knowledge of HIV/AIDS attitudes and risk behavior related to HIV/AIDS. The objective of study is to investigate the effects of HIV/AIDS knowledge toward attitudes and HIV/AIDS risk behavior on men. This cross-sectional study using DHS Indonesian Year 2012 and inform us that either married men and unmarriedmen who have highly knowledge have more chance to gain possitive attitude and HIV/AIDS safe behavior rather than low HIV/AIDS knowledge men.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55330
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Ghozali
"Dinas Kesehatan Kota Binjai bertanggung jawab menyediakan pelayanan dasar pada kelompok berisiko terinfeksi HIV. Total anggaran pada Dinas Kesehatan meningkat dari tahun 2019-2022, namun Kinerja pelayanan dasar HIV mengalami penurunan dari tahun 2019-2021 sebesar 11,8%, 7,07%, 5,2% dari target 100%. Penelitian bertujuan menghitung kesesuaian anggaran berbasis kinerja dengan anggaran yang tersedia serta faktor struktur dan proses yang mempengaruhi penyusunan anggaran berbasis kinerja, sehingga memberikan gambaran masalah dan penyebab kesenjangan anggaran dan kinerja pada pelayanan dasar HIV di Dinas Kesehatan Kota Binjai Tahun 2022. Metode penelitian dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan desain Rapid Assessment Prosedur (RAP), menggunakan instrumen wawancara mendalam kepada 14 (empat belas) informan dan telaah dokumen untuk melihat secara cepat dan memberikan masukan perbaikan bagi pelaksanaan anggaran berbasis kinerja pada pelayanan dasar kelompok berisiko terinfeksi HIV di Dinas Kesehatan Kota Binjai Tahun 2022. Hasil penghitungan anggaran berdasarkan target kinerja Tahun 2022 sebesar Rp. 648.295.342 dengan alokasi anggaran sebesar Rp.188.202.607. Sementara kesenjangan tersebut dipengaruhi oleh faktor struktur meliputi pemahaman dan kompetensi SDM, dukungan kebijakan, kurang tersedia data dan informasi akurat menggunakan sistem informasi kesehatan. Pada komponen proses kurangnya partisipasi masyarakat, skala prioritas dalam perencanaan dan penganggaran, komunikasi dan koordinasi, sinkronisasi dan fragmentasi penyusunan anggaran, penyerapan anggaran yang belum optimal, efektivitas monitoring dan evaluasi belum dijadikan dasar perbaikan kebijakan anggaran tahun depan. Komitmen daerah masih lemah untuk program pelayanan dasar HIV. Penelitian ini menyimpulkan terdapat ketidaksesuaian anggaran untuk mencapai kinerja yang ditetapkan dengan alokasi anggaran yang tersedia pada pelayanan dasar kelompok berisiko terinfeksi HIV di Dinas Kesehatan Kota Binjai pada Tahun 2022. Diperlukan peningkatan kapasitas dan keterlibatan seluruh komponen organisasi dalam menyusun anggaran berbasis kinerja, menyediakan data dan informasi terintegrasi, mengggunakan sistem informasi seperti Siskobikes dalam proses anggaran, meningkatkan komitmen dan dukungan anggaran dari pemerintah pusat dan daerah sehingga alokasi anggaran dapat memenuhi kebutuhan untuk mencapai kinerja pelayanan dasar bagi kelompok berisiko terinfeksi HIV.

The Public Health Office of Binjai Municipality is responsible for providing basic services to groups at risk of HIV infection. The total budget at the Health Service has increased from 2019-2022, but the performance of basic HIV services has decreased from 2019-2021 by 11.8%, 7.07%, 5.2% of the 100% target. The research aims to calculate the suitability of performance-based budgeting with the available budget as well as the structural and process factors that influence the preparation of performance-based budgeting, so as to provide an overview of the problems and causes of budgetary and performance gaps in HIV basic services at the Binjai City Health Office in 2022. The research method was carried out using an approach Descriptive qualitative using the Rapid Assessment Procedure (RAP) design, using in-depth interviews with 14 (fourteen) informants and document review to see quickly and provide input for improvements to the implementation of performance-based budgeting in basic services for groups at risk of HIV infection at the Binjai City Health Office 2022. The budget calculation results are based on the 2022 performance target of Rp. 648,295,342 with a budget allocation of Rp.188,202,607. Meanwhile, this gap is influenced by structural factors including understanding and competence of human resources, policy support, lack of availability of accurate data and information using health information systems. In the process component, lack of public participation, priority scale in planning and budgeting, communication and coordination, budget synchronization and fragmentation, budget absorption that is not optimal, monitoring and evaluation effectiveness has not been used as a basis for improving next year's budget policy. Regional commitment is still weak for basic HIV service programs. This study concludes that there is a budget mismatch to achieve the performance set with the budget allocation available for basic services for groups at risk of HIV infection at the Binjai Municipality Public Health Office in 2022. Capacity building and involvement of all organizational components is needed in preparing performance-based budgeting, providing data and information integrated, using information systems such as Siskobikes in the budget process, increasing commitment and budgetary support from the central and regional governments so that budget allocations can meet the needs to achieve basic service performance for groups at risk of HIV infection."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nur Aini Puspo Rani
"Skripsi ini membahas diskriminasi petugas layanan kesehatan terhadap Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Studi ini merupakan studi kasus dengan pendekatan kualitatif terhadap tiga orang ODHA yakni Wina, Zacky dan Sisil. Skripsi ini menggunakan teori stigma Goffman yang terdiri dari tiga jenis stigma yaitu kecacatan tubuh, perusakan karakter dan tribal stigma. Kemudian juga menggunakan tiga jenis hubungan individu yaitu orang yang distigmatisasi, orang normal, dan orang yang dilabel sebagai pendukung. Skripsi ini mencari jawaban mengapa masih adanya diskriminasi petugas layanan kesehatan. Temuan penelitian ini terdiri dari tiga yakni (1) stigma sebagai penyebab masih adanya diskriminasi yang dilakukan oleh petugas layanan kesehatan, (2) adanya perbedaan persepsi diskriminasi antara petugas layanan kesehatan dan ODHA, (3) dan perlunya hubungan komunikasi yang baik antara pasien dan ODHA agar keberlangsungan perawatan ODHA semakin baik.

This thesis discusses about public health workers? discrimination against people living with HIV/AIDS. This thesis is case studies based on qualitative approach of three PLWH which are Wina, Zacky and Sisil. This thesis uses Goffman?s theory on three types of stigma which are abominations of the body, blemishes of individual character and tribal stigma. Three types of individual relationship between the stigmatized/own, the normal and the wise is also used. This thesis seeks out an answer of why there is still public health workers? discrimination against PLWH/A. The result of this study is covered in answers stigma as the cause of as to why there is still public health workers? discrimination, (2) different perceptions about discrimination among public health workers? and PLWH/A, (3) and there is a need of good communication between public health worker?s and PLWH/A which can guarantee the healthcare of PLWH to be continuously better."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S61992
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arini Dwi Deswanti
"ABSTRAK
Tingginya jumlah kasus penderita AIDS di Indonesia berdasarkan pekerjaan yang berasal dari kelompok ibu rumah tangga memperbesar kemungkinan terjadinya penularan HIV dari ibu ke anak melalui transmisi vertikal. Kecenderungan remaja dengan HIV mengalami penundaan disclosure HIV dan stigma HIV merupakan tantangan sulit yang harus dihadapi remaja dengan HIV di masa mendatang. Penelitian ini melihat gambaran kondisi sosioemosional remaja dengan HIV yang hidup dalam stigma. Penelitian ini dilaksanakan di Jakarta, bekerjasama dengan dua Lembaga Swadaya Masyarakat LSM yang bergerak di bidang HIV/AIDS yaitu Yayasan Pelita Ilmu YPI dan Yayasan Vina Smart Era VSE . Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Informan dalam penelitian ini sebanyak 13 orang yang terdiri dari 7 remaja dengan HIV sebagai informan kunci, dan 6 pengasuh remaja dengan HIV sebagai informan pendukung. Usia informan kunci dalam penelitian ini berkisar antara 11-17 tahun. Temuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi kondisi sosioemosional pada remaja awal dan remaja akhir dengan HIV. Hasil dari penelitian ini, didapat 2 tipe kondisi sosioemosional remaja awal dan 2 tipe kondisi sosioemosional remaja akhir dengan HIV yang dibentuk oleh proses disclosure, stigma yang dialami, dan teman sebaya.

ABSTRACT
High amount of people with AIDS in Indonesia based on proffession placed by housewife which means increasing possibility infection HIV from mother to child by vertical transmission. Postponing disclosure process of HIV to adolescences and stigma related HIV are the great challenges that adolescence would face in the future. This study describes socioemotional condition among HIV infected adolescences who living with stigma. This study located in Jakarta and surroundings which cooperate with two Non Government Organization NGO of HIV AIDS Yayasan Pelita Ilmu YPI and Yayasan Vina Smart Era VSE . This study uses descriptive qualitative approach. Participants in this study are adolescences as key participants age range 11 17 years old and their caregiver as support participants with total 13 persons. Findings from this study can be divided into two group, these are socioemotional condition among early adolescences and socioemotional condition among late adolescences. Results from this study explains there are two type of socioemotional condition among early adolescents and two type of socioemotional condition among late adolescents that formed by disclosure processes, stigma related HIV, and peers."
2018
T50543
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Perwitasari
"PMTCT (Prevention Mother To Child HIV/AIDS Transmission) merupakan salah satu bentuk pengendalian masalah HIV/AIDS pada ibu hamil dan bayi. Salah satu programnya adalah dengan melakukan Tes HIV pada seluruh wanita yang sedang hamil. Masih ada 4,8% ibu hamil yang tidak mau melakukan test HIV, padahal target dari pemerintah adalah pada 100 persen ibu hamil dilakukan test HIV. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran factor-faktor yang berhubungan dengan perilaku test HIV pada ibu hamil di Puskesmas Pasar Rebo Jakarta Timur. Penelitian adalah penelitian kualitatif dengan teknik wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah dalam pengambilan datanya. Data diperoleh dari 8 informan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo. Hasil penelitian ini adalah persepsi hambatan dari ibu hamil seperti tidak izin dari suami, ibu takut kerahasiaan hasil test tidak terjamin dan kekhawatiran ibu akan adanya kecurigaan dari orang-orang sekitar bahwa ibu akan dianggap berperilaku negatif bila melakukan test HIV membuat ibu tidak mau melakukan test HIV. persepsi kerentanan ibu terhadap HIV/AIDS juga merupakan factor yang mempengaruhi ibu untuk melakukan test HIV. ibu yang merasa memiliki factor resiko untuk terinfeksi HIV mau melakukan test HIV sedangkan ibu yang merasa sehat dan tidak memiliki factor resiko tidak melakukan test HIV. diharapkan Puskesmas mau melakukan penyuluhan kepada suami sehinga suami semakin waspada dan mau mengizinkan istrinya untuk melakukan test HIV.

PMTCT (Prevention of Mother To Child HIV / AIDS Transmission) is one form to control over the issue of HIV / AIDS in pregnant women and infants. One of the programs is to perform an HIV test to all pregnant women. There are 4,8% pregnant women who do not want to do an HIV test, even though the target of the government is at 100 percent of pregnant women with HIV test done. The purpose of this study is to describe the cause is still there pregnant women who do not want to do an HIV test at Pasar Rebo PHC. The study is a qualitative research technique of in-depth interviews and focus group discussions in data retrieval. Data were obtained from 8 informants check ups pregnant women in sub-district Pasar Rebo PHC. The result of this research is the perception of pregnant women such barriers do not permit of a husband, a mother afraid test results are not guaranteed confidentiality and the mother fears that there is a suspicion of the people around that maternal behavior would be considered a negative HIV test when the mother does not want to do the HIV test . Mother's perception of vulnerability to HIV / AIDS is also a factor that affects the mother to do the HIV test. Mothers who feel they have risk factors for HIV infection would do the HIV test, while mothers who feel healthy and do not have risk factors do not test for HIV."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putra Fajar Angkasa
"Tes HIV merupakan pintu gerbang awal yang menghubungkan dengan pelayanan pencegahan HIV lainnya. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku tes HIV pada LSL merupakan hal yang penting untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam merancang program intervensi yang bertujuan untuk meningkatkan angka tes HIV. Sebuah studi potong lintang dilakukan dengan menggunakan data STBP 2015 pada 921 LSL. Hubungan perilaku tes HIV diestimasi melalui nilai prevalens odds ratio (POR) dan 95% confidence interval (CI). Dari 921 LSL, 781 (84,8%) LSL memiliki perilaku tes HIV yang baik. Faktor yang berpengaruh secara independen dengan perilaku tes HIV pada LSL adalah umur (aPOR: 3,472; 95% CI: 2,164 – 5,572), tempat tinggal (aPOR: 1,678; 95% CI: 1,136 – 2,478) dan keterpaparan informasi (aPOR: 6,506; 95% CI: 3,821 – 11,077) dengan keterpaparan informasi menjadi variabel yang dominan dalam hubungannya dengan perilaku tes HIV

HIV testing is the initial gateway and links HIV cases to HIV care, support and treatment. Understanding the factors associated with HIV testing among men who have sex with men (MSM) is important to be taken for consideration in the planning of intervention programs that aimed to increase HIV testing rates. A cross-sectional study was conducted using IBBS 2015 data on 921 MSM. Association between HIV testing behavior was estimated through the prevalence odds ratio (POR) and 95% confidence interval (CI). Of 921 MSM, 781 (84.8%) MSM had good HIV testing behavior. Factors independently associated with HIV testing behavior are age (aPOR: 3,472; 95% CI: 2,164 - 5,572), recent living situation (aPOR: 1,678; 95% CI: 1,136-2,478) and recent exposed HIV information (aPOR: 6,506; 95% CI: 3,821 - 11,077) with recent exposed HIV information as a dominant variable in association with HIV testing."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Latar belakang: Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat stigma dan diskriminasi tenaga kesehatan terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA) serta menentukan faktor yang mempengaruhinya.
Metode: Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, Indonesia dengan menggunakan metode potong lintang. Delapan puluh sembilan tenaga kesehatan diikutsertakan dalam penelitian yang dipilih secara purposif. Analisis korelasi, analisis varian (Anova) dan analisis t-test digunakan sesuai dengan jenis data. Model analisis linier berganda digunakan untuk menentukan faktor prediktor munculnya stigma dan diskriminasi pada tenaga kesehatan.
Hasil: Didapatkan bahwa stigma dan diskriminasi masih tinggi pada tenaga kesehatan. Analisis bivariat didapatkan bahwa jenis tenaga kesehatan, pendidikan, status perkawinan, pengetahuan tentang penularan dan pencegahan HIV dan ketakutan irasional terhadap penularan HIV berpengaruh secara bermakna terhadap tingkat stigma (p < 0,05). Jenis tenaga kesehatan, status perkawinan, umur, pengetahuan tentang penularan dan pencegahan HIV dan ketakutan irasional terhadap penularan HIV berpengaruh secara bermakna terhadap tingkat disriminasi (p < 0,05). Model regresi linier berganda mendapatkan bahwa jenis tenaga kesehatan, dan ketakutan irasional terhadap penularan HIV berhubungan dengan stigma (R2 = 0,230), sedangkan pengetahuan tentang penularan dan pencegahan HIV berhubungan
dengan disriminasi (R2 = 0,119).
Kesimpulan: Ketakutan irasional terhadap penularan HIV dan jenis tenaga kesehatan merupakan faktor prediktor munculnya stigma sedangkan pengetahuan tentang penularan dan pencegahan HIV merupakan faktor prediktor munculnya diskriminasi pada tenaga kesehatan terhadap ODHA.

Abstract
Background: The aim of this study was to identify the level of stigmatized and discriminatory attitudes towards people living with HIV (PLHIV) among health care workers (HCWs) and the factors that influenced these attitudes.
Methods: This research was conducted at Dr. Zainoel Abidin General Hospital Banda Aceh, Indonesia. A cross-sectional study design was adopted for this research. Eighty nine HCWs were included in this study and they were selected purposively. Correlation analysis, analysis of variance and independent sample t test analysis was used according to the type of data. Finally, a multiple linear regression model was used to identify the predictor factor for stigmatized and discriminatory
attitudes. Results: We found that the level of stigmatized and discriminatory attitudes was high. Bivariate analysis showed that
type of HCW, education, marital status, knowledge on transmission and prevention of HIV and irrational fear of HIV transmission were significant related with stigmatized attitudes (p < 0.05). Type of HCW, marital status, age, knowledge on transmission and prevention of HIV and irrational fear of HIV transmission indicated significant (p < 0.05) differences
in the levels of discriminatory attitudes. A multiple linear regression model identified type of HCW and irrational fear of HIV transmission correlated with stigmatized attitudes (R2 = 0.230) and knowledge on transmission and prevention of HIV correlated with discriminatory attitudes (R2 = 0.119). Conclusion: Irrational fear of HIV transmission and type of HCW are significant predictors to stigmatized attitudes; knowledge on transmission and prevention of HIV is a predictor to discriminatory attitudes towards PLHIV among HCWs."
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Fakultas Kedokteran], 2013
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Qoriah Nur
"ABSTRAK
Anak dengan HIV mengonsumsi ARV seumur hidupnya dan beresiko mengalami
ketidakpatuhan minum ARV. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktorfaktor
yang berhubungan dengan kepatuhan anak minum ARV. Penelitian ini
menggunakan pendekatancross sectional dengan melibatkan 143 orangtua dan
anak penderita HIV usia 0-18 tahun. Sampel dipilih menggunakan teknik
consecutive sampling. Hasil analisis ditemukan adanya hubungan yang signifikan
antara variabelstatus pengasuh dengan anak, komunikasi layanan kesehatan,
dukungan keluarga dan bimbingan informasi. Hasil analisis regresi logistik bahwa
pendapatan (OR=2,9) dan dukungan keluarga (OR=3,9) sebagai faktor paling
dominan mempengaruhi kepatuhan minum ARV. Perawat dan tenaga kesehatan
bertanggung jawab mengidentifikasi serta mencegah terjadinya ketidakpatuhan
minum ARV pada anak HIV dengan memberikan edukasi secara teratur.

ABSTRACT
Children with HIV must take ARV for their entire life which may cause
disobidience in taking their medication. The objective of this research was to
identify factors that related with adherence in taking ARV medication. This
research used cross sectional approach with 143 respondents which where
choosen with consecutive sampling technique. The result showed that child
relationship with care giver, communication with health facilities, family support,
and information have significant relation with child adherence in taking ARV
medication. Parent?s salary (OR=2,9) and family support (OR=3,9) were the
dominant factor influencing child adherence in taking ARV medication. Nurses
and health workers are responsible to identify and prevent child?s disobidience in
ARV medication by giving education."
2016
T46326
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>