Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 190186 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hendrico Alexander
"Dalam berinvestasi di Pasar Modal, fenomena yang sangat menarik untuk diamati adalah fluktuasi dari harga saham, baik harga saham individual, maupun harga saham secara keseluruhan yang dapat diamati pergerakannya melalui Index. Menurut teori-teori pada umumnya, fluktuasi harga saham dipengaruhi oleh berbagai faktor. Hal im dapat dilihat dari kondisi fundamental dari perusahaan, kondisi industri terkait, maupun kondisi makro yang relevan. Kesemuanya itu bermuara pada prospek bisnis suatu perusahaan. Apabila faktor-faktor tersebut dianggap memberikan prospek yang baik bagi bisnis dan perolehan keuntungan perusahaan, maka dampak faktor-faktor tersebut pada harga saham di pasar akan memberikan hasil yang positif. Harga saham akan naik. Apabila faktor-faktor tersebut dianggap memberikan prospek yang sebaliknya, maka harga saham akan turun. Harga Saham di pasar, berfluktuasi setiap saat dalam merespon berita/informasi yang muncul. Hal itu tentunya juga mempengaruhi pergerakan IHSG. Seringkali para analis saham tidak dapat menjelaskan mengapa harga suatu saham maupun level IHSG bisa mencapai suatu tingkat serendah atau setinggi level tertentu; sebagai respon dari suatu event/informasi/issue. Para analis menyebutkan bahwa hal tersebut adalah diakibatkan karena adanya sentimen pasar. Bila bisa mendongkrak harga saham ke atas, disebutkan bahwa event/informasi/issue tersebut memberikan sentimen positif pada pasar. Demikian pula sebaliknya. Berdasarkan kenyataan itu, dilakukanlah observasi untuk melihat apakah ada pola perilaku investor di BEJ dalam merespon suatu informasi atau berita yang beredar. Selain itu, penelitian ini juga ingin melihat seberapa besar suatu berita atau informasi mempengaruhi pergerakan level IHSG. Sepanjing periode observasi, dari bulan Juli 1997 hingga bulantJuni 2000, terdapat beberapa jenis berita yang beredar di BEJ dan dianggap mempengaruhi pergerakan harga saham, ditunjukkan dengan pergerakan level IHSG. Berita-berita itu adalah mengenai hal-hal yang berhubungan.dengan masalah politik dan ekonomi. Dalam observasi ini, dikelompokan 15 jenis berita yang berdasarkan data yang tersedia, frekuensi kemunculannya selama periode observasi cukup sering. Dari ke 15 jenis berita tersebut, terdapat 9 jenis berita yang direspon secara konsiten oleh para investor di BEJ. Konsistensi ini ditunjukan melalui adanya korelasi pergerakan level IHSG pada saat masing-masing jenis berita itu muncul di waktu-waktu yang berbeda, selama periode Juli 1997 hinggaJuni 2000. Respon yang konsisten dari investor di suatu bursa terhadap suatu berita yang sejenis yang muncul pada waktu yang berbeda-beda, menunjukkan adanya pola perilaku investor dalam menanggapi berita tersebut. Konsistensi perilaku investor ini juga memberi implikasi pada kadar efisiensi pasar di Bursa Efek Jakarta. Deangan adanya kemungkinan untuk mempredikasi perilaku investor dalam merespon berita, maka terbuka pula kemungkinan untuk melakukan prediksi pergerakan harga saham. Oleh karena masih ada kemungkinan untuk memprediksi pergerakan harga saham, maka dapat dikatakan bahwa tingkat efisiensi pasar di BEJ masih lemah, Ke 9 jenis berita tersebut adalah mengenai: pergantian Presiden, Kabinet, perubahan bunga FED, fluktuasi Yen, devaluasi Yuan, kejatuhan Rubel, fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar, perubahan suku bunga SBI, perundingan RI-IMF. Selain melihat konsistensi pola pergerakan level IHSG sebagai respon investor atas tmmculnya suatu berita/informasi; dalam observasi ini juga dilakukan pengukuran perubahan level IHSG yang terjadi oleh ke 9 jenis berita tersebut, selama periode observasi."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T335
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Yusuf
"Stock Market Crash yang terjadi di pasar modal membuat regulator berpikir untuk menemukan sistem perdagangan yang dapat mencegah terjadinya crash. Shiller (1984) dan De Long, Shleifer, Summers, dan Waldmann (1989, 1990) berpendapat harga saham dapat melenceng dari nilai fundamentalnya karena aktivitas perdagangan uninformed serta terdapat penelitian yang membuktikan pada 19 Oktober 1987 terjadi aktivitas pembelian yang signifikan oleh insider serta perusahaan yang dibeli dalam jumlah lebih banyak oleh insider pada periode crash juga menunjukkan pemulihan signifikan harga secara lebih besar pada periode pasca crash.1 Uniformed trading terjadi karena terdapt asymmetrid information. Maka regulator pun menerapkan mekanisme circuit breaker untuk mengatasi aktivitas perdagangan uninformed yang menyebabkan terjadinya crash. Penerapan sistem ini memicu perdebatan di kalangan akademisi maupun praktisi tentang kinerja sesungguhnya dalam mengatasi permasalah asymmetric information. Pendukung circuit breaker meyakini bahwa circuit breaker dapat menurunkan volatilitas harga saham, melawan reaksi berlebihan, dan tidak mengganggu aktivitas perdagangan sementara kritikus circuit breaker menyatakan cicuit breaker dapat meningkatkan volatilitas, mencegah harga mencapai titik equilibriumnya, dan mengganggu aktivitas perdagangan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suspensi terhadap volatilitas harga saham, pergerakan harga saham, dan volume perdagangan saham serta kinerjanya dalam mengatasi masalah asymmetric information. Dari hasil penelitian yang menggunakan data saham pada periode 2003 ? 2005 diperoleh kesimpulan supensi meningkatkan aktivitas uninformed trading, terbukti dari periode volume perdagangan tertinggi sama dengan periode volatilitas saham tertinggi, yakni di hari-hari pasca suspensi. Dan di saat perbedaan harga dengan nilai fundamental saham mulai mengecil (karena walaupun volatilitas turun namun arah pergerakan harganya masih menjauhi nilai fundamental saham) aktivitas perdagangan justru berkurang. Sehingga manfaat suspensi di BEJ dipertanyakan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
S5747
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haryanto
"Studi ini meneliti dampak Covid-19 terhadap nilai tukar (Indonesia Rupiah terhadap Dollar AS) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data harian kasus Covid-19, nilai tukar dan periode CSPI dari 2 Maret hingga 30 April 2020. Hasil analisis menunjukkan: (1) peningkatan 1% pada kasus Covid-19 menyebabkan depresiasi sebesar Rupiah terhadap Dollar AS sebesar 0,02%, (2) peningkatan 1% dalam kasus Covid-19, menyebabkan koreksi ke CSPI sebesar 0,03%, (3) peningkatan 1% dari CSPI mengarah ke apresiasi Rupiah terhadap Dollar AS sebesar 0,311% . Dengan demikian, Covid-19 berdampak pada depresiasi Rupiah terhadap Dollar AS, dan berdampak menurun pada CSPI, sehingga diperlukan intervensi kebijakan untuk mengendalikan penyebaran wabah Covid-19, mengendalikan kepanikan agar tidak berdampak pada Rupiah dan pasar saham melalui berbagai kebijakan stimulus."
Jakarta: Badan Perencanaan PembangunaN Nasional (BAPPENAS), 2020
330 JPP 4:2 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Hamdiyanto
"Investor dalam melakukan suatu investasi sangat memperhatikan return yang akan diperoleh oleh mereka, untuk investasi pada portofolio saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta memiliki pergerakan yang fluktuasi dimana memungkinkan bagi investor untuk memperoleh suatu return yang tinggi sesuai dengan ekspektasi atas return yang mereka harapkan dan memiliki suatu risiko investasi yang tinggi.
Pergerakan harga saham dipengaruhi oleh faktor dan makro ekonomi suatu negara dimana dapat dilihat dari fakta ketika Indonesia mengalami krisis di lahun 1998 ikut mempengaruhi jatuhnya Indeks Harga Saham di Bursa Efek Jakarta. INdek Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah hingga mencapai level 276.15 pada tanggal 30 September 1998.
Salah satu industri yang sangat rentan dengan masalah makro ekonomi adalah industri perbankan. Industri Perbankan memiliki peran penting dan memerlukan perhatian yang khusus karena mudah dipengaruhi oleh faktor eksternal dan merupakan bagian dari system permbayaran. Menjadi bagian dari system pembayaran membuat perrnasalahan yang timbul pada industri perbankan akan memberikan efek negative terhadap perekonomian. Bukti dari imbas faktor makro ekonomi terhadap industri perbankan dimana telah di tutupnya beberapa bank oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral.
Melihat hubungan yang erat antara variable makro ekonomi terhadap pergerakan saham dan indutri perbankan dapat dijadikan permasalahan yang dilakukan penelitian pada penulisan karya akhir ini, adapun permasalahannya adalah :
1. Bagaimana pengaruh perbankan faktor-faktor makro ekonomi terhadap kincrja saham perbankan?
Proses pengolahan data dilakukan dengan menggunakan persamaan regresi balk secara bersama atau secara berganda dengan menggunakan software Eviews versi 3.0. Sebelum proses regresi dilakukan maka periu dilakukan pengujian atas model tersebut dengan melakukan uji stasioner, uji multikolinearitas, uji autokorelasi.
Dalam penelitian ini saham-saham yang digunakan sebagai bahan untuk pene[itian ini adalah saham industri perbankan, adapun saham industri perbankan yang digunakan dalam penelitian ini adalah saham Bank Arta Niaga Kencanan, Bank Buana Indonesia, Bank Central Asia, Bank CIC Internasional, Bank Danamon, Bank Internasional Indonesia, Lippo Bank, Bank Mayapada, Bank Mega, Bank Negara Indonesia, Bank Niaga, Bank NISP, Bank Pan Indonesia, Bank Victoria Indonesia. Data dbank pada sample ini adalah saham industri perbankan yang telah listed pada tahun 2000 dan masih listed di BEJ sampai dengan Oktober 2006
Proses regresi dalam penilitian ini dilakukan dengan menggunakan 4 metode yang diamati yaitu:
1. Pengaruh return pasar terhadap return saham perbankan
2. Pengaruh variable makro ekonomi trhadap return saham perbankan
3. Pengaruh karakteristik industri terhadap return saham perbankan
4. Pengaruh variable makro ekonomi dan karakteristik industri terhadap return saham perbankan.
Berdasarkan hasil pengeolahan data alas ke empat model yang digunakan di dapatkan hasil yang cukup beragam, dimana ada beberapa saham dari industri perbankkan yang memiliki pengaruh yang signi likan lerhadap keempat model yang diamati dan ada yang tidak berpengaruh signifkan. Ada pula saham yang mempunyai hubungan yang positif dan negative terhadap ke empat model yang diamati.

Investors are really concern regarding return of their investment, having investment portfolio at Jakarta Stock Exchange with fluctuating market movement which there's possibility for investors to gain high return according to their expected return by having high risk investment.
Stock price movement will be affected by macro economic factors on certain country, for Indonesia case when monetary crisis hit in 1998 then following by the crushing of Stocks Composite Index at Jakarta Stock Exchange_ Jakarta Composite Index was down to the lowest IeveI at 276.15 points at September 20th 1998.
Banking industry is one of the sectors having volatility with macro economy changing. Banking industry has important role and need special treatment since influencing by external factor easily and as part of integrated monetary payment system. As part of it, if banking industry suffers problem then giving negative effect to the whole economy system directly. Liquidation of several banks by Bank of Indonesia as regulator is the evidence of influence macro economic factors related to the banking system.
Considering relationship between macro economic factors to the stock market movement and banking industry, it becomes interesting topic for further research on this paper. The points will be discussed is
1. How much effect of macro economic factors changing related to the banking stocks performance ?
Process of data transformation will be conducted using regression technique on simple or multiple by software Eviews version 3.0. Before conducting regression process, will be done statistical test to the model using Stationer Test, Multi-Correlation Test, Auto-Correlation Test.
In this research using banking industry stocks as the samples, which are Bank Arta Niaga Kencana, Bank Buana Indonesia, Bank Central Asia, Bank CIC Internasional, Bank Danamon, Bank Internasional Indonesia, Lippo Bank, Bank Mayapada, Bank Mega, Bank Negara Indonesia, Bank Niaga, Bank NISP, Bank Pan Indonesia, Bank Victoria Indonesia. All sample stocks should have been listed since year 2000 and remains as listed stocks on October 2006 at Jakarta Stock Exchange.
Regressions process on this research will be conducted through 4 observed method, which are:
1. Effect of market return related to the banking industry stocks
2. Effect of macro economic factors related to the banking industry stocks
3. Effect of intrinsic characteristic industry factor related to the banking industry stocks
4. Effect of macro economic factors combining with intrinsic characteristic industry factor related to the banking industry stocks
Based on the data examination through above models which resulting various result, showing some banking industry stocks have significant influence and some of them on the contrary. Some stocks also have positive and negative correlation to the observed model."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19762
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iskandar
"Harga saham yang diperjualbelikan di bursa efek dari waktu ke waktu selalu berfluktuasi. Para investor maupun trader saham harus mengetahui kapan waktu yang tepat untuk memutuskan membeli dan melepas sahamnya agar harapannya akan keuntungan bisa dicapai. Investor atau trader yang sukses ditentukan oleh kemampuannya untuk menentukan market trend dan arah gerakan harga dimasa yang akan datang serta membuat prediksi yang akurat. Untuk maksud itu, maka investor atau pun trader minimal harus menguasai satu metode untuk memprediksi pergerakan harga saham.
Dalam melakukan analisa untuk meramalkan gerakan harga saham dimasa yang akan datang, ada dua metode yang dapat dipakai, yaitu Fundamental Analysis dan Technical Analysis. Fundamentalists berusaha meramalkan harga saham berdasarkan forecast dan earnings, dividends, dan sales growth Sedangkan technical analysts mengkonsentrasikan pada forecasting price trend yang menggunakan price-time analysis. Technical analyst beranggapan pergerakan harga saham selalu mengikuti suatu bentuk yang spesifik dan seluruh aspek yang mempengaruhi harga saham sudah dìrefleksìkan pada tingkat harga yang berlaku. Pergerakan harga saham merupakan refleksi dari perubahan supply dan demand.
Technical Analysis dapat diaplikasikan secara efektif pada berbagai media investasi yang diperdagangkan pada berbagai skala waktu, misalnya pada saham, obilgasi options, komoditi dan sebagainya; dalam rangka mencari peluang keputusan untuk membeli dan menjual.
Telaah kepustakaan dalam karya akhir ini menguraikan berbagi alat yang umumnya digunakan pada technical analysis, yang meliputi important reversal patterns, consolidation formations, gaps, key analytical tools ( support and resistance, trendlines and channels, moving average ), dan advance analysis (oscillators, relative strenght index).
Sebelum melakukan analisis harga saham individual, terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap overall market dalam hal ini indeks harga saham gabungan dan analisis group industri. Alasan mengapa hal ini dilakukan, karena pergerakan harga saham individual pada umumnya selaras dengan pergerakan harga saham-saham dalam industri yang sama serta saham-saham yang diperdagangkan di bursa secara keseluruhan.
Saham individual yang dianalisis dalam karya akhir ini adalah saham Astra International Inc. dan saham Indocement. Pemilihan saham-saham tersebut didasarkan pada kriteria saham yang paling aktif diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan keduanya berada pada kelompok industri yang sama menurut klasifikasi yang dilakukan oleh PT. Jardine Fleming Nusantara (JFN). Dengan menggunakan beberapa perangkat technical analysis seperti yang diuraikan dalam telaah kepustakaan terhadap kedua saham tersebut, maka dapatlah disimpulkan bahwa pergerakan harga kedua saham tersebut memberikan arah kecenderungan yang meningkat baik ditinjau dari perspektif jangka pendek maupun jangka panjang."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harjum Muharam
"Perkembangan Pasar Modal Indonesia juga tidak lepas dari pengamatan para ahli walaupun secara kuantitas dan kualitas masih belum memadai, hal ini wajar mengingat Pasar Modal Indonesia baru berkembang pada era delapan puluhan ketika pemerintah Indonesia mengeluarkan paraturan baru tentang pasar modal.
Penelitian tentang integrasi pasar modal di Indonesia masih sangat terbatas apalagi yang melakukan penelitian secara mendalam tentang Pasar Modal Indonesia. Pudjiastuti dan Husnan (1991) melakukan penelitian pada Pasar Modal Asia Pasifik dan menemukan ada empat pasar modal yang telah terintegrasi dengan Pasar Modal Dunia, yaitu Pasar Modal Jepang, Pasar Modal Hong Kong, Pasar Modal Singapura dan Pasar Modal Malaysia, sedangkan untuk Pasar Modal Indonesia mereka tidak menemukan bukti yang signifikan yang menunjukkan bahwa Pasar Modal Indonesia telah terintegrasi dengan Pasar Modal Dunia.
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 telah memberikan dampak yang sangat besar bagi pasar modal Indonesia.
Harga saham merosot tajam, bahkan ada harga saham yang jauh Iebih murah dibandingkan harga pisang goreng, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta jatuh pada titik terendah dalam sejarah perkembangannya.
Berlanjutnya krisis ekonomi yang melanda Indonesia, maka pada bulan September 1997 pemerintah melepas batas kepemilikan asing di Bursa Efek Jakarta, hal itu berarti para investor asing bisa memiliki 100% saham perusahaan yang telah tercatat di Bursa Efek Jakarta dan di lain pihak investor Indonesia juga bebas melakukan investasi di luar negeri. Secara teoritis kebijakan ini menjadikan Bursa Efek Jakarta terintegrasi dengan pasar modal dunia. Diterapkannya sistem devisa bebas dan sistem nilai tukar mata uang mengambang ikut mendorong terintegrasinya Bursa Efek Jakarta dengan Pasar Modal Dunia, karena para investor bebas memasukkan dan menarik modalnya dari Indonesia.
Jika hipotesis terintegrasinya Bursa Efek Jakarta dengan pasar modal dunia terbukti, maka secara otomatis pergerakan Indek Harga Saham Gabungan akan mempunyai korelasi yang signifikan terhadap pergerakan indeks-indeks
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T20416
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Ardiansyah
"Bursa Efek Jakarta hampir setiap harinya, sejak awal tahun 2005 mencatatkan rekor indeks harga tertinggi baru. Hal ini merupakan salah satu pertanda semakin baiknya kondisi perekonomian Indonesia pasca krisis tahun 1998. Instrumen investasi saham merupakan instrumen yang diminati oleh investor karena memiliki return yang lebih besar dibandingkan instrumen pendapatan tetap. Return yang tinggi dituntut oleh investor sebagai kompensasi terhadap tingginya resiko berinvesatsi di pasar ekuitas ini.
Saham farmasi adalah salah satu sektor saham yang diperjualbelikan di Bursa Efek Jakarta. Saham farmasi ada yang dikelompokan ke dalam saham lapis kedua atau saham dengan resiko lebih besar dibandingkan dengan saham blue chip. Fenomena yang terjadi dalam pergerakan saham ini menarik untuk diamati. Terlebih lagi jika dihubungkan dengan variable makro ekonomi Indonesia.
Karya Akhir ini memiliki tujuan utama mengetahui pengaruh perubahan variable ekonomi makro Oumlah uang beredar, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar, inflasi, dan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia), return portfolio pasar dan parameter spesifik industri farmasi (lndeks Harga Konsumen Obat) terhadap return saham farmasi. Dalam literatur disebutkan bahwa harga saham dipengaruhi oleh variabel endogen yang berasal dari internal perusahaan dan variabel eksogen yang berasal dari kondisi ekonomi makro.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian empiris dengan periode observasi sepanjang tahun Januari 2000 hingga Juni 2005 menggunakan metode analisis regresi berganda. Variabel bebas dalam regresi ini adalah variabel makro, return pasar dan indeks harga obat sedangkan return saham industri farmasi berlaku sebagai variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel bebas. Menurut literatur, sebelum dilakukan penyusunan model, data harus memenuhi beberapa asumsi dan tidak memiliki masalah tertentu. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dalam suatu model regresi berganda. Asumsi yang harus dipenuhi atau masalah data yang harus diatasi meliputi normalitas, stasioneritas, autokorelasi, mulitkolinieritas dan identitas.
Analisis regresi berganda dilakukan dengan melalui empat tahap yaitu: (1) regresi return pasar terhadap tingkat pengembaliasQ saham (2) regresi variabel makro dan return pasar terhadap tingkat pengembaalian saham (3) regresi indeks harga obat dan pengembalian pasar terhadap return saham dan (4) regresi variabel makro, return pasar, dan indeks harga obat terhadap return saham.
Hasil analisis menunjukan bahwa sebagian variabel bebas (perubahan uang beredar, Indeks Harga Konsumen Obat) yang diujikan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham industri farmasi. Variabel bebas perubahan nilai tukar dan Suku Bunga SBI hanya mempengaruhi sebagian kecil perusahaan. Return pasar memiliki pengaruh dan memiliki hubungan positif terhadap return saham farmasi dengan tingkat pengaruh yang berbeda-beda untuk setiap perusahaan."
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Martani
"ABSTRAK
Disertasi ini bertujuan untuk melihat pengaruh hubungan manajemen informasi terhadap
harga saham (harga penawaran, harga saham saat listing), initial return dan kinerja saham
dalam jangka panjang. Manajemen informasi diukur dengan menggunakan variabel indek
pertumbuhan penjualan sebelum IPO, indek pertumbuhan penjualan sebelum dan sesudah
IPO dan pergantian auditor. Untuk melihat pengaruh hubungan tersebut digunakan data
empiris di Bursa Efek Jakarta dari tahun 1989 - 2000.
Anomali IPO dalam bentuk initial retuns positif dan penurunan kinerja saham jangka
panjang merupakan obyek studi yang banyak digali oleh para peneliti (Mardiyah 2003,
Sembel 1996, Ritter 1991). Salah satu alasan yang diberikan atas anomali tersebut adalah
praktek window dressing yang dilakukan atas laporan keuangan yang disampaikan
sebelum IPO (Jain dan Kini 1994). Gumanti (2002) menemukan adanya manajemen laba
yang terjadi pada periode dua tahun sebelum IPO. Teoh et al. (1998) membuktikan
adanya hubungan positif antara rnanajemen laba dengan initial return dan penurunan
kinerja jangka panjang. Ukuran manajemen laba yang digunakan adalah discretionary
accrual dengan menggunakan model Jones (1991) yang dimodifikasi.
Kerangka pemikiran yang dikembangkan dalam disertasi ini merupakan sintesis dari dari
beberapa teori IPO yang pemah diteliti oieh penelitia sebelumnya. Berdasarkan hasil
penelitian Jain dan Kini (1994), disertasi ini mengasumsikan pemsahaan sebelum IPO
melakukan manajemen informasi untuk memperbagus laporan keuangan. Tujuan
manajemen inforrnasi ini adalah diperolehnya harga penawaran yang lebih tinggi dari
nilai intrinsik perusahaan. Namun karena infomasi yang diberikan tidak mencerminkan
nilai intrinsik perusahaan maka emiten akan menetapkan harga saham di bawah nilai
informasi yang diberikan. Investor yang tidak menyadari adanya manajemen informasi
tersebut menetapkan harga saham berdasarkan inforrnasi yang tersedia dan informasi lain
yang ada di pasar yang belum diperhitungkan dalam menetapkan harga penawaran.
Akibatnya akan muncul initial return positif. Dalam jangka panjang investor akan
melakukan penyesuaian penilaian saham berdasarkan inforrnasi dan kinerja yang
diberikan emiten. Akibatnya kinerja saham dan kinerja operasi akan turun dalam jangka
panjang. Penurunan harga saham ini akan berada di bawah harga penawaran karena nilai
intrinsik perusahaan berada di bawah harga penawaran. Jika harga saham dalam jangka
panjang dijadikan proksi nilai intrinsik maka manajemen informasi akan memiliki
korelasi negatif dengan indelaharga penawaran dibandingkan harga saham dalam jangka
panjang dan abnormal' return dalam jangka panjang.
Riset empiris atas data perusahaan yang listing di BEJ dari tahun 1989 - 2000,
menguatkan dugaan munculnya initial return positif sebesar 15,297%. Perusahaan
terbukt melakukan manajernen informasi dengan menunjukkan tingkat pertumbuhan
penjualan yang secara rata-rata lebih tinggi pada periode sebelum IPO dibandingkan
pertumbuhan penjualan pada periode setelah IPO. Secara rata-rata perusahaan mengalami
penurunan kinerja saham dalam jangka panjang, terbukti dari nilai rata-rata dan median
abnormal buy and hold return negatif dalam jangka waktu 1 - 5 tahun (yang dihitung
setiap akhir tahun), sementara nilai median komulatif abnormal return negatif untuk
jangka waktu 2 - 5 tahun. Kinerja operasional yang diukur dengan tingkat pertumbuhan penjualan, net profil margin, operating profit margin, return on investment, return on equrity, operating profit to total asset, earning per share dan price to book value
mengalami penurunan pada periode setelah IPO sampai dengan tahun kelima pengamatan
dengan tingkat kinerja operasi tertinggi pada tahun IPO. kecuali untuk ROE dan
operating profit to total asset pada periode satu tahun sebelum IPO.
Variabel manajemen informasi yang diproksi dengan tingkat pertumbuhan penjualan
sebelum IPO memiliki pengaruh positif terhadap harga saham pengaruh variabel
pertumbuhan penjualan sebelum IPO terhadap harga saham dipengaruhi oleh variabel
pertumbuhan penjualan sebelum dan sesudah IPO dengan pengaruh negatif. Perusahaan
yang berganti auditor terbukti memiliki pengaruh pertumbuhan penjualan sebelum IPO
yang lebih kecil dibandingkan perusahaan yang tidak berganti auditor. Variabel
prosentase jumlah saham yang dipegang oleh pemilik lama, nilai offering dibagi dengan
total asset, ROE dan nilai buku berpengaruh positif dengan harga penawaran saham dan
harga saham saat listing, hal ini konsisten dengan hasil liset sebelumnya.
Variabel tingkat pertumbuhan penjualan sebelum dan sesudah IPO mempengaruhi intial
return (IR) dengan pengaruh positif. Pengaruh variabel ini dipengaruhi oleh pertumbuhan
penjualan sebelum IPO dengan pengaruh negatif. Pengaruh variabel ini juga lebih rendah
untuk perusahaan yang berganti auditor dibandingkan perusahaan yang tidak berganti
auditor. Variabel return indek selama proses penawaran signifikan secara statistik
mempengaruhi IR. Beberapa variabel lain yang digunakan dalam model IR. tidak
signifikan secara stalistik.
Variabel tingkat pertumbuhan penjualan sebelurn dan sesudah IPO memiliki korelasi
negatif dengan kinerja saham dalam jangka panjang yang diukur dengan menggunakan
buy and hold return dan kumulatif abnormal return dalam jangka waktu 1- 5 tahun.
Variabel IR dan indek harga penawaran dibandingkan harga dalam jangka panjang
terbukti berkorelasi negatif dengan abnormal return jangka panjang. Hasil ini konsisten
dengan hipotesis yang dikembangkan dalam kerangka pemikiran.
Penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Sembel (1996) yang menghubungkan
antara IR dengan return jangka panjang, dan penelitian Tech et al. (1998), Mardiyah
(2003) serta Sulistyanto dan Wibisono (2003) yang menghubungkan manajemen
informasi dengan IR dan return jangka panjang.
Hasil riset ini membuktikan adanya praktek manajemen informasi yang dilakukan dengan
meningkatkan tingkat pertumbuhan penjualan pada periode sebelum IPO yang berakibat
penurunan kinerja saham dalam jangka panjang. Untuk itu perlu diadakan pengawasan
yang ketat atas laporan keuangan perusahaan IPO unluk menghindari praktek manajemen
informasi."
2004
D874
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Hidayat
"Saham sektor perbankan ketika sebelum krisis cukup menarik minat investor sebagai instrumen investasi. Tapi kondisi kemudian berbalik arah ketika krisis moneter mendera ekonomi Indonesia. Keadaan ini berpengaruh terhadap peta perbankan nasional dan juga berpengaruh langsung terhadap penurunan performance perbankan. Hal ini mengakibatkan saham perbankan juga kena imbasnya, dan anjlok hingga titik terendah.
Upaya pemerintah dalam mengatasi krisis ekonomi dan menyehatkan iklim dunia perbankan diharapkan bisa mengembalikan pamor perbankan yang selama krisis praktis hilang. Untuk itulah penelitian ini melihat bagaimana pengaruh variabel ekonomi makro, return pasar dan tingkat kesehatan perbankan terhadap kinerja atau return saham perbankan di Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Variabel ekonomi makro tadi meliputi perubahan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah, tingkat suku bunga sertifikat Bank Indonesia (SBI) untuk satu bulan, jumlah uang beredar (M2) dan perubahan tingkat inflasi. Sedangkan variabel pasar diwakili oleh MSG BEJ. Sementara variabel tingkat kesehatan bank meliputi nilai total aset, nilai total modal sendiri, nilai laba bersih dan likuiditas yang dalam hal ini diukur dengan perbandingan antara kredit yang dikucurkan (loan) dengan dana pihak ke tiga (deposito) atau Loan to Deposit Ratio (LDR).
Analisa dilakukan dengan menggunakan model regresi berganda yang dilakukan melalui empat tahapan. Pertama, regresi terhadap untuk melihat pengaruh pasar (IHSG). Kedua, regresi untuk melihat pengaruh IHSG dengan variabel ekonomi makro. Ketiga, regresi untuk melihat pengaruh IHSG dengan tingkat kesehatan perbankan, dan keempat regresi untuk melihat pengaruh bersama-sarna variabel ekonomimakro, pasar (IHSG) dan tingkat kesehatan bank.
Tehnik penarikan sample menjaring ada 12 bank publik yang akan dianalisis. 12 bank itu adalah PT Bank Panin Tbk (PNBN), PT Bank Lippo Tbk (LPBN), PT Bank NISP Tbk (NISP), PT Bank Danamon Tbk (BDMN), PT Bank Global International Tbk (BGIN), PT Bank CIC Tbk (BCIC), PT Bank BNI Tbk (BBNI), PT Bank BE Tbk (BNII), PT Bank Bali Tbk (BNLI), PT Bank Interpac Tbk (INPC), PT Bank Pikko Tbk (BNPK) dan PT Bank Niaga Tbk (BNGA).
Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa variabel-variabel independen tersebut diatas mempunyai pengaruh yang beragam terhadap kinerja saham perbankan. Sebagian variabel independen mempunyai pengaruh, tapi sebagian yang lain tidak berpengaruh terhadap return saham perbankan. Pengaruhnyapun - jika ada - bervariasi, ada yang negatif dan ada yang positif."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20160
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bia Hedy Puspita
"ABSTRAK
Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997-1998 lalu ditandai dengan runtuhnya sektor perbankan nasional telah meningkatkan ketidakpastian bagi keberlangsungan ekonomi Indonesia di jangka panjang. Dari sisi moneter, ketidakpastian ini terkait dengan beban utang luar negeri dan domestik serta lambannya proses restrukturisasi kredit yang telah mengakibatkan proses pemulihan ekonomi menjadi sangat sulit dan lambat.
Dengan adanya krisis tersebut, industri perbankan Indonesia menghadapi masalah kedit macet yang mengakibatkan permodalan bank menjadi negatif. Hal ini mengharuskan Pemerintah melakukan rekapitalisasi perbankan agar bank-bank tersebut dapat mengoperasikan usahanya kembali. Selama krisis terjadi, pertumbuhan kredit sangat kecil sehingga perkembangan sektor riil juga sangat tidak berkembang. Tidak mengalirnya kredit ke sektor riil dikarenakan perbankan masih melakukan konsolidasi. Perbankan lebih banyak menginvestasikan dananya kepada SBI dan obligasi rekap yang dikeluarkan Pemerintah untuk merekapitalisasi perbankan. Dengan demikian pertumbuhan perusahaan tidak lagi dipengaruhi oleh kredit yang diberikan perbankan, melainkan lebih banyak dipengaruhi oleh variabel tingkat bunga SBI, nilai kurs rupiah terhadap dollar, perubahan junlah uang beredar dan sebagainya. Dengan demikian, permasalahan yang akan diteliti pada penelitian ini adalah:
1. Pengaruh pasar riil dalam hal ini IHSG terhadap kinerja saham perbankan
2. Pengaruh makro ekonomi (KURS, SBI, DM2) riil terhadap kinerja saham perbankan
3. Pengaruh karakteristik industri dalam hal kredit perbankan riil terhadap kinerja saham perbankan
4. Pengaruh pasar, makro ekonomi dan karakteristik industri terhadap kinerja saham perbankan (dalam nilai riil)
Pemodelan yang dipergunakan adalah model regresi linear berganda dengan menggunakan software komputer E-Views 4. Dari model tersebut selanjutnya dilakukan pengembangan dengan menyertakan faktor nilai masa lalu (autoregressive) dan kesalahan nilai masa lalu (moving average) saham. Pengembangan model ini adalah untuk menemukan suatu model yang memiliki kemampuan menjelaskan dan memprediksi secara memuaskan.
Obyek yang menjadi populasi dalam penelitan ini adalah saham-saham perbankan yang tercatat di BEJ dan sampel penelitiannya adalah saham-saham perbankan yang telah listing minimal dua tahun. Dengan demikian, yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah ANKP, BABP, BBCA, BBIA, BCIC, BBNI, BBNP, BDMN, BEKS, BKSW, BNGA, BNII, BNLI, BSWD, BVIC, INPC, LPBN, MAYA, MEGA, NISP, PNBN.
Return pasar memiliki pengaruh yang berbeda terhadap masing-masing return saham. Secara umum, return pasar tidak berpengaruh secara signi:fikan. Penambahan variabel makro tidak mendukung sepenuhnya pemyataan bahwa variabel makro sangat mempengaruhi tingkat return saham perbankan. Hal ini didukung hasil penelitian bahwa dari ketiga variabel makro yaitu KURS, SBI dan DM2, hanya KURS yang berpengaruh signifikan terhadap return saham perbankan. Pengaruh KURS juga tidak terjadi pada semua saham, hanya empat dari 21 saham perbankan. Dengan demikian dapat disimpulkan kebijakan moneter pemerintah tidak cukup berpengaruh terhadap tingkat return saham perbankan. Penambahan variabel karakteristik industri yaitu KREDIT sebagai variable spesifik industri perbankan juga tidak signifikan mempengaruhi tingkat return saham perbankan."
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>