Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163122 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sommeng, Andy Noorsaman
"Terbatasnya sumber daya minyak bumi dan gas alam dan meningkatnya kebutuhan minyak bumi dan gas alam dalam negeri sebagai bahan bakar dan bahan baku industri serta masih diperlukannya minyak bumi dan gas alam sebagai devisa negaera maka pemanfaatan dan pengelolaan minyak bumi dan gas alam dilaksanakan seefektif dan seefisian mungkin. Untuk mencapai hal tersebut pemodelan industri minyak bumi dan gas alam sangat diperlukan untuk meramalkan perkembangan industri minyak bumi dan gas alam yang pada saat ini menggunakan sistem kontrak bagi hasil (production sharing contracts).

Limited oil and gas resources increased domestic oil and natural gas demand, such as gasoline and industries feedstock commodities and still oil and natural gas function as part of fund resources for national development, so that effeciently and effectively utilization and exacution oil and natural gas are needed. To get this goal, oil and natural gas industries models is very needed to forecast oil and natural gas industries development and to formulate a policy will be used on oil and natural gas industries. The policy that is used today is Production Sharing Contract (SPC)."
Jurnal Teknologi, 1998
JUTE-XII-1-Mar1998-26
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Manuhutu, Chassty T.
"ABSTRAK
Untuk negara - negara ASEAN + 3 yang telah lama mengandalkan minyak dan batu bara sebagai sumber energi utama, gas bumi merupakan alternatif sumber energi yang menarik dan konsumsinya akan terus meningkat di masa depan. Gas bumi merupakan salah satu komoditas ekspor penghasil devisa bagi Indonesia yang juga berperan sebagai sumber energi domestik. Akhir-akhir ini Indonesia mengalami kesulitan dalam mempertahankan reputasinya sebagaieksportir gas bumi yang terpercaya akibat ketidakmampuan dalam memenuhi komitmen kontrak di masa lalu dan ketidakjelasan pemerintah mengenai pengalihan pasokan gas ke pasar dalam negeri. Dengan menurunnya minat konsumen terhadap gas Indonesia dan meningkatnya persaingan di tingkat regional, diperlukan strategi baru untuk mempertahankan posisi sebagai eksportir gas bumi. Strategi tersebut dapat digunakan sebagai pertimbangan selama negosiasi perpanjangan kontrak maupun kontrak baru.
Hampir semua negara ? negara ASEAN + 3 sedang menjalani reformasi pasar agar lebih kompetitif. Transisi ke pasar kompetitif dapat meningkatkan volume penjualan dan menurunkan harga di pasar. Hal tersebut dapat memberikan peluang yaitu perluasan pasar ekspor gas bumi Indonesia. Pemodelan pasar gas kompetitif ASEAN + 3 dapat dilakukan untuk mengetahui peluang ekspor gas bumi Indonesia yang saat ini belum terikat kontrak dan harga yang dapat diperoleh. Dengan mengetahui volume gas yang dapat diekspor ke konsumen tertentu, strategi ekspor gas bumi dapat diusulkan.
Berhubung data historis untuk negara ? negara ASEAN + 3 sulit diperoleh, tipe data model adalah parametrik dan deterministik. Tipe model adalah kesetimbangan statis parsial. Sesuai dengan filosofi pasar kompetitif, fungsi objektif model adalah consumer welfare. Perangkat lunak yang akan digunakan dalam pemodelan pasar kompetitif adalah GAMS (General Algebraic Modeling System) dengan solver MINOS. Proyeksi suplai dan permintaan diperoleh dari data sekunder. Penambahan infrastruktur gas baik kilang maupun terminal regasifikasi di Indonesia dan Singapura merupakan dasar dari skenario yang akan digunakan dalam modelisasi. Kerangka waktu yang digunakan adalah 2011 ketika sebagian kontrak gas akan habis masa berlakunya dan perpanjangan kontrak maupun kontrak baru dapat mulai diberlakukan.
Berdasarkan analisa hasil keluaran model, strategi ekspor yang sebaiknya ditempuh adalah memaksimalkan penggunaan jaringan pipa dan kontrak yang ada untuk ekspor gas pipa ke Singapura dan Malaysia; membangun kilang gas Senoro dan train 3 Tangguh dan mengarahkan ekspor ke konsumen ? konsumen tradisional LNG Indonesia seperti Jepang dan Korea Selatan; dan mengalokasikan sebagian produksi gas Kalimantan ke Jawa serta mengalihkan sisanya dalam bentuk LNG ke pasar spot.

ABSTRACT
For ASEAN + 3 countries who have long depended on oil and coal as primary energy sources, natural gas is an attractive alternative energy source and its consumption will continue to increase in the future. Natural gas is one of Indonesia?s export commodity as well as primary energy source. Lately, Indonesia is having difficulties in maintaining its reputation as natural gas exporter due to its inability in meeting contracts a few years ago and unclear commitment on domestic market obligation. Reduced interest of Indonesian gas as well as increased level of competition in the regional market have created the necessity to have a clear strategy in order to maintain its position as one of the leading natural gas exporter. This strategy can be put into consideration while negotiating contract extensions as well as new contracts.
Almost every member of ASEAN + 3 is undergoing market reforms to increase its competitiveness. Transition to competitive market can increase sales volume and lower price. This transition represents an opportunity for Indonesia to increase its market share. A model of the ASEAN + 3 natural gas competitive market can be employed to discover how much volume of Indonesia?s uncommitted natural gas can be exported to a certain country. This knowledge can later be used to propose an export strategy.
Because historical data for certain Asian countries is inaccessible, the model?s data type is parametric and deterministic. The model?s type is partial static equilibrium. Coherent with the principles of competitive market, the objective function of the model is consumer welfare. GAMS (General Algebraic Modeling System) with solver MINOS is used during the modeling of ASEAN + 3 competitive market. Supply and demand projections will be obtained from secondary data. Additional gas infrastructure (LNG plant, regasification terminal and pipeline) in Indonesia and Singapore will be used to define the scenarios used in the model. The selected timeframe is 2011 when several existing contracts will be terminated and any contract extension or new contract will be enforced.
Based on further analysis of the model?s output, the recommended export strategy incorporates maximizing current gas pipeline and contracts for export to Singapore and Malaysia; constructing Senoro LNG plant and Tangguh?s third train then directing the resulted volume for export to Indonesia?s usual customers which are Japan and South Korea; and allocating a portion of Kalimantan?s gas to Java and exporting the rest to international spot market.
"
2007
T22717
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Artody Nugroho Jati
"Penetapan harga wellhead gas bumi selama ini lebih diserahkan kepada keekonomian lapangan gas bumi yang dalam pelaksanaannya penghitungan keekonomian lapangan gas bumi dirancang dengan untuk memberikan revenue yang sebesar-besarnya kepada Pemerintah. Hal tersebut mengakibatkan harga gas bumi menjadi lebih tinggi dan tidak adanya kepastian harga gas bumi dalam jangka panjang mengakibatkan konsumen pengguna gas bumi mengalami kesulitan. Penetapan harga gas bumi dengan metode fix price dengan mempertimbangkan keekonomian lapangan dan daya beli industri pengguna gas dapat memberikan kepastian baik produsen gas dan industri pengguna gas bumi. Kemampuan daya beli industri pengguna gas dianalisis melalui data gas sales aggrement (GSA) yang merupakan hasil negosiasi antara produsen gas dan konsumen gas. Analisis keekonomian lapangan gas bumi dalam kontrak bagi hasil untuk menghasilkan harga sesuai dengan kemampuan daya beli konsumen gas dilakukan pada 3 lapangan gas dengan variasi besaran cadangan komersial. Kesimpulan studi ini adalah harga yang layak untuk konsumen gas bumi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam menetapkan harga welhhead gas adalah dalam rentang 5.8 - 6.4 US$/MMBTU dengan cara memodifikasi kontrak bagi hasil melalui pemberian insentif berupa peningkatan contractor share, pemberian tax holiday dan pemberian investment credit kepada ketiga lapangan gas sehingga keekonomian lapangan gas tidak terganggu.

The aim of this study is to get the wellhead price of natural gas eligible for gas consumers and on the other hand, does not interfere with the economics of oil and gas field. This study is motivated by the current stipulating of wellhead gas price base on the economics of gas field. In practice, the economics calculation of the gas field is designed to get revenue for the government as much as possible. This resulted in the price of gas becomes higher and the lack of certainty of natural gas price in the long term lead to consumers of natural gas users get several difficulties. The study will analyze the purchasing power of consumers in the domestic market as a reference in setting the wellhead price of natural gas and analyze the economics of natural gas field in production sharing contract using the wellhead price of natural gas that has been set up. The study concludes that decent price for consumers of natural gas are 5.8 ? 6.4 US$/MMBTU by modifying the production sharing contracts through the provision of incentives in the form of an increase in contractor share, provision tax holidays and provision investment credit so economical gas field is not disturbed.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T46776
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Iskandar
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T 25135
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Afi Nursyifa
"Sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan penggunaan energi alternatif di sektor industri, maka kebutuhan terhadap energi gas bumi akan terus meningkat. Hal ini karena gas bumi merupakan energi alternatif yang harganya relatif murah dan ramah lingkungan. Dengan meningkatnya kebutuhan terhadap gas bumi, permasalahan yang dihadapi adalah jumlah permintaan yang tidak sebanding dengan jumlah pasokan. Akibatnya, permintaan gas bumi oleh perusahaan di sektor industri tidak dapat terpenuhi secara maksimal.
Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan gas bumi oleh perusahaan besar dan sedang di sektor industri pengolahan pada periode tahun 2007-2011. Selain itu juga untuk memberikan masukan kebijakan terkait upaya yang dapat dilakukan dalam rangka memenuhi permintaan gas bumi yang semakin meningkat ke depannya. Analisa dilakukan terhadap data Statistik Industri Besar dan Sedang pada tahun 2007-2011 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Indonesia dengan menggunakan metode estimasi Ordinary Least Square.
Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi permintaan gas bumi oleh perusahaan besar dan sedang di industri pengolahan adalah harga gas, harga solar, harga LPG, harga/upah tenaga kerja, status penanaman modal, orientasi pasar, wilayah/kawasan, waktu/tahun, dan jenis industri.

In line with the government's efforts to increase the use of alternative energy in the industrial sector, the demand for natural gas energy will continue to increase. This is because natural gas is an alternative energy that is relatively cheap and environmentally friendly. With the increasing demand for natural gas, the problem faced is the amount of demand that are not proportional to the amount of supply. As a result, demand for natural gas by companies in the industrial sector cannot be met to the fullest.
This study was conducted to identify factors that affect the demand for natural gas by large and medium enterprises in the manufacturing sector in the period 2007-2011. In addition, to provide policy advice related efforts to do in order to meet the growing demand for natural gas increases in the future. We analyzed the data of Large and Medium Industrial Statistics in the year 2007-2011 issued by the Indonesian Central Bureau of Statistics estimated using Ordinary Least Square method.
The analysis showed that the factors that significantly affect the demand for natural gas by large and medium enterprises in the manufacturing industry is the price of gas, the price of diesel, LPG prices, the price/wage labor, the status of capital investment, market orientation, area/region, time/year, and type of industry.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T38637
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hutabarat, Herman R.
"Pemanfaatan gas alam di Indonesia belum dilakukan secara optimal, walaupun Indonesia mempunyai sumber gas yang melimpah. Gas alam memiliki potensi yang menjajikan, baik dari segi teknis maupun ekonomis. Pabrik pengolahan gas alam akan didirikan di kecamatan Batui, kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Sumber gas alam akan diambil dari lapangan gas Matindok dan Senoro. Pabrik ini akan mempunyai kapasitas produksi sebesar 86.400 MMSCF/tahun dan akan beroperasi selama 20 tahun. Pemrosesan gas alam akan dilakukan melalui tiga tahap. Tahap pertama adalah sweetening, dilakukan untuk mengurangi kadar C02 dan H2S dalam gas. Pelarut yang digunakan adalah MEA {tnonoethanolamine). Tahap kedua adalah dehidrasi, untuk mengurangi kadar air, dilakukan dengan memakal TEG (Triethylene Giycol). Tahap terakhir adalah fraksionasi, yaitu penusahan gas berdasarkan fraksi beratnya. Berdasarkan perhitungan ekonomi, pabrik pengolahan gas alam yang akan dibangun ini membutuhkan investasi US$ 188,857,944.64 dan biaya manufaktur sekitar US$54,811.532.99. Setelah dilakukan analisa kelayakan pabrik didapatkan nilai dari parameter kelayakan pabrik yaitu NPV (US$ $125,760,066.06), IRR (28.22%), dan PBP (5 tahun 5 bulan) yang memenuhi syarat kelayakan ekonomi. Analisa sensitivitas yang dilakukan faktor harga beli gas alam, harga jual gas kota, harga jual elpiji. dan kapasitas produksi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49543
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suprapto Soemardan
"Pengembangan sebuah lapangan gas bumi memerlukan perencanaan akurat dalam rangka menentukan laju produksi gas yang merupakan salah satu tantangan utama dalam menentukan kelayakan proyek gas. Laju produksi gas optimum ditentukan tidak hanya oleh karakteristik cadangan gas dan reservoirnya, tetapi juga oleh persyaratan konsumen terkait tekanan gas jual, jangka waktu kontrak penjualan gas dan harga gas. Penelitian ini mengembangkan model optimisasi produksi gas yang didasarkan pada pendekatan biaya marjinal untuk memaksimumkan keuntungan ekonomi dengan menggunakan studi kasus lapangan gas bumi Blok Matindok di Sulawesi Tengah.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa meningkatkan tekanan gas jual dan harga gas meningkatkan laju produksi gas optimum dan meningkatkan keuntungan maksimumnya. Sementara itu, peningkatan jangka waktu kontrak penjualan gas akan mengurangi tingkat produksi gas optimum dan mengurangi atau menaikkan keuntungan maksimumnya tergantung atas cadangan gas dan karakteristik reservoirnya. Karena keterbatasan cadangan dan karakteristik reservoir gas, maka peningkatan harga gas membatasi laju produksi optimumnya hingga batas laju maksimum reservoirnya, namun keuntungan maksimumnya akan naik terus mengikuti kenaikan harga gas. Hasil riset ini dengan jelas menunjukkan hubungan yang kuat antara persyaratan kebutuhan konsumen gas dan laju produksi gas optimum, yang merupakan bagian penting untuk negosiasi harga gas dan perencanaan produksi.

The development of a gas field requires accurate planning, in order to determine the gas production rate which is one of the main challenges in determining the gas project feasibility. An optimum gas production rate is determined not only by the gas reserve and reservoir characteristics but also by the consumer’s requirements of the sales gas pressure, duration of the gas sales contract and gas price. This paper presents a gas production optimization model using marginal cost approach to maximize economic profit with Matindok Block as field data.
The results reveal that increasing the sales gas pressure and gas price raises the optimum gas production rate and maximum profit. Meanwhile, increasing the duration of a gas sales contract will reduce the optimum gas production rate and reduce or increase the maximum profit depending on the gas reserve and reservoir characteristics. Due to limitation of gas reserves and reservoir characteristics, then an increase in gas prices limit the optimum production rate up to reservoir maximum rate limits, but the maximum profit will continue to follow up the gas price hike. This work clearly shows the relationship between the user's requirements and optimum gas production rate, which is an important piece of information for negotiating the gas price and planning production.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
D1937
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutahaean, David P.
"Investasi pada konstruksi pabrik elpiji dan pemurnian gas dilakukan mengingat potensi sumber daya gas alam Indonesia yang sangat besar yaitu 65 TCF (trillion cubic feel) tetapi pemanfatannya terbatas, pasar yang menjanjikan dan melonjaknya beban subsidi bahan bakar minyak. Pabrik ini akan dibangun di Kecamatan Batui, lebih dekat dengan blok Matindok, Sulawesi Tengah, dengan mode operas! kontinu mengingat umpan dan produknya berfasa gas. Lapangan gas Senonoro dan Matindok akan menjadi pemasok bahan baku pada industri pengolahan gas elpiji dan pemumian gas. Gas alam yang berasal dan lapangan gas Matindok dikategorikan sebagai gas alam asam (sour natural gas) karena mengandung hidrogen snifida (H2S) dengan kadar 5000 ppm dan cadangan gas alam sebesar 0,45 BCFG (billion cubic feet gas), sedangkan gas alam dari Senoro kandungan H2S rendah dan cadangannya sebesar 3 BCFG. Perlakuan pertama untnk gas lumpan ialah pemisahan partikel padatan dan debu yang terbawa oleh gas. Setelah itu gas akan dialirkan menuju proses Sweetening, bertujuan untuk menghilangkan kandungan CO2 dan H2S yang terkandung dalam gas alani, melalui proses absorbs! oleh pelamt kimia MEA (monoethanolamine). Kandmigan FLO diliilangkan melalui proses Dehidrasi dengan menggunakan pelarut TEG (Triethylene Glycol). Setelah itu gas akan dialirkan menuju kolom fraksionasi. kandungan metana dan etana terdapat pula propana dan butana yang signifikan pada gas alamnya, maka periu dilakukan proses pengambilan gas-gas ini mengingat nilai ekonomisnya. Produk yang akan dihasilkan ialah gas kota, LPG dan kondensat. Sehingga membutul-ikan dua kolom fraksionasi yaitu kolom deelhanizer dan kolom debuthanizer. Untuk dasar perhitungan dari analisa teknis, menggunakan alat bantu software HYSYS 3.1. Neraca energi imtuk proses pemumian dan proses utama dihitung secara terpisah dikarenakan perbedaan perhitungan termodinamika yang digunakan (fluid package), dimana untuk proses pemumian yaitu pembersihan gas, digunakan amine package dan Soave-Redlich-Kwong (SRK) package, sedangkan untuk proses utama digimakan Peng Robinson package."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49566
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Najoan, Nestorius Sowor
"Industri pengolahan gas alam di Indonesia merupakan industri yang layak untuk investasi. Hal ini dikarenakan cadangan gas alam yang cukup banyak di Indonesia, pemanfaatannya yang kurang maksimal, kenaikan subsidi BBM, serta pasar yang menjanjikan.
Pabrik pengolahan gas alam yang akan dibangun ini mempunyai kapasitas sebesar 153,257.238 MMSCF/tahun dan diharapkan akan beroperasi selama 19 tahun. Angka tersebut didapatkan berdasarkan analisa pasar Indonesia. Pabrik ini akan dibangun di Kecamatan Batui, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Proses yang ada dalam pabrik ini menggunakan mode operasi kontinyu.
Gas alam akan diproses menggunakan dua proses utama yaitu proses sweetening dan fraksionasi. Proses sweetening merupakan proses absorbsi menggunakan pelarut DEA yang bertujuan untuk membersihkan gas alam umpan.
Proses fraksionasi merupakan proses utama yang akan memisahkan gas alam menjadi produk gas kota, LPG serta kondensat. Produk gas kota direncanakan akan didistribusikan menggunakan dua alternatif transportasi yaitu dengan perpipaan atau CNG. Unjuk kerja proses yang baik ditunjukkan dengan effisiensi energi sebesar 82.61% (proses sweetening) dan 98.57% (proses fraksionasi).
Berdasarkan perhitungan ekonomi, pabrik pengolahan gas alam yang akan dibangun ini membutuhkan investasi sekitar US$ 160 juta dan biaya manufaktur sekitar US$ 57.7 juta.
Dengan analisa ekonomi, didapatkan nilai NPV untuk proyek ini sekitar US$ 94 juta, IRR sebesar 25%, dan PBP sekitar 6 tahun. Perubahan paling sensitif terhadap kelayakan pabrik ini adalah kapasitas produksi pabrik, dimana produksinya tidak boleh kurang dari 76136.884 MMSCF/tahun atau 49.68% dari kapasitas produksi dasar pabrik. Analisa resiko dengan metode Monte Carlo berdasarkan parameter IRR lebih besar dari tingkat diskonto (11%) menyatakan peluang kelayakan pabrik untuk distribusi gas kota dengan jaringan pipa sebesar 82.15% sedangkan dengan CNG sebesar 79.78%.
Berdasarkan analisa ekonomi yang telah dilakukan maka pabrik ini telah memenuhi tingkat kelayakan secara ekonomi dan layak untuk dibangun."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49533
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>