Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200880 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dini Dachlia
"Saat ini jumlah penduduk Asia Selatan dan Asia Tenggara yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) sudah dua kali lipat lebih banyak dibanding jumlah HIV di sejumlah negara maju. Prevalensi dan cepatnya penularan infeksi HIV di negara kawasan Asia sangat bervariasi. Di beberapa negara seperti Korea dan Mongolia prevalensinya masib rendah. Sedangkan di beberapa negara seperti Kamboja, Myanmar, Thailand, dan India prevalensinya cukup tinggi dengan penyebaran yang berlangsung cepat. Di beberapa negara lainnya seperti Indonesia, Bangladesh, Nepal, dan Sri Lanka jumlah infeksi HIV yang dilaporkan hanya berdasarkan pemeriksaan yang amat terbatas.
Di Indonesia sampai dengan 31 Mei 2000 telah dilaporkan sebanyak 1.257 kasus (HIV+AIDS) oleh Depkes, terdiri dari 934 HIV positif dan 323 kasus AIDS. Dari semua kasus HIV positif, persentase kasus infeksi pada orang Indonesia mencapai 73,7 persen. Berdasarkan faktor risiko penularan, lewat jalur heteroseksual ditemukan sebesar 69,9 persen HIV positif dan 57,9 persen kasus AIDS. Akibat kontak homo/biseksual ditemukan sebesar 4,4 persen HIV positif dan 25,4 persen kasus AIDS. Sedangkan berdasarkan sebaran usia, sebagian besar kasus HIV positif dan AIDS terjadi pada kelompok usia 15-49 tahun, dengan puncaknya pada kelompok usia 20-29 tahun untuk kasus HIV positif (lihat jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia dalam lampiran I).
Walaupun jumlah kasus HIV dan AIDS berkembang cepat pada tahun-tahun terakhir, namun jumlah kasus yang dilaporkan tersebut jauh di bawah perkiraan angka prevalensi yang sebenarnya. Hal tersebut disebabkan sistem surveilans nasional untuk HIV/AIDS belum dilaksanakan secara maksimal (Iskandar et al., 1996). Beberapa orang memperkirakan bahwa kasus HIV/AIDS di Indonesia jauh lebih dari yang dilaporkan. Misainya Linnan (Djoerban, 1999), memperkiakan bahwa kasus HIV/AIDS di Indonesia tahun 2000 sekitar 2.500.000 kasus, jika tidak dilakukan intervensi sedangkan dengan intervensi terdapat sekitar 500.000 kasus. Kasen et at., (Djoerban, 1999), mengestimasi jumlah yang terinfeksi HIV tahun 2000 sekitar 750.000 kasus jika tidak ada intervensi. Estimasi lainnya memperlihatkan bahwa pada tahun 1996 diperkirakan sudah terdapat 95.000 orang atau sekitar 93 orang per 100.000 orang dewasa yang hidup dengan HIV. (Dore et al., 1998).
Kasus AIDS di Indonesia yang dilaporkan masih dalam jumlah kecil dibandingkan negara Asia lainnya seperti Thailand. Rasio antara kasus AIDS yang dilaporkan dengan estimasi jumlah orang yang hidup dengan HIV di Indonesia pada tahun 1995/1997 cukup kecil yaitu hanya 0,1 persen (Dore et at., 1998). Faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap terbatasnya penyebaran HIV di Indonesia adalah karena Indonesia berupa kepulauan, tidak seperti Kamboja, Vietnam, dan Thailand, yang merupakan satu daratan yang mudah berhubungan satu sama lain (Dore et al., 1998). Faktor lainnya yang berperan adalah rendahnya kegiatan seks per penjaja seks komersial (PSK) per hari di Indonesia dibandingkan dengan Thailand dan Kamboja, yaitu sekitar 7-14 pelanggan per minggu untuk Philipina dan Indonesia dan sekitar 18-33 pelanggan per minggu untuk PSK di Thailand dan Kamboja (Chin et.al., 1998).
Sebagian besar transmisi HIV di dunia saat ini melalui hubungan heteroseksual. Di Asia infeksi HIV muncul dan bergerak cepat pada kelompok umum dari kelompok yang beresiko seksual tinggi terinfeksi HIV. Kunci dari kecepatan penyebaran HIV kepada kelompok umum terjadi melalui perilaku seksual dan adanya kofaktor seperti PMS yang dapat mempercepat transmisi HIV (Way et al., 1999). Selain itu, prevalensi HIV juga ditentukan oleh faktor penting lainnya, yaitu besarnya proporsi pria dewasa yang secara teratur mengunjungi penjaja seks komersial di daerah tersebut (Dore et al., 1998)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T1408
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Poppy Endriyati
"Latar Belakang : Pelaut merupakan kelompok dengan mobilisasi tinggi yang sering berpindah-pindah dan jarang bertemu keluarga/pasangan. Hal ini dapat menyebabkan hasrat seksual yang merupakan sebuah kebutuhan tidak tersalurkan. Angka kejadian HIV pada pelaut sebenarnya masih rendah yaitu sebesar 0,7 dibandingkan dengan profesi lainnya, akan tetapi perilaku seksual berisiko HIV nya belum diketahui secara jelas, sehingga perlu dilakukan penelitian terkait hal tersebut, karena perilaku seksual berisiko HIV juga dapat memicu terjadinya meningkatnya kasus HIV di masa yang akan datang.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku seksual berisiko HIV pada pelaut pria yang berkunjung ke KKP Kelas I Tanjung Priok tahun 2018 dan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual berisiko HIV tersebut.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode penelitian kombinasi Mixed Methods yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif yang digunakan secara bersamaan dalam satu penelitian, dengan desain penelitian Cross Sectional. Penelitian kuantitatif menggunakan alat bantu kuesioner sedangkan penelitian kualitatif menggunakan metode wawancara mendalam. Analisis data kuantitatif menggunakan analisis univariat, bivariat dan multivariat dengan analisis regresi logistic multivariable untuk menganalisis hubungan antara variabel perilaku seksual berisiko HIV dengan variabel independent serta mengetahui variabel yang paling dominan terhadap variabel dependentnya.
Hasil : Perilaku seksual berisiko HIV mempunyai hubungan dengan tiga Variabel yaitu Variabel umur, kebiasaan menonton film porno dan pasangan seksual terakhir. Variabel yang paling dominan adalah Kebiasaan menonton film porno dengan OR = 3,095 yang berarti pelaut pria yang mempunyai kebiasaan menonton film porno memiliki peluang sebanyak 3 kali untuk melakukan perilaku seksual berisiko HIV dibandingkan dengan yang tidak mempunyai kebiasaan menonton film porno.
Kesimpulan : Dengan meningkatkan edukasi terkait kebiasaan menonton film porno dan dampaknya, kesehatan reproduksi serta pengetahuan komprehensif terkait HIV diharapkan dapat mengubah perilaku seksual berisiko HIV Pelaut Pria.

Objective: This study aimed to analyze Seaman's risky HIV sexual behavior who visited Port Health Center of Tanjung Priok in 2018 and factors related to risky HIV sexual behavior.
Method: This research uses Mixed Methods which is quantitative and qualitative method used simultaneously in one research, with Cross Sectional research design. Quantitative research using questionnaires tool while qualitative research using in depth interview method. Quantitative data analysis using univariate, bivariate and multivariate analysis with multivariable logistic regression analysis to analyze the correlation between HIV risk sexual behavior variable with independent variable and know the most dominant variable to the dependent variable.
Results: Risky HIV sexual behavior Variables had relation with 3 Variables such as ere age, watching porn movie habit and the last sex partner. The most dominant variable was watching porn movie habit with OR 3,095 which means married Seaman watching porn movie had a chance of 3 times to engage in risky HIV sexual behavior compared to Seaman did not Watch.
Conclusions: By improving education on watching porn movie habit and its impact, reproductive health and comprehensive knowledge of HIV are expected to change Seaman rsquo s sexual risk behavior.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50882
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Suharsa
"Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang ditandai oleh berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Perkembangan lain yang perlu mendapat perhatian pada remaja diantaranya perkembangan kognisi, sosial dan seksual.
Berbagai pengaruh yang berkaitan dengan perilaku seksual remaja diantaranya tradisi dan budaya setempat, komunikasi dengan kelompok sebaya, pengaruh keluarga dan lingkungan, keterpajanan media informasi baik media cetak maupun elektronik, pengaruh pendidikan seks di sekolah dan komunikasi dengan guru. Hal tersebut apabila tidak diantisipasi sejak dini akan berdampak pada perilaku seksual yang berisiko.
Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya perilaku seksual remaja pada Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Pandeglang serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Manfaat yang diharapkan dapat memberikan masukan bagi Pemerintah daerah (Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Kependudukan Keluarga Berencana dan Catatan Sipil dan Kantor Departemen Agama Kabupaten Pandeglang) perihal perilaku seks anak didik, sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan solusi dan intervensi yang tepat, cepat dan berkesinambungan untuk membimbing anak didik mengatasi masalah perilaku seks yang dihadapinya.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional. Lokasi penelitian di Kabupaten Pandeglang dengan populasi penelitian siswa pada 30 Sekolah Menengah Atas. Penentuan sampel menggunakan rancangan Multi Stage Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 131 siswa. Pengolahan data dilakukan dengan analisis univariat, analisis bivariat (uji chi square) dan analisis multivariat (uji regresi logistik).
Hasil analisis univariat menunjukkan 12 (9,2%) siswa pernah melakukan hubungan seksual dengan alasan tertinggi ingin coba-coba 50% yang dilakukan dengan pacar sebanyak 91,6%. Seluruh siswa pernah mempunyai pacar, namun dari 14 item pertanyaan mengenai perilaku seksual alasan tidak melakukan salah satu perilaku seks karena takut dosa 31,3% dan dilarang agama 29,0%. Hasil Analisis Bivariat yang rnempunyai hubungan bermakna adalah faktor pengetahuan, faktor keterpajanan media informasi dan faktor kepatuhan agama. Sedangkan hasil analisis multivariat menunjukkan variabel yang paling dominan berhubungan dengan perilaku seksual remaja adalah keterpajanan media informasi.
Disarankan untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang seksual dan kesehatan reproduksi, instruksi pendidikan segera mewujudkan instruksi Menteri Pendidikan NasionaI Nomor 91[]11997 tentang HIV/AIDS, kesehatan reproduksi dan Infeksi Menular Seksual. Perlunya dibentuk layanan informasi dan konseling tentang kesehatan reproduksi dan perlunya meningkatkan pengetahuan guru melalui berbagai pelatihan kesehatan reproduksi. Selain itu, peran orang tua diharapkan dapat lebih meningkatkan komunikasi dengan remaja perihal perilaku seksual dan kesehatan reproduksi.

Adolescence is known as transition period from childhood to adulthood that can be identified with the changes of physical, emotion, and psychology of the individual. Other developments that occur on the period of adolescence are includes the cognition, social, and sexual development.
Regards to sexual development, there are many influences to the adolescent that will determine her/his sexual behavior, such as local tradition and culture, communication with peers, family and environs influence, exposures on media of both written and electronic, openness to sex education at school, and communication with the teachers. It is believed that those factors mention above will lead to a risky sexual behavior if they have not anticipated in early stage.
The purpose of the study is to find out the adolescent sexual behavior and its related factors among Senior High School students at the district of Pandeglang. It is hope that the result of the study will 'give a contribution to the district authority offices related (Education Authority, Health Authority, Population Authority Family Planning and Civilian Record and District Ministry of Religion of District of Pandeglang) in regards to the students sexual behavior, as a consideration on making suitable solution and carrying out a prompt and persist intervention, in order to give guidance to the students to deal with her/his sexual behavior problems they faced.
The study is a quantitative study that using cross sectional research design. The study is carried out at the district of Pandeglang with the students of 30 Senior High Schools as the population. Sample is determined by using a multistage sampling method, and yielded the sample at 131 students. Data is analyzed in three stages procedures, i.e. the univariate analysis, bivariate analysis (with chi's square test), and multivariate analysis (using logistic regression test).
All the students are stated that they have ever had a boy/girlfriend. The univariate analysis showed that among 131 students, there are 12 (9.2%) students that have committed on having sexual intercourse. The most reason for having sexual intercourse is `just want to try' (50.0%) and most of the sexual partner is their boy/girlfriend (91.6%). Among those who stated that never do any sexual behavior, of 14 items on the reason why they never did, are: afraid to be sin (31.3%) and because it's forbidden in the religion (29.0%). Result from bivariate analysis, variables that having significantly related to adolescent sexual behavior are: knowledge on reproductive health, media information exposures, and religious obedience. The multivariate analysis found that the most dominant variable related to the adolescent sexual behavior is the media information exposures.
It is suggested that there is a need on increasing the students' knowledge on sexual and reproductive health; the educational institution should implement the decree of the Ministry of National Education Number 9IU/1997 about HIV/AIDS, Reproductive Health, and Sexually Transmitted Diseases; the need on establishing the information and counseling services on reproductive health; the need on increasing the teachers' knowledge on reproductive health by training; and the role of parents is also need to enhance in order to elevate the relationship with teenagers, and they can discuss freely the issues on sexual behavior and reproductive health.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19114
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Arya Maha Putra
"HIV/AIDS menjadi isu utama kesehatan global. Populasi kunci yang paling rentan terhadap penularan HIV adalah LSL. Penularan HIV paling sering ditemukan dari perilaku seksual berisiko. Beberapa faktor terkait dengan perilaku seksual berisiko adalah harga diri, HIV status disclosure, dan pengetahuan HIV. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan antara harga diri, HIV status disclosure, dan pengetahuan HIV dengan perilaku seksual berisiko.
Metode: menggunakan desain penelitian cross sectional, dengan jumlah sampel sebanyak 180 orang di RSUP H Adam Malik, RSU Pringadi Kota Medan, Puskesmas Padang Bulan, dan Puskesmas Teladan. Teknik sampling yang digunakan adalah porpusive sampling. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yag signifikan antara pengetahuan HIV dengan perilaku seksual berisiko p

HIV AIDS have been a major global public health issue. The most vulnerable key population of HIV transmission is MSM. The transmission is most commonly found in risky sexual behavior. Several factors related to risky sexual behavior are self esteem, HIV status disclosure and knowledge of HIV. This research aimed at identifying the correlation among those three factors.
The method applied is cross sectional studies, with the total of 180 samples from H. Adam Malik Central Public Hospital, Pringadi Public Hospital, Padang Bulan Public Clinic, and Teladan Public Clinic, where all are located in Medan. Porpusive sampling technique was implemented when choosing the research subject. The results show that there is significant correlation between the knowledge of HIV and risky sexual behavior p
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T50906
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supriatiningsih
"Kesehatan reproduksi adalah sesuatu yang banyak dibicarakan dan menjadi salah satu bidang yang banyak diminati dan dibahas dalam pertemuan ilmiah. Salah satu sassaran kesehatan reproduksi adalah remaja putra dan putri belum menikah dengan ttijuan tercapainya kesehatan reproduksi yang optimal dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku seksual remaja SMU dan hubungan antara pengetahuan, sikap dan sumber informasi tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual tersebut. Rancangan penelitian ini adalah studi potong lintang (Cross Sectional Study), dengan pengolahan data menggunakan analisis regresi logistik.
Populasi penelitian ini adalah remaja SMUN. 1 Kota Metro dengan jumlah sample 255 orang penelitian dilaksanakan pada tanggal 9 juni 2003, kuesioner diisi sendiri oleh siswa tanpa mencantumkan nama untuk mendapatkan jawaban yang jujur, petugas pengumpul data diambil bukan dari guru sekolah melainkan dari dosen Akademi Kebidanan Metro agar siswa lebih terbuka dalam menyatakan pendapat/pengalaman pribadi.
Hasil penelitian ini menunjukkan proporsi remaja SMU yang mempunyai pengetahuan kesehatan reproduksi kurang 52,9%, sikap negatif 55,7%, paparan informasi kurang dalam mendapatkan komunikasi kesehatan reproduksi dari orang tua 59,6 %, dari teman sebaya 34,5 %, dan media komunikasi terbanyak dalam mendapatkan informasi kesehatan reproduksi adalah dari media cetak, yaitu majalah 71,4 %. Kesimpulan penelitian ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan (OR = 7,786) dan sikap (OR = 1,800) tentang reproduksi dengan perilaku seksual.
Dari penelitian ini disarankan kepada pihak yang terkait dengan remaja SMU, kepada institusi pendidikan dapat meningkatkan kegiatan ekstra kurikuler yang didalamnya berisikan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, mengaktifkan kelompok remaja/sebaya dengan membicarakan topik topik kesehatan reproduksi dan meningkatkan layanan konseling di sekolah kepada siswa yang membutuhkan atau bermasalah terhadap kesehatan reproduksi dan fungsinya. Kepada Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan diharapkan dapat mengembangkan misinya kepada anggotanya/orang tua siswa untuk lebih meningkatkan kemampuan mendidik yang menjurus kepada kesehatan reproduksi dan Lembaga Sosial Masyarakat dapat ikut berperan untuk membantu meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja yang positif secara berkesinambungan.

Analysis on the Relationship between Knowledge, Attitude, and the Source of Information on Reproductive Health and Sexual Behavior among Students at SMUN I Metro in 2003Reproductive Health is one of the most common issues that talked about, and be branch of science that is mostly interested to discuss in scientific meetings or conferences. One of the targets of interests in reproductive health is unmarried adolescence. They need a special attention in order to reach their optimal goals in their reproductive health in all aspects which were related to its system, functions and process.
This study objective was to find out a description on adolescence sexual behavior among high school students and its relationship with knowledge, attitude, and source of information about reproductive health. The design of this study was a cross-sectional one and the data were analyzed by logistic regression analysis.
The population of this study was high school students grade 2 of SMUN I, Metro City, and the number of samples were 255 students. This study was carried out in June 9, 2003. To assure an honest answer, an anonimous, self administered questionnaire was used to collect the data. After completion of the filling up the questionnaire, teacher from the Midwifery School of Metro were recruited to assist in explaining the questionnaire prior to data collection. The teacher of the SMUN I were not selected to assist collection of data, so this was also intended to provide the students with freedom ands honesty in filling up the questionnaire concerning both their opinion and experience.
From the study, it was found that the that proportion of students who had less knowledge on reproductive was about 52,9%, almost three out five of the students were either had negative attitude toward reproductive health or had less communication with their parents regarding reproductive. Students who had exposures on reproductive health information from their from peers group was around 34,5% and the most used (71,4 %) of information an reproduction health source was magazine, From this study it was concluded that there was a significant relationship between both knowledge on reproductive health (OR=7.786) and attitude on reproductive health (OR=1.8) with the sexual behavior among the students.
Based on the study findings, it is suggested to those who are incharge of the high school education institution to escalate the extra-curricular activities that include addressing reproductive health subject matters to its activities, In addition it also suggested to initiate in school peer group program for discussing the reproducting health topics and issues. The school is also encouraged to increase counseling services for students who are in need or who have problem with their reproductive health. The Student Parent Committee should develop its program in encouraging parents to empower their ability to communicate reproductive health to their children. Simultaneously, the involvement of non government organizations (NGO), in any program enhancing the adolescent's knowledge and positive attitude on reproductive health is strongly needed.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12703
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edianto
"Perilaku seksual beresiko pada lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki dengan HIV/AIDS ODHA LSL sangat penting diperhatikan, mengingat bahwa HIV/AIDS merupakan penyakit infeksi yang penularannya mudah terjadi pada orang dengan perilaku yang tidak sehat. Tingkat religi, penerimaan keluarga dan dukungan kelompok sebaya merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku beresiko. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat religi, penerimaan keluarga dan dukungan kelompok sebaya dengan perilaku seksual beresiko pada ODHA LSL. Penelitian ini menggunakan desain crossectional dengan sampel sebanyak 180 responden menggunakan teknik purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden 51,7 memiliki tingkat religi yang baik, 52,8 mendapatkan penerimaan keluarga yang baik, 56,1 mendapatkan dukungan kelompok sebaya yang baik dan 56,7 memiliki perilaku seksual beresiko yang tinggi. Pada uji chi-square didapatkan hubungan yang bermakna antara tingkat religi, penerimaan keluarga dan dukungan kelompok sebaya dengan perilaku seksual beresiko p=0,002, p=0,000 dan p=0,000; =0,05 . Analisis dengan regresi logistik didapatkan bahwa penerimaan keluarga merupakan faktor paling dominan yang berhubungan dengan perilaku seksual beresiko dengan nilai OR=5,337.
Rekomendasi penelitian ini adalah perlunya dilakukan intervensi keperawatan yang melibatkan anggota keluarga untuk selalu menerima kondisi pasien ODHA LSL agar mencegah perilaku seksual beresiko.

Sexual behavior risk in MSM LWHA is very important to be noticed, given that HIV AIDS is an infectious disease that is easily transmitted to people with unhealthy behavior. Religious level, family acceptance and peer support are the factors that influence sexual behavior risk. The purpose of this study was to determine the relationship of religious level, family acceptance and peer group support with sexual behavior risk in MSM LWHA. This study uses crossectional design with 180 respondents using purposive sampling technique.
The results showed that most respondents 51.7 had a good religious level, 52.8 received good family acceptance, 56.1 received good peer group support and 56.7 had high risk sexual behavior . The chi square test showed significant correlation between religious level, family acceptance and peer group support with risky sexual behavior p 0,002, p 0,000 and p 0,000 0,05 . Analysis with logistic regression was found that family acceptance was the most dominant factor related to risky sexual behavior with OR 5,337.
The recommendation of this study is the need for nursing interventions involving family members to always accept the condition of MSM patients in order to prevent sexual behavior risk.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T51314
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M Bachtiar Safrudin
"ABSTRAK
Perubahan terjadi pada masa remaja baik fisik maupun psikologis. Perubahan remaja menyababkan dorongan untuk melakukan aktivitas seksual. Sehingga muncul aktivitas yang dimulai pacaran sampai kontak seksual yang sangat berisiko bagi pertumbuhan remaja. Pendekatan intervensi bi-skill sebagai inovasi dalam mengatasi masalah yang terjadi dalam keluarga dan sekolah. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui perubahan domain pengetahuan sikap, keterampilan dan kemandirian remaja melalui asuhan keperawatan keluarga dan setting sekolah. Metode menggunakan studi kasus dan kuasi esperimen diambil dari siswa SMP wilayah Cimanggis Depok. Setelah dilakukan intervensi bi-skill di keluarga dan sekolah menunjukkan perubahan perilaku seksual berisiko dan meningkatnya kemadirian keluarga. Sehingga intervenesi ini efektif diterapkan dalam tatanan keluarga dan setting. Saran untuk mempertahankan komunikasi asertif dan memberikan kebebasan remaja dalam koridor norma dan aturan. Bagi petugas kesehatan intervensi bi-skill menjadi acuan dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga dan komunitas.

ABSTRACT
Changes occur in adolescence both physically and psychologically. Teen change causes encouragement to engage in sexual activity. So it appears that the activity begins courting up sexual contacts are very risky for adolescent growth. The approach of bi skill intervention as an innovation in overcoming the problems that occur in the family and school. The purpose of this paper is to know the changing domain of knowledge attitude, skills and independence of teenagers through family nursing care and school settings. Methods using case study and quasi experiment were taken from junior high school students of Cimanggis Depok. After the bi skill intervention in the family and school showed changes in risky sexual behavior and increased family awareness. So this intervenetion is effectively applied in the family setting and setting. Suggestions for maintaining assertive communication and giving youth freedom within the corridor of norms and rules. For health workers, bi skill interventions become a reference in performing family and community nursing care."
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Riska Putriyani
"Penelitian ini tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah anak jalanan. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional. Sampel dari penelitian ini adalah anak jalanan umur 10 sampai 19 tahun yang berada di Yayasan Bina Insani Mandiri Depok sebanyak 144 responden dengan teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah snow balling. Analisa bivariat menggunakan uji chi square. Terdapat 23.6% anak jalanan memiliki perilaku seksual pranikah berisiko. Hasil uji statistik bivariat menunjukkan ada hubungan bermakna pada variabel umur, pengetahuan, dan keterpaparan media pornografi dengan perilaku seksual pranikah anak jalanan.

This study talk about of the factors associated with premarital sexual behavior of street children. This research is study quantitative by using cross sectional design. Samples from this study are street children aged 10-19 who are in the bina insani mandiri Depok foundation the many of 144 respondents with snow balling sampling techniques. Bivariate analysis using chi square test. There are 23,6 % of street children premarital sexual behavior is risk. Statistical analysis showed a significant relationship to the variables of age, knowledge, and pornographic media exposure with premarital sexual behavior of street children.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60600
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Melinda
"Kota Batam merupakan daerah industri yang sangat pesat perkembangannya dimana terdapat tenaga kerja pria di 564 perusahaan industri. Di sisi lain jumlah lokalisasi dan tempat hiburan malam baik resmi maupun terselubung cukup banyak dijumpai. Pria pekerja perusahaan yang sehari-hari ditempat kerja mendapat banyak tekanan, dengan adanya penghasilan akan sangat mampu menjangkau tempat hiburan malam sesuai yang mereka mampu.
Penelitian ini melihat faktor yang berhubungan dengan perilaku berisiko tertular HIV pada pria pekerja perusahaan di Kota Batam. Perilaku seksual berisiko tertular HIV yang dimaksud adalah meliputi perilaku berhubungan seks dengan wanita Pekerja Saks Komersial (PSK) dan tidak menggunakan kondom.
Disain penelitian dengan cross sectional pada 150 responden pria yang pernah berhubungan seks dengan PSK dengan metode wawancara langsung menggunakan kuesioner.Karakteristik individu yang diteliti ada sepuluh variabel (pengetahuan, umur, pendidikan, penghasilan, status kawin, keterpaparan media porno, keterpaparan informasi HIV/AIDS, usia seks pertama, pasangan seks pertama dan pengalaman mendapat PMS).
Hasil analisis bivariat dengan Chi Square menunjukkan ada tiga variabel yang berhubungan erat (p < 0,05) dengan perilaku seksual berisiko yaitu pendidikan, status kawin dan pengalaman mendapat PMS. Hasil uji multivariat menunjukkan bahwa model terbentuk oleh variabel tingkat pendidikan, status kawin dan pengalaman mendapat PMS. Hasil penelitian menunjukkan 40,7% responden berperilaku seksual berisiko. Responden yang status kawin mempunyai kemungkinan berperilaku seksual berisiko 5 kali dibandingkan dengan yang satus duda. Responden yang tingkat pendidikan menengah mempunyai kemungkinan 3 kali berperilaku seksual berisiko dibandingkan dengan yang berpendidikan tinggi. Sedangkan responden yang pemah mengalami penyakit menular seksual mempunyai kemungkinan 2,5 kali berperilaku seksual berisiko dibandingkan dengan yang tidak pernah tertular HIV.
Dari hasil penelitian ini perlu ditingkatkan penyebarluasan informasi melalui KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) dan penyuluhan tentang pentingnya Absentee, Befaifhful dan Condom (ABC). Bagi Pemenntah Kota dapat membuat regulasi kewajiban pemakaian kondom dan pemeriksaan kesehatan berkala pekerja oleh pengusaha. APINDO menghimbau keterlibatan pengusaha dalam penanggulangan HIV/AIDS. Penusahaan menyediakan pelayanan PMS di klinik perusahaan dan LSM penyuluhan KIE ke perusahaan, pendampingan, konseling, menyediakan tempat singgah (shelter), memberi informasi pemeliharaan kesehatan dan gizi serta akses pengobatan bagi orang dengan HIV/AIDS.

Kota Batam is an industrial region which its development is very fast. There are a number of working men in 564 industrial companies. On the other hand, localization and both legal and illegal night entertainment places can easily be found in the city. Male factory workers that face many depress in their working place, by their income, are easily reach the night entertainment places that they afford to pay.
This research aims to know determinants of sexual behavior risk of H1V/AIDS in male factory workers in Kota Batam. The sexual behavior risk of HIV/AIDS is sexual intercourse with Commercial Sex Workers (CSWs) and not using condom when having sex with them.
The study is a cross sectional design with 150 men respondents, that have made sexual contact with CSWs, by direct interview of using questionnaire. The individual characteristics observed were 10 variables (knowledge of H1VIAIDS, age, education, income, marriage status, pornography in media, available information about HIV/AIDS, age cif first sexual intercourse, first sexual partner and the experience of Sexual Transmitted Diseases (STDs).
The bivariat test and chi square showed that three variables are significantly related (p < 0.05) to the susceptibly sexual behavior: education, marital status, and the experience of getting STDs. The result of multivariate test show that the model was formed by the variable of education level, widow status and experience of experiencing STDs. The result of showed that 40,7 % of the respondents have risky sexual behavior. Married men respondents have probability 5 times to HIV/AIDS-risk sexual behavior
compare with widow men. Respondents with middle education level have probability 3 times to HIV/AIDS-risk compare with high education level. In the other part, the respondents, that have experienced STDs, have probability of 2.5 times times to HIV/AIDS-risk compare never had STDs.
From the result of the research, it is suggested to communicate information widely through Communication, Information, and Education and tipoff about the importance of Absentee, Be Faithful and Condom. To the local government, it is suggested to include all related institutions/bodies in HIV/AIDS control. To the company parties, it is suggested to regulate the using of condom and regular investigation to the workers and employer. APINDO suggest the involvement of employer in HIV/AIDS control. To the companies, it is suggested to provide STDs care service in company's clinic, and to the NGO to provide communication, information, and education, guidance, counseling, shelter at the companies, and to provide information about health and nutrition, and access to the medical treatment for those workers with HIV/AIDS.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12640
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuyun Rani
"Masa remaja adalah periode yang paling rawan dalam kehidupan seorang manusia, dimana pada masa ini individu berada dalam masa transisi antara masa anak-anak dengan masa orang dewasa. Meningkatnya masalah seksualitas remaja seksual remaja berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan remaja itu sendiri. Pada masa remaja karena hormon-hormon seksual sudah berfungsi secara aktif Hal ini menyebabkan secara alamiah remaja mengalami dorongan seksual yang diekspresikan dalam bentuk perilaku seksual.
Perilaku seksual remaja tentulah sangat dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan, mulai dari lingkungan keluarga, kelompok sebaya, sampai dengan media massa, semuanya dapat memiliki peran sebagai sumber informasi bagi remaja. Bila remaja tidak dapat menyeleksi berbagai pengaruh informasi yang kini semakin mudah di akses, akan dapat memancing remaja untuk mengadopsi kebiasaan-kebiasaan yang tidak sehat seperti merokok, minum alkohol, penyalahgunaan obat dan suntikan terlarang. Pada akhimya secara akumulatif kebiasaan tersebut mempercepat usia awal seksual aktif serta mengantarkan mereka pada perilaku seksual berisiko.
Tujuan dan penelitian ini adalah diperolehnya informasi tentang faktor -faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja siswa kelas 2 SMUN di kota Bogor. Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat khususnya pada keluarga, serta kelembagaan dari masyarakat, untuk membina kesehatan reproduksi khususnya perilaku seksual pra nikah.
Jenis penelitian kuntitatif dengan pendekatan cross sectional, populasinya adalah siswa kelas 2 Sekolah Menengah Umum Negeri kota Bogor dengan jumlah sampel 476 siswa. Pengolahan data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat dengan uji Chi-Square dan multivariat dengan uji regresi logistik.
Hasil analisis bivariat yang mempunyai hubungan bermakna adalah jenis kelamin, pengetahuan kesehatan reproduksi, ketaatan beragama dan media pornografi. Sedangkan hasil analisis multivariat menunjukkan variabel pengetahuan sebagai variabel yang paling dominan berhubungan dengan perilaku seksual.
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan program pendidikan seks atau reproduksi sehat perlu diberikan dikalangan remaja baik di sekolah maupun di luar sekolah, untuk mendapatkan persepsi yang benar mengenai seks dan seksualitas. Perlu adanya pemahaman agama yang mendalam untuk pengendalian perilaku yang negatif. Selain itu, perlu meningkatkan penyuluhan kesehatan reproduksi melalui orang tua siswa dan peer group agar informasi kesehatan reproduksi menjadi lebih efektif dan tidak terjadi kesalahan dalam persepsi tentang kesehatan reproduksi.

Adolescent period is the most critical period in human life span, a transition from childhood to adult period. The increase of sexual problem among adolescent related to the growth and development of the adolescent period where sexual hormones has actively functioned. This will naturally increase sexual drive among adolescent which is expressed in various sexual activities.
Adolescent sexual behavior is greatly influenced by social environment including family, peer group, and mass media, all play important roles as source of sexual information for adolescent. Without proper filtration, adolescent could easily trapped to adopt unhealthy behavior such as smoking, alcoholic drinking, and drug abuse. These behaviors will cumulatively accelerate the beginning of sexual activity and could lead to risky sexual behavior.
The aim of this study is to obtain information o factors related to sexual behavior among Grade 2 high school student in Bogor city. It is expected that this study could provide relevant information to public, family, and community organization, as to improve the reproductive health aspect of adolescent, particularly pre marital sexual behavior.
This study is a quantitative one with cross sectional design. The population is Grade 2 students of state high schools in Bogor city with sample of 476 students. Data was analyzed using univariate, bivariate using chi square, and multivariate using logistic regression.
The bivariate analysis showed that gender, knowledge on reproductive health, religious piousness, and pornographic media have significant relationship to sexual behavior. The multivariate analysis showed that knowledge is the most dominant variable related to sexual behavior where better knowledge related to heavier sexual activity.
It is suggested to evaluate the on-going sexual and reproductive education among adolescent as to refine the perception on sexuality and its relevant aspect. There is a need to emphasis the religious understanding and activity as to prevent negative unhealthy sexual behavior. There is also a need to improve the effectiveness of reproductive health education and extension through parents and peer group approach to avoid misperception about reproductive health.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12635
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>