Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194229 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hasyim
"ABSTRAK
Baja tahan karat austenitik adalah material logam yang sangat banyak
digunakan untuk alat-alat industri dan alat-alat transportasi, karena memiliki sifat
mekanik dan sifat fisik serta ketahanan terhadap korosi yang baik. Dalam masalah
ini telah dilakukan penelitian tentang penjelasan plat baja tahan karat austenitik
tipe 304 dengan metode GTAW (Gas Tungsten Arc Welding) dan SMAW (Shield
Metal Arc Welding) untuk menganalisa tentang aspek kekuatan mekanik serta
pengaruh terhadap presipitasi carbida. Guna mengetahui faktor yang berpengaruh
terhadap hasil lasan, maka dibuat variabel arus yaitu 125 A, 110 A, 105A dan 95A
dengan media pendingin udara dan air. Dari hasil percobaan ini dilakukan uji
metalografi, uji tarik, uji kekerasan. Pada uji mikro struktur di daerah deposit las,
sampel no. 4 memperlihatkan butiran besar yang tidak kontinyu sedangkan pada
sampel no. 7 terdapat porositi. Dari uji tarik diperoleh hasil, kedua sampel
tersebut putus pada daerah las-lasan dengan nilai kekerasan paling tinggi yaitu
172 Hv dan 168 Hv. Laju pendinginan mempengaruhi proses terjadinya presipitasi
carbida. Makin lambat waktu pendinginan semakin banyak jumlah presipitasi
carbida yang terjadi, seperti ditunjukkan pads spesimen GT 105/12, GT 125/12
dan SM 110/23. Dari photo mikro diperoleh perbedaan bahwa presipitasi carbida
pada batas butir dengan pendinginan udara lebih tampak hitam dibandingkan
dengan pendinginan air. Lebar pita daerah yang meugalami presipitasi tergantung
pada input panas yang diberikan.

Abstract
The austenitic corrosive resistive steel is a metallic material used
extensively in industrial and transportational equipments, it is said so due to they
have both good mechanical and physical properties as well as their good corrosive
resistive resistance. In this case, there had been done such a welding of an
austenitic resistive steel plate type 304 using both methods such as GTAW (Gas
Tungsten Arc Welding) to analyze the aspect of its mechanical strength and its
effect towards carbide?s precipitation To recognize its factor which effects the
result of welding, so there had been created many different variables of electrical
current such as 125 A, 110 A, 105 A and 95 A using both coolingmedias such as
air and water. From this experimental result there had been done such a
metallographic testing for both tensile testing and testing of its strength. For its
structural micro testing on the site of welding?s deposit, a no. 4 sample shown
such a big uncontinued granule, and for a no. 7 sample there are porosities. From
their tensile testing shown such many broken weldings with its highest strength of
172 Hv and 168 Hv respectively for its progressiveness of cooling which effect
the process of carbide?s precipitative creation, shown that, the length of time?s
cooling could determine, the number of carbide?s precipitation to be created, such
had been shown by the speciments of GT 105/12, GT 125/12 and SM 110/123.
From the micro photo there had been obtained, that there had been shown such a
different carbide?s precipitation, darker for a gzanule?s threshold with a more air
cooling compared to the water cooling. For the wideness of band, it is depend on
the heat input to be given. "
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy Widiyono
"Telah dilakukan pengelasan pada Baja tahan karat austenitik AISI 304 yang mempunyai komposisi C = 0.051 %, Cr = 18,470 % , Si = 0,370 % Mn = 1,340 % , P = 0,029 %, S = 0,03 % , Ni = B.080 % dan Fe = 71,63 % dengan menggunakan las busur TIG. kemudian diberi perlakuan panas sampai 1050 °C selama 1 jam dan didinginkan dengan tiga parameter jenis media pendingin, yaitu udara, oli dan air, selanjutnya dilakukan uji sifat mekanis ( uji tarik, uji kekerasan, uji banding), uji metalografi, uji fraktografi dan uji korosi.
Berdasarkan hasil rata-rata uji tarik, untuk media pendingin udara. kekuatan tarik 52,32 kg/mm`, kekuatan luluh 24,03 kg/mm dan regangannya 48,65 %, untuk media pendingin obi, kekuatan tarik 52,22 kg/me`, kekuatan luluh 25,79 kg/mm- dan regangannya 43,63%, sedangkan untuk media pendingin air, kekuatan tarik 53,21 kg/mmi, kekuatan luluh 26,82 kg/ mm" dan regangannya 42,89%. Pada hasil uji kekerasan rata-rata untuk media pendingin udara, kekerasan yang tertinggi 150,3 Hv dan yang terendah 134 Hv, untuk media pendingin oli, kekerasan yang tertinggi 153 Hv dan yang terendah 137 Hv, untuk media pendingin air, kekerasan yang tertinggi 156.3 Hv dan yang terendah 140,8 Hv. Sedangkan hasil rata-rata dari uji korosi, untuk media pendingin udara, laju korosi pada daerah las 1,453 mpy, daerah HAZ dan logam induk 2,726 mpy, untuk media pendingin oli, laju korasi pada daerah las 1,14 mpy, daerah HAZ dan logam induk 1,4B mpy, untuk media pendingin air, laju korosi pada daerah las 0,656 mpy, daerah HAZ dan logam induk 1,103 mpy.
Berdasarkan hasil di atas dan jugs pengamatan dari hasil uji bending, uji metalografi, uji fraktografi, diketahui bahwa media pendingin air relatif lebih baik daripada media pendingin oli maupun udara."
Depok: Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Sugeng Sudradjat
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
T40291
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
04 Mun s
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Wilda Nur Puspita
"ABSTRAK
Pembentukan deposit kerak CaCO3 oleh air sadah pada sistem perpipaan di industri maupun rumah tangga menimbulkan banyak permasalahan teknis dan ekonomis. Pengolahan air sadah dan pencegahan pembentukan kerak umumnya dilakukan secara kimiawi seperti resin penukar ion dan penambahan inhibitor kerak. Namun, metode ini tidak cukup aman karena dapat mengubah sifat kimia larutan serta investasinya yang besar. Agitasi mekanik merupakan metode alternatif secara fisik untuk mengatasi pembentukan kerak (CaCO3). Campuran larutan NaHCO3 dan CaCl2 digunakan untuk menghitung kandungan ion Ca2+ sebagai indikator terbentunya kerak melalui metode titrasi kompleksometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa agitasi mekanik dapat meningkatkan laju presipitasi CaCO3.

ABSTRACT
CaCO3 deposit formation crust by hard water in piping systems in industrial and household raises many technical and economical problems. Treatment and prevention of hard water scale formation is generally carried out chemically, such as ion exchange resins and the addition of scale inhibitors. However, this method is less secure because it can alter the chemical properties of the solution as well as a great investment. Mechanical agitation is an alternative method to cope physically scaling (CaCO3). Mixture solution between NaHCO3 and CaCl2 are used to calculate the content of Ca2+ ions as an indicator of CaCO3 deposit formation through complexometric titration. The results showed that the mechanical agitation can increase the rate of precipitation of CaCO3."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1465
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
I Gusti Made Subrata
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S40865
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Asrimaida
"ABSTRAK
Paduan 7075 dan 7050 adalah paduan alumunium seri 7xxx yang banyak digunakan untuk komponen-kompunen pesawat terbang yang membutuhkan rasio kekuatan terhadap berat yang tinggi. Proses peningkatan kekerasan dilakukan pada material ini adalah proses pengerasan presitasi, karena paduan seri 7xxx ini merupakan jenis paduan alurmmium yang paling besar memberikan respon terhadap proses peningkatan kekuatan tersebut. Sifat-sifat mekanik yang dihasilkan setelah proses pengerasan presipitasi dipengaruhi oleh beberapa parameter proses pengerasan presipilasi, seperti media quench, temperatur media quench, dan proses aging yang digunakan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh temperature media quench dan proses aging pada proses penbrerasan presipitasi paduan 7075 dan 7050 tarhadap sifat kekerasannya, dengan demikian dapat diketahui kondisi temperatur media quench dan proses aging yung akan digunakan untuk meudapatkan nilai kekerasan yang diinginkau. Pada penelitian ini. Media quench yang digunakan adalah air, dengan temperatur -10, -20, 0, 20, dan 40℃. Sedangkan proses aging yang digunakan adalah T6 dan T7. Selanjutnya pada material hasil perlakuan panas tersebut, dilakukan pengujian kekersan dan foto struktur mikro.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada 7050-T6 terjadi peningkatan kekerasan dengan nai!rnya temperatur media quench, yaitu 105, 99, 141, 154 dan 167 gr/μm2. Untuk 7050-T7 nilai kekerasannya cenderung konstcn, yaitu 126, 110, 129, 112, 116 gr/μm2, begitu juga pada 7075-T6 yaitu 130, 157, 137, 120, dan 140 gr/μm2. sedangkan untu 7075-T7 terjadi penurunan nilai kekerasan dengan naiknya temperature media quench, tetapi hanya untuk range -10 sampai 0℃, setelah itu nilai kekersannya meningkat, yaitu 165, 126, 112, 119 dan 129 gr/μm2. Jadi pada penelitian ini terlihat bahwa tidak ada kecenderungan yang signifikan dari pengaruh perbedaan temperature media quench terhadap sifat kekerasan, baik pada paduan 7075 maupun 7050. Pengaruh yang terlihat lebih jelas adallah pengaruh perbedaan proses aging, dimana material yang mengalami proses aging T6 menunjukkan nilai kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan material dengan aging T7.
"
2000
S41577
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>