Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153746 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Uray Imran
"Makanan adalah salah satu kebutuhan pokok kehidupan manusia. Agar dapat hidup sehhat manusia memerlukanymakanan yang bergizi dan memenuhi syarat mutu dan kesehatan Serta dalam jumlah yang cukup. Masih banyak makanan yang beredar yang kurang memenuhi persyaratan higyene dan sanitasi serta tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. Keadaan ini dicenninkan oleh banyaknya produk yang menggunakan bahan tambahan makanan yang dilarang, atau melcbihi batas yang diperbolehkan. Ketidak pedulian / kelidak patuhan produsen terutama industri makanan berskala kecil/rumah tangga dan sejenisnya terhadap peraturan sexing kali menimbulkan masalah dalam hal mutu dan keamanan makanan. Peneliiian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pemilik industri makanan mmah tangga pada peraturan peredaran makanan diwilayah Kabupaten Ketapang tahun 2000. Penilaian kepatuhan dilakukan terhadap 20 pemilik industri makanan rumah tangga berdasarkan hasil pemedksaan laboratorium produk yang dihasilkan industri makanan yang dimilikinya. Faktor yang ingin diketahui hubungannya dengan kepatuhan pemilik industri makanan rumah tangga adalah karakteristik pemilik indusui makanan rumah tangga yang terdiri dari pendidikan, pcngetahuan, sikap, faktor pemungkin yaitu ketersediaan bahan tambahan makanan dan faktor penguat yang terdiri dari supervisi petugas, sanksi yang diberikan, pengetahuan konsumen terhadap bahan tambahan makanan dan sikap konsumen terhadap makanan yang tidak memenuhi syarat. Desain penelitian merupakan kombinasi studi kuantitatif dengan rancangan cross sectional dan studi kualitatif dengan metode wawancara mendalam dan observasi. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dan interpretasi date. dalam bentuk matnik hasil wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan proporsi kepatuhan pemilik industri makanan rumah tangga masih belum begitu bail: yaitu baru mencapai 65 %. Dari analisa bivariat dengan chi-square dan hasil interpretasi wawawancara mendalam didapat faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pe-milik industri makanan rumah tangga industri rumah tangga adalah faktor ketersediaan bahan tambahan makanan. Dari hasil penelitian disarankan kepada pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan untuk rnendirikan lembaga riset khusus dalam mengupayakan altematif lain bahan tambahan pangan yang dapat menggantikan bahan yang dilarang dan memperbaiki / menyempumakan pemturan tentang makanan agar dapat diterapkan dengan sanksi hukum yang jelas bagi pelanggar.

Food is one essential need for human being, In order to maintain and improve health status, every human being needs adequate nutritious foods that are healthy according to certain quality standard. However, there are foods offered in the market that do not fulfill certain standard as ordered in the law. For example, there are foods products still use prohibited food additives or food Product that are overdue. The producer?s ignorance especially owners of food home industry toward the regulation often rising the quality and safety problems. This study aimed at to determine factors related to compliance for ovmer of food home industry at Ketapang district to the rules of food production. The compliance was measured using laboratories results of the food product. The factors to studied in relation to the compliance are ov\mer?s charateristics such as levels of education, knowledge, attitudes, enabling factors such as accessibility to prohibibited food additives; and reinforcing factors such as govemment supervision, disincentives and consumer?s knowledge and behaviour. Research design is combination of quantitative study with cross sectional design and qualitative study with in-depth interview method and observation. Qualytative data analysis used univariat and bivariat analysis while for qualytative applied content analysisi. Research result showed the owner compliance proposition is still low with, only 65%. From the bivariate analysis using chi-square statistic, it is shown that only variable of accessibility of prohibited food additive is significantly related is the compliance. This study suggests that govemment should provide gave subsitutes for prohibited food additive. Further, govemment should revise/improve rules and regulations so then rules emforcement can be applied corectly."
2001
T3263
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darwin Karim
"ABSTRAK
Makanan merupakan satu bahan pokok dalam rangka pertumbuhan dan
kehidupan bangsa serta mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional.
Makanan yang beredar harus aman dan bermutu sehingga tidak menyebabkan
gangguan pada kesehatan dan bermanfaat bagi masyakarat konsumen yang
memakannya. Salah satu faktor untuk mendapatkan makanan yang aman dan
bermutu adalah Cara produksi Makanan yang Baik harus dilaksanakan oleh para
produsen makanan.
Lebih kurang 75 % dari Industri Kecil Makanan yang telah memiliki
Sertifikat Penyuluhan (SP) di Sumatera Barat belum patuh menerapkan CPMB.
Maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
berhubungan dengan kepatuhan pemilik industri kecil makanan untuk menerapkan
CPMB. Faktor-faktor yang dilihat hubungannya adalah faktor pendidikan,
pengetahuan, sikap pemilik, sarana dan prasarana, bahan tambahan yang dilarang
untuk makanan, penerapan sanksi, bimtek / supervisi dan persepsi pemilik. Penelitian
dilakukan pada Industri Kecil Makanan (IRT) yang memproduksi kerupuk; roti dan
limun dengan desain penelitian cross sectional.
Dari hasil analisis bivariat didapat variabel yang memiliki hubungan yang
bermakna dengan kepatuhan adalah pendidikan, pengetahuan, sikap dan persepsi
pemilik ( p < 0,05 ). Hasil analisis multivariat didapat bahwa hubungan paling
bermakna dengan kepatuhan adalah pengetahuan.
Dengan hasil peneIitian ini diharapkan Ditjen POM (Badan POM) dan
Deperindag dapat menyusun bersama pola pelatihan dan penyuluhan tentang CPMB
yang mudah diserap supaya pengetahuan industri kecli makanan meningkat. Untuk
Balai POM Padang supaya meningkatkan kualitas pembinaan dan pengawasan pada
waktu di lapangan supaya pengetahuan, sikap dan persepsi pemilik meningkat
sehingga kepatuhannya meningkat pula.

ABSTRACT
Food is one of major material for growth and livelihood of a nation and has
important one in the national development. The food supply must be safe and quality that
it does not cause health disorder and beneficial for the consumers that consume it. One of
the factor to obtain safety and high quality is Good Manufacturing Practice (GMP) that
must be implemented by Food Producers.
About 75% of Food Small Scale Industry that has Extended Certilicate (EC) in
West Sumatra has not complied with GMP. A research is needed to identify what factors
related with compliance of small food industry to not the requirement of GMP. The
factors that needs to be identified are education, knowledge, attitude of owner, facilities
and infrastructure, additives forbidden for food, sanction, technical guidance/supervision
and perception of are owners. The research is done on Food Small Scale Industry (FSSI)
that produce crisp, bread, and soda by using cross-sectional design.
It is obtained from bitvariate analysis the variables that have significant
relationship with the compliances such as education, knowledge, attitude and perception
of the owner (p < 0.05). It is obtain from the result of multivariate analycis that the most
?gnificant relationship with the compliance is knowledge.
With this result it is expected that the Directorate General of Drugs and Food
Control and Ministry of Industry and Trade will be able to arrange collectively training
and guidance method regarding GMP that can easily understood in order that knowledge
of small industry will increase. It is expected that the Office for Drugs and Food
Supervision (ODFS), Padang will increase its quality of supervision and controlling
during their visit to the field. Therefore, knowledge, attitude and perception of owners
will increase and their compliance will also increase."
2001
T3776
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darmadi
"Pada saat ini penyakit tbc masih meupakan masalah kesehatan masyarakat oleh karena angka kesakitan meningkat terus setiap tahun dan salah satu penyebab penyakit ini adalah ketidakteraturan berobat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa secara kualitatif perilaku kepatuhan menelan obat penderita tuberkulosis paru di 4 puskesmas wilayah Kabupaten Ketapang tahun 2000. Lokasi penelitian dilakukan di 4 puskesmas yaitu Puskesmas Sei Awan, Puskesmas Suka Bangun (yang penderitanya aktif berobat), Puskesmas Kedondong dan Puskesmas Mulia Baru (yang penderitanya tidak aktif berobat), Kabupaten Ketapang.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan sebagai informan adalah penderita Tb paru yang sedang mengikuti program Tb paru di bawah 5 bulan pengobatan, petugas pemegang program Tb paru, pimpinan puskesmas, petugas laboratorium dan PMO. Pengumpulan data dengan metode diskusi kelompok terarah terhadap penderita Tb paru serta PMO, sedangkan petugas program Tb paru, petugas laboratorium, kepala puskesmas dilakukan wawancara mendalam. Karakteristik informan untuk penderita Tb paru yang dilihat adalah pengetahuan, persepsi, sikap, motivasi, niat. Persepsi disini adalah terhadap petugas pemegang program Tb paru, Petugas laboratorium dan PMO. Untuk PMO yang_ dilihat adalah pengawasannya terhadap penderita Tb paru. Untuk petugas pemegang program dan petugas laboratorium yang dilihat adalah pelayanannya, dan untuk pimpinan puskesmas yang dilihat adalah pengawasannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada penderita Tb paru yang aktif dan tidak aktif berobat sebagian besar penderita mempunyai pengetahuan yang baik, dan sebagian kecil mempunyai pengetahuan rendah. Persepsi penderita terhadap petugas program Tb paru, petugas laboratorium, PMO pada yang aktif berobat umumnya baik sedangkan yang tidak aktif berobat mempunyai persepsi yang buruk. Sikap penderita yang aktif berobat terhadap lamanya dan keteraturan menelan berobat menunjukkan sikap yang baik sedangkan pada yang tidak aktif berobat menunjukkkan sikap yang buruk. Semua penderita yang aktif berobat mempunyai motivasi yang positif, sedangkan pada yang tidak aktif berobat mempunyai motivasi yang buruk. Hampir seluruh penderita yang aktif berobat maupun yang tidak aktif berobat menunjukkan adanya niat untuk kesembuhan bagi dirinya dan hanya sebagian kecil saja yang tidak ada niat atau pasrah dengan keadaan sakitya.
Sebagian besar PMO yang penderitanya yang aktif berobat mempunyai pengawasan yang baik dan pada yang tidak aktif berobat pengawasannya buruk. Sebagian besar kepala puskesmas yang penderitanya aktif berobat pengawasannya baik sedangkan sebagian besar pada penderitanya yang tidak aktif berobat pengawasannya buruk. Sebagian besar petugas pemegang program Tb paru yang penderitanya aktif berobat mempunyai pelayanan yang baik sedangkan sebagian besar pada yang tidak aktif berobat pelayanannya buruk. Sebagian besar petugas laboratorium yang penderitanya aktif berobat pelayanannya baik sedangkan sebagian besar pada penderitanya yang tidak aktif berobat pelayanannya buruk. Ada beberapa saran yang dapat kami sampaikan. Kepada para Kepala Puskesmas supaya mengadakan pelatihan kepada petugas, agar kinerja petugas dapat ditingkatkan. Kepada pemerintah agar mendukung dan menyediakan dana untuk meningkatkan program Tb paru.

Now the tuberculosis disease in public health problem the cases improve every year an one of the couses of this disease to swallow the pillsirregulary. This research purposed is to qualitative analyze obedience behavior to swallow pills among the lung tuberculoses patients at four health centres in Ketapang District in the year 2000. the 4 public health centre, named Puskesmas Sei Awan, Puskesmas Suka Bangun (which patients are active in medication), Puskesmas Kedondong and Puskesmas Mulia Baru (which patients are not active in medication), in Ketapang District.
This research is a qualitative research and the informants are the lung tuberculoses patients who participated in lung tuberculoses program within 5 months medication, the officials for the lung tuberculoses program, public health centre head, laboratory staffs and the PMO. The data is collected by applying focus group discussion method of the lung tuberculoses patients together with the PMO, and by applying deep interview with the lung tuberculoses program officials, the laboratory staffs, and the head official of public health centre. The observed inforrnen characteristics of the lung tuberculoses patients are the knowledge, perception, attitude, motivation, and eagerness. Perception is due to the services which are given by the lung tuberculoses program officials and the laboratory staffs, and the monitoring by the PMO to the lung tuberculoses patients, and the process monitoring by the head official public health centre.
The research result showed that the active and non-active patient's have good knowledge and some a few of non-actve patient's have minor knowledge. There are generally good perceptions among the active medication patients about the program officials, laboratory staffs, and the PMO, as well as the non-active patients have bad perceptions about these officials. Active medication patient's attitude towards the period and the regularity in swallowing the pills are good, as well as the non-active medication patients didn't show bad attitude. All the active medication patients have positive motivation, while the non-active medication patients have poor motivation. Almost all of the patients, either the active or the non-active medication patients show good intention for their own disease remedy. Only few of them didn't show the motivation to get cured from the disease or relinquish for their own condition.
Most of the PMO, program officials, laboratory staffs, and the head official of public health centre with active medication patients have showed good attitude in their own tasks, while the PMO, program officials, laboraty staffs and head official of public health centre with non-active patients have showed poor attitude in doing their own tasks. I would like to suggest few things regarding the above conditions. The head official of public health centre should provide good training for his officials, as well as motivate his officials to provide better attitude in doing their own tasks. The government should provide enough support and fund for the implementation of the lung tuberculoses medication program.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T1409
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Sudirman
"Pada saat ini tuntutan akan pelayanan kesehatan yang bermutu semakin meningkat seiring dengan perbaikan tingkat pendidikan masyarakat. Oleh sebab itu sebagai upaya antisipasi terhadap perubahan-perubahan yang sangat cepat terjadi, maka Departemen Kesehatan telah melaksanakan jaminan mutu di puskesmas melalui proyek kesehatan IV bantuan Bank Dunia. Puskesmas dilatih dalam dua tahapan yaitu tahapan pelatihan analisa sistem dan tahapan pelatihan team based. Kedua pelatihan ini merupakan satu rangkaian pelatihan yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja tim puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan terutama pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat_ Sebagai tindak lanjutnya tim puskesmas yang dilatih dapat menerapkan hasil pelatihan di puskesmas. Kinerja tim jaminan mutu diukur dengan melihat hnsil-hasil yang telah dicapai oleh puskesmas sesuai dengan indikator keberhasilan jaminan mutu di puskesmas menurut Departemen Kesehatan. Laporan tahunan proyek kesehatan IV propinsi Kalimantan Barat menunjukkan bahwa masih rendahnya kinerja tim jaminan mutu puskesmas di Kabupaten Ketapang.
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi bagaimana gambaran kinerja tim jaminan mutu puskesmas setelah melaksanakan program jaminan mutu. Di samping itu dilihat juga bagaimana gambaran komitmen pimpinan dinas kesehatan, pelaksanaan supervisi, kepemimpinan kepala puskesmas, motivasi, pengetahuan, sikap dari petugas serta dinamika kerja tim jaminan mutu puskesmas.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi terhadap pimpinan, staf yang sudah dilatih dan staf yang belum dilatih jaminan mutu di Puskesmas Sei Awan dan Puskesmas Sukabangun masing-masing 5 orang. Pengolahan data dibuat dalam bentuk matriks yang diperoleh dari transkrip wawancara mendalam, sedangkan analisis data dilakukan terhadap isi dengan melakukan eksplorasi sesuai dengan teori kemudian dibandingkan antara harapan dengan kenyataan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja tim jaminan mutu Puskesmas Sukabangun dan Puskesmas Sei Awan pada tahapan analisa sistem sudah baik. Tetapi tingkat adopsi pelayanan kesehatan dasar masih statis. Tim jaminan mutu Puskesmas Sukabangun telah mampu menemukan dan memecahkan dua masalah kompleks sejak dilaksanakan program jaminan mutu di puskesmas. Komitmen pimpinan yang masih kurang, supervisi yang kurang efektif serta pengetahuan yang kurang memadai tentang jaminan mutu menjadi alasan yang dapat mempengaruhi kinerja tim jaminan mutu pada puskesmas.
Komitmen pimpinan yang terus menerus dalam pelaksanaan program jaminan mutu di puskesmas sangat diharapkan. Oleh sebab itu disarankan seiring dengan telah dimulainya pelaksanaan otonomi daerah maka kegiatan yang dapat meningkatkan motivasi perlu diperhatikan seperti upaya menciptakan sistem penghargaan dan imbalan untuk meningkatkan kinerja tim jaminan mutu puskesmas, sehingga kesinambungan program jaminan mutu tetap berlangsung dengan baik

Qualitative Analysis to Performance Quality Assurance Team of Public Health Center at Sei Awan and Sukabangun, in Ketapang District on 2000This recent time quality health service demand has increase as well as level educational of community. That is way anticipation efforts toward the changes are going faster, so that Department of Health employed quality assurance in Public Health Center or called Puskesmas by Health Project IV contributed by World Bank.
Puskesmas is trained by two stages are system analysis training and team based training. Both of them is a chain of expecting training to increase team performance of puskesmas in health service, in priority at basic health services to community. The Puskesmas team trained is expecting to implement their knowledge at Puskesmas. The performance of quality assurance team assessed by the achievement results of the puskesmas according the success of quality assurance by the Department of Health. Annual report of Health Project IV on 1999/2000 in West Kalimantan showed the performance of quality assurance team of puskesmas in Ketapang District is still low.
This research purpose is to get information on how the performance of quality assurance team of puskesmas after employ quality assurance program. Beside, it also observe the commitment of leader, the realization of supervision, the leadership of puskesmas leader, motivation, knowledge, attitude of puskesmas officer and also work dynamics of quality assurance team in puskesmas.
This research used qualitative approach by interviewed and observed the head, trained staff and untrained staff in Puskesmas Sei Awan and Puskesmas Sukabangun, 5 people for each. Data processed in metric which get from the interview transcript, while data analyzed by doing theoretical exploration then compared between actual and expectation.
The results showed performance of quality assurance team at both puskesmas in system analyse stage is quite good. But the adoption level of basic health services still static. Quality assurance team in Puskesmas Sukabangun can find and solve two complex problems since the realization of quality assurance program in puskesmas. The less of head commitment, less effectiveness of supervision and unknowledgeable to quality assurance become the reason influenced the force of quality assurance team.
The continually of head commitment in realization of this program is really expecting. As the regional autonomy begins, the activity to increase the motivation is suggested to be noticed as well as the efforts to create recognition and reward system to increase the performance of quality assurance team in puskesmas. At last the continually of quality assurance program in Puskesmas can be held adequately."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T7741
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Food is the most important commodity for both life sustenance and well-being of the society. Thus, meeting the food demand and requirement of the population is one of basic responsibilities of any government and nation. This paper uses the BPS 2008 National Socio-Economic Survey (Susenas) data and focuses on the rural households to allow a comparison with the result from the 2008 Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) produced by the Ministry of Agriculture. Unlike FSVA which presents district level food vulnerability, it investigates food vulnerability at household level. It shows that using food vulnerability incidence, GRDP per capita and poverty incidence, the efforts to reduce food vulnerability can be prioritized in eight provinces (East Java; DIY ; West and East Nusa Tenggara; Gorontalo ; South-East Sulawesi; Maluku and Papua). At is it important for policy-making and decision-taking to identify factors behind household food vulnerability, this study determines such factors using a binary logistic regression. "
JEP 20:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mustamar
"Rabies merupakan zoonosis penting yang dapat menular dari hewan kepada manusia, disamping case fatality rate-nya 100% juga mengurangi pemasukan devisa negara di bidang pariwisata sebab rabies merupakan penyakit yang ditakuti oleh wisatawan mancanegara setelah malaria. Sampai akhir tahun 1999, kasus rabies pada manusia tertinggi di Indonesia adalah di Pulau Sulawesi kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera dengan kasus rabies yang tertinggi terjadi di Propinsi Sumatera Barat. Di Sumatera Barat kasus rabies pada manusia sampai akhir tahun 1999,yang tertinggi terdapat di Kabupaten Tanah Datar dimana terdapat 7 kematian akibat rabies di kabupaten ini atau 39 % dari seluruh kematian akibat rabies di Propinsi Sumatera Barat.
Program pemberantasan rabies bertujuan untuk menurunkan kasus rabies baik pada manusia maupun pada hewan sehingga seluruh Indonesia pada tahun 2005 terbebas rabies, dimana salah satu kegiatan utama program pemberantasan rabies adalah memberikan vaksin anti rabies kepada anjing. Di Kabupaten Tanah Datar pencapaian vaksinasi rabies bagi anjing tersebut masih rendah yang sampai pada akhir tahun 1999 rata-rata hanya 26,8% dari target 70% populasi anjing di kabupaten ini.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi penyebab rendahnya perilaku pemberian vaksin anti rabies bagi anjing oleh masyarakat pemiliknya di Kabupaten Tanah Datar yang dihubungkan dengan pengetahuan, persepsi dari sikap masyarakat terhadap cara-cara memelihara anjing, rabies serta terhadap manfaat vaksin anti rabies bagi anjing. Juga untuk memperoleh informasi tentang nilai-nilai yang terkandung dalam memelihara anjing pemburu oleh masyarakat pemburu di daerah ini,serta mendapatkan informasi baik tentang faktor pemungkin maupun faktor penguat yang dapat mempengaruhi untuk tetap berlangsungnya pemberian vaksinasi anti rabies bagi anjing oleh pemiliknya di daerah ini.
Penelitian dilakukan di Kecamatan Tanjung Emas, Lintau Buo dan X Koto, Kabupaten Tanah Datar, Propinsi Sumatera Barat. Pengumpulan data dimulai bulan November 2000 sampai Pebruari 2001. Desain penelitian adalah metode kualitatif dengan teknik diskusi kelompok terarah dan wawancara mendalam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih rendahnya perilaku masyarakat dalam pemberian vaksin anti rabies bagi anjing terutama oleh masyarakat pemburu pemilik anjing, hal ini disebabkan karena rendahnya pengetahuan masyarakat tentang cara-cara memelihara anjing dan pengetahuan tentang penyebab rabies serta kegunaan vaksin anti rabies bagi anjing, yang menyebabkan timbulnya persepsi yang salah baik terhadap penyebab rabies maupun terhadap manfaat vaksin anti rabies untuk anjing, Persepsi yang salah ini ternyata menimbulkan sikap negatif terhadap pemberian vaksin anti rabies untuk anjing oleh masyarakat pemiliknya di daerah ini.
Dalam penelitian ini juga terungkap anjing pemburu mempunyai nilai tinggi bagi pemburu di daerah ini, namun tidak ditemui hubungan antara nilai tersebut dengan rendahnya pemberian vaksin anti rabies untuk anjing oleh masyarakat pemilik anjing pemburu di daerah ini. Selanjutnya dalam penelitian ini juga terungkap bahwa target pemberian vaksin anti rabies untuk anjing ditentukan berdasarkan ketersediaan vaksin, bukan berdasarkan jumlah anjing yang harus di vaksinasi per tahun, serta waktu pelaksanaan pemberian vaksinasi tersebut hanya sekali setahun dan ketua kelompok pemburu belum memberi dorongan kepada pemburu untuk selalu memberikan vaksin anti rabies bagi anjingnya. Semuanya itu berkemungkinan juga menjadi penyebab rendahnya perilaku masyarakat untuk memberi vaksin anti rabies kepada anjing.
Daftar Bacaan : 33 (1974-2000)

Analysis to the Respond of People Having Dogs to Anti Rabies Vaccination in Tanah Datar District Year 2000
Rabies is an important zoonotic disease transmissible from animal to human, with case fatality rate of 100% and has a potency to reduce the Country Foreign Exchange from tourism. Rabies is the most frightening disease to tourist after malaria. By the end of 1999, the highest member of rabies to human in Indonesia is in Sulawesi followed by Sumatera. West Sumatera has the highest record where Tanah Datar District has the most significant with 7 deaths over 39% of Rabies Deaths within West Sumatera.
Rabies Elimination program is aimed to reduce rabies case on human as well as animals until Indonesia is deemed free from rabies by the year 2005. The main activity of the program is to vaccinatie pet dogs. In Tanah Datar by the year 1999, the vaccination coverage is very low with oney 26.8% from 70% of target dogs in the community.
This research is to collect information of why people are reluctant to give anti rabies vaccination to their dogs in Tanah Datar in relation to their knowledge, perception and their good care of dogs, of rabies and anti rabies vaccination as well as its worth. It is furthermore aimed to know the norms of how hunters take care of their hunting dogs and to analyze enabling and reinforcing factors which could possibly encourage people within the district to vaccinate their dogs with anti rabies vaccination.
The research took place in Tanjung Mas Sub District, Lintau Buo and X.Koto Tang' Datar District, West Sumatera Province. Data collection started in November 2000 up to February 2001. The research is done using a qualitative method with focus group discussion techniques and in depth interview.
Result indicates that the reluctance in giving anti rabies vaccination were due to insufficient knowledge about good care of dogs and rabies and about the anti rabies vaccination is worth to dogs. The insufficient knowledge lead to misunderstanding on rabies and the effect of vaccination that causes negative respond to the vaccination program.
The research also revealed that hunters esteem their dogs highly, but there is no correlation between the value and the low respond to vaccination. The research result indicates that the target of vaccination depends on the vaccination availability and not on the number of dogs to be vaccinated per year. The vaccination only conducted once a year. The Chief Hunter did not encourage the hunting members to vaccinate their dogs. Currently there is District Regulation to control dogs entering form other regions. All these cause the low respond of the community to vaccinate their dogs.
Reference: 33 (1974-2000)."
2001
T4627
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novy Maryana
"Penerapan tatalaksana COVID-19 masih mengalami kendala pada RSUD dr. Agoesdjam, dimana masih ada kekurangan berupa dokter dan perawat belum mendapatkan pelatihan penanganan pasien COVID-19 dan ruang isolasi belum standar. Pada tanggal 7 Mei 2020, Kabupaten Ketapang PDP total 43 orang yaitu laki-laki 23 orang dan perempuan 20 orang. ODP berjumlah 1057 orang dengan jenis kelamin laki-laki 608 orang dan perempuan 449 orang dan positif 12 orang dan meninggal 1 orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik demografi, pengetahuan dan sikap terhadap kepatuhan perawat dan bidan dalam tatalaksana COVID-19 di RSUD dr. Agoesdjam Kabupaten Ketapang tahun 2020. Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel penelitian ini adalah perawat dan bidan yang menangani Covid-19 di RSUD dr. Agoesdjam Kabupaten Ketapang sebanyak 44 responden. Data Primer diperoleh dari hasil penyebaran Google Form yang telah teruji validitas dan reabilitas. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat dan multivariate. Hasil penelitian ini menunjukkan responden penelitian ini adalah perawat (6,8%) dan bidan (93,2%) berjenis kelamin perempuan (84,1%) dengan usia <45 tahun (97.7%) serta berpendidikan S1 (56.8%) memiliki pengetahuan 88.69 baik, bersikap baik 82.18 serta tingkat kepatuhan 82.96. Pada perawat dan bidan yang patuh, proporsi pengetahuan tinggi lebih besar daripada yang pengetahuan rendah dalam tatalaksana COVID-19. RSUD dr. Agoesdjam diharapkan dapat memberikan pelatihan atau keterampilan, melakukan bimbingan (coaching) kepada petugas secara berkala mengenai prosedur kerja, pencegahan dan pengendalian COVID-19.

The implementation of COVID-19 management is still having problems at RSUD dr. Agoesdjam, where there is still a shortage of doctors and nurses who have not received training in handling COVID-19 patients and isolation rooms are not standardized. On May 7, 2020, Covid 19 patients under supervision of Ketapang District had a total of 43 people, namely 23 men and 20 women. Total of person in monitoring is 1057 people with the gender of 608 men and 449 women and 12 positive people and 1 person died. The study aims to determine the relationship between demographic characteristics, knowledge and attitudes towards the compliance of nurses and midwives in managing COVID-19 in dr. Agoesdjam Ketapang Regency in 2020. This type of research is quantitative with a cross sectional design. The samples of this study were nurses and midwives who handled Covid-19 at dr. Agoesdjam Ketapang Regency as many as 44 respondents. Primary data is obtained from the results of the distribution of Google Forms that have been tested for validity and reliability. Data analysis was performed using univariate, bivariate and multivariate analysis. The results of this study shows that the respondents of this study are female nurses (6.8%) and midwives (93.2%) aged < 45 years old (97.7%) and undergraduate education (56.8%) having knowledge 88.69 good, being kind 82.18 and the level of obedience 82.96. Nurses and midwives with good knowledge are more obedient than those with poor knowledge so that it will affect attitudes and practices in the management of COVID-19. It is hoped that it can provide training or skills to officers through availability of regular education and training on working procedural, preventing and controlling of COVID-19."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Armini Hadriyati
"Makanan adalah salah satu bahan pokok dalam rangka pertumbuhan dan kehidupan bangsa serta mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional. Karena itu masyarakat harus dilindungi keselamatan dan kesehatannya dari ancaman makanan yang tidak memenuhi syarat. Diantara makanan yang tidak memenuhi syarat adalah makanan daluwarsa yaitu makanan yang telah lewat tanggal daluwarsa atau telah lewat batas akhir suatu makanan dijamin mutunya, sepanjang penyimpanannya mengikuti petunjuk yang diberikan oleh produsen.
Kepatuhan pemilik sarana penjual makanan minuman terhadap peraturan Menteri Kesehatan tentang makanan daluwarsa seringkali menimbulkan masalah dalam peredaran makanan karena dengan masih banyaknya ditemukan makanan daluarsa di lokasi penjualan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang tingkat kepatuhan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilik sarana penjual makanan minuman terhadap peraturan tentang makanan daluwarsa di propinsi Jambi tahun 2001.
Penilaian terhadap kepatuhan dilakukan terhadap 105 pemilik sarana penjual makanan minuman. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pemilik sarana penjual makanan minuman yang ingin diketahui terdiri dari pendidikan, pengetahuan, sikap terhadap peraturan tentang makanan daluwarsa, faktor pendukung yaitu penyuluhan peraturan tentang makanan daluwarsa dan faktor pendorong pengawasan dan sanksi.
Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif menggunakan rancangan potong lintang (Cross Sectional). Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi kepatuhan pemilik sarana penjual makanan minuman cukup rendah (50%) dan faktor yang berhubungan secara bermakna dengan kepatuhan terhadap peraturan tentang makanan daluwarsa adalah faktor sikap dan pengetahuan pemilik sarana penjual makanan minuman.
Dari hasil penelitian disarankan pada pihak pemerintah yaitu balai POM Jambi supaya metode penyuluhan atau pembinaan yang dilakukan secara komprehensif sehingga pengetahuan terhadap peraturan dapat lebih ditingkatkan. Frekuensi pengawasan lebih ditingkatkan dan juga memberikan sanksi yang lebih keras terhadap pelanggaran yang telah dilakukan secara berulang-ulang.

The Factors that Related to the Obedience of Foods and Beverages Seller on the Regulation of Expired Date Foods in Jambi Province, 2001
Food is one of the basic commodities for the growth of the nation and having an important role in national development.. So they should be protected from the threat of their health and also the foods which so not fulfil safety and quality requirement. Among the foods that which so fullfil safety and quality requirement are date marking the foods used over than the date that best for used or it had been expired date to be used in guaranteed quality, and as long as they stored that stated in the producers instruction.
The obedience of foods retail seller to the regulation of the Minister of Health on date marking often rises problem in distributing them, since there were still found lot of expired foods in market place.
The objective of this study was to identify the description of the obedience level and the factors that related to foods retail seller on the regulation of date marking in Jambi Province, 2001.
The assessment of the obedience was conducted to 105 retail sellers of foods and beverages. The factors that related to the obedience of foods retail seIIers which to be identified among others education, knowledge, attitude to the regulation on expired food, supporting factor was education of regulation on date marking and encouraging factors were controlling and sanction.
This study used quantitative approach, and the study design was cross sectional. The data was analysis by univariate, bivariate and multivariate.
The result of this study showed that the proportion of the obedience foods retail seller was enough low (50%) and the factors that significantly related to the obedience of the regulation on date marking was attitude and knowledge of the foods retair seller.
Referring to the result of this study, it is recommended to the government, e.i. The Center for Drug and Food Control, Jambi should give education and extension comprehensively, so the knowledge to the regulation on date marking can be improved. The frequency of controlling should be improved and also giving harder sanction to who trespasser that it was done in several times."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T2431
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Nasip
"Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) merupakan kegiatan yang ditujukan dalam pemberantasan vekior DBD yang dilakukan oleh masyarakat secara kontinyu dan berkesinambungan. Kegiatan yang dilakukan masyarakat ini dikatakan berhasil jika dapat menurunkan jumlah sarang nyamuk yang ada di rumah dengan menggunakan indikator ARJ untuk dapat menurunkan morhiditas penyakit DBD maka ABJ harus Lebih atau sama dengan 95%. ABJ di Kota Pontianak belum mencapai target yang diharapkan, salah satunya akibat belum memadainya pelaksanaan PSN-DBD.
Kegiatan PSN-DBD yang dilakukan oleh masyarakat dipengaruhi oleh peranan ibu rumah tangga. Ibu memegang peranan panting karena keberadaannya di rumah lebih banyak dibandingkan dengan anggota keluarga lainnya, sehingga memiliki kesempatan untuk melakukan kegiatan PSN-DBD lebih banyak.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi lebih mendalam tentang bagaimana pelaksanaan PSN-DBD oleh ibu-ibu rumah tangga di Kota Pontianak, dan hal-hal yang berperan terhadap perilaku ibu-ibu tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk menggali perilaku ibu rumah tangga dalam melakukan kegiatan PSN-DBD di Kota Pontianak. Jumlah informan sebanyak 91 orang yang terdiri dari l orang penanggung jawab program DBD Kota, 2 orang pengelola program puskesmas, 1 orang tokoh masyarakat, dan 87 orang ibu rumah tangga. Pelaksanaan pengumpulan data pada ibu rumah tangga dengan cara Diskusi Kelompok Terpadu (DKT), yang terbagi menjadi 10 kelompok DKT terdiri dari 5 kelompok DKT pada ibu yang rumahnya positif jentik dan 5 kelompok DKT pada ibu yang rumahnya negatif jentik. Pengumpulan data pada petugas kesehatan dan tokoh masyarakat dilakukan dengan cara wawancara mendalam.
Dari hasil penelitian terlihat peranan yang mempengaruhi kegiatan PSN-DBD yaitu: distribusi abate tidak mencukupi, pelaksanaan kegiatan menguras, menutup, mengubur belum dilaksanakan dengan benar, dan Pokjanal DBD belum melakukan tugas dan fungsinya. Perilaku kelompok ibu yang rumahnya positif jentik berbeda dengan kelompok ibu yang rumahnya negatif jentik dalam melakukan kegiatan PSN-DBD. Perbedaan perilaku antara dua kelompok yaitu: pada ibu kelompok negatif jentik melakukan pengurasan wadah air secara kontinyu dan ada kalanya disertai penaburan abate sedangkan ibu dalam kelompok positif jentik menguras berdasarkan batas limit volume dalam wadah air. Cara menaburkan abate ke dalam wadah air ibu dalam kelompok negatif jentik memperhatikan volume air (penuh) sebelum ditaburkan, sedangkan pada kelompok ibu positif jentik kurang memperhatikan isi (volume air) dalam wadah. Kebiasaan menutup wadah air dengan benar banyak dilakukan oleh kelompok ibu yang negatif jentik dari pada yang dilakukan oleh kelompok ibu yang positif jentik.
Agar tercapai kelestarian program pemberantasan vektor DBD sangat penting memusatkan pada pembersihan sumber larva dengan menggunakan semua metode yang tepat aman, murah, dan ramah lingkungan.Untuk meningkatkan keberhasilan kegiatan PSN-DBD dan dengan keterbatasan pemerintah mencukupi keperluan abate dalam program pemberantasan vektor DBD maka disarankan: penggalangan dana oleh masyarakat untuk mencukupi keperluan abate secara mandiri, penyebarluasan informasi cara penaburan abate kedalam wadah air dengan benar, melakukan penutupan wadah air dengan benar dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar oleh masing-masing keluarga, serta mengoptimalkan fungsi dan tugas Pokjanal melalui Dinas Kesehatan Kota sebagai leading sektor.
Daftar bacaan: 21 ( 1980 - 2000 )

Analysis of Housewives' Conduct in Elimination of Dengue Fever Mosquito's Breeding (EDFMB) in Pontianak City of West Kalimantan Year 2000Elimination of Dengue Fever Mosquito's Breeding (EDFMB) is a program aimed at eliminating Dengue Fever (DF) vector and is conducted by people continuously and sustainable. This program of the people is considered effective provided that it decreases the mosquito's breeding inside the people's houses. The effectiveness of the program is measured by means of ABJ assessment indicators. To decrease the morbidity of DF disease, ABJ has to be more than or equal to 95%. ABJ in Pontianak City has not reached the set target; therefore, the quality of PSN-DBD program needs to be improved.
The EDFMB program conducted by each family is influenced by housewives. Housewives play an important role for their length of stay in the houses is longer than other familly members. This enables them to carry out the EDFMB program more often.
This study was aimed at obtaining deeper information concerning the implementation and obstacles of EDFMB conducted by housewives in Pontianak City and factors that affected such housewives' conduct. This study employed a qualitative research approach to examine the housewives' conduct in carrying out the EDFMB in Pontianak City. The number of respondents was 91 people consisting of 1 person in charge of the city DF program, 2 administrators of puskesmas programs, 1 local public figure, and 87 housewives. Data collection from housewives used Integrated Group Discussion (IGD) technique. The housewives were divided into 10 groups including 5 groups the houses of which were mosquito larvae positive and 5 others the houses of which were mosquito larvae negative. Data from health workers and local public figure were gathered by in-depth interview technique.
The study result reveals factors affecting the effectiveness of EDFMB that include inadequate abate distribution, inappropriate implementation of draining, closing and burying activities and low performance of DF National Work Group in carrying out its tasks and functions. In carrying out the EDFMB program, the housewives' conduct the houses of which are mosquito larvae positive is different from the others the houses of which are mosquito larvae negative. Such difference is: housewives of mosquito larvae negative houses seem to drain the water container regularly and occasionally pour abate powder into such container; on the other hand, housewives of mosquito larvae positive houses seem to ignore the water volume in the container. Closing the water container appropriately is more likely to be done by housewives of mosquito larvae negative houses than by the opposite.
To sustain the DF vector elimination program, it is important to focus on cleansing the larvae source by applying the most effective, safe, inexpensive and environment-friendly methods. To improve the effectiveness of EDFMB program with little government support in distributing the abate powder for the program, it is recommended that: fund should be raised from the people for meeting their own abate powder supply, information concerning the correct procedure of the use of abate powder should be disseminated, appropriate closing of water container and keeping the cleanliness should be carried out by each fan-Lilly, as well as functions and tasks of National Work Group through the City Health Department as a leading sector should be maximized.
References: 21 (1980 - 2000)"
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T5213
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>