Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175042 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nunung Joeniartin
"Hasil laporan Sub Direktorat Imunisasi Depkes RI bersama WHO tentang studi pengukuran keamanan penyuntikan di empat porpinsi di Indonesia (1999) menunjukkan bahwa 37,5% syringe tidak steril, 22,5% bagian jarum tidak steril ketika akan digunakan dan 28,5% bagian jarum dan syringe yang steril tersentuh waktu pemakaian. Di samping itu Laporan Tahunan Imunisasi 1998/1999 menunjukkan bahwa berdasarkan hasil survei Badan Litbangkes Depkes RI menunjukkan bahwa 40-50% praktek imunisasi tidak aman termasuk pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Hal ini menyangkut kepatuhan petugas pelaksana pelayanan imunisasi.
Tujuan penelitian ini adalah diperolehnya informasi tentang tingkat kepatuhan petugas terhadap pedoman pelaksanaan pelayanan imunisasi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan petugas tersebut di puskesmas Kota Pontianak Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2000.
Desain penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan potong lintang (cross sectional). Pengamatan dilakukan di 20 Puskesmas di Kota Pontianak sebanyak 100 orang petugas pelaksana pelayanan imunisasi di Puskesmas atau di Posyandu. Pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan daftar tilik untuk pengamatan kepatuhan petugas, setiap petugas diamati sebanyak tiga kali. Setelah selesai pengamatan dilakukan wawancara tentang hal yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan petugas.
Hasil analisis univariat kepatuhan petugas terhadap pedoman pelaksanaan pelayanan imunisasi nilai total menunjukkan yang patuh sebesar 53,0 %. Pengamatan kepatuhan dilakukan pada tiga komponen kegiatan yang hasilnya menunjukkan bahwa petugas yang patuh terhadap proses pencatatan 81,0%, proses penyuntikan 79,0%, tetapi yang patuh pada proses penyuluhan 8,0%. Petugas dengan tingkat pengetahuan baik lebih sedikit dari yang tingkat pengetahuannya kurang, sebagian besar berpengetahuan baik tentang jadwal imunisasi, sebaliknya sebagian besar berpengatuhan kurang tentang cara imunisasi.
Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kepatuhan petugas terhadap pedoman pelaksanaan pelayanan imunisasi. Petugas yang berpengetahuan baik yang patuh sebanyak 68,1% dan yang pengetahuan kurang yang patuh 39,6%. Variabel pengetahuan menunjukkan faktor yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan petugas terhadap pedoman pelaksanaan pelayanan imunisasi. Saran, perlu adanya upaya peningkatan kepatuhan petugas dengan peningkatan pengetahuan tentang pelaksanaan pelayanan imunisasi melalui pelatihan, pertemuan maupun supervisi.

Report of Immunization Sub Directorate of the Ministry of Health Republic of Indonesia in a joint project with WHO (World Health Organization) concerning study on measurement of injection safety in four provinces in Indonesia (1999) shows that 37.5% of syringe were not sterile, 22.5% of the needles to use were not sterile and 28.5 % of sterile needles and syringe were touched during their use. In addition, the Immunization Annual Report 1998/1999, based on a survey conducted by National Institute of Health Research and Development of the Ministry of Health Republic of Indonesia, reveals that 4U°/o-50% of the immunization practice were not safe, including the implementation of Bulan lmunisasi Anak Sekolah (BIAS) or School Immunization Program. This finding correlates with the staff compliance in delivering immunization service.
This study was aimed at gathering information regarding level of staff compliance to the implementation guidelines of immunization service and factors that correlate with such staff compliance at all Puskesmas (community health centers) in Pontianak City, West Kalimantan Province, Year 2000.
The study design employed a qualitative approach with a cross sectional method. Observation was conducted at 20 Puskesmas in Pontianak City over 100 operatives or staffs of immunization service at Puskesmas or Posyandu (Integrated-Service Shelter). Data collection was conducted by using checklist to observe the staffs? compliance. Each staff was observed for three times. Following the observation, interviews were set to dig information on factors that correlate with the staffs? compliance to the guidelines.
Result of univariat analysis of the staffs compliance to the guideline shows that 53.0% of the staffs compliance to the guidelines. The observation over the staffs compliance was focused on three components of activities, The results describes that 81.0% of the staffs compliance to recording process, 79.0% of the staffs compliance to injection procedures, and only 8.0% of them compliance to the program dissemination session. The number of knowledgeable staff was far littler that the opposite staff, a lot of the staffs acknowledged the immunization schedule, while most of them were less informed about appropriate immunization procedures.
The bivarians analysis result shows that there is a significant correlation between knowledge level of the staffs and their compliance to the implementation guidelines of the immunization service. 68.1% of the knowledgeable staff's compliance to the guidelines while 39.6% of the less knowledgeable staff-'s compliance to the guidelines. Knowledge variable proved to be the most dominant factor that correlated with the staffs compliance to the implementation guidelines of immunization service. As recommendations, there should be improvement of the staffs? compliance to the guidelines by increasing their knowledge of the guidelines through regular training, meetings or supervisions.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T3338
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eny Setyowati
"Puskesmas dalam pembangunan kesehatan khususnya pada upaya kesehatan adalah sebagai pelaksana pelayanan kesehatan dasar. Dalam rangka untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal maka Puskesmas harus dapat memantapkan mempertahankan jangkauan dan pemerataan serta meningkatkan mutu pelayanan.
Puskesmas Pal V merupakan salah satu Puskesmas di Kota Pontianak yang mempunyai jumlah kunjungan yang cenderung mengalami penurunan pada tiga tahun terakhir. Wilayah kerja Puskesmas Pal V terletak dipinggiran Kota Pontianak dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Pontianak, merupakan daerah perkebunan dan pertanian, sebagian besar penduduknya berpendidikan SD. Wilayah kerja Puskesmas ini belum terjangkau sumber air bersih PDAM, sehingga memanfaatkan air hujan, air pant, sumur (kolam). Pola penyakit berpotensi wabah seperti diare dan demam berdarah sering ditemui, begitu juga dengan malaria dan TBC. Hasil pemantauan status gizi tahun 1999 menunjukkan bahwa KEP total adalah 32,6 %.
Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya gambaran pemanfaatan pelayanan pengobatan Puskesmas dan faktor faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan pengobatan serta mendapatkan gambaran kepuasan pasien pelayanar pengobatan Puskesmas Pal V. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan jeni; penelitiannya adalah potong lintang (crosectional ).
Hasil analisa univariat menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan pelayanan pengobatan Puskesmas Pal V Kota Pontianak tahun 2000 adalah 54 %. Proporsi kepuasan terendah terletak pada kebersihan wc/toilet, waktu pelayanan sesuai jadwal dan waktu tunggu yang terlalu lama. Proporsi terbanyak alasan tidak memanfaatkan pelayanan pengobatan Puskesmas Pal V adalah jaraknya yang jauh. Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan bahwa variabel jarak, tarif dan kebutuhan berhubungan bermakna dengan pemanfaatan pelayanan pengobatan. Pada Analisa Multivariat menunjukkan bahwa variabel jarak, tarsi, pendidikan dan kebutuhan berperanan dalam pemanfaatan pelayanan pengobatan. Di samping itu variabel independent yang dominan berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan pengobatan adalah variabel kebutuhan.
Saran sehubungan hasii penelitian ini, bahwa Pemda pada masa yang akan datang dalam rangka reformasi Puskesmas maka evaluasi terhadap pelayanan Puskesmas agar dilakukan dengan Community Based dan bukan Facility Based. Di samping itu Puskesmas perlu melakukan pengukuran kepuasan pasien secara berkala dan terus menerus sebagai sarana evaluasi terhadap pelayanan yang telah diberikan.

Factors that Correlate with the Utilization of Puskesmas Medical Treatment and Description of Patients Perceptions of Satisfaction at Puskesmas Pal V Pontianak City Year 2000In health development and health promotion in particular, Puskesmas plays an important role as a basic health service provider. To improve the people health maximally, Puskesmas needs to maintain and extend its service coverage as well as to improve its service quality.
Puskesmas Pal V is one of Puskemas in Pontianak City whose level of patient visits tends to decline in the last three years. The service area of Puskesmas Pal V extends within the outskirts of the cit and next to Pontianak district. The area consists of plantations and farms. Its people are mostly primary school graduates. The area has not been accessed by clean water supply of the local government water company so that it relies on rains, rivers and wells. Epidemic diseases like diarrhea and dengue fever as well as malaria and TBC are commonly found in this area. Result from the 1999 nutrition status survey shows that total KEP is 32.6%.
This study was aimed at examining the utilization of medical treatment at Puskesmas and factors that correlate with the utilization as well as obtaining description of patients of satisfaction toward the medical treatment provided by Puskesmas Pal V. This study was quantitative and employed cross sectional type of study.
Result from univariate analysis shows that level of utilization of medical treatment at Puskesmas Pal V in Pontianak City year 2000 is 54%. The lowest proportion of satisfaction includes toilet/water closet sanitation, on-schedule treatment time and extended waiting time. The largest proportion of reasons not to take medical treatment at the Puskesmas is related to Puskesmas long distance. Result from Chi Square statistical test shows that certain variables consisting of distance, fee and needs are significantly correlated with the utilization of medical treatment. The multivariate analysis indicates that variables including distance, fee, education and needs play important roles in the utilization of medical treatment. In addition, independent variable that dominantly correlates with the utilization of medical treatment is needs.
The recommendations offered are as follows: in the future, the local government, to reform the Puskesmas, should consider the evaluation of the Puskemas service by employing Community Based approach rather than Facility Based approach. In addition, Puskemas needs to conduct regular and continuous assessment of patients' satisfaction as an evaluation on the service provided.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T7738
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andy Jap
"Pada era globalisasi dan persaingan bebas termasuk dalam bidang pelayanan kesehatan saat ini, maka peningkatan mutu pelayanan menjadi sesuatu yang mutlak harus diperhatikan oleh para petugas kesehatan. Salah satu dimensi mutu adalah kepatuhan petugas terhadap standar pelayanan. Semakin tinggi kepatuhan petugas penyelenggara pelayanan kesehatan terhadap standar, maka akan semakin tinggi pula mutu pelayanan tersebut terhadap pasien.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tingkat kepatuhan bidan terhadap standar pelayanan antenatal care (standar dari Depkes RI tahun 1997) yang merupakan salah satu kegiatan pokok di Puskesmas. Selain itu juga untuk mengetahui bagaimana hubungan kepatuhan bidan dengan karakteristik bidan serta faktor eksternal lainnya yang berhubungan, dan faktor paling dominan yang berhubungan dengan kepatuhan bidan terhadap standar pelayanan antenatal care.
Jenis penelitian adalah cross sectional, dilakukan di Puskesmas se Kabupaten Sanggau pads bulan Oktorber 2000 sampai dengan Nopember 2000. Sampel penelitian adalah seluruh bidan yang bertugas di 27 Puskesmas se-Kabupaten Sanggau, sebanyak 30 orang.
Analisis yang digunakan adalah chi-square dan regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi kepatuhan bidan di Kabupaten Sanggau masih sangat rendah, terutama pada komponen kegiatan pemberian tindakan/terapi. Dari analisis bivariat didapat faktor yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan bidan adalah usia, pengetahuan, sikap, dan supervisi. dan analisis multivariat didapat bahwa variabel yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan bidan adalah supervisi.
Dari hasil ini disarankan terutama kepada para kepala puskesmas agar melakukan supervisi internal kepada bidan di wilayah kerjanya secara kontinu dan berkesinambungan, minimal 3 bulan sekali, dalam rangka bimbingan teknis dan meningkatkan pengetahuan serta ketrampilan bidan dalam memberikan pelayanan antenatal di puskesmas.

Global era and free competition have great influence on today's health services. For that reason, the quality of services is undoubtedly becoming highly considered by health workers. One of quality dimensions is the providers? compliance to the service standard. The higher compliance of the provider health service the higher the quality of service to the patient will be.
This study aims to obtain the description of level midwives' compliance to antenatal care service standard (issued by Ministry of Health Republic of Indonesia,1997) that is one of public health center main activities. Moreover, this study was also focused on investigating the correlation between midwives' compliance to the standard and their characteristics as well as other external factors that correlate, and factor that predominant midwives' compliance to the antenatal care service standard.
This study, a cross sectional one, was carried out at all public health centers in Sanggau District from October 2000 to November 2000. The samples were all midwives serving at all of public health centres in Sanggau district, which were 30 peoples. The analysis techniques employed were chi square and logistic regression. The study results show that level of midwives' compliance to the standard is low, particularly on treatment/therapy item. Age, knowledge, attitude and supervision were significance correlated to midwives compliance while supervision was found as a predominant factor.
This study recommends chiefs of public health centers to perform internal supervision on midwives throughout their work area regularly and continuously at least once within three months, to give technical guidance and to improve the midwives knowledge and skills in providing antenatal care service at public health centers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T3348
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gusti Yantin
"Pemantapan Mutu Internal adalah kegiatan yang harus dilakukan oleh seluruh petugas laboratorium untuk menjamin mutu hasil pemeriksaannya dengan mencegah terjadinya kesalahan dan mendeteksi sedini mungkin bila ada kesalahan. Dilaksanakan secara terus menerus, mulai tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik. Pada tahun 1997 Pusat Laboratorium Kesehatan (sekarang Direktorat Laboratorium Kesehatan) telah mengeluarkan buku pedoman Pemantapan Mutu Internal Laboratorium Kesehatan yang memuat uraian tentang aspek-aspek yang harus diperhatikan dan dilaksanakan oleh seluruh petugas Balai Laboratorium Kesehatan dalam melaksanakan Pemantapan Mutu Internal. Kegiatan ini harus dilaporkan secara berkala melalui tim Pemantapan Mutu Internal yang telah dibentuk di masing-masing balai laboratorium kesehatan.
Pada bulan April 1999 Balai Laboratorium Kesehatan Pontianak mendapat teguran karena tidak disiplin dalam penyampaian laporan tersebut sedangkan dari hasil survey pendahuluan diketahui hanya 45 % petugas patuh dalam menerapkan buku pedoman tersebut. Berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian sejak tanggal 6 hingga 24 Oktober 2000, dengan pendekatan kuantitatif secara pengamatan (observational) dengan desain potong lintang (cross sectional), dan metode work sampling. Jumlah sampel 23 orang petugas dengan jumlah pengamatan 1176 dengan tujuan untuk mengetahui gambaran kepatuhan, faktor-faktor yang berhubungan dan faktor yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan petugas dalam menerapkan pedoman Pemantapan Mutu Internal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan petugas adalah 52,2 %. Dari hasil uji statistik bivariat dengan Chi Square diketahui bahwa motivasi petugas dan pengawasan tim berhubungan bennakna dengan kepatuhan petugas dan uji statistik multivariat dengan regresi logistik menunjukkan bahwa pengawasan tim adalah faktor yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan.
Berdasarkan hasil tersebut terdapat beberapa saran untuk Balai Laboratorium Kesehatan Pontianak yaitu pengawasan tim perlu tetap dilanjutkan dan diaktifkan, perlu ditinjau kembali susunan tim yang telah ada kemudian mengevaluasi hasil yang telah dicapai dan membahas masalahnya secara bersama-sama. Dalam 5K pimpinan tentang susunan tim perlu dicantumkan batas tugas, sehingga tim dan anggota mempunyai target yang harus dicapai.
Sering diberlakukan sistem penghargaan dalam bentuk pengakuan pujian didepan rapat umum tentang keberhasilan tim serta terhadap petugas/ subseksi yang melakukan kegiatan Pemantapan Mutu Internal dengan baik. Saran bagi Direktorat Laboratorium Kesehatan perlu diintensifkan pelatihan tidak hanya ketua tim tetapi juga anggota tim secara bergantian untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan, ketrampilan dan komitmen tentang pentingnya Pemantapan Mutu Internal serta perlu dilakukan pengawasan intensif dengan datang langsung ke balai laboratorium kesehatan.

Internal Quality Assurance is an activity that every laboratory staff should do to ensure the quality of the laboratory examination by error prevering and error detecting. This Internal Quality Assurance is carried out continuously beginning from the pre-analysis, analysis, and post analysis stages. In 1997, the Health Laboratory Center (now Directorate of Health Laboratory) issued a manual concerning the Internal Quality Assurance for Health Laboratory that contains details of aspects to consider and conduct by all staffs of the House of Health Laboratory in implementing the Internal Quality Assurance. This activity should be reported regularly to an Internal Quality Assurance Team that was established at each house of health laboratory.
On April 1999 the Health Laboratory Institute of Pontianak was notified for being indiscipline in reporting, while the preliminary survey results reveal that only 45 % of the staff adhered to implementing the manual. It was based on both reports that this study was conducted from October 6 to October 24, 2000. This study employed a quantitative approach and used observational and cross sectional as well as work sampling methods. Sample of this study consisted of 23 staffs with 1176 observations from which description of factors that correlate with as well as factor that mostly correlate with the staffs's adherence to implementing the manual of Internal Quality Assurance were investigated.
The study results show that the staffs adherence to implementing the manual is 52,2%. The bivariate statistical analysis using Chi Square reveals that staffs' motivation and team supervision has significant correlation with the staffs' adherence to implementing the manual, while the multivariate statistical test describes using Logistic Regression describes that team supervision is the most dominant factor that correlates with the staffs' adherence.
Based on such study results, some recommendations are addressed to the Health Laboratory Institute. It is recommended that team supervision be sustained and activated; the existing team structure be reviewed; the achieved goals be evaluated; and problems be solved by all members of the team. It is also recommended that job description of the supervision team be included in the chief's decree so that the team and its members have some goals to achieve. Reward system should be also applied that may include recognition in general meeting of the team and each staff achievements in excellent implementation of the Internal Quality Assurance. The Directorate of Health Laboratory is recommended to intensify the training program for not only team leaders but also for team members on a shift basis to enhance understanding, knowledge, skills and commitment in the Internal Quality Assurance. In addition, there should be an intensive supervision by means of on-site visit to the health laboratory.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T10288
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Pinantari Hanum
"Sebagai negara berkembang, Indonesia menghadapi masalah kependudukan yaitu jumlah dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. Untuk mengatasi hal itu sejak tahun 1970 dimulai Program Keluarga Berencana, dengan tujuan menurunkan angka kelahiran sampai 50% nya pada tahun 2000 melalui upaya penurunan fertilitas. Salah satu upaya untuk menurunkan fertilitas adalah dengan pelayanan kontrasepsi. Tingkat pemakaian kontrasepsi di Indonesia sebesar 57% dengan pemilihan alat kontrasepsi dari urutan terbanyak hingga paling sedikit digunakan adalah suntik, pil, AKDR, norplan, dan metoda operasi (sterilisasi).
Sebagai dampak krisis moneter, harga obat/alat kontrasepsi menjadi mahal khususnya pil dan suntikan, maka AKDR menjadi altematif alat kontrasepsi yang harganya relatif murah, efektif dan praktis untuk mencegah dan mengatur kehamilan. Besamya minat masyarakat pada AKDR terus meningkat, tetapi angka putus pakainya juga meningkat.
Tingginya angka putus pakai pada AKDR di Kota Bogor sebesar 18,65% lebih tinggi dari angka nasional yaitu 12,3%, sehingga perlu dilihat penyebabnya. Dari hasil penelitian diketahui salah satu faktor penyebabnya adalah masalah kepatuhan bidan dalam menerapkan prosedur yang ditetapkan. Penelitian tentang kepatuhan bidan dalam menerapkan baku klinis, dilakukan secara cross sectional dengan sampel sebanyak 77 orang bidan atau total populasi bidan di 23 Puskesmas yang tersebar di Kota Bogor.
Untuk mengetahui kepatuhan bidan dalam menerapkan Baku klinis, dilihat dari faktor pengetahuan, sikap, pelatihan, masa kerja, kelengkapan sarana dan supervisi.
Hasil penelitian menunjukkan variabel yang memiliki hubungan bermakna (p < 0,05) adalah pengetahuan dan supervisi. Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan, terungkap bahwa bidan yang berpengetahuan lebih akan lebih patuh dibandingkan dengan yang berpengetahuan kurang. Selain itu juga supervisi, bidan yang disupervisi lebih patuh daripada bidan yang tidak disupervisi.
Melihat hasil diatas, untuk perbaikan maka perlu dikaji kembali materi dan metoda pelatihan serta penerapan baku klinis pemasangan AKDR CuT 380 agar angka putus pakai kontrasepsi akibat efek samping dapat diturunkan.

As a developing country, Indonesia faces inhabitant problem i.e. high number of population and high population growth. To solve the problem, Family Planning program has been implementing since 1970 for the purpose to reduce the number of birth as much as 50% in year 2000 by decreasing fertility. One among the efforts to decrease the fertility is by giving service for contraception. The degree of the use of contraception in Indonesia is 57% where using injection is the most use and than followed by using pill, AKDR, implant and then the less is by using operation method/sterilization.
Due to the impact of crisis monetary where the price of medicine/contraception parts became expensive especially for pill and injection, hence AKDR became an alternative of contraception part because it has relatively lower price. Technically, AKDR is more practical, effective and economical to prevent and organize pregnant. People became more interest and the use of AKDR was increased, but the number of the drop out was also increased.
High number of the drop out of AKDR at Bogor is 18.65% which is higher than the drop out number of the national figure of 12.3°/x. Therefore, it is necessary to find out the cause. From the study, it is revealed that one among the factors causing this high number is the compliance factor of the midwife in implementing the procedure.
The study for the discipline of the midwife in implementing the clinical standard is performed with cross-sectional way with the number of sample as much as 77 (seventy seven) midwifes from the total population of midwife from as much as 23 Puskesmas located in Bogor city. In order to know the compliance of midwife in implementing the clinical standard, the study is performed on the followings factors: knowledge, attitude, training, work experience, availability of facility as well as supervision. The study indicates that the variable which has meaning correlation (p<0.05) is the knowledge and the supervision.
Based on the correlation between the knowledge and compliance, it is revealed that midwifes who have more knowledge will have more compliance compare those who has less knowledge. Other than that is supervision, where midwifes who get supervision will have more compliance than those who do not get supervision.
Based on the above finding, for the correction and improvement, it is necessary to review the material and method of the training as well as the implementation of the clinical standard of the installation AKDR CUT 380 in order to reduce the number of contraception drop out that caused by side effect.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T2565
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mellisa
"Pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia dilakukan dalam keseluruhan proses kehidupan mulai dalam kandungan sampai usia lanjut. Indonesia sebagai negara berkembang, walaupun sedang dilanda krisis di segala bidang, sudah sepantasnya tetap mempertahankan generasi penerus agar tetap sehat dan handal. Kesehatan gigi, sebagai bagian integral dari kesehatan manusia seutuhnya juga berperan dalam meningkatkan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia. Kesehatan gigi memang bukan masalah utama, namun apabila gigi anak mengalami kerusakan, sudah pasti anak mengalami gangguan 'intake' makanan.
Kunjungan anak sedini mungkin ke klinik gigi puskesmas merupakan salah satu contoh perilaku orang tua yang memperhatikan masalah kesehatan gigi dan mulut, dalam hal ini posisi seorang ibu sangat menentukan perilaku pencarian pengobatan untuk anaknya.
Departemen kesehatan RI mentargetkan kunjungan anak balita dan prasekolah ke klinik gigi puskesmas adalah 50 % dari kunjungan anak balita dan prasekolah ke klinik KIA puskesmas. Berdasarkan data yang ada, dari 20 puskesmas di wilayah Kota Pontianak pada tahun 1999, baru 5 puskesmas yang mencapai target tersebut, selebihnya sebanyak 15 puskesmas masih jauh dari pencapaian target tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kunjungan anak balita dan pra-sekolah ke klinik gigi puskesmas di Kota Pontianak.
Menurut teori Green, faktor-faktor yang merupakan penyebab perilaku dibedakan dalam tiga jenis yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin (enabling) dan faktor penguat (reinforcing). Dalam penelitian ini, faktor predisposisi yang ingin dilihat adalah keadaan sosiodemografi ibu, yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, pengalaman ibu berobat gigi, sikap dan pengetahuan ibu terhadap kesehatan gigi dan mulut anaknya. Faktor pemungkin adalah persepsi ibu terhadap jarak menuju puskesmas, sedangkan penyuluhan kesehatan gigi yang pernah diterima ibu adalah faktor penguat. Metode penelitian ini adalah cross-sectional, dengan jumlah responden 165 yang berasal dari 4 wilayah puskesmas di Kota Pontianak.
Hasil penelitian menunjukkan pekerjaan ibu merupakan satu-satunya faktor yang mempunyai hubungan dengan kunjungan anak balita dan pra-sekolah ke klinik gigi puskesmas di Kota Pontianak. Hampir semua (90,1%) responden belum pernah menerima penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut.
Oleh karena hanya pekerjaan ibu yang mempunyai hubungan bermakna dengan kunjungan anak balita dan pra-sekolah ke klinik gigi puskesmas, maka disarankan agar pendidikan kesehatan gigi dan mulut diberikan melalui kegiatan posyandu, arisan dan kegiatan pengajian pada ibu-ibu yang tidak bekerja, di samping kepada anak balita/pra-sekolahnya sendiri melalui kegiatan upaya kesehatan gigi sekolah di Taman Kanak-kanak.
Untuk meningkatkan kunjungan ke klinik gigi puskesmas, koordinasi antara klinik gigi dan klinik KIA di puskesmas dalam penanganan pasien anak balita dan pra-sekolah perlu ditingkatkan. Selain itu saran yang menunjang pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas perlu ditingkatkan, di samping perlu adanya supervisi dan bimbingan teknis secara rutin. Untuk meningkatkan cakupan kunjungan anak balita dan pra-sekolah ke klinik gigi puskesmas di Kota Pontianak, perlu diberikan pendidikan kesehatan gigi bagi kader posyandu, sehingga mereka dapat mempromosikannya pada ibu-ibu balita pengunjung posyandu yang rata-rata tidak bekerja.

The Factors that Regarding With Under Five and Pre-School Children Visited to Dental Clinic of Public Health Centers at Pontianak City at the year 2000The development of Indonesian community healthy is doing to the whole process of live starting from the pregnancy until the continued ages. Indonesia as development country, even having in every circumstances, is ought to defend the future generation to stay health and reliable. Dental health, as an integral part from the totality human health too that have part to increase the quality and productivity of human sources. The dental health is not an important problem after all, but if the children teeth have damaging, the children surely have the food intake disturbance.
The children visited as soon as possible to the dental clinic of the public health center is represent one sample of parent behavior that concerning the teeth and mouth health problem, in this problem a mother position is very decided to the kind of way for their children medication.
The Ministry of Health of Indonesia targeting the visiting of under five and pre-school children to the dental clinic of the public health center is 50% from the visiting of under five and pre-school children to the mother and child health clinic of public health center. Based on the data that exist, from 20 public health centers at Pontianak city area at the year 1999, only 5 public health centers reached that target. This research purpose to know any factors that related with the under five and pre-school children visited to the dental clinic of public health center of Pontianak city.
According to the Green theory, the factor of the behavior cause is classified to three kinds of factors that is predisposing factor, enabling factor and reinforcing factor. In this research, predisposing factor that wanted to see is the condition of mother sosiodemograph, that is age, education, profession, mother experience having teeth medication, attitude and mother knowledge about teeth and mouth health of their children. The enabling factor is mother perception about the distance to the public health center, and information about dental health that mother ever accepts is the reinforcing factor. The method of this research is cross sectional, with totally 165 respondents that came from 4 different area of public health center at Pontianak city. Almost all (90, 1%) respondent never accept information about teeth and mouth healthy.
There for the mother profession that had an important relation with the visited of children under five and pre-school children to the dental clinic of the public health center, so it suggested the information about the teeth and mouth health is giving by the activity of Posyandu, a saving club and the religious recitation activity on not working mother, beside that to the children under five and pre-school children having the dental health activity at the kindergarten.
To increase the visiting to the dental clinic of public health center, the coordination between the dental clinic and mother and child clinic at the public health center in handling children under five children patient and pre-school children needed to increase. Besides that the material that supporting the dental health service at the public health service needed to be increase, beside needed the realization of the supervision and the technical guide intensifies. To increase snatch of the under five and pre-school children visiting to the dental health clinic of the public health center at Pontianak city, needed to give the teeth healthy training to the Posyandu cadre, so they can promoted to the baby under five mothers that equally not working.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T4459
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Jonni Syah R.
"ABSTRAK
Program gizi di Indonesia dilaksanakan oleh Departemen Keschatan Republik
Indonesia bemxjuan menurunkan angka penyakit kurang gizi yang terdiri dari Gangguan
Akibat Kekurangan lodium (GAKI), Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi
(AGB) dan Kekgrangan Vitamin A (KVA). Upaya ini diharapkan dapat mcndukung
akselerasi penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI).
Petugas Gizi Puskcsmas sebagai salah sam tenaga terdepan dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya di bidang gizi harus mernpunyai
upaya yang baik agar program gizi bisa berhasil, tetapi temyata di Kota Pontianak dan
Kabupalen Pontianak pcncapaiannya masih rendah akibat proses pelaksanaan kcgiatan
oleh Petugas Gizi Puskesmas masih mcnunjukkan kinerja rendah. Bcrkenaan dengan hal
tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk memperoleh dan mengetahui falctor-faktor
yang diperkirakan mempunyai hubungan dengan kinexja Petugas Gizi Puskcsmae di
Kota Pontianak dan Kabupaten Pontianak.
Penelitian ini diiakukan d§ Puskesmas Kota Ponnanak dan Kabupaten
Pontianak pada bulan Oktober sampai Nopember 2000. Sampel penelilian adalah seluruh petugas gizi utama yang benugas di`Puskesmas Kota Pontia|1ak dan Kabupaten
Pontianak sebanyak 62 orang. J enis penelitian yang digunakan adalah cross sectional.
Analisis yang digunakan adaiah analisis univadat, bivariat dan multi variat :
distribusi fre!-ruensi, chi-square dan rcgresi logistik. I-Iasil pcnclitian ini menunjukkan
bahwa kinerja petugas gizi masih rendah. Dari analisa bivariat didapat faktor yang
berhubungan dengan kinelja petugas gizi (p < 0,05) adalah motivasi, pcngetahuan,
pendidikan, kcterpencilan, p¢mbinaan, rekan kezja dan kondisi kesja, sedangkan faktor
yang tidak herhubungan dengan kinenja adalah umur, pengalaman, sosial budaya,
keterjangkauan, pelatihan. Dari analisa multivariat, didapat bahwa variabel yang paling
dominan berhubungan dengan kinerja petugas gizi adalah pendidikan dan sosial budaya.
Dari hasil ini disarankan lerutama kepada Dinas Kesehatan Kota dan
Kabupaten Pontianak serta Kanwil DepkcsfDinas Kesehatan Propinsi Kalimanlan Barat
agar melakukan pcnempatan dan pengadaan tcnaga gizi sesuai dengan Iatar belakang
pendidikan dan mcmbuat pcdoman yang jelas tentang tugas pdkok dan tugas khusus
sesuai dengan permasalahan gizi di wilayah kenja puskesmas.
Daliar Bacaan 43 (I974 _ 2000) PERPUST U 5 2 l
AKA/EN PU
IINKVERSEMS ,szfsomggg
Egmbdiin/i'5§c§ah dar!

Abstract
ABSTRACT
Nutrition Program in Indonesia carried out by Indonesian Health
Departement has the objective to decrease the morbidity rate of malnutrition which
include Disturbances of lodium Deiiciency, Protein Deficiency, Anemia of Fen-um
Deficiency, and Vitamin A deficiency. 'I`his effort is expected to support thc
acceleration of The Infant Mortality Rate and The Mother Mortality Rate.
The Nutritional oflicial of Public Health Clinic as the frontline staff
practitioner/official in providing health services to public especially in the Held of
nutrition must have good effort in sueceding the Nutrition Program. However, the
achievement of the program in Pontianak City and Pontianak Distric has been low as
the result ofthe poor perfomtance ofthe Nutrition Oflicial. Dealing with this matter,
this research has thc objective to obtain and know the factors considered to have
relation with the performance of Nutrition Ofiicial of Public Health Center in
Pontianak City and Pontianak District
This study was conducted at Health Cenue in Pontianak City and Pontianak
Distric in October until November 2000. The sudy sample were 62 nutrition main
staffs who worked at Health Centre in Pontianak City and Pontianak Distric. T`his
study employed a cross sectional method. ~
The analysis techniques used were univariat, bivariat, multivariat analysis :
iiequency distribution, ch-square, and logistic regression. This study reveals that the
perfonnance ofthe nutrition staff is low. The bivariat analysis shows that factors that
correlate with low performance of the nutrition staff (p < 0,05) were motivation, knowledge, education, remoteness, couclting, workmates end worltatmosphere, while
factors that do not cotrelate with the performance are age, experience, social and
cultural background, accessibility, and training. The multivariat analysis indicates
that variables mostly correlating with thc perfonnance of the nutrition staffs are
education background and social and cultural background.
Based on the study, it is recommended that health departemcnt ofthe city and
district as well as the provincial oflice ofthe health dcpartcment of West Kalimanlan
province should recntit and assign nutrition stat? according to their education
background and should estabilish explicit guidelines concerning the staB`s'major and
minor duties based on the nutrition issues within the puskesmas service area.
References 43 (1974-2000)"
Universitas Indonesia, 2001
T 5877
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juaningsih
"Prevalensi penyakit hepatitis di Indonesia menurut tim Hepatitis Nasional berkisar 5- 20 % pada negara dengan endemis sedang sampai tinggi. Pada ibu hamil mengidap hepatitis/carier sebanyak 3-8 % dan 45.9 % bayi tertular saat lahir dari ibu pengidap Hepatitis B. Program Imunisasi HB.0 dengan vaksin Hepatitis B uniject ini telah dilaksanakan sejak tahun 2002 tapi pada pelaksanaanya masih mengalami banyak kendala sehingga hasil cakupan yang diperoleh masih rendah. Propinsi Kalimantan Barat pencapaian Imunisasi HB.0 pada tahun 2008 32,7 % dan tahun 2009 44,84 % masih berada dibawah rata-rata nasional selama 2 tahun dan hanya sedikit mengalami peningkatan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi status imunisasi HB.0 di Kecamatan Pontianak Tenggara Kota Pontianak Tahun 2011. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Variabel yang secara statistik berhubungan dengan status imunisasi HB.0 pada bayi umur 0-7hari adalah pengetahuan ibu, sikap ibu, penolong persalinan, kunjungan neonatal dan keaktifan petugas imunisasi dalam memberikan motivasi.
Disarankan kepada Dinas Kesehatan untuk menganggarkan dana rutin untuk memberikan pelatihan pada petugas kesehatan,bagi puskesmas, meningkatkan promosi imunisasi HB.0, memberikan pelatihan kepada kader, dan kepada tokoh masyararakat agar lebih terlibat aktif dalam memberikan pembinaan masyarakat tentang pentingnya imunisasi HB.0
Prevalence of hepatitis disease in Indonesia according to National Hepatitis team is around 5-20%. Expectant with hepatitis/carier as much as 3-8% and 45.9% babies was infected at birth from mother with hepatitis B. HB.0 Immunization Program with Hepatitis B uniject vaccine was implemented since 2002 but still facing many obstacles, so that obtained scope result was low. In West Kalimantan province achievement of HB.0 Immunization 32.7% at 2008 and 44.84% at 2009, is still below average of national for 2 years and only slightly enhancement.
This study aims to find out find out influence factors of immunization status of HB.0 in Sub-district of South-East Pontianak City of Pontianak year 2011. It is descriptive study with cross sectional design. Statistically variables related to HB.0 immunization to infant age 0-7 days are maternal knowledge, maternal attitude, labor support, neonatal visit, and immunization officer liveliness in motivating.
Recommended to the health Departement to budget routine fund in regard to provide training to health officer, health centers, increase HB.0 immunization promotion, training to cadre, and for community leaders were expected to more active involved in supporting importance of HB.0 immunization to community.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ismania Osnita
"Dalam rangka upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia yang optimal diperlukan pelayanan kesehatan yang berkualitas yang menjangkau semua lapisan (Depkes, 1999). Dimana salah satu masalah kesehatan yang dihadapi di Indonesia adalah masih tingginya kematian balita karena pneumonia, pada tahun 1990 sebanyak 150.000 kematian dan diharapkan tahun 2000 turun menjadi 50.000 kematian melalui pengobatan yang sesuai dengan standar kasus ISPA.
Puskesmas adalah salah satu unit pelayanan kesehatan terdepan yang juga perlu meningkatkan kualitas pelayanan. Untuk itu semenjak tahun 1998 puskesmas Kota Padang sudah melaksanakan program jaminan mutu (Quality Assurance), yang salah satu kegiatannya adalah menerapkan kepatuhan petugas dalam menerapkan SOP ISPA pada balita. Setelah 6 (enam) bulan pelaksanaan kegiatan ini terlihat bahwa kepatuhan petugas sudah mencapai 70%-80% namun sesuai dengan hasil laporan puskesmas ternyata pada bulan Juni tahun 2000 kepatuhan petugas menerapkan SOP ISPA ini bahkan turun yaitu menjadi 40% yang seharusnya sudah mencapai 80%-100%.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kepatuhan petugas dalam menerapkan SOP ISPA serta faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan petugas terhadap SOP. Faktor yang diteliti adalah faktor internal yang terdiri dari pelatihan, umur, lama kerja, pengetahuan, persepsi, sikap,dan motivasi sedangkan faktor eksternal yang diteliti adalah komitmen pimpinan dan sarana. Kedua faktor ini merupakan variabel bebas, sedangkan variabel terikat adalah kepatuhan petugas menerapkan SOP ISPA.
Disain penelitian yang dipakai cross sectional. Data dianalisis dengan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Dari hasil analisis bivariat didapatkan hanya yang bermakna pengetahuan, motivasi yang berhubungan dengan kepatuhan petugas menerapkan SOP ISPA. Dengan analisis multivariat didapatkan hubungan yang paling kuat antara pengetahuan dengan kepatuhan petugas terhadap SOP ISPA.
Dengan hasil penelitian ini diharapkan Dinas Kesehatan Kota Padang dapat menyusun langkah yang akan diambil untuk meningkatkan kepatuhan petugas dalam menerapkan SOP ISPA membantu penyediaan buku pedoman P2ISPA untuk puskesmas pembantu, membuat kebijakan agar puskemas yang bertetangga saling menilai kepatuhan dan memberikan penghargaan pada puskesmas dan petugas yang patuh. Pimpinan puskesmas diharapkan memperhatikan hal-hal yang dapat meningkatkan pengetahuan petugas mengenai SOP ISPA misalnya dengan melakukan pelatihan, memberikan tugas baca pada petugas dan juga memperhatikan hal-hal yang dapat meningkatkan motivasi petugas. Dengan demikian dalam menerapkan SOP ISPA ini petugas akan masuk ke tahap kepatuhan internalisasi yaitu petugas memahami makna dari pemberian pelayanan yang berkualitas sehingga masyarakat puas menerima pelayanan yang diberikan yang akhirnya angka kematian balita karena pneumonia dapat diturunkan.

Factors relate to compliance of health personnel to ARTI Standard Operating Procedure in Mother and Children Unit of Community Health Center in Padang, 2000High quality services that can be afford able by all community level in to increase the community health of the Indonesia people to its optimum level is needed. One of the health problems faced by Indonesia is high infant mortality rate due to pneumonia. In 1990 there were 150.000 deaths due to pneumonia to reduce to 50.000 in the year 2000 by applying standard important case management.
The community health center is one important service to increase the quality service. Therefore, since 1998 the community health center of Padang has performed Quality Assurance program, in which one of its activities to ensure the compliance of the health personnel in applying ARTI Standard Operating Procedure in infants. After 6 months of this activity it can be seen that the health personnel compliance has achieved 70-80%. However, according to the report of the community health in June 2000 the compliance of the health personnel declined to 40% while it should have achieved 80-100%.
The purpose of this research is to identify the health personnel compliance in applying the ARTI Standard Operating Procedure and factors related to the compliance towards the SOP. The factors studied are internal factors such as times enlarge from training, age, tenure, knowledge, perception, attitudes, and motivation while external factors are commitment of supervisor and availability of facilities. All of those factors are independent variables, while dependent variable is the health personnel compliance to apply the ARTI Standard Operating Procedure.
The research design used is cross-sectional. Data are analyzed in invariable bivariate and mulivariate analysis. Bivariate analysis reveals than only two rates of those independent variables, namely knowledge and motivation is related with health personnel compliance in applying the ARTI Standard Operating Procedure. The result of multivariate analysis reveals that the strongest relationship is between knowledge and compliance of health personnel towards the ARTI Standard Operating Procedure. Based on the result it is regicides than the Padang Health Office prepare steps to increase the compliance of the health personnel in applying the ARTI Standard Operating Procedure, by increasing than knowledge by providing guidance book for subsidiary Community Health Center, preparing the policy for the Neighboring Community Health Personnel to assess each other performance and giving rewards to the Community Health Center and personnel that are compliant.
It is expected that the Community Health Center forces theirs effort to matters that will increase the knowledge of health personnel regarding ARTI Standard Operating Procedure such as assigning reading to the health personnel and also find ways to increase their motivation. So in applying the ARTI Standard Operating Procedure the health personnel is expected to enter stage of internalization of compliance to understanding the meaning of giving high quality health service to the people that satisfy those receiving the provided service. In this way it is expected to decrease the mortality rate due to pneumonia in the future.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T5311
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurbaeti Yuliana
"Program Jaminan Mutu/QA puskesmas dilaksanakan sejak tahun 1998 mempunyai beberapa indikator, salah satunya adalah kepatuhan petugas terhadap standar ANC. Kabupaten Bekasi merupakan salah satu daerah proyek penerapan program QA yang dilaksanakan pada enam puskesmas yaitu Tambun, Cibarusah 1, Babelan 1, Sriamur, Tarumajaya dan Kedungwaringin . Hasil Rakerkesda Kabupaten Bekasi Juni 2000 menunjukkan bahwa dalam satu tahun terakbir tidak ada lagi angka tingkat kepatuhan petugas.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran informasi tentang faktor yang berhubungan dengan kepatuhan petugas terhadap standar ANC pada enam puskesmas di Kabupaten Bekasi, tahun 2000. Penelitian ini mengunakan disain Cross-sectional dengan pendekatan kuantitalif dengan jumlah sample total populasi sebanyak 42 orang petugas pelayanan ANC. Pengumpulan data untuk memperoleh tingkat kepatuhan dilaksanakan dengan mengamati petugas di dalam memeriksa ibu hamil (ANC) dengan menggunakan altar tilik, untuk memperoleh gambaran faktor yang berhubungan dengan kepatuhan, setelah selesai pengamatan, responder di pinta mengisi kuesioner.
Hasil penelitian memperlihatkan pada 42 petugas pelayanan ANC (bidan) yang diteliti maka 66,7% patch; 92,7% sudah pernah mengikuti pelatihan QA; 71,4% merasa disupervisi dengan baik; 95,2% memiliki motivasi baik; 52,4% memiliki pengetahuan baik; 83,3% memiliki beban kerja ringan; 92,7% mengatakan alatnya lengkap dan mengadakan bahwa standar ANC adalah mudah. Dari 7 variabel yang berhubungan dengan kepatuhan petugas, maka hanya variable supervisi yang menunjukkan adanya hubungan bermakna secara terbalik dengan nilai p = 0.036.
Kesimpulan secara umum adalah bahwa tingkat kepatuhan petugas terhadap standar ANC di 6 puskesmas Kabupaten Bekasi belum baik dan disarankan kepada:
Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi: Agar memperbaiki cara pendekatan supervisi sehingga sesuai dengan pedoman laporan supervisi program QA dengan mengadakan pelatihan/ refreshing. Menekankan kepada kepala puskesmas untuk meningkatkan kegiatan supervisi intern dan menempelkan standar pelayanan pada tempat-tempat pelayanan/pemeriksaan. Menciptakan system reward & punishment yang sesuai dengan kondisi puskesmasnya bagi petugas yang patuh dan dijalankan secara konsisten dan berkesinambungan. Menyusun ulang uraian tugas para bidan agar tidak saling mengandalkan disertai dengan pengawasan disiplin yang sesuai. Mengadakan rotasi penempatan bidan.
Bagi Departemen Kesehatan: Mengkaji ulang daftar tilik& pedoman yang ada, terutama instrumen untuk mengukur pengetahuan dan motivasi petugas serta penetapan out of point yang diseragamkan bagi semua puskesmas. Menerapkan total quality manajemen di puskesmas tidak hanya quality assurance raja. Mempersiapkan program peningkatan mutu pelayanan di puskesmas yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing (tidak generalisasi) yang dimulai sejak dari perencanaan.Menetapkan standar mutu bagi peralatan puskesmas disertai dengan pengawasan yang sesuai.
Bagi Pusdiklat/Bapelkes: Menata ulang kurikulum pelatihan program QA.Menata ulang proses belajar mengajar terutama proporsi waktu antara teori dan praktek. Menyusun/menyiapkan program pelatihan untuk refreshing/pengayaan tentang program jaminan mutu/QA.Mengadakan evaluasi pasca pelatihan tentang program QA.

Since 1998 Quality Assurance Programmed has been established in public health centers and one of its indicators is compliance rate. Bekasi District Health Office holds this programmed in six public health centers which one , Cibarusah I, Babelan I, Kedungwaringin, Tambun, Tarumajaya and Sriamur, According to Bekasi District Health Office Annual Meeting in June 2000 data about compliance rate of the health providers/midwives since October 1999 has not been available.
This study aims to obtain information about magnitude of compliance rate and its related factors that provide antenatal care in six public health centers in Bekasi District Health Office in 2000. A Quantitative approach using cross sectional design was used in this study comprising 42 samples, which are as a total population_ Data collection has Checklist and questionnaire was used to measure compliance rate and another variables.
The results are 66, 7% comply; 92,7% trained; 71,4% good supervision; 95,2% motivated; 52,4% good knowledge; 83,3% light workload; 92,7% fully facilities and all of them said that the standard is applicable. But only supervision variable was indicate significant correlation with compliance rate with p value = 0.036. Generally, the conclusion was six public health centers in Bekasi show low compliance rate of antenatal care.
So the recommendation for:
Bekasi District Health Office are: refreshing/retraining of midwives to increase supervision approach; increasing internal supervision by Head of public health centre and hang on to the standard; creating reward & punishment system; restating & rotation of midwives.
Ministry of Health is: Reassessment of the Checklist; total quality management implementation in public health centre with local orientation/ local need; standardize of health facilities.
Centre of Education and Training Health are: redesigning of curriculum; redesigning of classes and exercise length of time proportion; preparing refreshing training programmed; QA post training evaluation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T10303
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>